Articles
10 Documents
Search results for
, issue
"Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)"
:
10 Documents
clear
KERAGAAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN MAS DI KJA WADUK Ir. H. DJUANDA, JATILUHUR
Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (30.475 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.11-13
Sistem budidaya ikan mas di Kantong Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang paling efisien sampai saat ini. Salah satu sentra produksi ikan mas sistem KJA adalah di KJA Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur. Perkembangan budidaya ikan mas di KJA Jatiluhur perlu diketahui sebagai bahan evaluasi untuk menjaga keberlangsungan budidaya ikan mas di KJA dan pengembangannya sebagai salah satu usaha bisnis yang menguntungkan Secara rata-rata budidaya mas di KJA Jatiluhur mempunyai nilai sintasan = 85,19%; efisiensi pakan (EP) = 57,15%; pertambahan biomassa = 13,05 kg/hari/unit; dan harga pokok produksi (HPP) = Rp 11.254,-/kg.
EKSISTENSI INDUSTRI TEPUNG IKAN DI KOTA TEGAL, JAWA TENGAH
Erlania Erlania
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (152.983 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.39-43
Ketergantungan industri pakan ikan terhadap bahan baku impor, termasuk tepung ikan, menyebabkan harga pakan ikan menjadi mahal, sementara produksi tepung ikan lokal belum dapat memenuhi kebutuhan industri pakan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kota Tegal, Jawa Tengah merupakan daerah penghasil ikan dengan hasil tangkapan yang masih berlimpah, sehingga di daerah ini industri tepung ikan cukup berkembang walaupun masih dengan teknologi yang sangat sederhana. Industri tepung ikan yang berkembang di kawasan pengolahan ikan di pelabuhan perikanan Kota Tegal ini menggunakan bahan baku yang berasal dari limbah industri fillet berupa kepala, tulang, kulit, sisik, jeroan, dan sisa sisa daging ikan yang menempel pada tulang. Kekurangan dari tepung ikan lokal, termasuk dari Tegal umumnya memiliki kualitas rendah dengan kandungan protein antara 37%-38% dan kadar abu yang cukup tinggi yaitu 42%-44% (tidak memenuhi standar mutu tepung ikan berdasarkan SNI 01-2715-1996/Rev. 92). Hal ini disebabkan karena rendahnya kualitas bahan baku yang digunakan. Agar produk tepung ikan lokal dapat bersaing dengan tepung ikan impor, maka perlu adanya upaya peningkatan kualitas tepung ikan melalui penggunaan bahan baku dan penerapan teknologi yang lebih baik, sehingga dapat mereduksi penggunaan tepung ikan impor khususnya dalam industri pakan ikan.
AKTIVITAS OSMOREGULASI, RESPONS PERTUMBUHAN, DAN ENERGETIC COST PADA IKAN YANG DIPELIHARA DALAM LINGKUNGAN BERSALINITAS
Wahyu Pamungkas
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (120.961 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.44-51
Salinitas di perairan menimbulkan tekanan-tekanan osmotik yang dapat berbeda dengan tekanan osmotik di dalam tubuh organisme perairan. Hal tersebut menyebabkan organisme harus melakukan mekanisme osmoregulasi di dalam tubuhnya sebagai upaya untuk menyeimbangkan tekanan osmotik di dalam dan di luar tubuh. Proses osmoregulasi merupakan salah satu proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh ikan untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh agar seimbang dengan lingkungannya. Ketidakmampuan ikan dalam mengontrol keseimbangan osmotik dalam tubuhnya akan menyebabkan ikan stres dan dapat berakibat pada kematian ikan. Perubahan kondisi lingkungan juga akan mengakibatkan perubahan alokasi energi yang ada di dalam badan ikan. Energi yang seharusnya untuk pertumbuhan akan digunakan untuk melakukan aktivitas metabolisme yang meningkat sebagai akibat dari perubahan kondisi lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan. Review yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas osmoregulasi, respons pertumbuhan, dan energi yang digunakan pada ikan yang dipelihara dalam media bersalinitas. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat metabolisme dan pertumbuhan pada ikan yang dipelihara pada kondisi salinitas yang berbeda.
PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH
Septyan Andriyanto;
Evi Tahapari;
Irsyaphiani Insan
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (104.508 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.20-25
Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki program berupa industrialisasi perikanan dengan salah satu komoditas unggulannya yaitu ikan patin. Dalam rangka mendukung pengembangan program tersebut, maka dilakukan kegiatan “Pemasyarakatan IPTEK (IPTEKMAS) Pendederan Ikan Patin di Waduk Malahayu, Brebes, Jawa Tengah”, yang bertujuan sebagai transfer teknologi pendederan untuk menghasilkan benih ikan patin dengan ukuran yang siap dibesarkan atau siap ditebar sebagai benih restocking di Waduk Malahayu. Tahapan kegiatan IPTEKMAS ini di antaranya pemilihan lokasi, koordinasi dan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan teknologi pendederan ikan patin, serta temu lapang dan restocking benih ikan patin di Waduk Malahayu. Kegiatan yang dilakukan dalam pendederan ikan patin meliputi: persiapan kolam pendederan, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, manajemen kesehatan ikan, dan teknik pemanenan benih. Melalui kegiatan ini dihasilkan benih ikan patin berukuran 4-5 inci atau 10 g, dengan tingkat sintasan benih rata-rata sebesar 98,76%. Manfaat yang diperoleh selain nelayan mampu mendederkan sendiri benih ikan patin sampai ukuran restocking, juga mendukung program restocking di Waduk Malahayu yang berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan setempat tanpa merusak lingkungan perairan.
BEBERAPA JENIS IKAN LOKAL YANG POTENSIAL UNTUK BUDIDAYA: Domestikasi, Teknologi Pembenihan, dan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Budidaya
Estu Nugroho;
Mochammad Fatuchri Sukadi;
Gleni Hasan Huwoyon
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (105.636 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.52-57
Biodiversitas ikan-ikan air tawar lokal asli Indonesia sangat berlimpah namun belum banyak dimanfaatkan dalam budidaya. Pemanfaatan secara langsung masih dalam taraf penangkapan di alam yang dikhawatirkan dapat membahayakan populasinya di alam. Salah satu alternatif untuk pencegahannya adalah dengan upaya meningkatkan budidaya dan mengurangi penangkapan yang berlebihan. Langkah pertama yang dibutuhkan adalah melakukan domestikasi untuk mendapatkan teknologi pembenihannya dan upaya pengelolaan lingkungan yang dibutuhkannya. Sekitar 20 jenis ikan lokal asli Indonesia telah dimanfaatkan dalam budidaya ikan konsumsi, sedangkan teknologi yang telah berhasil dikembangkan tercatat pada 7 jenis ikan air tawar seperti ikan baung, jelawat, nilem, kancra, tawes, belida, dan betutu.
AMANKAH MENGONSUMSI IKAN TRANSGENIK?
Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (39.717 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.1-4
Produk rekayasa genetik atau organisme hasil modifikasi adalah organisme hidup, bagianbagiannya, dan/atau hasil olahannya yang mempunyai susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi modern. Saat ini, di masyarakat Indonesia masih terdapat kekhawatiran mengenai aman tidaknya mengonsumsi produk-produk hasil rekayasa genetika termasuk ikan. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar mengenai tingkat keamanan mengonsumsi produk-produk hasil rekayasa genetik. Pada tulisan ini akan disampaikan beberapa hasil penelitian mengenai efek mengonsumsi ikan transgenik pada hewan uji dan manusia, komersialisasi ikan transgenik, peraturan internasional mengenai produk-produk transgenik dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2005 mengenai keamanan hayati produk rekayasa genetik.
POLIKULTUR RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) DENGAN BANDENG DI KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH
Bambang Priono;
Septyan Andriyanto;
Irsyaphiani Insan
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (80.097 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.26-31
Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hampir seluruh perairan pantai Indonesia dapat ditanami rumput laut, termasuk jenis Gracilaria verrucosa yang banyak dibudidayakan di tambak-tambak rakyat yang kurang produktif. Beberapa faktor penyebab produktivitas belum optimal adalah paket teknologi budidayanya yang belum tersosialisasikan dengan baik. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai polikultur rumput laut dengan bandeng di tambak untuk mengetahui performan bibit terbaik dari beberapa kultivar berdasarkan lokasi sumber bibit. Penelitian dilakukan di tambak pembudidaya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah seluas 6 ha dan masing-masing berukuran 0,5-1 ha/petak. Persiapan yang dilakukan meliputi perbaikan saluran inlet, outlet, pematang, pintu air dan pelataran, pemberantasan hama dan biota liar, pemupukkan, serta pengisian air (ketinggian 60 cm). Pada setiap petak dibuat 3 petak pengamatan berbentuk segi empat berukuran 1 m2 (sebagai ulangan). Bibit rumput laut yang ditanam sebanyak 2.200 kg/ha, sedangkan pada petak pengamatan ditanam sebanyak 1 kg/petak. Guna meminimalkan pertumbuhan klekap dan lumut maka pada setiap petak tambak ditebari gelondongan bandeng sebanyak 2.500 ekor/ha. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rumput laut yang ditanam dapat tumbuh mencapai lebih dari 375% selama lebih dari 2 bulan pemeliharaan dan menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa dapat dipelihara bersama dengan bandeng.
KRIOPRESERVASI SPERMATOFOR DAN INSEMINASI BUATAN PADA UDANG GALAH, TAHAP AWAL TRANSGENESIS UDANG GALAH
Ikhsan Khasani
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (69.848 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.5-10
Teknologi transfer gen, yang lebih dikenal sebagai transgenesis, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi guna mempercepat penyediaan induk ikan dan udang unggul di Indonesia. Pada banyak spesies ikan, keberhasilan teknologi transgenesis telah mampu membentuk strain ikan dengan performa tumbuh hingga 200% dari ikan normal. Agar teknologi transfer gen dapat dilakukan, maka teknik fertilisasi dan penetasan buatan harus dikuasai dengan baik. Spesifik pada udang galah, produksi larva hampir selalu dilakukan dengan sistem pemijahan dan penetasan telur alami, karena dirasa lebih mudah dan menguntungkan sehingga teknologi inseminasi dan penetasan buatan kurang berkembang. Namun demikian, mengingat persyaratan tahap transgenik tersebut maka teknologi inseminasi dan penetasan telur buatan pada udang galah harus segera dikuasai sehingga program transfer gen dapat dilakukan di Indonesia. Informasi keberhasilan pengambilan sperma, preservasi sperma, transfer gen, pembuahan buatan, dan penetasan buatan pada udang galah merupakan hal menarik yang akan penulis uraikan dalam artikel ini. Tujuan utama transfer gen pada udang galah adalah mendapatkan strain udang galah tumbuh cepat dan tahan penyakit sehingga mampu mendukung peningkatan produksi udang galah nasional.
PENGGUNAAN ENZIM CAIRAN RUMEN SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENDUKUNG PEMANFAATAN BAHAN BAKU PAKAN IKAN LOKAL
Wahyu Pamungkas
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (67.26 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.32-38
Pemanfaatan bahan baku pakan alternatif telah banyak dilakukan yaitu dengan menggunakan bahan baku pakan lokal yang mudah didapat dan biasanya berupa limbah yang belum termanfaatkan secara optimal. Namun, upaya pemanfaatan bahan baku pakan lokal tersebut masih mengalami kendala salah satunya adalah tingginya kandungan serat kasar yaitu lebih dari 7%. Kandungan serat kasar yang tinggi menyebabkan bahan baku lokal tersebut perlu diolah lagi agar dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan. Salah satu alternatif teknologi yang dapat digunakan adalah pemanfaatan cairan rumen untuk menurunkan kandungan serat kasar bahan pakan. Cairan rumen merupakan salah satu sumber bahan alternatif yang murah dan dapat dimanfaatkan dengan mudah sebagai sumber enzim hidrolase. Pengolahan bahan baku pakan lokal hasil limbah agro industri dan limbah peternakan menggunakan enzim cairan rumen akan dapat memberikan dampak peningkatan nilai nutrisi bahan pakan lokal sehingga dapat digunakan menjadi sumber pakan alternatif yang berkualitas.
PENGGUNAAN BERBAGAI WADAH UNTUK PEMBUDIDAYAAN IKAN HIAS AIR TAWAR
Darti Satyani;
Bambang Priono
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (154.515 KB)
|
DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.14-19
Bisnis ikan hias memiliki prospek yang sangat menggiurkan, tidak perlu modal besar dan dalam membudidayakannya tidak memerlukan keterampilan khusus serta pasarnya pun terbilang cukup mudah, terutama di kota-kota besar. Untuk mendapatkan hasil budidaya ikan hias yang baik dapat dilakukan dengan selalu menjaga kualitas dan kuantitasnya. Dalam menjaga kualitas dan kuantitas tidak terlepas dari cara budidaya ikan hias yang dilakukan. Budidaya ikan hias dapat menggunakan wadah dari berbagai jenis selama tidak bocor. Wadah budidaya yang sering digunakan untuk ikan hias adalah akuarium, kolam tanah, bak semen, kolam terpal/plastik, bak fiber glass dengan ukuran yang beragam. Agar wadah berfungsi dengan baik antara lain adalah wadah harus dapat menampung air dengan baik, mudah dikelola dan tidak atau bukan berasal dari bahan yang dapat memengaruhi kehidupan ikan.