cover
Contact Name
Nyoman Angga Krishna Pramana
Contact Email
anggakrishna@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
anggakrishna.dr@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Callosum Neurology Journal : Jurnal Berkala Neurologi Bali
ISSN : 26140276     EISSN : 26140284     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Callosum Neurology Journal is an official journal managed by The Indonesia Neurological Association XXV Branch of Denpasar. This journal is open access to the rules of peer-reviewed journaling which aims as scientific publications and sources of actual information in the field of neurology and neuroscience. Callosum Neurology Journal is published three times a year in January, May, and September and contains original articles of research, case reports, case series reports, literature reviews, and communications from and to editors.
Arjuna Subject : -
Articles 75 Documents
HUBUNGAN TEKANAN DARAH PASIEN SAAT MASUK RUMAH SAKIT TERHADAP MORTALITAS PASIEN DENGAN STROKE PERDARAHAN Dyanne Paramita Arindra Putri; Paryono Paryono; Indarwati Setyaningsih; Rinaras Anggraeni
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.409 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.2

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan tekanan darah umum terjadi pada fase akut stroke dan berhubungan dengan luaran klinis yang buruk. Hasil yang bervariasi ditunjukkan oleh studi terhadap tekanan darah pada fase akut stroke sebagai prediktor luaran klinis pasien. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tekanan darah pasien saat masuk rumah sakit terhadap mortalitas pasien dengan stroke perdarahan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito. Metode Penelitian: Metode penelitian menggunakan rancangan cohort retrospective dengan analisis independent sample T-Test dan Mann Whitney. Subyek penelitian adalah pasien yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari 2017 hingga Juni 2017. Subyek penelitian didiagnosis mengalami stroke perdarahan berdasarkan hasil pemeriksaan Computed Tomography (CT)-Scan kepala. Hasil: Terdapat 69 subjek penelitian dengan proporsi terbanyak laki laki (60,8%). Analisis bivariat menunjukkan nilai rerata sistolik (190,5 (±30), p=0,00), rerata diastolik (109 (±19,6), p=0,00), rereata Mean Arterial Pressure (MAP) (136 (±21,1), p=0,00) dan median Glukosa Darah Puasa (GDP) (115 (67-298), p=0,032) bermakna secara statistik terhadap kematian pasien dengan stroke perdarahan. Uji multivariat menunjukkan MAP memiliki korelasi positif terhadap mortalitas pasien (r=0,274: p=0,000). Simpulan: Nilai MAP berhubungan dengan mortalitas pada pasien dengan stroke perdarahan. Kata Kunci: Stroke Perdarahan, Tekanan Darah Masuk Rumah Sakit, Mortalitas, Mean Arterial Pressure
GAMBARAN DEFISIT NEUROLOGIS PASIEN SINDROM KORONER AKUT PASCA TINDAKAN PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION Emi Tamaroh; Ahmad Asmedi; Ismail Setyopranoto
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.707 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.3

Abstract

Latar Belakang: Komplikasi neurologis pasca tindakan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) jarang terjadi, namun berkaitan dengan mortalitas dan morbiditas tinggi. Defisit neurologis berupa gangguan gaya berjalan dan cacat visual akibat infark lobus oksipital dan serebelar paling sering terjadi, dan terkadang tidak disadari oleh para ahli jantung. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran defisit neurologis yang terjadi pada pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) setelah tindakan PCI di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito. Metode: Studi deskriptif data rekam medis pasien SKA yang mengalami defisit neurologis saat dan pasca prosedur PCI yang dikonsulkan ke Bagian Neurologi RSUP Dr. Sardjito pada Januari 2016 hingga Juni 2017. Hasil: Sebanyak 1.409 pasien yang menjalani prosedur PCI hanya 34 (2,4%) pasien yang mengalami defisit neurologis dan didiagnosis sebagai stroke. Diagnosis terbanyak adalah stroke infark pada 33 (97,1%) pasien. Sebanyak 25 (73,5%) pasien mengeluhkan gejala multipel sedangkan 9 (26,5%) bergejala tunggal. Defisit neurologis tersering adalah defisit motorik (25 pasien) dan penurunan kesadaran (11 pasien). Pemeriksaan Computed Tomography (CT)-scan kepala menunjukkan lesi multipel pada 21 (61,8%) pasien. Lokasi lesi terbanyak terjadi di lobus parietalis pada 11 pasien. Sirkulasi anterior (74%) lebih banyak terlibat dibandingkan sirkulasi posterior (26%). Simpulan: Defisit neurologis setelah tindakan PCI bervariasi, terbanyak adalah defisit motorik dan penurunan kesadaran. Kata Kunci: Defisit Neurologis, Stroke, Sindrom Koroner Akut, Percutaneous Coronary Intervention
KORELASI KUALITAS TIDUR TERHADAP TINGKAT DEPRESI, CEMAS, DAN STRES MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA BALI I Putu Hendi Aryadi; I Gusti Agung Ayu Andra Yusari; Ida Ayu Dewi Dhyani; I Putu Eka Kusmadana; Putu Gede Sudira
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.211 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.4

Abstract

Latar Belakang: Mahasiswa dihadapkan dengan berbagai kegiatan akademik dan non akademik hingga terkadang menyita waktu tidur, sementara waktu tidur yang cukup dibutuhkan untuk menjaga kestabilan emosi. Tujuan: mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan masalah emosional (tingkat depresi, cemas, dan stres) mahasiswa pre-klinik Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Metode Penelitian: Studi cross-sectional dilakukan pada mahasiswa kedokteran pre-klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Responden melengkapi kuesioner data demografik, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Disorder Scale (DASS). Hasil: Sebanyak 132 responden terlibat dalam studi ini dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37,1% dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 62,9%, dengan rentang usia 18-22 tahun. Indeks kualitas tidur secara umum memiliki korelasi positif dengan tingkat depresi (r=0,32; p<0,001), tingkat cemas (r=0,26; p=0,002), dan tingkat stres (r=0,36; p<0,001) mahasiswa. Simpulan: Kualitas tidur secara umum berhubungan signifikan dengan tingkat depresi, cemas, dan stres mahasiswa kedokteran pre-klinik di Universitas Udayana, Bali. Penting bagi pihak institusi maupun badan kemahasiswaan guna menekankan program yang mendukung kualitas tidur dan kesehatan psikis mahasiswa. Kata Kunci: Mahasiswa Kedokteran, Stress, Kecemasan, Depresi, Kualitas Tidur
PERBEDAAN LUARAN FUNGSIONAL PASIEN STROKE ISKEMIA AKUT DENGAN KONDISI HIPOALBUMINEMIA DAN TANPA HIPOALBUMINEMIA Dewa Ayu Citra Mahardina; Ismail Setyopranoto; Kusumo Dananjoyo; Anton Darmawan
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.872 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.5

Abstract

Latar Belakang: Pasien yang memiliki hipoalbuminemia saat masuk rumah sakit berisiko tinggi mengalami komplikasi, luaran fungsional yang buruk dan berhubungan dengan peningkatan risiko kematian. Penilaian luaran fungsional dengan Index Barthel dianggap sensitif untuk menilai disabilitas serta mudah untuk dikerjakan. Tujuan: Untuk membandingkan luaran fungsional pasien stroke akut dengan kondisi hipoalbuminemia dan tidak hipoalbuminemia. Metode Penelitian: Penelitian analitik observasional menggunakan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian diambil dari rekam medis pasien stroke infark dengan kondisi hipoalbuminemia dan tanpa hipoalbuminemia. Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil Computed Tomography Scan. Metode statistik uji Mann Whitney digunakan untuk membandingkan luaran fungsional pasien stroke iskemia akut dengan kondisi hipoalbuminemia dan tanpa hipoalbuminemia. Hasil: Rerata skor Indeks Barthel kelompok hipoalbuminemia sebesar 40,33 ± 24,81 sedangkan kelompok tanpa hipoalbuminemia sebesar 87,67 ± 24,1. Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0,00). Simpulan: Terdapat perbedaan nilai luaran fungsional pada pasien stroke akut dengan kondisi hipoalbuminemia dan tanpa hipoalbuminemia. Kata Kunci: Stroke Iskemik Akut, Hipoalbuminemia, Albumin, Indeks Barthel
KORELASI ANTARA NUMERIC RATING SCALE DENGAN PENINGKATAN MONOSIT PADA PASIEN HERNIA NUCLEUS PULPOSUS LUMBAL Sili Putri Adisti; Yudiyanta Yudiyanta; Subagya Subagya; Rinaras Anggraini
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.736 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.6

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan infiltrasi makrofag yang berasal dari sel monosit menyebabkan peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi berupa tumor necrosis factor-? (TNF-?), interleukin IL-1?, IL-4, IL-6, IL-8, dan IL-12), prostaglandin E2 (PGE2), nitrit oxide (NO), serta interferon-? (IFN-?), dan merupakan kunci terjadinya nyeri pada degenerasi intervertebral disc (IVD). Inflamasi dan derajat keparahan nyeri berkaitan dengan peningkatan persentase jumlah monosit pada hitung jenis leukosit darah tepi. Tujuan: Untuk mengetahui korelasi antara numeric rating scale (NRS) dengan peningkatan monosit pada pasien hernia nucleus pulposus yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Metode Penelitian: studi potong lintang terhadap pasien hernia nucleus pulposus lumbal berdasarkan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Uji korelasi menggunkan Uji Pearson. Hasil: Sebanyak 34 pasien HNP lumbal dengan subjek laki-laki 15 (44,1%) orang dan perempuan 19 (55,9%) orang dengan rerata usia 59 tahun (SD±13,33). Rerata persentase jumlah monosit 5,38% (SD±2,60, CI 4,48-6,29) dan rerata derajat nyeri 4,74 (SD±2,66, CI 3,81–5,66). Uji korelasi Pearson antara persentase jumlah monosit dengan skor NRS adalah r = 0,955; p<0,001. Simpulan: Terdapat hubungan positif persentase jumlah monosit dengan derajat nyeri pasien HNP lumbal. Kata Kunci: Hernia Nucleus Pulposus, Lumbal, Monosit, Inflamasi, Numeric Rating Scale
LAPORAN KASUS SERI: STROKE KARDIOEMBOLI PADA PASIEN DENGAN ATRIAL FIBRILASI Kennytha Yoesdyanto; Clarissa Tertia; Imam Irfani; Mario GB Nara
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.678 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.7

Abstract

Latar Belakang: Atrial fibrilasi (AF) meningkatkan 4-5 kali terjadinya stroke iskemia. Insidensi stroke terkait AF berkisar 15-20%, dengan prevalensi antara 5-10 kasus per 1.000 populasi usia 65 tahun ke atas. Kasus: Kasus 1: Seorang wanita berusia 85 tahun menderita diabetes mellitus dengan riwayat atrial fibrilasi (AF) persisten yang tidak diobati mendadak mengalami hemiparesis dekstra dan disartria sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan normoventricular-respons atrium fibrilasi dan infark serebri multipel di ganglia basalis bilateral terutama sisi kiri. Pasien diterapi angiotensin-receptor blocker, antiplatelet, insulin, dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari. Kasus 2: Seorang wanita berusia 87 tahun menderita hipertensi dengan riwayat atrial fibrilasi AF persisten yang tidak diobati mendadak mengalami disfagia, afasia global, dan hemiparesis dekstra sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan normoventricular-respons atrium fibrilasi dan multipel infark di daerah ganglia basalis bilateral dan substansia alba periventrikuler lateralis bilateral. Pasien diterapi antihipertensi, antiplatelet, dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari. Diskusi: Kondisi AF sebagai faktor risiko utama stroke kardioembolik pada kedua pasien. Penyebaran listrik ektopik menyebabkan irreguleritas kontraksi jantung yang menghasilkan stasis darah dan terbentuknya trombus yang sewaktu-waktu dapat terlepas menjadi emboli pada arteri serebral. Simpulan: Manajemen yang tepat terhadap faktor risiko dapat mengurangi kejadian stroke iskemia dan memperbaiki prognosis pasien. Kata Kunci: Atrium Fibrilasi, Stroke Iskemia, Kardioemboli
LAPORAN KASUS PARKINSON DISEASE DEMENTIA: ASPEK NEUROKOGNITIF DAN HALUSINASI VISUAL Ketut Widyastuti; Anak Agung Ayu Putri Laksmidewi
Callosum Neurology Vol 1 No 1 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.724 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i1.8

Abstract

Latar Belakang: Penderita penyakit Parkinson memiliki risiko 6 kali lebih tinggi mengalami demensia dibandingkan populasi normal. Parkinson Disease Dementia (PDD) dapat terjadi setelah ataupun sebelum munculnya gejala motorik dan biasanya terlihat pada stadium lanjut. Sebaliknya, gangguan fungsi kognitif dan halusinasi visual dapat terjadi pada stadium awal. Pengenalan gejala demensia pada pasien PD sangat penting bagi klinisi sehingga bisa memberikan tatalaksana yang tepat seperti halnya gejala motorik. Kasus: Seorang wanita berusia 55 tahun dengan keluhan gangguan memori yang semakin memberat sejak setahun lalu. Gejala fluktuatif, rekuren, menetap, dan mengganggu aktivitas harian pasien. Pasien juga mengeluh sering melihat bayangan orang atau binatang tertentu terutama di malam hari. Tidak ada gangguan proses pikir atau bicara kacau. Pemeriksaan fisik didapatkan resting tremor, rigiditas, bradikinesia, hilangnya reflek postural dan tanda Myerson positif dengan stadium 4 Hoehn Yahr. Pemeriksaan neurokognitif menunjukkan gangguan atensi, memori, visuospasial, fungsi eksekutif, dan halusinasi visual. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala menunjukkan atropi otak berat. Pasien mengalami perbaikan dengan terapi farmakologis dan stimulasi kognitif. Simpulan: Pengenalan secara dini gejala motorik, non motorik, kognitif, dan gejala neuropsikiatri terutama halusinasi visual sangat penting dalam tatalaksana lanjutan yang tepat bagi pasien penyakit Parkinson. Kata Kunci: Demensia, Penyakit Parkinson, Halusinasi Visual, Gangguan Memori
PENATALAKSANAAN NYERI KEPALA PADA LAYANAN PRIMER Sonnia Haryani; Vindi Tandy; Aurelia Vania; Jimmy Barus
Callosum Neurology Vol 1 No 3 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.277 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i3.16

Abstract

Nyeri kepala merupakan keluhan pasien yang paling umum pada layanan kesehatan primer di seluruh dunia dengan prevalensi mencapai lebih dari 60% populasi dunia. Nyeri kepala merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting akibat disabilitas yang ditimbulkan sehingga menurunkan produktivitas yang mengakibatkan beban ekonomi dalam keluarga. Sayangnya, praktik penanganan nyeri kepala di layanan primer masih belum adekuat, baik dari segi diagnosis maupun tatalaksana terkait dengan masalah nyeri. Karakteristik nyeri kepala yang bersifat subjektif dan beragam memberikan tantangan tersendiri dalam penegakkan diagnosa yang seringkali menimbulkan diagnosa yang kurang tepat sehingga mempengaruhi kualitas penanganan nyeri pada pasien. Penanganan yang tidak adekuat dapat meningkatkan risiko progresitivitas nyeri kepala episodik menjadi nyeri kepala kronis. Dalam pendekatan terapi nyeri, diperlukan perhatian lebih terhadap kondisi psikososial pasien dalam upaya penanganan nyeri yang komprehensif. Hal ini terutama dikarenakan adanya hubungan timbal balik antara nyeri kronik dan stres yang berkaitan dengan disabilitas yang ditimbulkan. Kata Kunci: Nyeri Kepala, Nyeri Kronik, Tatalaksana Nyeri, Layanan Primer
PENGARUH FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN EPILEPSI Rizaldy Taslim Pinzon; Andre Dharmawan Wijono; Rosa De Lima Renita Sanyasi; Fransiscus Buwana Jesisca
Callosum Neurology Vol 1 No 3 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.475 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i3.17

Abstract

Pendahuluan: Epilepsi merupakan penyakit neurologis yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Hanya ada sedikit penelitian tentang kualitas hidup pasien epilepsi di Indonesia. Tujuan: Melihat hubungan antara usia, usia saat onset pertama muncul, dan durasi epilepsi terhadap kualitas hidup pasien epilepsi. Metode: Penelitian cross-sectional ini dilakukan di Departemen Neurologi, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Indonesia pada November 2017 sampai Februari 2018. Pasien epilepsi yang berusia ? 18 tahun diikutkan dalam penelitian ini. Kualitas hidup diukur menggunakan instrument Short form 8 (SF-8). Hasil: Terkumpul 27 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pasien dengan usia ? 60 tahun secara signifikan mengalami penurunan kualitas hidup dalam beberapa aspek, yaitu: physical functioning (42.44±8.243), general health (40.04±7.641), role emotional (39.60±7.638), mental health (43.50±10.347), dan mental component score (42.04±10.282). Pasien dengan usia saat onset pertama muncul ? 55 tahun secara signifikan memiliki role emotional (40.54±7.245) dan mental component score (42.98±10.155) yang lebih rendah. Durasi epilepsi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien epilepsi. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa usia dan usia saat onset epilepsi pertama muncul berhubungan dengan kualitas hidup pasien epilepsi. Kata kunci: Epilepsi, Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Usia, Kualitas Hidup, SF-8.
HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF DI PUSKESMAS SAMALANTAN, KALIMANTAN BARAT Lasta Arshinta; Ivo Ariandi; Sholehuddin Munajjid
Callosum Neurology Vol 1 No 2 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.932 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i2.24

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi kronis dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif yang akan memengaruhi kualitas hidup penderita. Penelitian berkaitan dengan masalah ini masih belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan hipertensi terhadap penurunan fungsi kognitif pasien di wilayah kerja Puskesmas Samalantan, Kalimantan Barat. Metode Penelitian: Penelitian observasional-analitik dengan desain penelitian potong lintang. Jumlah sampel sebanyak 36 responden, dengan metode consecutive sampling. Kuesioner dan pemeriksaan Mini-Mental Status Examination (MMSE) pasien hipertensi selama bulan November-Desember 2016 di Puskesmas Samalantan, Kalimantan Barat. Hasil: Sebanyak 36 responden, 17 pasien memiliki riwayat hipertensi grade I dengan 2 orang diantaranya (11,76%) memiliki fungsi kognitif yang terganggu. Sebanyak 13 pasien mengalami hipertensi grade II dengan 1 orang diantaranya (7,7%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Terdapat 6 pasien yang mengalami krisis hipertensi dengan 3 orang diantaranya (50%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Uji Pearson menunjukkan hipertensi memiliki pengaruh terhadap penurunan fungsi kognitif dan bermakna secara signifikan (p<0.05). Simpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif. Terdapat variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain kelompok usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, serta aktivitas olahraga. Kata Kunci: Fungsi Kognitif, Hipertensi, Mini-Mental Status Examination.