cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)" : 8 Documents clear
PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE (Clarias gariepinus) DENGAN APLIKASI VAKSIN HYDROVAC Septyan Andriyanto; Desy Sugiani
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.176 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.59-64

Abstract

Percobaan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan lele dengan pemberian vaksinasi hydrovac pada awal pemeliharaannya. Ikan uji yang digunakan yaitu benih ikan lele berukuran panjang 11,66 ± 0,71 cm dan bobot 9,55 ± 1,50 g. Sebanyak 250 ekor benih lele dipelihara dalam waring berukuran 1 m x 1 m x 1 m dengan perlakuan yaitu: (A) tanpa divaksinasi dan (B) dengan vaksinasi. Sampling pertumbuhan panjang dan bobot badan dilakukan setiap dua minggu sekali selama enam minggu masa pemeliharaan. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan harian. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang dan bobot badan benih lele dengan vaksinasi mencapai 16,57 ± 1,21 cm dan 31,50 ± 6,53 g lebih besar dibandingkan tanpa vaksinasi sebesar 15,64 ± 1,50 cm dan 27,50 ± 8,19 g. Begitupula laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan harian benih lele pada perlakuan vaksinasi lebih tinggi dibanding tanpa vaksinasi. Performa pertumbuhan benih ikan lele (Clarias gariepinus) yang divaksinasi dengan vaksin hydrovac lebih baik dibandingkan tanpa vaksinasi.
SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Didik Ariyanto
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.95 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.65-70

Abstract

Perbaikan genetik ikan melalui program pemuliaan diharapkan dapat memperbaiki kualitas induk dan benih ikan. Seleksi, sebagai sebuah metode pemuliaan, dapat dilakukan dengan berbagai cara, sesuai dengan kondisi populasi yang akan diperbaiki. Seleksi individu adalah metode seleksi paling sederhana dan mudah dilakukan. Seleksi individu akan efektif jika dilakukan pada populasi dengan nilai heritabilitas yang tinggi. Populasi dengan nilai heritabilitas rendah hingga sedang dapat diseleksi menggunakan metode seleksi famili. Tulisan ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar pengaruh metode seleksi berbeda yang diterapkan pada suatu populasi terhadap respons seleksi yang diperoleh. Pada tulisan ini, digunakan data yang diperoleh pada kegiatan seleksi karakter pertumbuhan ikan mas yang dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI), Sukamandi.
PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT: IMPLIKASI PENERAPAN BLUE ECONOMY DI TELUK SEREWEH, NUSA TENGGARA BARAT Erlania Erlania; I Nyoman Radiarta
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.978 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.97-101

Abstract

Rumput laut merupakan komoditas budidaya yang juga berperan dalam perbaikan kualitas lingkungan perairan, sehingga dijadikan sebagai salah satu komponen pengembangan budidaya laut dengan konsep ekonomi biru (blue economy). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi perairan bagi pengembangan budidaya rumput laut sebagai implikasi penerapan blue economy di Teluk Sereweh, Nusa Tenggara Barat. Pengumpulan data lapangan meliputi beberapa paremeter kualitas perairan pada 32 titik pengamatan in situ dan 16 titik pengamatan ek situ yang disebar pada seluruh kawasan penelitian, serta kondisi existing budidaya rumput laut melalui wawancara langsung dengan masyarakat pembudidaya. Data yang terkumpul digunakan untuk mengestimasi daya dukung lingkungan perairan untuk budidaya rumput laut dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kondisi perairan Teluk Sereweh sangat baik untuk pengembangan budidaya rumput laut dengan daya dukung mencapai 93,3 ha untuk sistem long line dan 142,2 ha untuk sistem rakit apung. Namun pemanfaatan kawasan perairan untuk budidaya rumput laut perlu diatur berdasarkan daya dukung perairan tersebut, sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimum, dan rumput laut sebagai komponen budidaya berbasis blue economy dapat memperlihatkan peranannya untuk mendukung keberlanjutan usaha budidaya rumput lautoleh masyarakat pesisir.
PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN HIAS KOI (Cyprinus carpio) LOKAL DI BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN HIAS DEPOK Eni Kusrini; Sawung Cindelaras; Anjang Bangun Prasetio
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.964 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.71-78

Abstract

Salah satu komoditas ikan hias air tawar introduksi yang sampai saat ini masih menjadi primadona di pasar internasional dan merupakan ikan hias kelompok mahal, serta fluktuasi di pasaranpun relatif stabil adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Komoditas ikan hias koi telah menjadi komoditas andalan di beberapa daerah seperti Sukabumi, Cianjur, dan Blitar karena telah berhasil mengangkat perekonomian masyarakat dan menjadikannya sebagai alternatif penghasilan selain padi. Guna mendukung produksi ikan hias koi di beberapa sentra yang ada, dilakukan penelitian untuk mengembangkan budidaya secara intensif yang dilakukan pada lingkungan terkontrol melalui perbaikan teknologi budidaya. Penelitian dilakukan skala lapang di BPPBIH dengan metode survai ke sentra produksi untuk koleksi induk, pembenihan, dan pembesaran dengan menggunakan kolam tanah serta kolam beton untuk pemijahan dan inkubasi telur. Hasil dari penelitian ini berupa data dan informasi teknik budidaya dan produksinya yang dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi budidaya ikan hias koi.
TANTANGAN BISNIS IKAN HIAS TIGER CATFISH (Pseudoplatystoma fasciatum) MELALUI PENGUASAAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN Eni Kusrini; Agus Priyadi; Anjang Bangun Prasetio
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1132.662 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.79-83

Abstract

Ikan tiger catfish (Pseudoplatystoma fasciatum) merupakan salah satu ikan hias hasil introduksi yang berasal dari Sungai Amazon Amerika Latin dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama untuk komoditas ekspor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pembenihan ikan tiger catfish secara buatan. Metode yang digunakan untuk pemijahan buatan ikan tiger catfish ini adalah dengan stimulasi hormon gonadotropin. Calon induk ikan hias tiger catfish dapat matang gonad dipelihara dalam kolam beton berukuran 2,5 m x 2,0 m x 0,8 m dengan ke dalaman air antara 50-60 cm dilengkapi dengan sistem sirkulasi. Perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1:2. Bobot rata-rata induk yang siap dipijahkan sekitar 2,5 kg dan sudah berumur minimal dua tahun. Jumlah telur yang dihasilkan setiap satu induk dapat mencapai 300.000 butir dengan daya tetas rata-rata 80%. Telur akan menetas semua dalam waktu 15 19 jam pada suhu berkisar antara 26oC-30oC. Larva yang telah menetas tetap dibiarkan dalam akuarium sampai kuning telur yang menempel di tubuh habis termakan. Keberhasilan pembenihan diawali dari pengelolaan induk yang benar untuk dapat matang gonad, sehingga kualitas telur bagus dan akan menghasikan benih-benih yang berkualitas. Teknik pembenihan juga menjadi faktor yang menentukan untuk keberhasilan pembenihan. Teknologi pemijahan buatan dengan menggunakan stimulasi hormon gonadotropin ikan tiger catfish telah dikuasai dan telah berkembang di para breeder ikan hias.
ABNORMALITAS MORFOLOGIS BENIH IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) STRAIN MUTIARA Bambang Iswanto; Rommy Suprapto
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.392 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.51-57

Abstract

Ikan lele Mutiara merupakan strain baru ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) hasil pemuliaan yang memiliki keunggulan-keunggulan karakteristik budidaya, terutama pertumbuhan. Selain karakteristik budidayanya, karakteristik morfologis ikan lele Mutiara juga perlu dieksplorasi. Salah satu aspek morfologi yang perlu dieksplorasi tersebut adalah abnormalitas morfologis benihnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui abnormalitas morfologis benih ikan lele Mutiara dibandingkan dengan benih strain-strain ikan lele Afrika lain yang digunakan dalam kegiatan budidaya di Indonesia, yakni ikan lele Sangkuriang, Dumbo, Sukhoi, Burma, Paiton, Phyton dan Masamo. Karakteristik yang diamati adalah abnormalitas bentuk morfologis (deformitas) dan fluktuasi asimetri sirip dada dan sirip perut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat deformitas (4,00%) dan fluktuasi asimetri (sirip dada 0,14 dan sirip perut 0,02) benih ikan lele Mutiara lebih rendah daripada benih-benih ikan lele Sangkuriang, Dumbo, Sukhoi, Burma, Paiton, Phyton dan Masamo (deformitas berkisar 6,00-42,00%, fluktuasi asimetri sirip dada berkisar 0,30-0,68 dan sirip perut berkisar 0,12-0,62). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bentuk morfologis benih ikan lele Mutiara lebih normal daripada benih-benih ikan lele Sangkuriang, Dumbo, Sukhoi, Burma, Paiton, Phyton dan Masamo. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mutu dan keragaman genetis ikan lele Mutiara lebih tinggi daripada strain-strain ikan lele Afrika lain yang digunakan dalam kegiatan budidaya di Indonesia tersebut.
APLIKASI BAKTERIN PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK DENGAN POLA TRADISIONAL PLUS Arifuddin Tompo; Endang Susianingsih; Koko Kurniawan
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.053 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.85-89

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bakterin pada budidaya udang windu di tambak sistem tradisional plus di Instalasi Tambak percobaan Marana, Maros menggunakan 10 petak tambak berukuran 250 m2 dengan dua perlakuan dan lima ulangan. Kepadatan udang yang digunakan 10 ekor/m2 ukuran PL-15 yang sebelum ditebar direndam dengan bakterin pada dosis 0,2 mL/L selama 45 menit. Perlakuan yang dicobakan adalah: (A) pemeliharaan udang windu dengan penambahan bakterin, vitamin C, dan binder progold pada pakan sebelum peleting dan (B) pemeliharaan udang windu dengan pemberian pakan biasa tanpa penambahan bakterin sebagai kontrol. Pemberian pakan dengan penambahan bakterin dilakukan 2 kali setiap bulan yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 pemeliharaan setiap bulan selama 90 hari pemeliharaan. Peubah yang diamati meliputi populasi bakteri dan parameter kualitas air setiap dua minggu sekali serta sintasan dan produksi. Rata-rata sintasan pada perlakuan A sebesar 71,48% dengan tingkat produksi 391 kg/ha sedangkan perlakuan B (kontrol) diperoleh sintasan 62,4% dengan produksi sebesar 367 kg/ha. Analisa populasi bakteri baik pada tanah maupun pada air masih berada pada kisaran yang aman untuk budidaya udang windu begitu pula parameter kualitas air masih berada pada batas yang aman untuk budidaya.
DETEKSI POLYMORPHISME DENGAN SUBSTITUSI NUKLEOTIDA TUNGGAL PADA Streptococcus agalactiae ISOLAT LOKAL INDONESIA Angela Mariana Lusiastuti; Helga Seeger; Desy Sugiani; Tatik Mufidah; Hessy Novita
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.148 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.91-95

Abstract

Kasus penyakit pada budidaya ikan nila di wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Papua Barat, disebabkan Streptococcus yang menyebabkan penyakit Streptococcosis di mana 80% disebabkan oleh grup B S. agalactiae. Tujuan penelitian ini adalah melakukan deteksi pada nukleotida isolat S. agalactiae untuk mengetahui sampai sejauh mana terjadinya nukleotida polimorfisme tunggal (SNP) pada isolat tersebut. Identifikasi menggunakan PCR dilakukan terhadap 16S rDNA dan primer spesifik spesies terhadap S. agalactiae yaitu agal I 5’-ATAAGAGTAATTAACACATGTTAG-3’ (forward) dan agal II 5’-ACTTCGGGTGTTACAAAC-3’(reverse) dengan target 1250 bp. Produk PCR diamplifikasi terlebih dahulu menggunakan tujuh pasangan primer oligonukleotida yang berbeda yang didesain dari sekuens genom NEM316 GBS. Sekuens yang diperoleh dibandingkan dengan sekuens di Gene Bank database menggunakan National Center for Biotechnology Information Blast search tool. Hasil yang diperoleh ternyata ada dua basa yang berubah yaitu pada basa 24 dan basa 167. Pada basa 24 jelas terjadi subtitusi basa baru yaitu G, yang seharusnya tidak ada basa tersebut pada gen adhP-54 dan adhP-49 standar. Sedangkan pada basa 167 terjadi perbedaan basa dari seharusnya A pada standar menjadi G pada isolat 2.

Page 1 of 1 | Total Record : 8