cover
Contact Name
Raja Saleh
Contact Email
jurnalmadahriau@gmail.com
Phone
+6285363844655
Journal Mail Official
jurnalmadahriau@gmail.com
Editorial Address
Balai Bahasa Riau Balai Bahasa Riau, Jalan H.R. Soebrantas Km. 12,5, Kampus Binawidya Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru, Riau. Phone: 085363844655 Email: jurnalmadahriau@gmail.com
Location
Kota pekanbaru,
Riau
INDONESIA
Jurnal Madah
Published by Balai Bahasa Riau
ISSN : 20866038     EISSN : 25809717     DOI : https://doi.org/10.31503/madah.v11i1
Core Subject : Humanities, Art,
Madah is a journal published by Balai Bahasa Riau, with P-ISSN 2086-6038 and E-ISSN 2580-9717. This is a scientific journal of language and literature that publishes various reports of research results, literature studies, and scientific papers on language and literature. Madah is published periodically twice a year in April and October. This journal also serves as a medium for disseminating information on research results and language and literature studies.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah" : 10 Documents clear
A COMPARISON OF ONOMATOPOEIA IN FOREIGN, INDONESIAN, AND LOCAL LANGUAGES Imron Hadi
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.86

Abstract

Pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang merupakan representasi kebudayaan memiliki sejumlah kesulitan. Salah satu kesulitan itu berasal dari pengenalan bunyi. Sebuah cara alternatif untuk mengakomodasi masalah tersebut adalah dengan pengenalan bentuk onomatope. Onomatope menyediakan bermacam bunyi tiruan yang berbeda sebagai ikon lintas bahasa dan budaya untuk mengartikulasikan hal yang sama. Onomatope dapat berasal dari berbagai sumber, seperti komik, karikatur, novel, koran dan lain sebagainya. Onomatope dapat memberikan berbagai sudut pandang mengenai identitas kebahasaan dan kebudayaannya, setidaknya dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan daerah.  Teaching English as a foreign language that is a representation of culture has some difficulties. One of the them comes from sounds recognition. An alternative way to accomodate the problem is by acknowledging an onomatopoeia. Onomatopoeia provides several different kinds of imitative sound as a cross cultures and language icon to articulate the same thing. Its sources can be taken from comics, caricatures, novels, newspapers, and others. Onomatopoeia could give various perspective of its cultural and language identity in English, Indonesia, and  local language. 
NOVEL NEGERI 5 MENARA: SEBUAH TINJAUAN DIDAKTIS nfn Marlina
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.82

Abstract

Negeri 5 Menara is a very inspiring novel. It could motivate youth to fight for success. Ahmad Fuadi’s novel published in Jakarta by Gramedia in 2009 contains some didactic values required by young generation. In order to elaborate them descriptive method and pragmatic theory are used. Among ten didactic values put forward by Ali (1984), there are three of them indentified in the novel by using qualitative approach i.e. the determination covering study hard, work hard, and high spirit; the value of divinity that is sincerity (ikhlas); and the value of skill i.e. the training of leadership and motivation.   Novel Negeri 5 Menara merupakan novel yang sangat inspiratif. Novel ini memberikan motivasi kepada generasi muda untuk berjuang meraih kesuksesannya. Novel karya Ahmad Fuadi yang diterbitakn di Jakarta oleh Gramedia pada 2009 ini mengandung nilai-nilai pendidikan yang dibutuhkan generasi muda. Dengan menggunakan metode deskriptif dan teori pragmatis, nilai-nilai pendidikan yang terangkum dalam novel ini dapat dijabarkan. Dari sepuluh nilai pendidikan yang dikemukakan Ali (1984), tiga di antaranya terlihat dalam novel ini melalui pendekatan kualitatif, yaitu  nilai kehendak, mencakupi belajar dengan giat dan tekun, bekerja dengan keras, dan bersemangat yang tinggi; nilai ketuhanan, yakni bersifat ikhlas, dan nilai keterampilan, yakni  melatih jiwa kepemimpinan dan memotivasi secara handal.    
CAHAYA “KUNANG-KUNANG DI LANGIT JAKARTA” Dessy Wahyuni
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.87

Abstract

Concretization is an expression meaning of the text as a whole. The meaning of the signs presented by the author is not an absolute truth. The generated meaning depends on the reader horizon which formed by the literary competence of readers. Through a semiotic approach, the short story entitled "Kunang-Kunang di Langit Jakarta". Agus Noor's work was made concrete to get the hidden meaning behind the story, so that the work becomes an aesthetic object. By using structural analysis through descriptive analysis method, this study reveals a view of the author about the events that occurred in Indonesia, the May 1998 riots. Konkretisasi merupakan pengungkapan makna teks secara keseluruhan. Pemaknaan terhadap tanda-tanda yang disuguhkan pengarang bukanlah sebuah kebenaran mutlak. Makna yang dihasilkan bergantung pada horizon pembaca yang terbentuk oleh kompetensi kesastraan pembaca. Melalui pendekatan semiotik, cerpen yang berjudul “Kunang-Kunang di Langit Jakarta” karya Agus Noor ini dikonkretkan untuk mendapatkan makna yang terselubung di balik cerita, sehingga menjadi objek yang estetis. Dengan menggunakan analisis struktural melalui metode deskriptif analitis, kajian ini mengungkapkan pandangan pengarang tentang sebuah peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu kerusuhan Mei 1998.
TOKA-TOKI MELAYU, KUANTAN SINGINGI, RIAU: PENUTUR, WAKTU, BAHASA, DAN FUNGSI Yulita Fitriana
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.78

Abstract

There is inadequate number of research on “toka-toki” of Kuantan Singingi at the present time. In consequence, there is insufficient extensive knowledge about the speakers, the time of usage, the language used, and the function of the “toka-toki”. In this study,  those elements become  the object of the research analysis. The method used in the analysis is qualitative descriptive method. The data was obtained from the field and also literature. The implementation phase of this study were (1) collecting data, namely by asking about the desired data related to the speaker, time, language, and “toka-toki” function to the informant, (2) the phase of analyzing the data, and (3) the phase of making conclusion. From this study, it was concluded that the speakers of “toka–toki” in the Kuantan Singingi are not limited to the age levels, the social levels, and education levels. Actually there is no specific time of the implementation of this “toka-toki”. However, the game is often found when children play, after “mengaji” (reading Koran), or going to sleep in “surau”, drying rice, and looking for lice. The next conclusion, the question words used in implementing “toka-toki” are ‘siapo’; ‘sapo’ 'who' and ‘apo’ 'what' with some variations such as “apo ru”, “apo lo ru”, “apo tu”, “apo jie kilen”. In addition to the use of question words, “toka-toki” of Kuantan Singingi can use literal meaning and metaphorical meaning. Meanwhile, the function of the “toka-toki” Kuantan Singingi is to sharpen the mind and to deliver education and entertainment, and to tease others Penelitian mengenai toka-toki Kuantan Singingi belum banyak dilakukan. Hal tersebut menyebabkan pengetahuan mengenai penutur, waktu penggunaan, bahasa yang digunakan, dan fungsi toka-toki yang hidup di dalam masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi juga masih minim. Di dalam penelitian ini, penutur, waktu, bahasa, dan fungsi toka-toki inilah yang dijadikan objek penelitian. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif. Data didapat dari lapangan dan juga kepustakaan. Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah (1)  pengumpulan data, yaitu dengan bertanya mengenai data yang diinginkan berkaitan dengan penutur, waktu, bahasa, dan fungsi toka-toki kepada informan, (2) tahap penganalisisan data, dan (3) tahap pengambilan simpulan. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa penutur toka-toki di daerah Kuantan Singingi tidak terbatas pada tingkatan usia, tingkatan sosial, dan tingkatan pendidikan tertentu. Sebenarnya tidak ada waktu khusus pelaksanaan tokatoki ini. Akan tetapi, permainan ini sering dijumpai pada saat anak-anak bermain, sesudah mengaji, atau akan tidur di surau, menjemur padi, dan mencari kutu rambut. Simpulan selanjutnya, kata tanya yang dipergunakan di dalam bertoka-toki adalah kata siapo; sapo’siapa’ dan apo ‘apa’ dengan variasi apo ru, apo lo ru, apo tu, apo jie kilen. Selain penggunaan kata tanya, toka-toki Kuantan Singingi dapat menggunakan bahasa yang literal (harfiah) dan metaforis (kiasan). Sementara itu, fungsi dari toka-toki Kuantan Singingi adalah mengasah pikiran dan menyampaikan pendidikan, hiburan, dan menggoda orang lain. 
PERAN STRATEGIS MEDIA MASSA DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA Yani Paryono
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.83

Abstract

Mass media takes an important role in the various aspects of human life, especially for information. Actual and factual information from a number of events and smart ideas of humans can immediately be obtained from kinds of mass media. Mass media is not only as modern information media but it also has a strategic role in the construction and development of Indonesian. The major problem in terms of the construction and development of Indonesian among other things is caused by the way the Indonesian people live that has changed either as the result of new rule of life such as the employment of free market as the implementation of globalization era, the rapid development of technology of information or the employment of autonomy of region. That condition has influenced the Indonesian people in having a speech and using Indonesian. Therefore, the role of mass media as a medium of the construction and development of Indonesian is very significant. One of the alternatives that can be carried out by the government is by publishing several government policies to empower the mass media involved in the various activities of construction and development of Indonesian directly. Media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam berbagai aspek kehidupan manusia, khususnya di bidang informasi. Derasnya arus informasi dan pesatnya perkembangan bisnis media massa akhir-akhir ini, informasi tidak hanya menjadi kebutuhan, namun sudah menjadi komoditas yang  profit oriented.  Persoalan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia di masyarakat merupakan masalah yang cukup kompleks. Persolan yang cukup mendasar kompleks terkait dengan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia antara lain, kehidupan masyarakat Indonesia yang  telah berubah baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, seperti pemberlakuan pasar bebas dalam rangka globalisasi, akibat perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat maupun pemberlakuan otonomi daerah. Media massa  mampu menerobos batas ruang dan waktu sehingga keterbukaan tidak dapat dihindarkan. Kondisi itu telah mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, peran media massa sebagai sarana untuk pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia sangat penting. Dalam makalah ini, penulis ingin mencoba memaparkan bagaimanakah peran strategis media massa dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia?  Salah satu alternatif  yang dapat ditempuh pemerintah adalah dengan menerbitkan berbagai kebijakan pemerintah untuk memberdayakan media massa terlibat langsung dalam berbagai kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.  
NILAI BUDAYA DAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT SUMATERA UTARA: SUATU KAJIAN MODEL SKEMA AKTAN DAN SKEMA FUNGSI GREIMAS nfn Sahril
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.88

Abstract

This study aims to obtain an objective description of cultural values. Folklore as one of the oral literature of hereditary and contain a mandate to educate the next generation of folklore is an imaginary and fantasy stories that happened did not really happen. The events are recounted in folklore as lessons tend behavior. Folklore always tuck advice and moral element to the listener. Folklore is told primarily for entertainment, illustrate moral truths, and contains valuable lessons, or even satire against injustice. Theory is used as the basis for the development of the instrument is the theory of oral literature and fairy tale Aarne and Stith Thompson, James Danandjaja, and theories about cultural values Kluckhohn. In addition, the structural theory is also used to look at the structure of folklore. The data of this study is the folklore of North Sumatra which consists of four folklore. The approach used in this study is a qualitative approach and a sociological approach, with descriptive methods, and techniques of content analysis. The results showed that there were twelve cultural values in the folklore of North Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi secara objektif tentang nilai budaya. Cerita rakyat sebagai salah satu sastra lisan yang turun-temurun dan mengandung amanat yang mendidik untuk generasi berikutnya cerita rakyat merupakan suatu cerita khayal dan fantasi yang kejadiannya tidak benar-benar terjadi. Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam cerita rakyat cenderung sebagai pelajaran tingkah laku. Cerita rakyat selalu menyelipkan unsur nasihat dan moral bagi pendengarnya. Cerita rakyat diceritakan terutama untuk hiburan, melukiskan kebenaran moral, dan berisikan pelajaran berharga, atau bahkan sindiran terhadap ketidakadilan. Teori yang digunakan sebagai dasar pengembangan instrumen adalah teori sastra lisan dan dongeng Aarne dan Stith Thomson, James Danandjaja, dan teori tentang nilai budaya Kluckhohn. Di samping itu teori struktural juga dipakai untuk melihat struktur cerita rakyat. Data penelitian ini adalah cerita rakyat Sumatera Utara yang terdiri atas empat cerita rakyat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan sosiologis, dengan metode deskriptif, dan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua belas nilai budaya dalam cerita rakyat Sumatera Utara.
STRATEGI PENERJEMAHAN PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR OLEH RAFFEL DALAM BUKU THE COMPLETE PROSE AND POETRY OF CHAIRIL ANWAR Raja Rachmawati
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.80

Abstract

This article discusses Indonesian—Poetry translation. The purpose of this article is to describe the strategies of translating poetry of Chairil Anwar by Raffel Raffel in “The Complete Prose and Poetry of Chairil Anwar”, a book written and edited by Raffel Raffel. In order to reach the purpose, the poetries of the source language are compared with the poetries of the target language in order to find out the strategy used in the translation. The method applied in this study is a qualitative descriptive analysis of the meaning. The data were analyzed by using some strategies of translation theory in general given by Newmark, Vinay and Dalberhet, Baker, and Hoed and the strategy of translating poetry by Lavefere. The result of the analysis shows that the general translation strategy used in the translation of Chairil Anwar Poetries are modulation translation, calque or literal translation, descriptive equivalence translation, generic words translation, additional translation and interpretation translation. Meanwhile the strategies of translating poetry used by Raffel are metrical translation, rhymed translation, blank verse translation, and interpretation translation. Penelitian ini membahas penerjemahan puisi bahasa Indonesia kedalam bahasa Inggris. Tujuannya adalah mendeskripsikan strategi penejemahan puisi-puisi Chairil Anwar oleh Raffel Raffel dalam bukunya yang berjudul The Complete Prose and Poetry of Chairil Anwar. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, puisi-puisi Chairil Anwar dalam bahasa Indonesia dibandingkan dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dianalisis dengan menggunakan strategi penerjemahan secara umum yang dikemukakan oleh Newmark, Vinay dan Dalberhet, Baker, and Hoed dan strategi penerjemahan puisi oleh Andre Lavefere. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi penejemahan umum yang digunakan dalam menerjemahkan puisi Chairil Anwar adalah strategi penerjemahan modulasi, calque atau penerjemahan literal, kesepadanan deskriptif, penerjemahan dengan kata generik atau kata yang lebih umum, penerjemahan dengan tambahan dan penerjemahan dengan pengurangan. Sedangkan strategi penerjemahan puisi yang digunakan oleh Raffel adalah penerjemahan metris, penerjemahan rima atau sajak, penerjemahan bait secara bebas, dan penerjemahan interpretasi.
KRITIK SOSIAL LAGU “MONCIK BADASI” Ahmad Nawari
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.85

Abstract

This study is aimed at analyzing the social criticism conveyed in the song “Moncik Badasi” (white collar rat- like corruptor). The writer used semantic and communicative methods in translating the song lyrics into Indonesian. The former method is the main priority so as the song writer’s typical characteristics are conserved. The later method is used in case of getting difficulty in translating local language words, phrases, and sentences into Indonesian by using the former one. The study shows that “Moncik Badasi” song conveys social criticism toward the formal leaders, the law personnels (police and justice), and society leaders. The song writer delivered his critics politely in the song. The lyrics do not only criticize certain parties, but also appreciate the government accomplished programs and give solution so as the existing problems in community and nation could be solved. Penelitian ini bertujuan untuk menerjemahkan dan mendeskripsikan kritik sosial yang terdapat dalam lagu “Moncik Badasi”. Penulis menggunakan metode semantis dan komunikatif untuk menerjemahkan lirik lagu tersebut ke bahasa Indonesia. Penggunaan metode semantis menjadi prioritas utama penulis agar ciri khas penulis lagu tetap terjaga. Metode komunikatif digunakan jika terdapat kesulitan menerjemahkan kata, frasa dan kalimat dari bahasa daerah tersebut ke bahasa Indonesia jika menggunakan metode semantis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lagu “Moncik Badasi” menyuarakan kritik sosial terhadap para pemimpin, penegak hukum (polisi dan hakim), serta ninik mamak. Penulis lagu menyuarakan kritiknya dengan santun dalam lagu “Moncik Badasi” tersebut. Lirik lagu “Moncik Badasi” tidak hanya menyuarakan kritik terhadap pihak-pihak tersebut, tetapi juga memberi apresiasi terhadap program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah serta memberi solusi agar masalah yang ada dalam masyarakat dan bangsa Indonesia dapat teratasi. 
PERLUNYA PEMBELAJARAN BAHASA BALI YANG REKREATIF DI SEKOLAH DASAR MULTIKULTURAL DAN MULTILINGUAL Ni Made Dhanawaty
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.76

Abstract

Balinese, the indigenous language of Bali, is taught as a local content subject at schools (especially at primary schools) in Bali. Since, it is being part of educational curriculum, Balinese is not only learned by it’s native speaker students but also learned by multicultural and multilingual students,particularly in cities. In fact, the Balinese is not very attractive to non-native students because it is not the first nor the second language of them and it is not play any important roles in their daily life. This tendency cause the students show a lower competence in Balinese subject. In order to improve the students competence in Balinese subject, especially communicative competence, it is deemed to suggest a method of recreational learning process that make students have an interest to the subject and enjoy the learning process of the subject so that they are motivated to learn the subject as well as to succed in it. This article proposes the importance of recreational learning method, in this matter, learning by using story completed with role play, learning by using songs and music, and learning by doing group activities and games. This model is also effective to improve children’s characters. Bahasa Bali, yang merupakan bahasa penduduk asli Bali, diajarkan di sekolah-sekolah (terutama sekolah dasar) di Bali sebagai muatan lokal1. Karena menjadi bagian dari kurikulum pendidikan, pelajaran bahasa Bali juga dipelajari oleh para siswa multikultural dan multilingual, terutama di daerah perkotaan. Pembelajaran bahasa Bali umumnya kurang diminati oleh siswa non-penutur bahasa Bali karena, pertama, bahasa Bali bukan merupakan bahasa pertama dan kedua, bahasa Bali tidak terlalu menjadi tuntutan dalam kehidupan mereka. Ketiadaan minat itu berujung pada kurangnya kompetensi berbahasa Bali siswa. Untuk meningkatkan kompetensi siswa, khususnya kompetensi komunikatifnya, dipandang perlu menggagas proses pembelajaran yang rekreatif, yang membuat siswa tertarik dan menikmati proses pembelajaran sehingga mereka termotivasi untuk belajar dengan baik dan berhasil baik. Tulisan ini mengetengahkan pentingnya metode pembelajaran yang bersifat rekreatif, dalam hal ini pembelajaran melalui cerita, lengkap dengan bermain peran, pembelajaran melalui lagu dan musik, dan pembelajaran melalui aktivitas kelompok dan permainan. Model ini juga sangat efektif untuk meningkatkan karakter anak.
KONSEP KECANTIKAN DALAM NYANYI PANJANG nfn Imelda
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 2 (2013): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v4i2.90

Abstract

This study is a research about oral tradition in Petalangan society, one of the original clans in Pelalawan Regency, Riau, called “nyanyi panjang”. The objective of this study is to describe the beauty concept of Petalangan society, not only physical beauty but also inner beauty that are implemented in some metaphors. The analysis was also done by looking up KBBI dictionary as the guideline to explain the meaning of words or phrases that are used. The result of the analysis shows that there are 17 beauty concepts of Petalangan’s women that described in 17 metaphors Penelitian ini merupakan telaah terhadap sastra lisan masyarakat Petalangan, salah satu suku asli yang terdapat di Kabupaten Pelalawan, Riau,  berupa nyanyi panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep kecantikan menurut masyarakat Petalangan, baik kecantikan fisik maupun kecantikan budi pekerti, yang digambarkan dengan beberapa perumpamaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk menjelaskan konsep kecantikan masyarakat Petalangan yang digambarkan dalam nyanyi panjang. Analisis juga menggunakan KBBI sebagai pedoman dalam menjelaskan makna kata atau ungkapan yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan ada 17 konsep kecantikan perempuan Petalangan yang digambarkan dengan 17 perumpamaan.   

Page 1 of 1 | Total Record : 10