cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Published by Universitas Trisakti
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 26 Documents
Perancangan Lanskap Condotel Bogor Green Forest dengan Pendekatan Ecowisata (Bogor Green Forest Condotel Lanscape Design with Ecotourism Approach) Muhammad Azfary Auliady; Titien Suryanti
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan 2018: Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/psnkb.v1i1.2907

Abstract

Condotel Bogor Green Forest merupakan salah satunya hotel resort di kawasan Cijeruk, Bogor Selatan dengan suasana sekelilingnya yang masih alami. Dengan karakteristik kawasan tersebut memerlukan penataan ruang luar yang dapat memberikan kesan yang alami dan ramah lingkungan. Metode penelitianyang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Tujuan Penelitian menjadikan condotel Bogor Green Forest sebuah tempat wisata yang menguntungkan dengan memiliki kesan alam berbeda dan menjadi tempat wisata yang ramah lingkungan. Hasil rancangan lanskap condotel Bogor Green Forest terlihat pada zonasi yang terbentuk yaitu; zona penerima, zona condotel, zona wisata kuliner, zona wisata rekreasi alam. Pengaplikasiannya dalam perancangan Lanskap Bogor Green Forest yaitu Menjadikan Bogor Green Forest sebuah tempat yang dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk pengunjung dengan memanfaatkan potensipotensi alam juga karakteristiknya sehingga memberikan kesan tersendiri.Kata Kunci: ecowisata, hotel resort, lanskap, perancangan
Push And Pull Factor dalam Proses Habitat Selection Akibat Keberadaan Kegiatan Pendidikan Tinggi di Kawasan Perumahan Siwalankerto, Kota Surabaya, Jawa Timur (Habitat Selection Process Due to Exixtence of Higher Education Activities Siwalankerto Housing Area, Surabaya City, East Java) Anindita Ramadhani; Annisa B. Tribhuwaneswari
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan 2018: Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/psnkb.v1i1.2897

Abstract

Kehadiran sebuah perguruan tinggi di sebuah kawasan mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap perkembangan sebuah kota, baik secara fisik maupun non fisik. Kawasan Siwalankerto adalah kawasan yang terdampak oleh keberadaan Universitas Kristen Petra Surabaya. Komunitas pendatang (mahasiswa dan pegawai) yang masuk menyebabkan perubahan terhadap kecenderungan penggunaan lahan dari perumahan ke perdagangan dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan mahasiswa.Berdasarkan data profil kependudukan Kelurahan Siwalankerto, terjadi penurunan jumlah penduduk dari tahun 2010-2014 dan peningkatan tingkat migrasi keluar sebesar 4,7%. Hal ini mengindikasikan terjadinyaproses habitat selection yang berpengaruh pada push and pull factor yang menyebabkan masuk dan keluarnya komunitas pada kawasan, salah satunya pada Perumahan Siwalankerto Permai. Pergeseran komunitas dari penghuni tetap menjadi komunitas penghuni musiman bertentangan dengan prinsipkomunitas berkelanjutan dalam SDGs. Maka, diperlukan pemahaman terkait push and pull factor apakah yang menyebabkan terjadinya perpindahan komunitas. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pushand pull factor dalam proses habitat selection akibat keberadaan perguruan tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik analisis character appraisal dalam menilai dan mengelompokkan lingkungan perumahan serta metode wawancara dan pengamatan untukmenngidentifkasikan faktornya. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasinya Push and pull factor pada kawasan studi. Push factor yang diidentifikasi adalah faktor lokasi dan ekonomi, sedangkan pull factoryang diidentifikasi adalah faktor lokasi, ekonomi, sarana dan prasarana, dan sosial.Kata Kunci : habitat selection, komunitas, kawasan perumahan, push factor, pull factor
Analisis Risiko Paparan Kebisingan dan Gas Hidrogen Sulfida (H2S) Terhadap Pekerja pada Proses Produksi di Job Pertamina-Talisman (Ogan Komering), Sumatera Selatan, Indonesia (Exposure Risk Analysis of Noise and Hydrogen Sulfide (H2S) Gas to Workers in Production Process at Job Pertamina-Talisman (Ogan Komering), South Sumatera) Satria Ramadhan; Endro Suswantoro; Margaretha Maria Sintorini
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan 2018: Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/psnkb.v1i1.2888

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis faktor risiko pada proses produksi yang mencakup paparan dari kebisingan dan kadar gas H2S. Analisis risiko paparan kebisingan dan gas H2S terhadap pekerja dilakukan pada proses produksi JOB Pertamina-Talisman (Ogan Komering), Sumatera Selatan, Indonesia. Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan observasi pada area kerja proses produksi JOB Pertamina-Talisman (Ogan Komering) sedangkan analisis risiko faktor lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner dan selanjutnya dianalisis dengan jumlah responden sebanyak 80 responden yang tersebar pada area proses produksi dan sekitar area proses produksi. Hasil identifikasi resiko pekerjaan diantaranya sumber bising berasal dari kompresor, pompa-pompa, penggunaan alat berat, dan perawatan pada kompartemen alat pendukung pada proses produksi. Bahaya gas H2S berasal dari minyak bumi dan gas ikutan yang mengandung H2S. Sumber gas H2S berada di area separator, FWKO, dan H2S removal. Dari paparan kebisingan terdapat kebisingan yang paling tinggi dan melewati nilai ambang batas yang ditentukan oleh Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2011 sedangkan temuan kadar H2S masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 tahun 2011. Nilai paparan kebisingan terhadap risiko gangguan sakit kepala sebesar 1,32 kali lebih besar dan gangguan pendengaran sebesar 1,37 kali lebih besar dibandingkan dengan area pekerja yang tidak terpapar bising (office room) sedangkan risiko penyakit darah tinggi dan cepat lelah tidak disebabkan oleh faktor kebisingan. Nilai paparan kadar H2S tidak berpengaruh terhadap penyakit yang ada Kata Kunci: kebisingan, H2S, analisis risiko, migas, faktor resiko
Dewan redaksi, Kata pengantar, Daftar isi dan Sambutan ketua panitia Daftar Isi
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan 2018: Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/psnkb.v1i1.2912

Abstract

Dewan redaksi, Kata pengantar, Daftar isi , Sambutan ketua panitia Dll
Peran Serta Masyarakat Menunjang Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Tangerang Selatan, Jawa Barat (Community Participation Supporting Development of Green Open Space in South Tangerang City, Banten) Hinijati Widjaja
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan 2018: Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/psnkb.v1i1.2902

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai penyebab kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan infrastruktur ruang terbuka hijau (RTH) di kota Tangerang Selatan (Tangsel) Provinsi Banten. Pembangunan RTH tidak seimbang apabila dibandingkan dengan kebutuhan pembangunan fisik lainnya,seperti pembangunan propert dan gedung pemerintah. Fenomena ketidakserasian lingkungan kota tersebut tampak dari hasil pembangunan tersebut. Untuk itu perlu diantisipasi dengan mengajak peran serta masyarakat penghuni kota itu sendiri. Upaya peran serta masyarakat dalam pembangunan RTH, dengan tujuan untuk menjadikan kota yang asri di Tangsel sesuai Permendagri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP). Karena itu timbul pertanyaan, seperti bagaimana masyarakat berperan serta dalam membangun RTH, serta bagaimanakah cara-cara mengajak masyarakat berperanserta dalam pembangunan RTH oleh aparat Pemda, dan apakah ada kebijakan yang mendukung. Kajian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dan analisa studi kasus padaKota Tangerang Selatan juga peran serta masyarakat dalam pembangunan RTH yang diperkirakan hanya 9% dari luas wilayah. Keberhasilan pembangunan RTH dapat dilihat pada beberapa aspek yang meliputi 5 (lima) faktor seperti, dukungan peraturan dan undang-undang, eksternalitas, informasi yang tepat, sistem network yang biasanya horizontal, dan peran lembaga masyarakat yang peduli lingkungan hidup,sehingga akan tampil kota berkelanjutan.Kata Kunci: kota berkelanjutan, masyarakat, peran serta, ruang terbuka hijau (RTH)
Kajian Tingkat Kebisingan Lingkungan pada Kawasan Pendidikan (Study of Ambient Noise Level in Education Areas) Arini Prasetyani; Bambang Iswanto; Hernani Yulinawati
Seminar Nasional Kota Berkelanjutan 2018: Prosiding Seminar Nasional Kota Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/psnkb.v1i1.2893

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan di lingkungan sekolah (SDN Jatinegara Kaum 03 Pagi dan 01 Pagi) 18 dan membandingkannya dengan baku tingkat kebisingan. Pengukuran kebisingan lingkungan dilakukan selama 2 minggu menggunakan Sound Level Meter pada 12 titik sampling untuk kemudian dihitung nilai Ls nya. Tingkat ketergangguan civitas akademika dianilisis berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada 83 responden sebagai sampel. Berdasarkan hasil pengukuran, hari, rentang waktu dan titik lokasi dengan tingkat kebisingan tertinggi yaitu pada hari Jumat pukul 14.00-17.00 di titik 6 (Lantai 2). Kebisingan di kedua sekolah tersebut telah melewati Baku Mutu Tingkat Kebisingan yang ditetapkan oleh KepmenLH No. 48 Tahun 1996. Jarak tidak selalu mempengaruhi tingkat kebisingan, karena tingkat kebisingan bergantung pada keberadaan barrier sebagai penghalang kebisingan. Berdasarkan hasil analisis kuisioner, sebanyak 43-47% responden terganggu dengan kebisingan yang terjadi.Kata Kunci: jarak, kebisingan, lantai, Leq, sekolah dasar

Page 3 of 3 | Total Record : 26