cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)" : 10 Documents clear
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS LAUT UNTUK MELESTARIKAN SUMBERDAYA GENETIKNYA Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.244 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.65-70

Abstract

Ikan hias laut merupakan salah satu komoditas sumberdaya kelautan yang potensinya masih kurang diperhatikan. Padahal beberapa jenis ikan hias laut tersebut mempunyai nilai jual tinggi di pasaran internasional. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbenihan guna mendapatkan benih yang unggul agar produksi budidaya dapat lebih maju. Sumberdaya genetik ikan hias laut yang tersebar di perairan Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam. Sumberdaya genetik yang ada selama ini telah termanfaatkan untuk komoditas ekspor dan telah dilakukan penangkapan yang terus-menerus. Eksploitasi yang berlebihan dikhawatirkan akan menyebabkan sumberdaya genetik yang ada habis. Penelitian dan pengembangan budidaya ikan hias laut telah dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, dan Balai Budidaya Laut Ambon untuk beberapa jenis di antaranya clown fish, banggai cardinal fish, clown biak, dan letter six. Teknologi pembenihan ikan hias laut tersebut telah dikuasai dengan baik, namun tingkat sintasan dan kualitas benih belum seperti yang diharapkan. Keberhasilan suatu usaha pembenihan ikan hias laut sangat tergantung pada sistem pengelolaan pembenihannya yaitu cara penyediaan dan pematangan induk, cara melakukan pemijahan, pemeliharaan larva dan benih, pengelolaan pakan, penanganan lingkungan, dan pengendalian penyakit. Pada makalah ini akan dipaparkan tentang teknik budidaya ikan hias laut yang telah berhasil dilakukan baik tahap domestikasi maupun pembenihannya, guna ke depannya produksi benih tersebut dapat dijadikan induk-induk yang berkualitas sehingga dapat melestarikan plasma nutfahnya.
POTENSI PENGEMBANGAN CACING LAUT (POLYCHAETA) SEBAGAI SUMBER PAKAN INDUK UDANG WINDU DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN Joni Haryadi; Rasidi Rasidi
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.064 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.92-98

Abstract

Permintaan terhadap cacing laut sebagai sumber pakan induk terus meningkat. Sementara ketersediaan cacing di habitatnya sudah mulai menurun. Hal ini disebabkan telah rusaknya ekosistem pantai terutama mangrove akibat dikonversi lahan mangrove menjadi lahan budidaya tambak. Untuk itu, kajian potensi terhadap potensi cacing laut di perairan pantai. Kabupaten Barru menjadi hal menarik karena diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap kondisi terkini dari populasi dan habitat serta jumlah kebutuhan hatceri terhadap cacing sebagai sumber pakan broodstock udang. Kegiatan ini dilakukan dengan metode survai dengan teknik purposive sampling method dan intervews dengan responden yang terdiri atas pemilik hatcheri, penjual cacing, dan penangkap cacing laut. Survai dilakukan pada tanggal 11-12 April 2012 di Desa Mallawa dan Ujung Labua Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Hasil survai menunjukkan bahwa umumnya hatcheri di Kabupaten Barru menggunakan cacing laut sebagai pakan induk udang. Jumlah populasi cacing sedikit menurun, terutama di kawasan habitat yang berpasir dibandingkan dengan habitat cacing yamg berada di bawah tegakan mangrove.
‘ENDANG PAMULARSIH’ GURAME YANG JEMPOLAN Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.162 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.99-102

Abstract

Bisnis ikan gurame terbagi menjadi beberapa skala bisnis, mulai dari telur, gabah, nguku, silet, korek, rokok, tampelan hingga konsumsi. Adanya skala ini dikarenakan ikan gurame tumbuh sangat lambat. Salah satu yang menjadi penyebab ikan gurame tumbuh lambat adalah kualitas benih yang dihasilkan masih belum memadai serta teknologi budidaya yang digunakan belum optimal. Beberapa ras ikan gurame banyak terdapat di masyarakat, namun belum diketahui produkivitas masing-masing ras sehingga kemungkinan untuk mendapatkan produk unggulan masih mengalami hambatan. Penggunaan hibrida unggul ikan gurame merupakan salah satu solusi pemecahan masalah yang ada dalam budidaya ikan gurame. Hibrida antara ras Soang dan Blue Safir dikenal sebagai gurame varietas “Endang Pamularsih”.
PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS FILTER UNTUK PEMELIHARAAN IKAN HIAS AIR TAWAR DI AKUARIUM Bambang Priono; Darti Satyani
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.129 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.76-83

Abstract

Akuarium merupakan salah satu wadah untuk pemeliharaan ikan hias baik tawar maupun laut, betapapun indahnya ikan hias apabila tidak ditunjang dengan penampilan, aksesoris, dan dekorasi yang memadai, maka nilai keindahan akan berkurang. Penggunaan filter untuk mendukung salah satu sintasan ikan hias sangat penting. Terdapat banyak jenis-jenis filter yang dapat digunakan di dalam akuarium, dengan bentuk, desain, ukuran, dan harga yang bermacam-macam pula. Namun demikian, fungsi utama filter sebernarnya adalah untuk (1) menghilangkan atau mengangkat kotoran atau sisa kotoran dari air, (2) mengangkat atau menghilangkan bahan kimia dari air yang membuat air menjadi berwarna (warna coklat)/keruh atau bahan yang tak dikehendaki, dan (3) menghilangkan kotoran ikan dan menguraikan produk atau zat yang beracun menjadi tak beracun untuk ikan.
INDUSTRIALISASI IKAN TILAPIA: PENGALAMAN BERHARGA DARI CINA SEBAGAI PRODUSEN UTAMA TILAPIA DI DUNIA Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.612 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.103-107

Abstract

Pengalaman Cina sebagai salah satu pemasok utama komoditas ikan nila di dunia dapat dijadikan pelajaran yang berharga bagi Indonesia yang telah menetapkan visinya sebagai penghasil produk perikanan yang terbesar di dunia pada tahun 2014. Berangkat dari upaya untuk memenuhi kebutuhan pasar akan pasokan daging nila, Cina telah berhasil mengembangkan suatu sistem industrialisasi yang komprehensif yang terdiri atas tiga pilar utama yaitu penggunaan benih unggul, pengembangan produksi secara massal dengan teknologi yang tepat guna dan pengolahan produk hasil budidaya yang efisien.
IKAN HIAS LAUT: TANTANGAN BUDIDAYA DAN PELUANG BISNIS Anjang Bangun Prasetio; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.266 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.84-87

Abstract

Indonesia mempunyai potensi ikan hias laut cukup besar, selain ikan yang unik, baik warna, bentuk, dan tingkah laku, serta sifat-sifat lain yang dimilikinya, juga potensi jenis yang cukup banyak di alam. Hal ini cukup menarik untuk peluang bisnis, karena tidak hanya bagi para pencinta ikan hias (hobiis) akan tetapi para pemula juga mulai menggemari ikan hias. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus terkait ikan hias laut ini sehingga upaya untuk memproduksi benih dan induk dari hasil budidaya sudah harus digalakkan, mengingat banyak jenis-jenis budidaya ikan hias laut yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan permintaan pasar baik domestik maupun internasional. Beberapa dukungan kebijakan yang dapat dilakukan terkait status budidaya ikan hias laut, antara lain pengembangan ke arah budidaya, industrialisasi budidaya, serta penataan sistem perdagangan.
KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK BERBAGAI KOMODITAS DI TAMBAK Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.829 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.108-118

Abstract

Budidaya tambak merupakan industri akuakultur terbesar di Indonesia yang sangat diharapkan menjadi andalan dalam mewujudkan visi: Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015, serta misi: menyejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mencanangkan program minapolitan dan industrialisasi kelautan dan perikanan. Komoditas yang menjadi andalan program minapolitan dan industrialisasi perikanan budidaya tambak adalah udang windu, udang vaname, ikan bandeng, dan ikan nila. Karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang berbasis lahan, sehingga untuk dapat hidup, tumbuh, dan berproduksi membutuhkan persyaratan tertentu yang berbeda satu sama lainnya. Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas dapat dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kesesuaian lahan. Pada evaluasi lahan yang didasarkan pada sumberdaya fisik, empat faktor/sub-model telah dipertimbangkan sebagai kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya tambak yaitu: topografi dan hidrologi, kondisi tanah, kualitas air, dan iklim dengan masing-masing nilai kriteria peubah yang berbeda-beda pada kelas kesesuaian dan komoditas yang berbeda pula.
PERKEMBANGAN REKAYASA GENETIKA DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.395 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.59-64

Abstract

Teknologi rekayasa genetika transgenesis telah digunakan sejak 1980 dan sekarang berkembang memproduksi makhluk hidup dengan fenotipe yang diinginkan. Di bidang akuakultur, telah dilakukan beberapa metode transgenik antara lain penggunaan vektor yang dinamakan replicationdefective pantropic retroviral (salah satu elemen vektor) untuk menginfeksi sel lines ikan. Perkembangan riset transgenik yang dilakukan sudah sampai tahapan dapat menghasilkan generasi pertama (F-1) yang masih membutuhkan verifikasi untuk mendapatkan keturunan-keturunan transgenik homozigot yang dapat digunakan untuk memproduksi massal ikan transgenik heterozigot hasil perkawinan dengan ikan normal. Teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Adapun metode-metode yang telah berhasil diterapkan dalam teknologi transfer gen antara lain adalah mikroinjeksi, elektroporasi, dan transfeksi. Keberhasilan menghasilkan ikan hias transgenik melalui biologi molekuler dengan karakter keunggulan tertentu memberikan harapan baru dalam budidaya ikan khususnya dalam menunjang peningkatan kualitas warna dan bentuk. Meskipun rekayasa genetika bukan segala-galanya, karena adanya keterbatasan dalam menghasilkan ikan transgenik seperti badan yang bengkok, kepala bercabang, dan lain-lain.
PEMBENIHAN CACING LAUT Dendronereis pinnaticirris: SUATU UPAYA AWAL PENYEDIAAN BENIH CACING LAUT UNTUK BUDIDAYA Rasidi Rasidi
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.722 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.88-91

Abstract

Ketersediaan benih mutlak diperlukan untuk mencukupi kebutuhan budidaya baik jumlah maupun kualitasnya. Budidaya cacing laut (marine worm aquaculture) juga memerlukan ketersediaan benih yang akan dipelihara. Salah satu usaha untuk penyediaan benih dapat dilakukan dengan melakukan pemijahan secara eksternal. Teknologi pembenihan cacing laut Dendronereis pinnaticirris telah berhasil dilakukan skala laboratorium. Hal ini menjadi salah satu kemajuan yang dapat dijadikan referensi untuk pemijahan cacing laut jenis yang lain di Indonesia. Mengingat ketersediaan data dan informasi mengenai teknologi budidaya cacing laut di Indonesia masih sangat terbatas. Sementara di beberapa negara misalnya di Inggris dan Australia budidaya cacing laut telah berkembang dan produknya telah diekspor ke berbagai negara, sehingga cacing laut telah menjadi salah satu sumber devisa negara. Sementara di Indonesia cacing laut belum banyak dilakukan penelitian budidayanya. Peluang penelitian dan pengembangan budidaya cacing laut di Indonesia masih terbuka lebar dalam rangka penyediaan pakan alami untuk induk udang di pembenihan udang.
PENGEMBANGBIAKAN ASEKSUAL TERIPANG KELING (Holothuria atra) DI KAMPUNG MANYAIFUN, RAJA AMPAT, PAPUA BARAT Afandi Saputra; Endang Gunaisah; Fabian Ardianta; Septyan Andriyanto
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.264 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.71-75

Abstract

Potensi perikanan teripang di Indonesia mempunyai prospek yang besar. Namun dengan maraknya penangkapan menjadikan spesies teripang ini menjadi langka. Usaha-usaha restocking terus dilakukan untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya teripang yang terjadi di Indonesia, salah satu bentuk usaha pengembalian populasi teripang adalah reproduksi secara aseksual (fission atau pembelahan). Teknik pengembangbiakan secara aseksual meliputi pemutusan badan teripang yang merupakan proses penyembuhan dan regenerasi menjadi individu yang baru. Hasil pengembangbiakan aseksual pada berbagai ukuran waring di laut tidak berpengaruh terhadap pola pertumbuhan teripang keling, Holothuria atra. Individu teripang baru hasil pembelahan mampu beradaptasi dengan lingkungannya dengan tingkat sintasan yang tinggi. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna memperoleh teknik pengembangbiakan secara aseksual yang lebih optimal.

Page 1 of 1 | Total Record : 10