cover
Contact Name
Dian Arrisujaya
Contact Email
arrisujaya@unb.ac.id
Phone
+622517592051
Journal Mail Official
jsainsnatural.unb@gmail.com
Editorial Address
Universitas Nusa Bangsa Kampus Universitas Nusa Bangsa Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 4, Cimanggu, Tanah Sareal Bogor 16166
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Sains Natural: Journal of Biology and Chemistry
ISSN : 20863446     EISSN : 2621508X     DOI : https://doi.org/10.31938/jsn
Jurnal Sains Natural is a peer-reviewed, open access journal that publishes original research articles, review articles, as well as short communication with the objectives to explore the knowledge about natural sciences. This journal incorporates not only all branches of chemistry and biology, but also sub-disciplines like Biochemistry, Polymer, Agricultural chemistry, Environmental chemistry, etc.
Articles 252 Documents
SERANGAN HAMA DEFOLIATOR PADA POLA TANAM MONOKULTUR DAN AGROFORESTRI JABON Sri Utami; Agus Ismanto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 5 No. 1 (2015): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.88 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v5i1.98

Abstract

Defoliator Pest Attack on Monoculture and Agroforestry Planting Patterns of Jabon        Jabon (Anthocephalus spp.) is one of the local plant species in Indonesia that have the potential to be developed in forest plantation as well as for other purposes, such as mined-land reclamation, reforestation and tree shade, because growth is very fast, the ability adaptation on various site conditions and silvicultural treatment is relatively easy. This species is also expected to become increasingly important to the timber industry in the future, especially when the raw material for construction timber from natural forests is to be on the wane. This plant has long time cultivated by society in almost all parts of Indonesia either by monoculture and mixture such as agroforestry. One of the obstacles of this type is their defoliator pests. This study aimed to identify the type of pest defoliator which attacking red Jabon (A. macrophyllus Roxb. Havil) and white Jabon (A. cadamba Miq.) 8 months aged were planted in monoculture or agroforestry (paddy-rice plants). The study was conducted on August to December 2014 in Sumber Mekar Mukti and Sukatani Village, Tanjung Lago Subdistrict, Banyuasin County, South Sumatera Province. The results showed that the types of pests that attack plant red Jabon was Moduza procris Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae) with an attack percentage of 45.5%. While on the plant, namely white Jabon was Arthroschista hilaralis Walk with an attack percentage of 86%. As for the pattern of agroforestry between red Jabon, white Jabon and rice found only pests of A. hilaralis with an attack percentage of 5%. This shows that agroforestry cropping pattern could suppress pest attack in the plant of Jabon.Key words: pest, red Jabon, white Jabon  ABSTRAK         Jabon (Anthocephalus spp.) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti reklamasi lahan bekas tambang, penghijauan dan pohon peneduh, karena pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan beradaptasinya pada berbagai kondisi tempat tumbuh, serta perlakuan silvikulturnya yang relatif mudah. Jenis ini juga diharapkan menjadi semakin penting bagi industri perkayuan di masa mendatang, terutama ketika bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam diperkirakan akan semakin berkurang. Tanaman ini sudah lama dibudidayakan masyarakat hampir di seluruh wilayah Indonesia baik dengan pola tanam monokultur maupun campuran seperti agroforestri. Salah satu kendala dalam budidaya jenis ini yaitu adanya serangan hama defoliator. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hama defoliator yang menyerang tegakan jabon merah (A. macrophyllus Roxb. Havil) dan jabon putih (A. cadamba Miq.) umur 8 bulan yang ditanam secara monokultur maupun agroforestri (dengan tanaman padi). Penelitian dilakukan pada Bulan Agustus sampai Desember 2014 di Desa Sumber Mekar Mukti dan Desa Sukatani, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis hama defoliator yang menyerang tegakan jabon merah yaitu Moduza procris Cramer (Lepidoptera : Nymphalidae) dengan persentase serangan sebesar 45,5%. Sedangkan pada tegakan jabon putih yaitu Arthroschista hilaralis Walk dengan persentase serangan sebesar 86%. Adapun pada pola agroforestri antara jabon merah, jabon putih dan padi hanya dijumpai serangan hama A. hilaralis dengan persentase serangan sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pola tanam agroforestri mampu menekan serangan hama pada tegakan jabon.Kata kunci : hama, jabon merah, jabon putih
VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR CYANOCOBALAMIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DOUBLE BEAM Ricson P. Hutagaol; Niken Niken
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 1 (2012): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.113 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i1.32

Abstract

Validation of Determination Method of Cyanocobalamin Content by Visible Double Beam Spectrophotometry            Validasion of new modification of or method, must be done before the validity of methods and tools used. A valid method will give accurate results so as to guarantee the quality of drugs. The increasing demand from consumers will need increasing vitamin B12, so need more validation methods of cyanocobalamin in the  tablet dosage. Analysis of the studied parameter of linearity, accuracy, precision, robustness, specificity, and ranges. Analysis of cyanocobalamin is using a strong base anionic exchange resin for separation techniques in order to obtain pure cyanocobalamin, pure cyanocobalamin obtained after measuring through visible double beam spectrophotometry. The results of this validation of all parameters meet the requirements and acceptance criteria. Linearity parameter obtained resultes of the correlation coefficient (r) = 0,999 (minimum 0,98). Accuracy parameter of the results abtained between 98,12% - 99,44% (requirements between 98% - 102%). Precision parameter (repeatability method) obtained relative standard deviation (RSD) between 0,25% - 0,38% (requirements is less than 2%). Intermediate precision parameters between SBR obtained 0,00% (requirements is less than 2%). Robustness parameters obtained 98,24% recovery and RSD was 0,00% (requirements is between 98% - 102%) recovery and RSD less than 2% (mets the requirements). Specificity parameters obtained that the sample matrix did not affect the results of the analysis, so it could be concluded that the validation of method determination of cyanocobalamin measure was valid.Key words : Method validation, cyanocobalamin, resin, spectrophotometry. ABSTRAK          Menurut Harmita (2004), metode yang baru atau mengalami modifikasi, sebelum digunakan untuk penetapan rutin harus dilakukan validasi metode terlebih dahulu agar dapat diketahui keabsahan metode dan alat yang digunakan. Metode yang valid akan memberikan hasil yang akurat sehingga dapat menjamin mutu obat. Semakin meningkatnya permintaan dari konsumen akan kebutuhan vitamin B12 (cyanocobalamin), maka perlu dilakukan validasi metode terhadap kadar cyanocobalamin dalam sediaan tablet. Parameter analisis yang diteliti yaitu linieritas, akurasi, presisi, ketegaran, spesifisitas, dan rentang. Analisis cyanocobalamin ini menggunakan resin penukar anionik basa kuat untuk teknik pemisahan agar didapatkan cyanocobalamin murni, setelah didapatkan cyanocobalamin murni maka kadarnya dapat diukur secara spektrofotometri visible double beam. Hasil penelitian dari seluruh parameter validasi ini memenuhi persyaratan dan sesuai kriteria penerimaan. Parameter linieritas didapatkan hasil koefisien korelasi (r) = 0,999 sesuai persyaratan yaitu minimum 0,98. Parameter akurasi didapatkan hasil % recovery diantara 98,12% - 99,44% sesuai persyaratan yaitu diantara 98% - 102%. Parameter presisi (kedapatulangan metode) didapatkan hasil simpangan baku relatif (SBR) diantara 0,25% - 0,38% sesuai persyaratan yaitu lebih kecil dari 2%. Parameter presisi antara didapatkan SBR 0,00% sesuai persyaratan yaitu lebih kecil dari 2%. Parameter ketegaran didapatkan hasil % recovery 98,24% dan SBR 0,00% sesuai persyaratan yaitu % recovery diantara 98% - 102% serta SBR lebih kecil dari 2% dengan demikian parameter rentang juga memenuhi persyaratan. Parameter spesifisitas diperoleh hasil bahwa matriks sampel tidak mempengaruhi hasil analisis, sehingga dapat disimpulkan bahwa validasi metode penetapan kadar cyanocobalamin adalah valid.Kata kunci : Validasi metode, cyanocobalamin, resin, spektrofotometri.
OPTIMASI MAGNESIUM ALUMINUM SILIKAT SEBAGAI PENGENTAL DALAM SEDIAAN DEODORAN Ridha Arizal; Mamay Maslahat; Indah Amalya
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 1 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1035.698 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i1.57

Abstract

Optimation
INSIDEN PENYAKIT PADA KECAMBAH SENGON (Falcataria moluccana (Miq.) Berneby and J.W Grimes) DAN UJI PATOGENITAS Illa Anggraeni; Ujang W. Darmawan; Agus Ismanto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.642 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.89

Abstract

The Insidence of The Desease in Sengon Plant Sprouts and Patogenicity Tests         Plant diseases commonly attack in nursery. The symptoms of attack are seed or seedling rot while in media or after weaning to bag. The aims of research were to describe the symptom of disease and identify the causing agent by postulate Koch examination. The research was conducted in laboratory and nursery as long as four months. Basic method were exploring the disease symptom and examining of disease by postulate Koch. Data was then analyzed descriptively. Results showed the disease symptom was damping off (Lodoh) characterizing, fell down, wilted and rot, performing flashed hot water (Lodoh). This attack categorized as post emergence damping-off level. The causing agent was identified as fungi Fusarium sp. It had three spore typically microconidia, macroconidia dan clamidospore.Key words: damping off, disease, moluccana, nursery, seedling. ABSTRAK         Pada proses persemaian tanaman, insiden serangan penyakit sering terjadi. Salah satu gejala serangan yang timbul adalah pembusukan pada biji atau semai yang ditabur di media semai atau pasca penyapihan tanaman. Akibat serangan tersebut tingkat kematian tanaman dapat mencapai 80%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan gejala serangan penyakit dan mengidentifikasi penyebab primer dari penyakit tersebut melalui uji postulat Koch. Penelitian dilakukan di laboratorium dan persemaian selama 4 bulan. Metode dasar yang digunakan adalah eksplorasi untuk mengetahui gejala serangan penyakit dan eksperimen untuk pengujian postulat koch. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala yang ditunjukkan oleh semai sengon adalah akibat serangan penyakit lodoh (damping off) dengan cirri semai rebah, layu dan seperti tersiram air panas (lodoh). Serangan penyakit ini tergolong pada fase post emergence damping-off. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa fungi penyebab penyakit ini adalah Fusarium sp. Fungi ini menghasilkan tiga jenis spora yaitu mikrokonidia, makrokonidia dan klamidospora.Kata kunci: lodoh, moluccana, penyakit, persemaian, semai.
ISOLASI DAN ANALISIS ASAM LEMAK Scenedesmus quadricauda YANG DIISOLASI DARI AIR KOLAM Devy Susanty
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 7 No. 1 (2017): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.07 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v7i1.166

Abstract

Isolation and Fatty Acid Analysis of Scenedesmus quadricauda from freshwaterMicroalgae have fast growth rate and fatty acids which potential as bioenergy. In addition, microalgae are also living with binding carbon dioxide for photosynthesis, so as to reduce air pollution. In this study, samples were taken from the freshwater, Sawahan, Padang, West Sumatra. Nile red staining performed on the samples to see the potential of lipid content. Microalgae having lipid content were isolated using the capillary pipette technique then it was identified using a microscope. Isolated microalgae was identified as Scenedesmus quadricauda. Microalgae growth measured by optical density value. It cultivated in different concentrations of NaNO3 to see the effect of the amount of nitrogen on the growth. Scenedesmus quadricauda grew well at a concentration of 0.5 g / L NaNO3. Fatty acid analysis was done by using GC-MS. Scenedesmus quadricauda had several types of fatty acids. The most abundant fatty acid in Scenedesmus quadricaudawas C18: 1.Keywords: Microalgae, Scenedesmus quadricauda, Nile red staining, Isolation, Fatty acid ABSTRAKMikroalga memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan mengandung asam lemak sehingga berpotensi sebagai bioenergi. Selain itu, mikroalga juga hidup dengan mengikat karbondioksia untuk proses fotosintesis, sehingga mampu mengurangi pencemaran udara. Pada penelitian ini, sampel mikroalga diambil dari air kolam dari daerah Sawahan, Padang, Sumatera Barat. Pewarnaan nilered dilakukan terhadap sampel untuk melihat potensi kandungan lipid. Mikroalga yang memiliki kandungan lipid diisolasi dengan menggunakan teknik pipet kapiler, kemudian isolat diidentifikasi secara morfologi dengan menggunakan mikroskop. Isolat yang diperoleh diidentifikasi sebagai Scenedesmus quadricauda. Isolat dikultivasi dalam Bold Bassal Medium (BBM). Pertumbuhan mikroalga diukur dengan melihat nilai optical density. Isolat dikultivasi dalam berbagai konsentrasi NaNO3 untuk melihat pengaruh jumlah nitrogen terhadap pertumbuhannya. Scenedesmus quadricauda tumbuh dengan baik pada konsentrasi 0,5 g/L NaNO3. Analisa asam lemak dilakukan dengan menggunakan GC-MS. Pada Scenedesmus quadricauda ditemukan beberapa jenis asam lemak. Asam lemak yang paling banyak terkandung pada mikroalga ini yaitu C18:1.Kata kunci: Mikroalga, Scenedesmus quadricauda, Pewarnaan nile red, Isolasi, Asam lemak
PENGARUH PELABURAN AMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS DAN PAPAN PARTIKEL Adi Santoso; Adi Yuwono; A. R. M. Renwarin; Paribotro Sutigno
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 1 No. 2 (2011): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.98 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v1i2.23

Abstract

The effect of spreading by ammonium hydroxide on formaldehyde emission of plywood and particleboardThe formaldehyde emmision from panel products such as plywood and particleboard bonded with urea formaldehyde (UF) can have negative effects to human  health, especially if used in a room with limited ventilation. To reduce formaldehyde emission, chemical agents can be applied to the product. In this exsperiment report, the effect of ammonium hydroxide 25% application on formaldehyde emission of UF on to wards the bonded plywood and particleboard was described. Application of ammonium hydroxide on plywood and particleboard significantly affected UF emission. The higher amount of application of ammonium hydroxide, the lower formaldehyde emission from plywod and particleboard. The effect of ammonium hydroxide to UF emission level differed according to type of panel and examination standard. Application of ammonium hydroxide of 0.009 ml/cm2 and 0.015 ml/cm2, the formaldehyde emission of plywood and particleboard could meet Japanese Standard; while spreading on particleboard of 0,003 ml/cm2and on plywood of 0,014 ml/cm2, the formaldehyde emission could conform to American Standard.Key words : Plywood, particleboard, formaldehyde emission, spreading, ammonium hydroxide ABSTRAKEmisi formaldehida dari produk panel seperti kayu lapis dan papan partikel yang direkat dengan urea formaldehida (UF) dapat mengganggu kesehatan, terutama jika digunakan di dalam ruangan dengan ventilasi terbatas. Untuk mengurangi emisi formal-dehida,  produk tersebut dapat dilburi dengan suatu bahan kimia. Dalam tulisan ini dikemukakan pengaruh  dari penggunaan pelaburan dengan amonium hidroksida 25 % terhadap emisi formaldehida kayu lapis dan papan partikel yang masing-masing direkat dengan UF. Pengaruh pelaburan dengan amonium hidroksida terhadap emisi formaldehida kayu lapis dan papan partikel masing-masing sangat nyata. Semakin banyak amonium hidroksida yang dilaburkan, emisi formaldehida dari kayu lapis dan papan partikel sema-kin rendah. Pengaruh amonium hidroksida terhadap tingkat penurunan emisi formaldehida berbeda menurut jenis panel dan standar pengujian. Pada pelaburan dengan amonium hidroksida sebanyak 0,009 ml/cm2 dan 0,015 ml/cm2, kayu lapis dan papan partikel memenuhi persyaratan emisi formaldehida Standar Jepang. Sedangkan pelaburan pada papan partikel sebanyak 0,003 ml/cm2, dan pada kayu lapis sebanyak 0,014 ml/cm2, emisi formaldehidanya memenuhi Standar Amerika.Kata kunci : Kayu lapis, papan partikel, emisi formaldehida, pelaburan, amonium hidroksida
PERTUMBUHAN TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA DENGAN POLA AGROFORESTRY UMUR LIMA TAHUN Bambang Supriono; Luluk Setyaningsih
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 2 (2012): Sains Natural (Edisi Khusus)
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.484 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i2.47

Abstract

Growth of Superior Teak Plant Nusantara With Agroforestry Pattern at Five Years OldSuperior Teak Nusantara (JUN) is a product of Teak seedlings produced by Setyamitra Co vegetatively from “Perum Perhutani teak plus stands” and by inducing the root in order to raises the compound root. JUN has been planted in the Cogreg experimental garden, using the pattern of intercropping with annual crops and seasonal crops and currently JUN is 5 years old. This study was conducted to determine the effect of intercropping on the growth pattern of height, diameter and volume of JUN at 5 years old and looking for patterns of relationship between the volume and a diameter of JUN. Data were analyzed by linear regression and General Linear Model – Multivariate. Samples determined JUN tree with random start systematic sampling with a sampling intensity of 10%. In the two plots of the intercropping management and one plot without intercropping met in which to be done observation of the branch height, total height and diameter at breast height of JUN. The results showed that intercropping patterns greatly affect the growth of Superior Teak Nusantara (JUN) of five years old (height, diameter and volume as well as the average annual increment of height, diameter and average annual increment of volume). Superate Teak Nusantara (JUN) Growth of average annual increment without in intercropping pattern of management (control) was greatest than both management, for diameter of 3.17 cm/year, for high was 2.66 m/year and the average annual increment for volume was 0,039 m3/year. Occured very close relationship between volume and diameter wath equation of Y = 1.063 x 10-4 X 2,343. The results of the multivariate analysis, treatment variables (independent variables) affect the variable diameter, height and volume (dependent variable) Superior Teak Nusantara (JUN). The results of the analysis of the estimation of the diameter of the pattern of annual crop management has a diameter of 0.235 cm lower than the one with crop management patterns crop in turn.Keywords : New Teak Seeds, Crop Intercropping, Teak Superior Archipelago (JUN) ABSTRAK          Jati Unggul Nusantara (JUN) adalah suatu produk semai Jati yang diproduksi oleh PT. Setyamitra secara vegetatif dari tegakan jati plus Perum Perhutani dan dengan menginduksi akarnya sehingga memunculkan akar tunggang majemuk. JUN telah ditanam di kebun percobaan Cogreg, dengan menggunakan pola tumpangsari dengan tanaman pertanian tahunan serta tanaman semusim dan saat ini JUN telah berumur 5 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola tumpangsari terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan volume JUN umur 5 tahun, serta mencari pola hubungan antara volume dengan diameter JUN. Penelitian dianalisis dengan  regresi linier dan General  Linear Model-Multivariate. Sampel pohon JUN ditentukan secara systematic sampling with  random start dengan  intensitas sampling 10 %. Dalam  dua petak pengelolaan pola tumpangsari dan satu petak tanpa tumpangsari yang di dalamnya dilakukan  pengamatan terhadap tinggi bebas cabang dan tinggi total serta diameter setinggi dada JUN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tumpangsari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) umur lima tahun (tinggi, diameter dan volume serta riap rata–rata tahunan untuk tinggi, diameter dan riap rata – rata  tahunan volume). Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) riap rata – rata tahunan pada pola pengelolaan tanpa tumpangsari (kontrol) mempunyai riap rata–rata  tahunan paling besar dibanding kedua pengelolaan, untuk diameter sebesar 3,17cm/tahun, untuk tinggi sebesar 2,66 m/tahun dan riap rata – rata  tahunan untuk volume sebesar 0,039 m3/tahun. Terjadi hubungan yang sangat erat antara volume dan diameter dengan persamaan Y = 1,063 x 10-4 X2,343. Hasil analisisi dengan multivariat, variabel perlakuan (variabel independen) berpengaruh terhadap variabel diameter tinggi dan volume (variabel dependen) Jati Unggul Nusantara (JUN). Hasil analisis estimasi terhadap diameter pada pola pengelolaan tanaman tahunan mempunyai diameter lebih rendah 0,235 cm dibandingkan dengan pola pengelolaan tanaman giliran.Kata Kunci :  Bibit Jati Baru, Tanaman Tumpangsari, Jati Unggul Nusantara (JUN)
PEMANFAATAN TALAS BOGOR (Colocasia esculenta (L) Schoot) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK I. G. A. Manik Widhyastini; Ricson P. Hutagaol
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.693 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.80

Abstract

Use of Bogor Taro (Colocasia esculenta (L)) Schoot  as a Mosquito Larvacide        The case of dengue fever in Indonesia is still a major issue. Various efforts have been made towards the controllingof mosquitoes which have succeeded either chemically or naturally. Colocasia esculenta (L.)Schott (Bogor taro) have the potential to be a larvacide to exterminate mosquito larva. Taro is one of the many plants used as a source of non-rice carbohydrate that contains a high amount of nutrients, taro also contains anti nutrition .The purpose of this research was to harness waste from the Bogor taro harvest in which the use of the leaves and stem. Generally, the leaves and stem of taro is used as food for cattle as well as the presence of anti nutrition.The result of the phytochemical analysis had shown that taro  (Colocasia esculenta (L) Schott), consists of  anti nutrition substance, other than calcium oxalate, saponin, tannin, flavonoid, thereby potentially being  a larvacide. During the preliminary test, a LC50 with a magnitude of 83 ppm was obtained for the concentration of the stem extract and 61,75 ppm for the leaf extract. The leaf extract had a stronger ability than the stem extract for it can could 50% of the sample being testedKey words: larvacide, antinutritrion,metabolite secondary ABSTRAK        Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia, masih sangat mengkhawatirkan. Berbagai upaya pengendalian terhadap kerapatan populasi nyamuk telah dilakukan baik secara kimia maupun alamiah. Colocasia esculenta (L.)Schott (talas Bogor) berpotensi sebagai larvasida untuk membunuh larva nyamuk.Talas merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat  non beras yang bergizi tinggi. Tetapi talas juga memiliki zat antinutrisi. Penelitian ini bertujuan memanfaatan limbah hasil panen talas Bogor yang berupa daun  dan batang yang masih terbatas penggunaannya, umumnya digunakan sebagai makanan ternak. Hasil uji fitokimia  bahwa  talas Bogor, mengandung  zat antinutrisi diantaranya, kalsium oksalat, saponin, tannin, dan flavonoid, adanya kandungan senyawa ini menunjukkan bahwa batang dan daun talas berpotensi sebagai larvasida. Pada uji pendahuluan perhitungan nilai profit diperoleh  persamaan regresi  linier, peroleh hasil prediksi nilai LC 50 sebesar 83 ppm merupakan kemampuan konsentrasi dari ekstrak batang yang mampu membunuh 50 %  larva uji dan 61,75 ppm merupakan konsentrasi dari ekstrak daun yang mampu membunuh larva uji dalam  hal ini adalah larva nyamuk stadium III. Berdasarkan hasil tersebut, bahwa ekstrak daun talas mempunyai kemampuan yang lebih kuat dalam membunuh 50 %  larva   uji daripada ekstrak batang talas.Kata Kunci: larvasida, antinutritrion,metabolite secondary
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TIGA STRAIN NILA MERAH (Oreochromis sp) DENGAN ANOVA RAPD Iskandariah Iskandariah; Otong Zenal Arifin; Rudhy Gustiano
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 1 No. 1 (2011): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.626 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v1i1.8

Abstract

Analysis Genetic Variation of Three Strains of Red Tilapia by Anova of RAPD.          Study on the genetic variance of three strains of red tilapia (Oreochromis sp) had been conducted in the Biology Molecular Laboratory, Research Institute for Freshwater Aquaculture (RIFA) Bogor.  Three different strains, Red NIFI from Thailand,  Red Tilapia from Lido lake and Red Tilapia from Bogor’s farmer were analyzed in the study.  Observation used Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD) with OPA-03, OPA-04, OPC 14 and OPC-15 primers.  The results showed that only OPA-03 primer was able to amplify numerous samples.  Further analysis showed that the percentage of polimorphic range was between 16.67 – 38.89%, heterozygosity value 0.0378 – 0.1536 and genetic distance among strain 0.3051 – 0.6037.Keywords : RAPD, genetic, strain, nile tilapia, oreochromis ABSTRAK           Penelitian mengenai variasi genetik tiga strain nila merah dari 3 lokasi yang berbeda telah dilakukan di Laboratorium Molekuler Biologi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) Bogor.  Strain yang diamati meliputi jenis nila Red NIFI dari Thailand, nila merah dari Danau Lido dan nila merah dari Petani Bogor. Penelitian menggunakan metode analisis Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD), dengan menggunakan primer OPA-03, OPA-04, OPC-14 dan OPC-15.  Hasil pengamatan menunjukkan hanya OPA-03 yang dapat menghasilkan amplifikasi dalam jumlah sampel yang memadai.  Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase polimorfik berkisar antara 20.00-40.00%, dengan nilai heterozigositas 0.0604–0.1516 dan jarak genetik antar strain 0.1770-0.4865.  Kata kunci : RAPD, genetik, strain, ikan nila, oreochromis
PENGARUH MUTILASI DAN ABLASI TERHADAP MOLTING KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) SEBAGAI KEPITING LUNAK Khairiah Khairiah; Supriyono Eko Wardoyo; Pasril Wahid
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 1 (2012): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.355 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i1.37

Abstract

Effect of Mutilation and Ablation to Molting of Mangrove Crab (Scylla serrata) as Soft Crab          Soft crabs that are more expensive than regular crab, that having hard carapace, in nature and in culture are very difficult to find. This study aimed to get the soft crabs more easily controlled the number  of molting in culture, by the method of mutilation and ablation. Thus the supply in market will be able to meet existing demand. Four treatment techniques had been implemented namely mutilation, ablation, ablation + mutilation, and controls which each performed four replications. Complete Randomized Desaign (CRD) was used because the experiment was conducted in a fairly homogeneous patch of tambak pond. Experimental unit in the form of bamboo pen cages with the size of 2x1x1m filled with 20 crabs.  All experimental crabs were ready for molting (dark color) even with 40-90 g of varied sizes. The results showed that each week until the third week, the average number of crabs per unit experiment with techniques of mutilation was always having highest of molting number, respectively 1.00, 3.25, and 11.00 crabs and having the lowest mortality rate, respectively  0. 25, 1.75, and 1.25 crabs, compared with the ablation, mutilations + ablation technique, and control. Statistically  four treatments in molting, in week two and  three was significantly different , eventhough in mortality was not (α = 5%).Keywords : mangrove crab (Scilla serrata), soft crabs, mutilation, ablation ABSTRAK                Kepiting lunak yang  harganya lebih mahal dari kepiting biasa bercangkang keras, di alam maupun dalam budidaya sangat susah ditemukan.  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kepiting lunak yang lebih mudah terkontrol jumlahnya dalam budidaya, dengan metoda mutilasi dan ablasi.  Dengan demikian dalam  pasar ketersediaannya akan dapat memenuhi permintaan yang ada. Empat perlakuan telah dilaksanakan yaitu teknik mutilasi, ablasi, mutilasi+ablasi, dan kontrol dengan masing-masing dilakukan empat kali ulangan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan karena percobaan ini dilakukan di suatu petak tambak yang cukup homogen. Unit percobaan berupa keramba bambu tancap ukuran 2x1x1m yang diisi 20 kepiting yang semua kepiting dalam percobaan siap molting (warnanya gelap) meskipun dengan ukuran yang bervariatif 40-90 g. Hasil penelitian menunjukan bahwa tiap minggu sampai pada minggu ke tiga  rata-rata jumlah kepiting per unit percobaan dengan teknik mutilasi selalu tertinggi terjadinya proses molting yaitu masing–masing 1,00; 3,25; dan 11,00 ekor dan mortalitasnya terendah yaitu 0,25; 1,75; dan 1,25 ekor dibanding dengan teknik ablasi, mutilasi+ablasi; dan kontrol.  Secara statistik ke empat perlakuan dalam molting pada minggu ke dua dan ke tiga berbeda nyata hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan mutilasi, meskipun dalam mortalitas tidak  berbeda nyata (selang kepercayaan 95 %).Kata Kunci : Kepiting bakau (Scilla serrata), kepiting lunak, mutilasi, ablasi.

Page 4 of 26 | Total Record : 252