cover
Contact Name
Prof. Dr. Widayat, ST., MT.
Contact Email
widayat@live.undip.ac.id
Phone
+6281329163105
Journal Mail Official
pkh@live.undip.ac.id
Editorial Address
Pusat Kajian Halal Universitas Diponegoro UPT Lab Terpadu Lt 3 Jl. Prof. Sudarto SH. Tembalang 50275 Semarang
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Indonesia Journal of Halal
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 2623162X     EISSN : 26564963     DOI : https://doi.org/10.14710/halal
The Indonesian Journal of Halal (IJH) accepts articles in bahasa and English by lifting up several topics of halal studies such as Halal Management, Halal Law, Halal Economic Studies. halal products, services, tourism and Sharia. Other topics can be related to halal products and processes such as; Food Technology, Process Technology, Pharmacy, Cosmetics, Drugs, Slaughtering and Meat as well as matters correlated with halal.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 1 (2) 2018" : 7 Documents clear
Analisa Epidemiologi Kasus Helmintiasis pada Hewan Kurban di Kota Batu Mira Fatmawati; Herawati Herawati
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.3 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.3664

Abstract

 Eid of Adha is commemorated every 10 Dzulhijah followed by slaughtering a cattle, sheep or goat. That slaughter moment needed a lot of veterinarian to control animal health and meat inspection. The limitedness of personnel, therefore the Agriculture Office of Batu city cooperated with Faculty of Veterinary Medicine of Brawijaya University to supervise a slaughtering animals. The purpose of this research is to analys the prevalensi of fasciolosis on eid of adha in Batu City. Total number of slaughtering aninal in Batu City in 2017 were 679 cattle, 2357 goats and 2277 sheep. The research was conducted in 3 sub-districts in Batu City. Data were collected during postmortem examination in liver organ. The results showed that the total cases of heminthiasis in cattle were 22.97% (156 cases of fasciolosis from 679 cattle), cases of helminthiasis in goats 1.65% (39 cases of fascioloisis from 2357 goats), cases of helminthiasis in sheep 4.83% (80 cases of fasciolosis from 1658 sheep). Most cases of cattle fasciolosis occurred in Junrejo sub-district (31.54%), most cases of goats fasciolosis occurred in in Bumiaji sub-district (2.13%) and most cases of lambs fasciolosis occurred in Batu sub-district (7.19%). The slaughter animals come from Batu City, Malang Municipality and Blitar Municipality. From the data above, it is necessary to do the programs of giving worm medicine and animal health information especially for farmer. Cross-border coordination within the framework of an animal health healing program needs to be prepared to work together. Veterinary public health have responsibility to prepared a secure, healthy, a whole and halal meat in that slaughter moment. Kata kunci: Eid of Adha; Helminthiasis; Fasciolosis; Batu City;Food Safety Abstrak Idul Adha yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijah diikuti dengan penyembelihan hewan kurban. Pemotongan yang serentak pada hari yang sama membutuhkan pengawasan kesehatan hewan dari dokter hewan berwenang dalam rangka memberikan jaminan keamanan pangan. Karena keterbatasan personel, maka Dinas Pertanian Kota Batu bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya dalam pengawasan pemotongan hewan kurban saat Idul Adha. Tujuan pengawasan tersebut antara lain untuk memantau penyakit hewan menular dan penyakit zoonotik. Pemotongan hewan kurban di Kota Batu tahun 2017 sebanyak 679 ekor sapi, 2357 kambing dan 2277domba. Tujuan dari analisis studi epidemiologi ini adalah untuk melihat berapa banyak kasus helmintiasis yang ditemukan pada hewan kurban yang ada di Kota Batu. Penelitian dilakukan dilakukan di 3 kecamatan di Kota Batu pada titik-titik pemotongan hewan dengan menggunakan data deskriptif dari kuisioner terstruktur. Data kasus fasciolosis diperoleh pada saat pemeriksaan postmortem pada organ hati. Hasil penelitian menunjukan bahwa total kasus fasciolosis pada sapi adalah  22,97% (156 kasus fasciolosis dari 679 ekor sapi), kasus fasciolosis pada kambing 1,65% (39 kasus fasciolosis dari 2357 ekor kambing), kasus fasciolosis pada domba 4,83% (80 kasus fasciolosis dari 1658 ekor domba). Kasus fasciolosis pada sapi terbanyak terjadi di Kecamatan Junrejo (31,54%), pada kambing yang terbanyak di Kecamatan Bumiaji (2,13%) dan pada domba yang terbanyak di Kecamatan Batu (7,19%). Hewan kurban berasal dari Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar. Dari data diatas maka perlu dilakukan evaluasi mengenai program pemberian obat cacing dan pengasawan kesehatan hewan terutama untuk hewan kurban. Koordinasi lintas wilayah dalam rangka sinkronisasi program kesehatan hewan perlu dipersiapkan untuk dapat menyiapkan hewan kurban dan daging kurban yang aman, sehat, utuh, dan halal. Kata kunci: Idul Adha;Helmintiasis; Fasciolosis;Kota Batu;Keamanan Pangan
Analisis Asam Lemak Daging Anjing pada Bakso Sapi Menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS) yang Dikombinasikan dengan PCA (Principal Component Analysis) Irfan Nugraha; Pri Iswati Utami; Wiranti Sri Rahayu
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.979 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.3668

Abstract

 Tingginya perbedaan harga daging, membuat beberapa penjual yang tidak etis mengganti daging sapi dengan daging anjing secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan ekonomis. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan GCMS yang dikombinasi dengan kemometrika PCA untuk analisis cepat dari asam lemak anjing pada bakso formulasi dan bakso sapi di pasaran. Metode penelitian ini adalah non eksperimental berupa identifikasi profil asam lemak daging anjing  pada bakso sapi formulasi dan bakso sapi di pasaran. Hasil penelitian yang didapat berupa profil kromatogram GCMS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komposisi asam lemak antara daging anjing dan sapi. Pada lemak daging anjing muncul beberapa asam lemak yang tidak dimiliki oleh lemak daging sapi diantaranya asam kaproat, asam siklopentanetridekanoat, asam arakhidonat, asam 7,10,13- eikosatrienoat, asam 9,12,15- oktadekatrienoat. Analisis kualitatif dari kromatogram GCMS menggunakan PCA menunjukkan lemak sapi, anjing, kambing, babi dan ayam dapat diidentifikasi dan dibedakan. Analisis kualitatif kandungan lemak anjing dalam bakso sapi formulasi menunjukkan perbedaan antara bakso formulasi yang memiliki kedekatan mirip dengan lemak sapi serta yang mirip dengan lemak anjing. Analisis kualitatif lemak anjing pada bakso sapi di pasaran menunjukkan sampel tidak mengandung lemak anjing.Kata kunci : bakso, GCMS, lemak daging anjingABSTRACTDue to the high difference of meat price, some unethical seller replaces beef intentionally with dog meat to get economical profits. The objective of this study is to assess the capability of GCMS coupled with chemometrics of PCA for rapid screening of dog fat in beef meatball formulation and beef meatballs in the market. The method of this research is non experimental that is identification of fatty acid profile of dog meat in beef meatball simulation and beef meatballs in the market. The result obtained from GCMS chromatogram profile showed that there is a difference in fatty acid composition between beef and dog meat. In dog meat fat appears some fatty acids that are not owned by beef fat i.e caproic acid, cyclopentanetridecanoic acid, arachidonate acid, 7,10,13-eicosatrienoic acid, 9,12,15-octadecatrienoic acid. Qualitative analysis from GCMS chromatogram using PCA showed that beef, dog, goat, pork and chicken can be identified and differentiated. Qualitative analysis of dog fat in simulated beef meatballs showed difference between simulated meatballs that have similar proximity to beef's fat as well as those that are similar to dog fat. Qualitative analysis of dog fat in beef meatballs in the market showed the sample doesn't contain dog fat. Keywords : dog meat fat, GCMS, meatball
Analisis Lemak Sapi dan Lemak Babi Menggunakan Gas Chromatography (GC) dan Fourier Transform Infra Red Spectroscophy Second Derivative (FTIR-2D) untuk Autentifikasi Halal Susy Yunita Prabawati; Imelda Fajriati
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.348 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.4119

Abstract

Telah dilakukan penelitian analisis lemak sapi dan lemak babi menggunakan Gas Chromatography (GC) dan FTIR second derivative (2D). Penelitian dilakukan untuk mempelajari perbedaan karakteristik dan profil kedua lemak dalam proses autentifikasi halal. Sampel lemak dipisahkan menggunakan ekstraksi Soxhlet dengan pelarut n-heksana selama 2 jam. Hasil ekstraksi selanjutnya dianalisis menggunakan GC dan FTIR 2D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan GC didapatkan kandungan asam lemak jenuh (asam palmitat dan asam okta-dekanoat) pada lemak sapi lebih banyak daripada asam lemak jenuh pada lemak babi. Adapun kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat, linoleat dan asam linolenat) pada lemak babi lebih tinggi daripada lemak sapi. Hasil ini dibuktikan dengan profil spektra FTIR 2D, dimana munculnya serapan pada bilangan gelombang 3000-3010 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur dari ikatan rangkap –C=CH cis pada profil spektra lemak babi, dan tidak nampak serapan pada bilangan gelombang tersebut pada profil lemak sapi. Dengan demikian, analisis lemak sapi dan lemak babi menggunakan GC dan FTIR 2D dapat digunakan untuk autentifikasi halal. Kata Kunci: Ekstraksi Soxhlet, GC, FTIR second derivative(2D), autentifikasi halal.
Pengaruh Jenis Mordan dan Proses Mordanting Terhadap Kekuatan dan Efektifitas Warna Pada Pewarnaan Kain Katun Menggunakan Zat Warna Daun Jambu Biji Australia Ardani Fadilah Ahmad; Nur Hidayati
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.832 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.4422

Abstract

Perkembangan penggunaan pewarna alami sebagai  pewarna  tekstil semakin mendapat perhatian karena alasan lingkungan. Daun  jambu biji Australia  merupakan tanaman tropis dan sub tropis yang berpeluang sebagai sumber zat warna alami karena kandungan tannin dan flavanoida-nya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pewarnaan kain katun menggunakan zat warna dari daun jambu biji Australia berdasarkan variasi jenis proses mordanting dan jenis mordan yang digunakan. Proses mordanting dikaji adalah pre-, meta- dan post-mordanting, sedangkan jenis mordan yang digunakan yaitu tawas, kapur dan tunjung. Respon yang diuji yaitu absorbansi larutan zat warna setelah pencelupan. Pewarnaan pada kain katun menghasilkan warna kecoklatan dan pewarnaan terbaik menggunakan mordan  tawas melalui proses post-mordanting.Kata kunci: pewarna alami tekstil; daun jambu biji Australia; mordanting.
Ekstraksi Zat Warna Dari Daun Jambu Biji Australia (Psidium Guajava L) Ichwan Haryadi; Nur Hidayati
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.347 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.4180

Abstract

Daun jambu biji Australia (Psidium guajava l) yang berwarna merah kecoklatan memiliki potensi sebagai zat warna alami karena daun jambu biji Australia mengandung senyawa tanin yang berwarna kecoklatan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh zat warna alami dari daun jambu biji Australia dan juga untuk mengkaji pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap kualitas dan rendemen zat warna yang dihasilkan. Variasi jenis pelarut meliputi larutan alkohol, asam asetat, asam klorida, sodium hidroksida, dan air netral biasa. Sedangkan metode yang digunakan adalah cara maserasi konvensional dan berbantuan gelombang ultrasonik. Larutan ekstrak daun jambu biji Australia diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 525 nm. Nilai absorbansi larutan ekstrak tertinggi ditunjukkan oleh larutan dengan menggunakan larutan alkohol dan sodium hidroksida dengan metode maserasi berbantuan gelombang ultrasonik, yaitu sebesar 2,205 dan diatas 3. Sedangkan rendemen tertinggi dihasilkan dengan metode konvensional dan menggunakan pelarut alkohol sebanyak 5.1%. Kata kunci : daun jambu australia; maserasi; ultrasonifikasi; zat warna alami
Optimasi Produksi Gelatin Halal dari Tulang Ayam Broiler (Gallus Domesticus) dengan Variasi Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Klorida (HCl) A.Ghanaim Fasya; Suci Amalia; M. Imamudin; Rizka Putri Nugraha; Nazilatun Ni’mah; Dewi Yuliani
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.303 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.3665

Abstract

Allah SWT memerintahkan manusia untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik. Salah satu Bahan Tambahan Pangan yang perlu diperhatikan kehalalannya adalah gelatin. Gelatin yang beredar di Indonesia sebagian besar diperoleh dari impor yang kemungkinan besar berasal dari tulang atau kulit babi. Selain dari tulang babi, gelatin dapat diproduksi dari tulang hewan yang halal seperti sapi, ikan atau ayam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dalam larutan asam klorida (HCl) dan variasi konsetrasi HCl terhadap produksi gelatin halal dari tulang ayam broiler.Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, pembuatan gelatin dengan variasi lama perendaman 12, 24, 36 dan 48 jam dalam HCl 5 %. Tahap kedua pembuatan gelatin dengan variasi konsentrasi HCl 3, 4, 5, 6 dan 7 % dengan lama perendaman optimal dari tahap sebelumnya. Karakterisasi produk gelatin dilakukan parameter uji kualitas gelatin dengan menentukan kadar air, kadar abu, derajat keasaman (pH), kekuatan gel, dan stabilitas emulsi dan kadar protein.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman dengan HCl pada poduksi gelatin tulang ayam broiler menghasilkan rendemen 7,89-10,21 %. Lama perendaman terbaik adalah 12 jam dengan rendemen 10,21 %, kadar air 8,00 %, kadar abu 11,50 %, dan pH  3,00. Sedangkan konsentrasi terbaik adalah 6 % yang dengan rendemen 3,68 %, kadar air 11,78 %, kadar abu 1,52 %, pH 4,78, kekuatan gel 9,8 N, stabilitas emulsi 63,39 % dan kadar protein 75,31 %. Kata kunci: gelatin halal; HCl, lama perendaman; konsentrasi: tulang ayam broiler. ABSTRACT Gelatin in Indonesia is generally obtained from imported product containing bone or pig skin. On the other hand, gelatin can be produced from halal sources such as cattle, fish or chickens. This study aims to determine the effect of curing time and HCl concentration variationon halal gelatin production from broiler chicken bone. This research was conducted in two stages.In the first stage, gelatin production with variation of curing time (12, 24, 36 and 48 hours) and in the second stage, gelatin production with variation of HCl concentration (3, 4, 5, 6 and 7%). Parameters in gelatin characterization are yield, moisture content, ash content, protein content, pH, gel strength, and emulsion stability. The results showed that the highest yield in gelatin production was 10.21% in 12 hours of curing time. Water content, ash content, and pH of the gelatin were 8.00%, 11.50%, and 3.00, respectively. Production of gelatin based on acid concentration variation gave the highest yield (1.52%) at HCl 6%. The chicken bone gelatin was analyzedwater, ash, and protein content which were 11.78%, 1.52%, and 75.31%, serially. Other parameters of the gelatin were 4.78 of pH, 412.4 g bloom of gel strength, and 63.39% of emulsion stability. Keywords: halal gelatin; HCl, curing time; acid concentration, broiler chicken bone;
Fortifikasi Tepung Eucheuma cottonii pada Pembuatan Mie Kering Sebagai Makanan Halal dan Thoyib Muhamad Firdaus; Abdul A. Jaziri; D S Sari; Yahya Yahya; Asep A Prihanto
Indonesia Journal of Halal Vol 1 (2) 2018
Publisher : Pusat Kajian Halal Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.848 KB) | DOI: 10.14710/halal.v1i2.3667

Abstract

Permintaan makanan halal dan thoyib semakin meningkat di dunia. Mie kering adalah salah satu makanan yang sangat digemari masyarakat. Namun, masih ada beberapa produk mie kering yang ditengarahi mengandung bahan baku tidak halal, khususnya mie impor. Selain itu, mie kering memiliki nilai indeks glikemik tinggi, yang kurang aman dan berisiko terhadap kesehatan dan juga rendah akan kandungan yodium. Oleh karena itu, diperlukan fortifikasi dengan rumput laut (E. cottonii). E. cottonii memiliki kandungan karagenan yang sangat besar sehingga kaya akan serat. Serat memainkan peranan penting untuk menurunkan nilai indeks glikemik. Di sisi lain, E. cottonii mengandung yodium yang tinggi. Fortifikasi E. cottonii dalam mie kering diharapkan juga dapat menambah nilai fungsional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi fortifikasi tepung E. cottonii pada indeks glikemik dan gizi mie kering. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi fortifikasi tepung rumput laut pada adonan mie kering yaitu 5%; 10%; dan 15%. Variabel dependen adalah indeks glikemik, kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar serat kasar, kandungan yodium, kehilangan masak, tarik, rasa, aroma, warna dan tekstur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan terbaik pada mie kering yang diperkaya dengan 15% tepung E. cottonii, yang terdiri dari 36,14 indeks glikemik dan 45,64 ppm yodium. Adapun kandungan gizi mie kering meliputi 8,95% kadar air, 0,27% lemak, 13,54% protein, 5,72% abu, 71,52% karbohidrat, dan 9,17% serat kasar. Selain itu, karakteristik dari mie kering 4,17% dari cooking loss dan 0,37 N dari kekuatan tarik. Selain itu, analisis organoleptik mie kering adalah 2,7 warna, 2,4 aroma, 2,5 tekstur, dan 2,70 rasa. Nilai indeks glikemik dalam penelitian ini sangat penting untuk menentukan mie kering sebagai makanan halal dan thayyib karena nilai tinggi indeks glikemik dalam makanan akan menyebabkan lonjakan kuat dalam gula darah, peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung dan kelebihan berat badan. Oleh karena itu, kami simpulkan bahwa formulasi terbaik untuk mie kering dengan 15% E. cottonii sebagai makanan halal dan thoyib. Kata kunci: Mie kering, E. cottonii, fortifikasi, halal, thoyib AbstractThe demand for halal and thayyib food is increasing in the world. Dried noodle is one of favorite food. However, some dried noodles contained non halal ingredients, especially imported noodles. In addition, dried noodles have high glycemic index, which are less safe and risky to health and also low in iodine content. Therefore, we focus to fortify with seaweed (E. cottonii). E. cottonii has  a number of carrageenan content and rich in fiber. Fiber plays an important role to lower the glycemic index. On the other hand, E. cottonii contains high iodine. Fortification of E. cottonii in dried noodle is also expected to add functional value. The purpose of this study was to determine the effect of various concentrations of E. cottonii flour fortification on glycemic index and nutrition of dreid noodle. The method used in this research is an experimental method with complete randomized design (RAL). The independent variable in this research is the concentration of seaweed flour fortification in dried noodle that is 5%; 10%; and 15%. Dependent variables are glycemic index, proximate composition, iodine content, and sensory analysis. The results of this study indicate that the best treatment of dried noodles enriched with 15% E. cottonii flour, consisting of 36.14 glycemic index and 45.64 ppm of iodine. The nutrient content of dry noodles include 8.95% moisture, 0.27% fat, 13.54% protein, 5.72% ash, 71.52% carbohydrate, and 9.17% crude fiber. In addition, the characteristics of dry noodle was 4.17% of cooking loss and 0.37 N of tensile strength. In addition, the organoleptic analysis of dry noodles was 2.7 colors, 2.4 aromas, 2.5 textures, and 2.70 flavors. The value of the glycemic index in this study is crucial for determining dried noodles as halal and thayyib food because the high value of the glycemic index in food will cause a strong spike in blood sugar, an increased risk of type 2 diabetes, heart disease and overweight. Therefore, we conclude that the best formulation for dry noodles with 15% E. cottonii as halal and thayyib food. Keywords: Dreid noodle, E. cottonii, fortification, halal, thayyib

Page 1 of 1 | Total Record : 7