cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)" : 7 Documents clear
KARAKTERISTIK PERIKANAN PANCING TONDA DI LAUT BANDA CHARACTERISTICS TROLL LINE FISHERY IN THE BANDA SEA Thomas Hidayat; Umi Chodrijah; Tegoeh Noegroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.198 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.43-51

Abstract

Perikanan pancing tonda yang berbasis rumpon di Laut Banda telah lama berkembang. Penelitian ini dilakukan mulai Februari sampai Desember 2011 di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari yang bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang laju tangkap, komposisi hasil tangkapan, dan  ukuran ikan yang tertangkap pancing tonda dari Laut Banda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju tangkap rata-rata pancing tonda di Laut Banda   adalah  3.492 kg/trip dengan lama trip10-12 hari. Komposisi jenis hasil tangkapan pancing tonda di Laut Banda yaitu : cakalang (Katsuwonus pelamis) 67 %, madidihang (Thunnus albacares) 27 %, tuna mata besar (Thunnus obesus) 5 %, lemadang (Coryphaena hippurus) 1%. Ukuran ikan cakalang dan madidihang yang tertangkap pancing tonda antara  20-70 cm, sedangkan ukuran keduanya paling banyak  tertangkap antara 40-50 cm. Ikan madidihang yang tertangkap pancing tonda di Laut Banda masih tergolong ikan yang masih muda. Penangkapan juvenil tuna dalam jumlah besar dan terus-menerus dapat menyebabkan sumber daya ikan tuna akan terus menurun di masa mendatang. Troll line fishery operated around FADs in the Banda Sea has been long developing.  The study was conducted from February to December 2011 in  Kendari Fishing Port aimed to obtain data and information on the catch rate, catch composition and size structure of the fish caught by trolling line in the Banda Sea. The study was conducted by recording catches of troll line fishing boats. The results showed that the average catch rate of  trolling in the Banda Sea is 3,492 kg / trip (10-12 days trip). Catch composition consist of  skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) 67%, yellowfin tuna (Thunnus albacares), bigeye tuna (Thunnus obesus) 5 %, common dolphin fish (Coryphaena hippurus) 1%, The length  of skipjack tuna and yellowfin tuna were caught troll line  ranged of 20-70 cm, while the dominant caught with length was 40-50 cm. Yellowfin tuna caught by troll line in the Banda Sea is still  juvenile fish stage. Catching  juvenile tuna in large numbers and continuously in this stage causes tuna  resources  become to  continue decline in the future.
PENDEKATAN GEOSTATISTIKA DALAM PENDUGAAN KELIMPAHAN IKAN DEMERSAL DENGAN METODE SWEPT AREA DI PERAIRAN UTARA JAWA TENGAH Moh. Natsir; Indra Jaya; Siswadi Siswadi; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.172 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.1-8

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan geostatistika dalam pendugaan kelimpahan ikan di perairan utara Jawa. Geostatistika merupakan serangkaian metode untuk meneliti satu atau lebih variabel yang terdistribusi secara spasial melalui analisis struktur data variabel tersebut. Data swept area diperoleh dengan menggunakan trawl dasar yang dioperasikan dengan menggunakan Kapal Bawal putih pada tahun 2005 dan 2006. Pengolahan data meliputi standarisasi hasil tangkapan, transformasi posisi geografis ke dalam bentuk UTM (universal transverse mercator), pencocokan model variogram, pendugaan kelimpahan dengan menggunakan model yang diperoleh. Hasil dari analisis struktur dan pencocokan model menggunakan analisis geostatistika menunjukkan model yang paling cocok dengan seluruh data yang digunakan adalah model sferis (spherical) dengan parameter-parameter dan nilai R2 model yang berbeda-beda untuk dua set data tahun 2005 dan 2006. Melalui proses interpolasi “kriging” model yang didapatkan kemudian digunakan untuk memperkirakan nilai kelimpahan ikan pada titik-titik di dalam area survey yang tidak terdapat informasi kelimpahannya. Hasil prediksi geostatistika menunjukkan nilai koefisien variasi yang lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan aritmatika dan akan menghasilkan pendugaan kelimpahan yang lebih mewakili kondisi sumberdaya ikan yang sebenarnya. This research is intended to apply geostatistical analysis in fish abundance estimation in the north Java waters. Geostatistical is a series of methods to examine one or more spatially distributed variables through structure analysis of the data. Trawl data obtained using the bottom trawl operated by Bawal Putih vessel. Data processing includes the standardization of catch, geographic position transformation to UTM format, variogram model fitting and abundance prediction using the model. Analysis of trawl data structure was done by using geostatistical analysis, estimation results of the experimental semi-variogram were then used to infer the characteristics of demersal fish abundance in the north of central Java waters. Results of structural analysis and models fitting using geostatistical analysis showed that the most suitable model with all data used were spherical model with different parameters from each model. The models are then used to estimate the value of fish abundance on the points that there is no abundance information through kriging interpolation process. Results of cross-validation of the estimated abundance using kriging with actual values shows that R2 values varied for each data set. Geostatistical prediction results showed smaller coefficients of variation compare to arithmetic calculations. 
ANGKA ACUAN BATAS PEMANFAATAN STOK UDANG DAN IKAN DEMERSAL DI LAUT ARAFURA Purwanto Purwanto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.82 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.53-61

Abstract

Perikanan di Laut Arafura terdiri dari sejumlah armada penangkapan dengan beragam alat tangkap (multifleet) yang beroperasi memanfaatkan sumberdaya ikan yang terdiri dari banyak species (multispecies). Intensitas penangkapan salah satu armada penangkapan dengan sasaran utama salah satu species berdampak tidak hanya terhadap kelimpahan speciestersebut melainkan juga terhadap kelimpahan species lain yang ikut tertangkap dan menjadi sasaran utama armada penangkapan yang lain. Pengelolaan terhadap perikanan tersebut memerlukan angka acuan batas pemanfaatan optimum sumberdaya ikan. Untuk mengestimasi angka acuan batas bagi perikanan Laut Arafura, telah disusun model optimisasi perikanan multispecies-multifleet yang memperhitungkan dampak interaksi antar armada penangkapan. Hasil analisis menggunakan model tersebut menunjukkan bahwa produksi maksimum lestari sebagai angka acuan batas pemanfaatan optimal stok udang dan ikan demersal di Laut Arafura dicapai dengan pengoperasian 432kapal pukat udang berukuran 130 GT dan 650kapal pukat ikan berukuran 180 GT. The fishery in the Arafura Sea consisted of various fishing fleets(multifleet) targeting multispecies fishery resources.Fishing intensity of a fishing fleet would affect not only the abundance of its main target species but also the abundance of other caught species,which were the main target species of other fishing fleets.Management of the fishery requires a limit reference point of the optimal use of a fishery resource. To estimate the limit reference point for Arafura Sea fishery, an optimisation model of the multi-species multi-fleet fishery accommodating this interaction had been formulated. By using this model it was estimated thatthe optimum fishing effort to achieve the maximum sustainable yield as the limit reference point for the utilisation of the shrimp and demersal fish stocks in the Arafura Sea was achievedbyoperating432 shrimp trawlersof 130 GT and 650 fish trawlers of 180 GT.
KEMAMPUAN TANGKAP JARING TRAWL TERHADAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN TARAKAN DAN SEKITARNYA Asep Priatna; Ari Purbayanto; Domu Simbolon; Totok Hestirianoto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.951 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.19-30

Abstract

Estimasi potensi sumber daya ikan merupakan informasi penting untuk pengembangan usaha perikanan tangkap. Pada saat ini estimasi potensi sumber daya ikan demersal umumnya dihitung dengan mererapkan metode swept area dengan alat jaring trawl dasar. Permasalahan yang muncul adalah akurasi berapa banyak ikan demersal yang benar-benar tertangkap oleh jaring trawl tersebut. Upaya untuk mengurangi bias dalam estimasi densitas ikan demersal adalah dengan melakukan pengamatan melalui metode akustik yang dilakukan secara bersamaan dengan pengoperasian jaring trawl. Penelitian dilakukan pada periode Mei, Agustus dan November 2012 di perairan Tarakan, Kalimantan Utara dan sekitarnya. Echosounder Simrad EY60-120 kHz dan jaring trawl dasar dengan panjang ris atas 26 meter digunakan untuk mengestimasi densitas ikan demersal. Perbedaan nilai densitas yang dihasilkan oleh kedua metode pendekatan tersebut, menghasilkan koefisien kemampuan tangkap (catchability) jaring trawl sebesar 0,3 sehingga diperkirakan jaring trawl hanya mampu menangkap 30% ikan demersal yang berada di jalur sapuan jaring trawl tersebut. Fish stock estimation is very important information as basis for developing fisheries. Until now, estimation of demersal fish stock is usually used swept area method by using trawl net fishing. However, there was the problem related to accuracy of fish abundant estimation that is how much the demersal fish could be accurately caught by the trawl net. To solve this problem, an approach estimation of dmersal fish stock using acoustic survey conducted simultaneously with demersal trawl fishing. Research activities were conducted on May, August and November 2012 in Tarakan waters, North Kalimantan using echosounder Simrad EY60-120 kHz and bottom trawl net with 26 m headrope. The result show that the catchability coefficient of trawl net estimated  0,3, it means that the trawl net could be able to catch 30% of demersal fish during swept area trawl fishing.
STRUKTUR GENETIKA POPULASI IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus Cuvier, 1833) DI SEKITAR SULAWESI BERDASARKAN MT-DNA MARKER Achmad Zamroni; Suwarso Suwarso; Estu Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (920.916 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.31-41

Abstract

Kajian tentang keragaman genetika ikan malalugis biru (Decapterus macarellus) telah dilaksanakan di sekitar Sulawesi untuk memperoleh struktur genetika populasi di area penelitian. Kajian didasarkan pada analisis RFLP terhadap genom DNA mitochondria yang diekstrak dari jaringan tubuh ikan (daging, sirip). Ikan contoh dikumpulkan dari beberapa populasi contoh yang tertangkap perikanan skala kecil di beberapa lokasi di sekitar Sulawesi. Hasil menunjukkan bahwa keragaman genetika yang diperoleh termasuk rendah, yaitu antara 0 – 0,3698.  Terdapat dua kelompok besar pada struktur populasi ikan malalugis biru di perairan sekitar Pulau Sulawesi, yaitu: kelompok pertama diwakili oleh populasi Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk dan kelompok kedua diwakili oleh populasi Laut Sulawesi. Populasi Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo dan Laut Maluku mempunyai kekerabatan yang sangat dekat, sehingga diduga berasal dari stok yang sama. Pada populasi Teluk Tomini diduga terdapat populasi yang bersifat lokal, karena ada sedikit perbedaan dengan populasi yang berdekatan (Laut Maluku dan Laut Banda). Studies on genetic diversity of Malalugis (Decapterus macarellus) has been undertaken around Sulawesi to obtain population genetic  structure of the study area. The study was based on RFLP analysis of mitochondrial genome DNA extracted from fish tissue (meat, fins). Fish samples collected from several populations of small-scale fisheries captured in several locations around Sulawesi. The results showed that the genetic diversity obtained by including low, ie between 0 to 0.3698. Provided two major groups in the population structure Malalugis fish in the waters around Sulawesi Island, namely: the first group is represented by a population of Makassar Strait,Bone Bay, Flores Sea, Banda Sea, Tolo Bay, Molucca Sea and Tomini Bay and the second group is represented by the Celebes Sea population. The population of the Bone Bay, Flores Sea, Banda Sea, Tolo Bay and Molucca Sea has a very close kinship, so that probably originated from the same stock. In the population there Tomini Bay locals, because there is little difference with adjacent populations (Maluku Sea and Banda Sea).
VARIASI UKURAN IKAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker,1853) SECARA TEMPORAL DAN SPASIAL DI PERAIRAN SELAT BALI Wudianto Wudianto; Arief Wujdi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.32 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.9-17

Abstract

Ikan lemuru (Sardinella lemuru) merupakan hasil tangkapan utama alat tangkap pukat cincin di perairan Selat Bali.Sampai saat ini terindikasi bahwa penangkapan ikan lemuru di perairan Selat Bali dilakukan tanpa mengikuti kaidah-kaidah pengelolaan sumberdaya perikanan yang benar. Hal itu ditunjukkan dengan masih berlangsungnya penangkapan ikan lemuru berukuran kecil (“sempenit”). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola distribusi ukuran ikan lemuru menurut waktu dan daerah penangkapan. Hasil analisis faktorial koresponden menunjukkan bahwa terdapat 5 kelompok yang menggambarkan asosiasi antara bulan dan ukuran panjang ikan, yaitu: (1) November 2011 tertangkap ikan berukuran 6,5-8,5 cm; (2) Agustus 2010 dan Juli 2011tertangkap ikan berukuran: 9,5-10,5 cm; (3) September 2010 dan Maret 2011 tertangkap ikan berukuran: 11,5-13,5 cm; (4) Oktober 2010 serta Februari, Agustus dan Desember 2011 tertangkap ikan berukuran: 14,5 cm; (5) November-Desember 2010 serta Januari, April, September-Oktober 2011 tertangkap ikan berukuran: 15,5-19,5 cm. Meskipun bulannya sama ternyata ukuran ikan lemuru yang tertangkap berbeda. Ikan lemuru berukuran kecil umumnya menyebar di bagian utara perairan, sedangkan ikan yang berukuran lebih besar terdapat di bagian tengah dan selatan perairan Selat Bali. Pengetahuan tentang pola penyebaran ukuran lemuru berdasarkan lokasi dan waktu dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan perikanan lemuru terutama apabila diterapkannya opsi pengelolaan dengan melakukan penutupan musim penangkapan di wilayah bagian utara perairan Selat Bali. Bali sardinella or lemuru (Sardinella lemuru) is the main target catch of purse seine fishery in Bali Strait waters. The lemuru fishing activities is still existing without any regulation of fisheries resources management, so farthis is indicated that the fishes of small size of fish (called “sempenit)were tended to be caught dominantly by purse seine. This study aims to determine the size distribution pattern of lemuru based on time and fishing ground in the Bali Strait. The result of correspondence factorial analysis showsthat there were 5 groups that describe the association between month and length of fish, i.e.: (1) November 2011 caught fish sized:6,5-8,5 cm; (2) August 2010 and July 2011caught fish sized: 9,5-10,5 cm; (3) September 2010 and March 2011caught fish sized: 11,5-13,5 cm; (4) Oktober 2010 and also February, August and December 2011caught fish sized: 14,5 cm; and (5) November-December 2010 also January, April, September-October 2011caught fish sized: 15,5-19,5 cm. Those result indicated that the size of fish caught by purse seine was different eventhough in same month fishing activities. Small size of fish caught abudantly in the northern part of Bali Strait waters mainly on August-September 2010 also February-March, July and November 2011, while large size lemuru more abundant in the middle and southern areas.This knowledge on the distribution pattern could be used for appropriate fisheries management measure of lemuru, especially for implementation of management option on closedfishing season in the northern part area of Bali Strait waters.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS RUMPON CUMI-CUMI MENURUT MUSIM, KEDALAMAN DAN JENIS RUMPON Indra Ambalika Syari; Mujizat Kawaroe; Mulyono S. Baskoro
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1332.084 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.1.2014.63-72

Abstract

Intensitas penangkapan cumi-cumi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah armada dan modernisasi alat tangkap tanpa adanya program pengkayaan stok cumi-cumi-cumi. Rumpon cumi-cumi merupakan salah satu teknologi tepat guna untuk pengembangan program pengkayaan stok cumi-cumi di masa yang akan datang. Bentuk dan bahan pembuat rumpon cumi-cumi saat ini kurang aplikatif dengan kondisi nelayan kecil dan di daerah terpencil. Oleh karena itu dirancang modifikasi model rumpon cumi-cumi yang lebih sederhana menggunakan bahan yang relatif murah dan mudah diperolah sesuai dengan potensi lokal di daerah. Penelitian ini dilakukan di Perairan Tuing Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Oktober 2012–Juni 2013 dengan menggunakan 12 unit rumpon cumi-cumi. Rumpon cumi-cumi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis yaitu bentuk kotak dari bahan kayu dan bentuk silindris dari bahan drum bekas dengan jumlah masing-masing tiap jenis enam unit. Rumpon cumi-cumi ditenggelamkan pada kedalaman 3 meter dan 5 meter dengan pengamatan sebanyak lima kali yaitu pada musim peralihan timur–barat dan musim peralihan barat-timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penempelan telur cumi-cumi lebih efektif pada rumpon bentuk silindris, kedalaman 3 meter dan pada musim peralihan timur–barat. Hasil uji menunjukkan bahwa faktor musim (peralihan timur-barat pada Oktober-Desember) dan jenis rumpon cumi-cumi (bentuk silindris dan bahan drum bekas) berpengaruh nyata terhadap penempelan telur cumi-cumi pada rumpon. Intencity of squid fishing progressively increase as numbers of fleed and fishing gear modernisation without squid stock enrichment program. Squid aggregatee device is one of the efficient technologies for squid stock enrichment program development in the future. Squid aggregate device form and material recently are less applicative for fisherman condition in the remote area. Therefore squid aggregate device model modified to become less complicated by using cheaper and easy to find material based on local potency in the area. This research obtains in Tuing Sea, Bangka Regency, Bangka Belitung Province since October 2012 until June 2013 by using 12 units of squid aggregate device. There are two kind of squid aggregate device in this research which are 6 units square form with wood material and 6 units cylindrical form made from used drum. Squid aggregate device drowned in 3 meter and 5 meter depth and monitored 5 times in east-west transitional season and west-east transitional season. Research result shows that squid eggs attach effectively to cylindrical form Squid aggregatee device, 3 meter depth and in east-west transitional season. Test result show that seasonal faktor (east-west transitional season since October-December) and aggregate device type (cylindrical form made from used drum) are influenced to the squid eggs attachment to aggregatee device.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue