cover
Contact Name
Dian Arrisujaya
Contact Email
arrisujaya@unb.ac.id
Phone
+622517592051
Journal Mail Official
jsainsnatural.unb@gmail.com
Editorial Address
Universitas Nusa Bangsa Kampus Universitas Nusa Bangsa Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 4, Cimanggu, Tanah Sareal Bogor 16166
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Sains Natural: Journal of Biology and Chemistry
ISSN : 20863446     EISSN : 2621508X     DOI : https://doi.org/10.31938/jsn
Jurnal Sains Natural is a peer-reviewed, open access journal that publishes original research articles, review articles, as well as short communication with the objectives to explore the knowledge about natural sciences. This journal incorporates not only all branches of chemistry and biology, but also sub-disciplines like Biochemistry, Polymer, Agricultural chemistry, Environmental chemistry, etc.
Articles 251 Documents
KEANEKARAGAMAN JENIS ULAT KANTONG YANG MENYERANG DI BERBAGAI PERTANAMANAN SENGON (Paraserianthes falcataria(L). Nielsen) DI PULAU JAWA Illa Anggraeni; Agus Ismanto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 2 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.468 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i2.68

Abstract

Diversity of Bag Worm that Attack Various Plantation of Sengon (Paraserianthes falcatariac (L). Nielsen) in Java         Many sengon plants are cultivated in plantations forests plantation and in the people's gardens (people  forest) in Java. In sengon cultivation, pest and diseaseproblems is one of the limiting factors and one of the pests that became the limiting factor is the bag worm. This study aimed to obtain information on the diversity of bag worm that attack sengon plants in Java. The method used in this study was a survey method and direct observations of sengon plantation in Banten, West Java, Central Java and East Java province. The results showed that the diversity of bag worms that attack the sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) plantation at various locations on the island of Java, there were four species, namely, Pteroma sp., Clania sp., Cryptothelea sp. and Amatissa sp. who entered the order Lepidoptera-Psychidea..Keywords: bag wormsdiversity, sengon plantation, variouslocations, Java ABSTRAK        Sengon banyak diusahakan di kawasan hutan tanaman, perkebunan maupun di kebun-kebun milik rakyat (hutan rakyat) di Pulau Jawa. Dalam budidaya sengon, masalah hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dan salah satu hama  yang menjadi faktor pembatas adalah ulat kantong. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai jenis-jenis ulat kantong yang menyerang tanaman sengon di Pulau Jawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan pengamatan langsung pada pertanaman sengon di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis ulat kantong yang menyerang pertanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) di berbagai lokasi di Pulau Jawa ada 4 jenis yaitu, Pteroma  sp., Clania sp., Cryptothelea sp. dan Amatissa sp. yang masuk kelompok  ordo Lepidoptera - famili Psychidae.Kata kunci : keanekaragaman ulat kantong, pertanaman sengon, berbagai lokasi, Pulau Jawa
PENGARUH BAHAN DAN KADAR PENGISI DALAM PEREKAT EKSTERIOR TERHADAP KETEGUHAN REKAT KAYU LAPIS M. I. Iskandar
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 5 No. 1 (2015): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.251 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v5i1.100

Abstract

Effect of Materials and Filler Content in Exterior Adhesion for the Bonding Strength of Plywood          Constraints that faced by the plywood industry today is the high cost of manufacture of plywood which are mainly due to the high cost of the adhesive, to lower the cost of the adhesive can be done by adding fillers (filler) into the glue mixture. The material is expected to assist in the process of adhesion, especially to reduce the excessive penetration of the adhesive into venir. The purpose of this study was to determine the effect of the material and content of filler in the bonding strength of the adhesive of plywood. Venir used in this study was peeled veneer measuring 40 cm x 40 cm with a thickness of 1.5 mm. Plywood was made of three layers with a thickness of 4.5 mm. Type of adhesive used was liquid Phenol Formaldehyde (FF) with labor heavy of 170 g/m2 for each surface (one line labor), venir formed felted cool for 10 minutes with a pressure of 10 kg/cm2 followed by heat press at temperatures 140⁰ C , in the pressure of 10 kg/cm2 for 5 minutes. Testing the bonding strength of plywood with the Indonesian National Standard. This research was conducted using the nested experimental design 3 x 5 with four replications. Factor A (filler) the level of three kinds, namely three kinds of flour. Factor B (filler content) were level five kinds, namely 0%, 10%, 20%, 30% and 40%. The results showed that the factor A (filler) was not significantly different, while factor B (grade fillers) was very significant effect on the bonding strength of plywood.Key words: material, content, fillers, exterior, bonding strength ABSTRAK          Kendala yang dihadapi oleh industri kayu lapis dewasa ini adalah tingginya biaya pembuatan kayu lapis yang pada umumnya disebabkan oleh tingginya biaya perekat, untuk menurunkan biaya perekat tersebut dapat dilakukan dengan cara menambahkan bahan pengisi (filler) ke dalam campuran perekat. Bahan tersebut diharapkan dapat membantu dalam proses perekatan, terutama untuk mengurangi penetrasi yang berlebihan dari perekat ke dalam venir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan dan kadar pengisi dalam perekat eksterior terhadap keteguhan rekat kayu lapis. Venir yang digunakan dalam penelitian ini adalah venir kupas berukuran 40 cm x 40 cm dengan ketebalan 1,5 mm. Kayu lapis yang dibuat yaitu tiga lapis dengan ketebalan 4,5 mm. Jenis perekat yang digunakan adalah Fenol Formaldehida (FF) cair dengan berat labor 170 g/m2 untuk setiap permukaan (satu garis labor), venir yang dibentuk dikempa dingin selama 10 menit dengan tekanan 10 kg/cm2 kemudian dilanjutkan dengan kempa panas pada suhu 140⁰ C, tekanan kempa sebesar 10 kg/cm2 selama 5 menit. Pengujian keteguhan rekat kayu lapis dengan Standar Nasional Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan tersarang (nested) 3 x 5 dengan empat kali ulangan. Faktor A (pengisi) yang bertaraf tiga macam yaitu tiga macam tepung. Faktor B (kadar pengisi) yang bertaraf lima macam, yaitu 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor A (bahan pengisi) tidak berbeda nyata, sedangkan faktor B (kadar bahan pengisi) berpengaruh sangat nyata terhadap keteguhan rekat kayu lapis.Kata kunci:  bahan, kadar, pengisi, eksterior, keteguhan rekat
ANALISIS CLUSTER TERHADAP SPEKTRA INFRAMERAH FENOL, POLIEUGENOL DAN INTERAKSI KEDUANYA SEBUAH TINJAUAN STATISTIK Agung Abadi Kiswandono
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 1 (2012): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.465 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i1.39

Abstract

Cluster Analisysis of Phenol Infrared Spectra, Poliugenol and Both Interction Overview Statistics          Identification had been carried out for eight different compounds using infrared spectrophotometer are phenol, polieugenol, and the mole ratio of phenol and polieugenol, and the results were analyzed using cluster analysis. The purpose of this study was to obtain infrared absorption on the interaction of these compounds, determine their group based on infrared absorption spectra and determine the characteristics of the resulting cluster. The results showed that the cluster analysis on the basis of infrared spectra could be grouped into three clusters, cluster compounds that had moderate absorption, low absorption and high absorption.Keyword : cluster, polyeugenol, phenol ABSTRAK          Delapan jenis senyawa telah diidentifikasi menggunakan spektrofotometer inframerah, yaitu fenol, polieugenol dan perbandingan mol fenol dan polieugenol, lalu hasil identifikasi tersebut dilakukan analisis menggunakan analisis cluster untuk memperoleh hubungan interaksi serapan inframerah pada senyawa – senyawa tersebut, kemudian mengelompokkan jenis senyawa – senyawa tersebut  berdasarkan serapan spektra inframerah  serta mengetahui ciri – ciri cluster yang dihasilkan. Berdasarkan jenis serapan spektra inframerah, hasil analisis cluster dari  delapan jenis senyawa dapat dikelompokkan menjadi tiga cluster, yaitu cluster senyawa yang mempunyai serapan sedang, cluster senyawa yang memiliki serapan rendah dan cluster senyawa yang memiliki serapan tinggi.Kata kunci : cluster, polieugenol, fenol
EFEKTIVITAS SERBUK GERGAJI SEBAGAI CAMPURAN MEDIA PADA REMEDIASI LAHAN TERCEMAR LUMPUR MINYAK BUMI Tri Retno Dyah; Arief Adhari
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 1 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1225.985 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i1.59

Abstract

Effectiveness
ANALISIS KIMIA KAYU KARET ( Heavea brasiliensis Muell. Arg. ) DIAWETKAN SECARA TRADISIONAL Agus Ismanto; Yudi Dwi Saputro
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.371 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.91

Abstract

Chemical Analysis of Wood Rubber (Heavea brasiliensis Muell. Arg.) Preserves in Traditional         Rubber wood (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) is one type of wood is not preserved, so it is easily attacked by wood destroying insects such as dry powder beetles, dry wood termites, termites, and ambrosia beetles. To solve this problem was the preservation of wood, both in traditional or modern. The preservation of wood in the traditional way, such as by immersion in water, boiling and steaming. In this research, analysis of levels of starch, cellulose and lignin in rubber wood, marinated, boiled or steamed. The goal was to determine the levels of starch, cellulose and lignin in rubber wood that has been given the treatments compared to the control. Soaking process conducted for 3, 7 and 14 days. While boiling and steaming during 0.5, 1 and 2 hours. The analyzes were performed with Luff-Schoot method for the determination of levels of starch and Chesson method for determination of cellulose and lignin. Strach and lignin analysis results indicated a declining trend in treatment for soaking, boiling and steaming compared with controls. But not so in the levels of cellulose. The conclusion was soaking in water for 7 days or boiling or steaming for 1 hour already could lower levels of starch.Keywords: rubber wood, traditional preservation, starch, cellulose, lignin. ABSTRAK        Kayu karet ( Hevea brasiliensis Muell.Arg. ) merupakan salah satu jenis kayu yang tidak awet, sehingga mudah diserang oleh serangga perusak kayu seperti kumbang bubuk kering , rayap kayu kering, rayap tanah, dan kumbang ambrosia. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pengawetan kayu baik secara tradisional maupun modern. Pengawetan kayu dengan cara tradisional, antara lain dengan cara perendaman dalam air , perebusan dan pengukusan. Pada penelitian ini dilakukan analisa kadar pati, selulosa dan lignin  pada kayu karet yang direndam , direbus atau dikukus. Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar pati, selulosa dan lignin pada kayu karet yang sudah diberi perlakuan tersebut dan dibandingkan dengan kontrol. Proses perendaman yang dilakukan selama 3, 7 dan 14 hari. Sedangkan perebusan dan pengukusan selama 0,5 , 1 dan 2 jam. Analisa dilakukan dengan metode Luff-Schoot untuk penetapan kadar pati dan metode Chesson untuk penetapan  kadar selulosa dan lignin. Hasil analisa kadarpati dan lignin menunjukkan adanya kecenderungan penurunan pada perlakuan perendaman , perebusan dan pengukusan dibandingkan dengan kontrol. Tetapi tidak demikian pada kadar selulosanya. Kesimpulannya adalah perendaman dalam air selama 7 hari atau perebusan atau pengukusan selama 1 jam sudah dapat menurunkan kadar pati.Kata kunci : kayu karet, pengawetan tradisional, pati, selulosa, lignin.
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN DALAM AIR, KADAR PATI DAN KADAR LIGNIN TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris Schard) Abdurachman Abdurachman; Agus Ismanto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 7 No. 1 (2017): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.362 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v7i1.168

Abstract

The effect of immersion time in the water, starch and lignin content physical and mechanical properties of Ampel bamboo (Bambusa vulgaris Schard)The studied effect of immersion time in the water on physical and mechanical properties of ampel bamboo had been studied  at the Forest Products Research and Development Center Bogor. Round Bamboo of ampel species (Bambusa vulgaris Schard) a length of 50 cm was immersed in running water, stagnant and in the sludge for 7, 14, 21 and 28 days. Then the changes in starch and lignin content, physical and mechanical properties were evaluated. The physical properties studied were evaluated density and moisture content, while mechanical properties were bending and parallel tensile strength of fiber. The results showed that the media and immersion time significantly affect the density and moisture content, but did not affect the physical and mechanical properties. Increased starch content in a variety of treatments, especially on immersion in water, otherwise the lignin content decreases, causing a decrease in the nature of Modulus of Elasticity (MOE) and Modulus of Rupture (MOR). Immersion in stagnant water better than by soaking in the mud and in running water.Keywords: Bambusa vulgaris Schard,  media, immersion time, physical and mechanical properties ABSTRAKPenelitian pengaruh waktu perendaman dalam air terhadap sifat fisik dan mekanik bambu ampel (bambusa vulgaris) telah dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Bambu bulat berukuran panjang 50 cm direndam dalam air mengalir, tergenang dan lumpur selama 7, 14, 21 dan 28 hari, kemudian diamati perubahan kadar pati,diuji sifat fisik dan mekaniknya. Sifat fisik yang diteliti adalah kerapatan dan kadar air, sedangkan sifat mekanik adalah keteguhan lentur dan tarik sejajar serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media dan waktu rendaman berpengaruh nyata terhadap kerapatan dan kadar air, tetapi tidak berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis bambu yang diteliti. Kadar pati meningkat pada berbagai perlakuan terutama pada rendaman dalam air mengalir, sebaliknya kandungan lignin menurun sehingga menyebabkan penurunan sifat Modulus elastisitas (MOE) dan keteguhan lentur maksimum (MOR). Perendaman dalam air tergenang lebih baik dibandingkan dengan cara perendaman dalam lumpur maupun dalam air mengalir.Kata kunci : Bambusa vulgaris Schard, media, waktu perendaman, sifat fisis dan mekanis
POTENSI PERAKARAN BIBIT TANAMAN NANAS BOGOR (Ananas comusus L. Merr) ASAL STEK DAUN MAHKOTA BUAH Karmanah Karmanah; Siswanti Siswanti
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 1 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1138.723 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i1.49

Abstract

Rooting
EFEKTIFITAS ASAM HUMAT DAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DALAM MENGADSORBSI RESIDU INSEKTISIDA ENDOSULFAN DI DALAM TANAH LATOSOL BOGOR Lany Nurhayati; RTM Sutamihardja; Linggar Rudiarto
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.644 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.82

Abstract

Effectiveness of Humic Acid and Active Charcoal of Coconut Shell on Adsorbtion the Residual Insecticide Endosulfan in Latosol Soil, Bogor         In the study of humic acid and coconut shell activated charcoal (AATK) soaked in Humic Acid (5% and 10%) was left to dry for three days. The soil weighed as much as 10 grams mixed with activated charcoal soaked humic acid 5% and 10% by series concentration of 500 ppm; 1000 ppm and 1500 ppm, then added 20 mL of distilled water in each row shaken for one night, the soil was conditioned by the concentration of the insecticide endosulfan series: 12:05, 0,1, 0,2, 0,4, 0,8 and 1 ppm, did incubation. Example decanted, added 10 mL of acetone pa, filtered and then added with acetone as much as 10 mL, the extract was evaporated to 1 mL, then added by 10 mL acetone gradually. Results extract transferred into sample vials to be tested by using GC. Based on the analysis, it found residues of the insecticide endosulfan in Bogor Latosol soil with a concentration of 0.0005 ppm. The addition of coconut shell activated charcoal individually had a significant effect in reducing the content of endosulfan in soil, while the addition of humic acid individually did not have an appreciable impact in reducing residues of endosulfan in soil latosol. Insecticide endosulfan residues were able to be adsorbed by AATK and humic acid was 500 ppm and 10% (A500H10) of 0,12178a ppm. The combination AATK and humic acids provide a real impact on the content of endosulfan residues in the soil latosol Bogor that could adsorb residual content in the soil.Keywords: Organochlorines Insecticide Endosulfan, Humic Acid, Coconut Shell Charcoal On Land Latosol Bogor ABSTRAK        Pada penelitian asam humat dan arang aktif tempurung kelapa (AATK) direndam dalam  Asam Humat (5% dan 10%)  dibiarkan sampai mengering selama tiga hari.Tanah ditimbang sebanyak 10 gram dicampurkan dengan arang aktif yang sudah direndam asam humat 5% dan 10% dengan deret konsentrasi 500 ppm; 1000 ppm dan 1500 ppm, kemudian ditambahkan 20 mL aquades pada masing deret dikocok selama satu malam, tanah dikondisikan dengan deret konsentrasi insektisida endosulfan : 0,05, 0,1, 0,2, 0,4, 0,8 dan 1 ppm, lakukan inkubasi. Contoh didekantasi, ditambahkan aseton pa  10 mL, disaring kemudian ditambahkan dengan aseton sebanyak 10 mL, hasil ekstrak dievaporasi sampai 1 mL, kemudian ditambahkan aseton sebanyak 10 mL secara bertahap. Hasil Ekstrak dipindahkan kedalam botol sampel untuk diuji dengan menggunakan GC. Berdasarkan hasil analisis, masih ditemukan residu insektisida endosulfan di tanah Latosol Bogor dengan konsentrasi 0,0005 ppm. Penambahan arang aktif tempurung kelapa secara individual memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam mengurangi kandungan endosulfan dalam tanah, sedangkan penambahan asam humat secara individual tidak memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengurangi kandungan residu endosulfan dalam tanah latosol. Residu insektisida endosulfan terbaik mampu diadsorbsi oleh AATK dan asam humat adalah 500 ppm dan 10% (A500H10) sebesar 0,12178a ppm. Kombinasi AATK dan asam humat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan residu endosulfan didalam tanah latosol bogor sehingga dapat mengadsorbsi kandungan residu didalam tanah.Kata Kunci:  Insektisida Organoklorin Endosulfan, Asam Humat, Arang Aktif Tempurung Kelapa, Tanah Latosol Bogor
UJI KANDUNGAN HIDROKSIMETILFURFURAL (HMF) SEBAGAI PARAMETER KUALITAS MADU Audi Rizki Koesprimadisari; Dian Arrisujaya; Resty Syafdaningsih
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 6 No. 2 (2016): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.198 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v6i2.159

Abstract

Hydroxymethylfurfural Content Test as Parameter Quality of Honey            Determination hydroxymethylfurfural (HMF) levels in honey had been done refer to method in SNI 3545:2013.  Average of the HMF levels is 64,72 mg/kg whereas SNI decided maximal limit was 50 mg/kg so honey quality is not good enough.  To support testing result, calculation of reapeatabily with relative standard deviation (RSD) Horwitz and accuracy with % recovery was done. The result of reapeatabilty showed that analyst reapeatability was good because the relative standard deviation less than 2/3 RSD Horwitz.  The result of accuracy was good because both treatment gave recovery 89,28 % and 106,43 %, which in the range of acceptance recovery test for analite concentration about 50 mg/kg.Keywords : HMF, Hydroxymethylfurfural, Honey, Quality of Honey , Reapeatability, Accuracy  ABSTRAKPenentuan kadar hidroksimetilfurfural (HMF) pada madu telah dilakukan dengan metode yang mengacu pada SNI 3545:2013. Rata-rata hasil kandungan hidroksimetilfurfural adalah 64,72 mg/kg sedangkan batas maksimal yang ditetapkan SNI adalah 50 mg/kg sehingga kualitas contoh madu tersebut kurang baik.  Untuk menunjang hasil pengujian, maka dilakukan perhitungan repeatabilitas dengan menggunakan Standar Baku Relatif (SBR) Horwitz dan perhitungan akurasi menggunakan % perolehan kembali. Hasil perhitungan repeatabilitas menunjukkan bahwa repeatabilitas analisis HMF baik karena nilai simpangan baku lebih kecil dari 2/3 SBR Horwitz.  Perhitungan akurasi pun menunjukan hasil yang baik karena kedua perlakuan memberi hasil perolehan kembali sebesar 89,28 % dan 106,43 %, yang masuk kedalam batas keberterimaan uji perolehan kembali untuk konsentrasi analit dalam contoh sekitar 50 mg/kg.Kata Kunci : HMF, Hidroksimetilfurfural, Madu, Kualitas Madu, Reapitabilitas, Akurasi
EVALUASI PERTUMBUHAN LIMA STRAIN IKAN NILA PADA MEDIA BERSALINITAS M. H. Fariduddin Ath-thar; Dadang Ariyanto; Rudhy Gustiano
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 1 No. 1 (2011): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.167 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v1i1.6

Abstract

Evaluation of Salinity Tolerance on Five Strains of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus).         The objective of the study was to evaluate the salinity tolerance of five strains of nile tilapia, BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), Lokal Kuningan (LK), Red NIFI (RN), nila merah (NM) dan nila hitam (NH),  in 15 ppt saline water. Initial size of fish examined was 3-5 cm, reared in 100 x 40 x 60 cm aquaria with density of 25 fish per aquarium. Each strain had 4 replications. During experiment fish were fed with commercial pellet, 5% of body weigth per day. Observation was done on standard length,  body weight, biomass, and survival rate every 10 days for 1 month. Growth of length and body weight showed no differences among strains. For biomass,  BEST strain except with RN was significantly different (P<0.01) compare to NH, NM and LK. On the other hand, RN was not significantly different with NH, but significantly different with LK and NM.  For survival rate, BEST strain had the highest percentage among others and significantly different than LK, NM and NH. RN was also significantly different than LK, NM, and NH. The last three strains were not significant different among them.Keywords : Strain, oreochromis, salinity, growth ABSTRAK        Banyaknya lahan tambak yang tidak dioperasikan lagi (idle) merupakan lahan tidur yang perlu dioptimalkan Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melakukan evaluasi pertumbuhan benih ikan nila strain BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia), lokal Kuningan, Red NIFI, nila merah dan nila hitam di masyarakat pada media bersalinitas 15 ppt. Ikan uji yang digunakan berukuran 3-5 cm dipelihara dalam akuarium ukuran 100 x 40 x 60 cm dengan kepadatan 25 ekor menggunakan 4 ulangan untuk masing-masing strain. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan komersial (pellet) sebanyak 5% per hari dari bobot tubuh.  Pengamatan panjang baku, bobot tubuh, biomasa dan sintasan dilakukan setiap 10 hari sekali selama masa pemeliharaan. Pengamatan pertumbuhan panjang dan bobot tubuh memperlihatkan bahwa kelima strain yang diuji tidak memperlihatkan adanya perbedaan pertumbuhan panjang dan bobot. Untuk biomassa, BEST memberikan hasil yang terbaik dan berbeda nyata dengan NH, NM dan LK namun tidak berbeda nyata dengan RN. Sedangkan RN tidak berbeda nyata dengan NH (P < 0,01) tetapi berbeda nyata dengan LK dan NM. Untuk pengamatan sintasan, ikan nila BEST mempunyai nilai yang terbaik dan berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan dengan LK, NM dan NH tetapi tidak berbeda nyata dengan RN. Demikian pula untuk RN yang berbeda nyata dengan LK, NM dan NH. Sedangkan untuk ketiga strain lainnya (LK, NM dan NH) tidak memberikan perbedaan nyata satu sama lain. Kata kunci : Strain, oreochromis, salinitas, pertumbuhan

Page 9 of 26 | Total Record : 251