cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)" : 7 Documents clear
PERIKANAN PANCING ULUR DI PALABUHANRATU: KINERJA TEKNIS ALAT TANGKAP Ignatius Tri Hargiyatno; Regi Fiji Anggawangsa; Wudianto Wudianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1203.055 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.121-130

Abstract

Pemanfaatan sumberdaya ikan tuna di Palabuhanratu dilakukan oleh perikanan industri dan perikanan rakyat (artisanal). Salah satu alat tangkap yang digunakan pada perikanan artisanal adalah pancing ulur yang mengoperasikan empat alat tangkap dalam satu armada penangkapan. Penelitian ini bertujuan  menganalisis kinerja keempat alat tangkap yang dioperasikan pada perikanan pancing ulur dengan menggunakan metode determinasi (scoring) terhadap kriteria dari aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial. Pancing yang dioperasikan adalah pancing ulur (handlines), pancing tonda (trolllines), pancing layang-layang (kite lines) dan pancing pelampung (float/drift lines). Hasil penelitian menunjukkan nilai deteminasi tertinggi dari semua aspek yang diukur adalah pancing pelampung (V = 2,49) dan pancing ulur (V=2,45). Setiap alat tangkap memiliki nilai determinasi tertinggi dari setiap aspek. Pancing ulur memiliki keunggulan dari aspek teknik operasi dengan score = 2,01, pancing tonda memiliki keunggulan dari aspek sosial dengan score = 1,67, pancing layang-layang memiliki keunggulan dari aspek biologi dengan score = 1,28, dan pancing pelampung memiliki keunggulan dari aspek ekonomi dengan score =2,5. Terdapat ketergantungan dari setiap alat tangkap terhadap alat tangkap lain yang dioperasikan, sehingga kombinasi keempat alat tangkap tersebut dapat lebih efektif digunakan untuk menangkap tuna di sekitar rumpon dan dapat diterapkan di daerah lain di Indonesia. Tuna resources in Palabuhanratu are utilized both by industrial and artisanal fisheries. One of the fishing gears that are used in tuna-artisanal fisheries is line fishing that operates four different fishing lines in one fishing fleet. This study aims to analyze the performance of four lines fishing using determination methods (scoring) against the criteria of of bio-technic, economic and social aspect. Line fishing in Palabuhanratu operates handlines, trolllines, kite lines and float/drift lines.The results showed the highest determinant value of all aspects measured were float/drift lines (V=2.49) and handlines (V=2.45).Each gear has the highest value of any aspect of determination. Handlines has the highest score (2.01) for  technical aspects than other gear, troll lines for social aspects with score = 1.67, kite lines for biological aspects with score = 1.28, and float/drift lines for the economic aspectswith score = 2.5. There is a dependence of each gear-operated, so the combination of four type of gears can be more effectively used to catch tuna around FADs and can be applied in another areas in Indonesia.
PEMETAAN ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN CAKALANG PERIODE APRIL-JUNI DI TELUK BONE DENGAN TEKNOLOGI REMOTE SENSING Mukti Zainuddin; Alfa Nelwan; St Aisjah Farhum; Najamuddin Najamuddin; M.A. Ibnu Hajar; M. Kurnia; Sudirman Sudirman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.757 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.167-173

Abstract

Satelit penginderaan jauh dapat memberikan informasi sistematis tentang kondisi oseanografi. Penelitian ini bertujuan memetakan zona potensial penangkapan ikan (ZPPI) cakalang di Teluk Bone selama April-Juni 2012 menggunakan citra suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a yang dikombinasikan dengan data penangkapan pole and line.  ZPPI dipetakan menggunakan teknik sistem informasi geografis yang dikonstruksi dari hasil analisis fungsi distribusi kumulatif empiris dan generalized additive model (GAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama bulan April-Juni di Teluk Bone, ZPPI cenderung berada pada area 120.5-121.5° BT dan 3.5-5° LS. Lokasi dengan nilai Catch per unit effort (CPUE) yang tinggi tersebut diindikasikan dengan kondisi SPL dan konsentrasi klorofil-a masing-masing antara 28.75-31.5° C dan antara 0.10 dan 0.2 mg m-3.  Kombinasi nilai preferensi faktor oseanografis tersebut diduga kuat merefleksikan kondisi kelimpahan makanan yang cukup tinggi dimana zona tersebut pada gilirannya menjadi daerah tempat berkumpulnya gerombolan ikan cakalang dan menjadi zona target bagi penangkapan pole and line di Teluk Bone. Satellite remote sensing provides systematically important information on oceanographic conditions. Sea surface temperature (SST) and sea surface chlorophyll-a concentration (Chl-a) derived from Aqua/ Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) data together with skipjack catch data during April-June 2012 were used to map potential fishing zones for skipjack tuna in the Bone Bay.  Geographic information system was then employed to map out of the potential fishing zones generated by non-linear model (Generalized Additive Model/GAM) and the empirical cumulative distribution function (ECDF) analyses.  Results indicated that the highest catch per unit efforts (CPUE) mostly occurred in areas of 120.5-121.5° E dan 3.5-5° S. These areas were significantly associated with SST and chlorophyll-a concentration ranged from 28.75- 31.5°C and 0.10 - 0.20 mg m-3, respectively.  The locations of occurrence of the preferred oceanographic factors suggested the area where feeding opportunity for skipjack schools enhanced and then provided potential fishing grounds for pole and line fishery in Bone Bay.
SEBARAN HORIZONTAL JUVENIL UDANG DI PERAIRAN LAGUNA SEGARA ANAKAN Didik Wahyu Hendro Tjahjo; Astri Suryandari
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (910.169 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.131-137

Abstract

 Terdapat sembilan spesies udang ekonomis penting di  perairan Cilacap dan sekitarnya yang termasuk komoditas perikanan tangkap, dimana sebanyak 34% dari total udang yang tertangkap nelayan, menetas dan dibesarkan di kawasan laguna Segara Anakan. Kondisi ini mengisyaratkan agar dalam pengelolaan perikanan, Segara Anakan perlu mendapat perhatian termasuk aspek ekologis perairan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji kelimpahan dan sebaran horizontal juvenil udang  serta preferensi habitatnya di perairan Laguna Segara Anakan. Penelitian lapang dilakukan sebanyak 3 kali frekuensi pengambilan sampel, yaitu pada April, September dan Desember 2012. Pengambilan sampel udang dilakukan dengan alat tangkap mini beam trawl secara terstratifikasi pada delapan titik stasiun pengamatan. Analisa data meliputi kelimpahan dan distribusi horizontal udang, serta preferensi habitatnya. Kelimpahan juvenil udang tertinggi ditemukan di stasiun Klaces dan terendah di stasiun Sapuregel Kecil, dimana nilainya berkisar antara 8-446 ekor/1000 m2 (udang penaeid 8-336 ekor/1000 m2). Post larva udang penaeid tampak dapat  menyesuaikan diri terhadap fluktuasi salinitas yang berkisar antara 2-35 ‰ hingga menjadi juvenil muda serta siap bermigrasi kembali ke laut hingga dewasa untuk melakukan siklus berikutnya. Dari data variasi kelimpahan dan pola sebaran juvenil udang diperoleh gambaran bahwa preferensi habitat bagi udang adalah tipe dasar perairan yang lembut (soft), biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir.  Kelompok udang penaeid ini tersebar relatif merata di perairan laguna. There are nine species of economically important shrimp in Cilacap water  which  belonging to  fisheries commodities, where as many as 34 % of the total shrimp caughted are hatched and raised in the Segara Anakan lagoon. This condition implies that in fisheries management option, Segara Anakan lagoon  include its ecological aspects need attention.  In this regard, the research which aim to assess the abundance and horizontal distribution of juvenile shrimp and its habitat preferences in Segara Anakan lagoon were conducted.  Field research conducted three times in April, September and December 2012. Juvenil shrimps were collected using beam trawl on the eight point observation stations. Analysis data consist of  shrimp abundance, horizontal distribution and habitat preferences . The highest abundance of juvenile shrimp are found in Klaces and the lowest are in Sapuregel Kecil,  where values range from 8-446 ekor/1000 m2 (penaeid range 8-336 ekor/1000 m2). Penaeid post larvae seem to adjust to water salinity fluctuation  that ranged between 2-35 ‰ until its growth to be a young juvenile and ready to migrate to the ocean as mature phase and continue the next cycle. Based on abundance data variation and distribution pattern of juvenile shrimp indicated that habitat preferences is soft bottom types, usually consisting of a mixture of mud and sand. Penaeid shrimp is spread relatively evenly in this lagoon.
PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA Purwanto Purwanto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.296 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.147-155

Abstract

Tulisan ini menyajikan hasil kajian potensi produksi dan upaya penangkapan optimal serta menjelaskan perkembangan perikanan udang di Laut Arafura, termasuk pula estimasi dampak dari peningkatan upaya penangkapan terhadap produktivitas kapal dan hasil tangkapan udang. Berdasarkan hasil analisis, potensi produksi udang penaeid yang dapat dihasilkan secara lestari dari pemanfaatan stok udang di Laut Arafura adalah 49,5 ribu ton/tahun dengan upaya penangkapan sekitar 635 unit kapal pukat udang 130 GT. Walaupun upaya penangkapan dari kapal yang memiliki surat izin penangkapan ikan di Laut Arafura tahun 2011 lebih rendah dibandingkan upaya penangkapan optimal untuk menghasilkan MSY, stok udang penaeid tersebut telah dimanfaatkan melebihi tingkat optimum akibat tingginya intensitas operasi kapal perikanan tanpa izin. Estimasi kerugian hasil tangkapan akibat kegiatan penangkapan ikan ilegal juga disajikan disini. This paper presents result of the assessment of potential production and optimal fishing effort, and briefly describes the past development of the shrimp fishery in the Arafura Sea, including estimated impact of increasing fishing pressure on the vessel productivity and the quantity of catch. Based on the result of analysis, the maximum sustainable yield from the utilisation of the penaeid shrimp stock in the Arafura Sea was about 49,500 tonnes/year resulting from the operation of 635 units of shrimp trawlers. Although fishing effort from vessels granted license in 2011 was lower than the optimum level to produce MSY, the penaeid shrimp stock was overexploited as the intensity of illegal fishing practices by unlicensed vessels was high.The estimate of catch losses caused by illegal fishing is also presented here.
ESTIMASI KELIMPAHAN IKAN GABUS (Channa striata Bloch, 1793) DENGAN METODE HIDROAKUSTIK DI SUNGAI LEMPUING, SUMATERA SELATAN Zulkarnaen Fahmi; Syarifah Nurdawati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.327 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.113-119

Abstract

Kegiatan pengkajian stok sumberdaya ikan yang dilakukan secara berkala bertujuan untuk optimasi pemanfaatan sumberdaya perikanan bagi kegiatan perikanan tangkap. Kegiatan pengkajian stok ikandengan survey akustik di perairan Lubuk Lampam telah dilakukan pada tahun 2011 sebanyak 2 (dua) kali dengan interval waktu 3 (tiga) bulan untuk melihat perubahan kelimpahan ikan gabus (Channa striata)di perairan tersebut. Ekstraksi data akustik meliputi data sebaran kelimpahan dan distribusi ukuran ikan dilakukan untuk melihat keragaman (variance) nilai yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi rata-rata kelimpahan ikan pada bulan Maret sebesar 7.53 ± 1.33 ekor/m2  lebih rendah dibandingkan pada bulan Mei sebesar 53.11 ± 9.43  ekor/m2  . Biomass ikan pada bulan Maret sebesar 75.59 ± 30.22 kg/ha lebih rendah dibandingkan pada bulan Mei sebesar 521 ± 65.01 kg/ha. Nilai rataan target strength ikan tunggal yang terdeteksi pada bulan Maret sebesar -54.81 ± 0.9 dB lebih rendah dibandingkan pada bulan Mei sebesar -50.03 ± 0.35 dB. Estimasi kelimpahan dan distribusi ikan di sungai Lempuing menunjukkan nilai keragaman (variance) yang lebih rendah pada bulan Maret dibandingkan dengan bulan Mei 2011 untuk parameter kelimpahan dan biomass ikan, sedangkan untuk nilai rataan target strength ikan menunjukkan sebaliknya.Fish assessment using hydroacoustic in inland water was conducted to optimize fish exploitation activity. Successive hydroacoustic survey was conducted twice with interval three months in 2011 to estimated distribution fish abundance and size distribution of snakehead fish (Channa striata Bloch, 1793) in Lempuing River, South Sumatera. Reability test was conducted on hydroacoustic data including data distribution and abundance of fish size distribution to obtain edvariance value. The results showed that the average estimate abundance of fish on March about 7.53 ± 1.33 fish/m2 lower than in the month of May at 53.11 ± 9.43 fish/m2. Fish biomass on March about 75.59 ± 30.22 kg/ha lower than in May of 521 ± 65.01 kg/ha. Mean value of the target strength of single fish were detected on March of -54.81 ± 0.9 dB lower than on March of -50.29 dB ± 0.35. Estimation of abundance and distribution of fish in the Lempuing river showed the variance value lower on March than on May 2011 for the parameters of abundance and biomass of fish, nevertheless the mean value of the target strength of fish showed conversely with abundance of fish.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS LAMPU LISTRIK UNTUK MENARIK PERHATIAN IKAN PELAGIS KECIL PADA BAGAN TANCAP Sudirman Sudirman; Najamuddin Najamuddin; Mahfud Palo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.995 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.157-165

Abstract

Penggunaan lampu listrik untuk menarik perhatian ikan-ikan pelagis kecil untuk tujuan penangkapan ikan di Indonesia, telah berkembang dengan baik. Bagan adalah tipe alat penangkapan ikan yang tergolong kedalam jaring angkat menggunakan cahaya sebagai alat bantu dalam penangkapan.  Bagan dapat diklasifikasikan kedalam  dua jenis, yaitu bagan yang dipasang secara tetap (bagan tancap) dan  bagan apung yang dapat berpindah-pindah.  Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Makassar dengan fishing ground di perairan Kabupaten Pangkep dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2012. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan berbagai jenis lampu listrik untuk menarik perhatian ikan pelagis kecil pada bagan tancap. Penelitian menggunakan satu unit bagan tancap. Terdapat tiga jenis lampu yang digunakan secara bergiliran yaitu lampu neon, merkuri dan pijar. Ketiganya mempunyai kekuatan cahaya 500W. Hasil tangkapan diuji secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lampu neon memberikan hasil tangkapan yang lebih baik dan lebih efesien dibandingkan dengan lampu merkuri dan lampu pijar. Secara statistik lampu neon berbeda nyata dengan lampu pijar tetapi tidak berbeda nyata dengan lampu merkuri. Dalam pengoperasin bagan tancap oleh nelayan, disarankan menggunakan lampu neon. The use of electrical lamp for attracting of small pelagic fish in Indonesia has been developed. Fixed lift net  is a fishing gear type categorize into lift net with fine meshed of box-shaped netting  of 0.5 cm mesh size, operated using   lamp for attracting pelagic fish.The gear can be   classified into the two types, i.e an original type of fixed bagan and floated bagan. The fixed bagan is set on the seabed byfixed in one place and can not be moved, while the floated bagan is not fixed in one place but it can be moved according to the Preferable fishing ground.  Several studies  for fixed bagan were conducted in Makassar Strait South Sulawesi on using of various of electric lamp, namely Halogen, Mercury and Incandescent lamp with lighting power of 500 W for evaluation of the total catch. The studies were  conducted from April to November  2012 in Makassar Strait. The fishing process was analyzed through  onboard observation during fishing operation and  interviewing to the bagan rambo’s fishermen. The result showed that the small pelagic fish species to prefer the halogen lamp compare with the mercury and incandescent lamp. Statistically analysis  indicated the significance difference between halogen lamp and incandescent lamp. Based on this research indicated that, incandescent lamp was more effectively for using as attracting for small pelagic species of fixed lift net in the coastal area.
PENGUKURAN DAN ANALISIS NILAI HAMBUR BALIK AKUSTIK UNTUK KLASIFIKASI DASAR PERAIRAN DELTA MAHAKAM Ellis N Ningsih; Freddy Supriyadi; Syarifa Nurdawati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 3 (2013): (September 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.721 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.3.2013.139-146

Abstract

Substrat dasar perairan memiliki peranan yang penting bagi organisme akuatik. Perubahan kualitas substrat akan mempengaruhi komposisi organisme bentik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai hambur balik akustik dasar perairan dengan menggunakan teknologi hidroakustik sistem bim terbagi dan mengklasifikasikan substrat dasar perairan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2012 di Delta Mahakam, Kalimantan Timur menggunakan instrumen hidroakustik SIMRAD EY60 dengan frekuensi operasi 120 kHz. Pengambilan contoh substrat digunakan untuk data validasi menggunakan van veen grab. Hasil penelitian ini menggambarkan nilai hambur balik permukaan (SS) untuk pasir (-12,97 dB), pasir berlumpur (-13,96 dB), lumpur berpasir (-15,64 dB), dan lumpur (-19,25 dB). Hal ini juga menunjukkan bahwa substrat pasir memiliki tingkat kekerasan dan ukuran butir yang lebih besar dibandingkan jenis substrat lumpur substrat. Pada akustik nilai hambur balik pasir akan lebih tinggi dibandingkan lumpur. Riverbed substrate is important habitat for aquatic organisms. Changes in substrate quality will influence the composition of benthic organisms. The aims of this study are to calculate the value of the bottom acoustic backscattering strength using split beam hydroacoustic system to quantify and classify riverbed substrate. Data were collected on March 2012 in Delta Mahakam, East Kalimantan province using hydroacoustics instrument Simrad EY60, with operating 120 kHz frequency. Sampling substrate was taken for ground truth data using van veen grab. The results of this study described the value of surface backscattering strength (SS) for sand (-12.97 dB), muddy sand (-13.96 dB), sandy mud (-15.64 dB), and mud (-19.25 dB). It shows also that sand has a high substrate roughness, hardness, and grain size larger than the type of mud substrate. In acoustic backscattering values of sand were greater than mud.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue