cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021" : 7 Documents clear
Strategi Pengembangan Pasar Ikan Demersal di Kabupaten Merauke Hikmah Hikmah; Nensyana Shafitri; Armen Zulham; Agus Heri Purnomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.9000

Abstract

Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, berpeluang untuk mengembangkan ekonomi yang bertumpu pada komersialisasi ikan-ikan demersal karena tingginya produksi ikan jenis tersebut. Tantangannya adalah produksi ikan demersal belum dapat dipasarkan dengan baik karena nilai tambahnya rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola distribusi pemasaran dan merumuskan strategi pengembangan pasar hasil tangkapan ikan demersal di kabupaten tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan April—Mei 2019 di Distrik Merauke. Pengumpulan data menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner, yang dipadukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan observasi langsung. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan adanya dua pola distribusi ikan demersal, yaitu (i) pola distribusi ikan segar dan beku, dan (ii) pola distribusi ikan olahan dan gelembung ikan. Saluran pemasaran ikan segar dan beku, terdapat 4 (empat) jenis, sedangkan ikan olahan terdapat 3 (tiga) jenis saluran pemasaran. Saluran pemasaran terpendek adalah “nelayan—pengumpul besar—eksportir”, sedangkan yang terpanjang adalah “nelayan—pemborong—pengumpul besar—eksportir”. Permasalahan-permasalahan utama yang teridentifikasi pada pola-pola pemasaran ini adalah (i) jauhnya lokasi pasar, (ii) terbatasnya kapasitas pengangkutan, dan (iii) tingginya biaya transportasi. Berdasarkan analisis SWOT, strategi pengembangan pasar hasil tangkapan ikan demersal perlu diterapkan dalam mendukung kebijakan pertumbuhan yang progresif melalui (i) integrasi ke depan, ke belakang, dan horizontal; (ii) penetrasi pasar; serta (iii) pengembangan pasar. Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk menjalin kemitraan dan pengembangan pasar, yaitu melalui (i) penjaminan kepastian pembayaran antar mitra, (ii) peningkatan aksesibilitas pasar, (iii) penjaminan kontinuitas produksi, (iv) penjaminan kapasitas input produksi dari hulu, serta (v) peningkatan added value dan diversifikasi produk.Title: Market Development Strategy of Demersal Fish in Merauke RegencyMerauke Regency of Papua Province has the opportunity to develop a good economy through expanded commercialization of demersal fish, owing to the high production of this type of fish. The challenge is that only few demeral fish production can be delivered to potential markets due to its added value is low. This study aimed to examine the existing market distribution patterns and to formulate market development strategies for demersal fish in the district. The research was conducted in April—May 2019 in the main district of the regency, namely Merauke District. Data collection used survey method through interviews with questionnaires and in-depth interviews. Data were analyzed with descriptive qualitative method and SWOT analysis. The results showed that there were two demersal fish distribution patterns, namely (i) fresh and frozen fish distribution patterns and (ii) processed fish and swim bladder distribution patterns. For fresh and frozen fish, there are 4 (four) types of marketing channels and for processed fish there are 3 (three) types of marketing channels. The shortest marketing channel is ‘fishermen-wholesaler-exporter’ while the longest one is ‘fisherman-middlemen-wholesaler-exporter’. The main problems identified in these marketing patterns were (i) distances of market locations, (ii) transportation capacity, and (iii) transportation costs. Based on the SWOT analysis, a strategy for developing the demersal fish catch market needs to be implemented to support a progressive growth policy through (i) forward, backward and horizontal integration, (ii) market penetration, and (iii) market development. Therefore, there are some recommendations to establish partnerships and market development, namely: (i) payment guarantee among the partners, (ii) increase market accessibility, (iii) ensuring production sustainability, (iv) ensuring upstream capacity of input production, and (v) increase added value and product diversification. 
Keberlanjutan Ekonomi Rumah Tangga Pembudi Daya Ikan Kerapu di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali Tenny Apriliani; Achmad Zamroni; Lathifatul Rosyidah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8244

Abstract

Ketimpangan sosial ekonomi yang masih terlihat dalam kehidupan masyarakat pesisir telah berkontribusi pada distribusi kemiskinan, sehingga perlu intervensi pemerintah pusat maupun daerah. Tujuan penelitian ini meliputi (1) mengidentifikasi karakteristik usaha rumah tangga (RT); (2) menganalisis indeks keberlanjutan rumah tangga; dan (3) menganalisis strategi keberlanjutan RT pembudi daya kerapu, khususnya di Kecamatan Gerokrak, Kabupaten Buleleng, Bali. Penelitian dilakukan selama bulan Februari—Desember 2018 di Teluk Pegametan, Kabupaten Buleleng, Bali. Riset ini menggunakan pendekatan “Sustainable Livelihood Approach”. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan diinput dan dianalisis secara deskriptif, analisis finansial, serta penghitungan indeks keberlanjutan ekonomi rumah tangga “iKERT” kelautan dan perikanan yang terdiri dari lima indeks modal (alam, manusia, finansial, sosial, dan fisik). Hasil penelitian menunjukkan besarnya indeks keberlanjutan ekonomi rumah tangga untuk masing-masing modal adalah 75,49 (modal finansial); 59,23 (modal alam); 35,92 (modal fisik); 45,48 (modal manusia); dan 42,34 (modal sosial). Secara komposit, indeks modal alam, indeks modal sosial, indeks modal fisik cukup sesuai dengan keberlanjutan ekonomi rumah tangga kelautan perikanan. Ketiga indeks sudah mendekati nilai rata-rata dari sebaran indeks (50%) yang diasumsikan sebagai kondisi ideal untuk keberlanjutan ekonomi rumah tangga. Sementara itu, kebijakan maupun program yang terkait dengan indeks modal manusia, belum terlalu optimal untuk mendukung keberlanjutan ekonomi rumah tangga pembudi daya ikan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.Title: Household Economy Sustainability of Grouper Farmers in Gerokgak Sub District, Buleleng Regency, Bali ProvinceThe socio-economic disparity among coastal communities lead to the widespread distribution of poverty, hence, they need intervention from central government as well as local government. The purpose of this study consists of; 1) to identify the characteristics of household livelihood activity; (2) to analyse the index of household economic sustainability; and (3) to recommend the strategy for sustainable households’ economy. The study was conducted during February to December 2018 in Buleleng Regency (Pegametan Bay), Bali. The research used “Sustainable Livelihood Approach”. Data were collected from interviews, observation, and documentation. The data were analyzed using descriptive analysis, financial analysis, and index to calculate of the sustainability of fisheries households’ economy called “iKERT” based on five capitals, namely natural, human, financial, social, and physical. The result of the study indicates that the index of each indicator is 75,49 (financial capital); 59,23 (natural capital); 35,92 (physical capital); 45,48 (human capital); and 42,34 (social capital). As a composite manner, the natural capital index, social capital index, physical capital index, are quite appropriate with the household economic sustainability of fish farmers. These three indexes are approach to the average of the index distribution (50%) that is assumed an ideal condition for household economic sustainability. Meanwhile, the related policies and programs to the Human Capital Index have not reached to support the household economic sustainability of fish farmers in Gerokgak Sub District, Buleleng Regency, Bali.
Analisis Margin Pemasaran Komoditas Tambak Air Payau Skala Tradisional Plus di Pasuruan, Jawa Timur Nasikh Nasikh; Hadi Sumarsono; Joko Sayono; Mohd Al-ikhsan Ghazali; Yunani Yunani; Lely Jayanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.9010

Abstract

Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu produsen ikan budi daya tambak air payau skala tradisional plus terbesar di Jawa Timur, Indonesia. Sistem distribusi komoditas tambak tradisional plus yang menguntungkan sangat menentukan keberhasilan petambak dalam meningkatkan pendapatannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pola pemasaran komoditas tambak tradisional plus dan mengetahui margin pemasaran komoditas tambak tradisional plus di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama tiga tahun, antara bulan Mei 2017 sampai dengan Agustus 2020. Pengambilan sampel pada penelitian ini melalui teknik snowball sampling, yaitu sebanyak 35 petambak, 8 pedagang pengumpul, 7 pedagang besar, dan 5 pedagang pengecer. Data dianalisis secara deskriptif terhadap pola margin pemasaran dan kinerja pasar. Hasil penelitian menunjukkan ada lima pola margin pemasaran komoditas tambak tradisional plus, dan pola margin pemasaran yang ketiga dinilai efisien, karena jalur pemasarannya cukup pendek dan tidak mengurangi pendapatan petambak sehingga penerimaan pendapatan petambak lebih menguntungkan dibanding dengan pola margin pemasaran lainnya. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah daerah Kabupaten Pasuruan, petambak, dan pedagang agar sistem pemasaran ini lebih efisien sehingga pendapatan petambak tidak menurun.Title: Marketing Margin Analysis of Traditional Plus Scale Brackish-Water Commodities in Pasuruan, East JavaPasuruan Regency is a lowland fish farming area and one of the greatest traditional plus fish farming in East Java, Indonesia. The profitable distribution system of traditional plus pond affect the successful of farmers to improve their income. This research aimed to formulate the marketing model and margin of traditional plus pond commodity in order to improve the welfare of fish farmers in Bangil Sub-District, Pasuruan Regency. This research was conducted for three years, from May 2017 until August 2020. Snowball sampling is selected to choose participants, they consisted of 35 fish farmers, 8 collector traders, 7 large traders, and 5 retailers. Data were analyzed descriptively to describe the marketing margin model and market performance. The results showed that there were five models of marketing margin of traditional plus ponds, and the third model would be the most efficient model because of its relatively short marketing path and no farmers’ income were reduced. Therefore, the model offered more profitable income for the fish farmers than the other model. In addition, it is necessary to corporate among regional government, fish farmers, and traders for more efficient marketing system, and to avoid the decrease of fish farmers’ income.
Strategi Penghidupan Masyarakat Pesisir di Giligenting Kabupaten Sumenep, Jawa Timur Nyimas Nadya Izana; Anik Susanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8656

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi lokal dan permasalahan ekonomi masyarakat pesisir Pulau Giligenting, Kabupaten Sumenep, serta menganalisis strategi penghidupan masyarakat pesisir yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan ekonominya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April—September tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi literatur. Jenis informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa, tokoh pemuda, dan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan petani, sedangkan data sekunder terdiri dari dokumen, seperti buku, jurnal, sumber dari arsip, dan dokumen resmi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika masyarakat Pulau Giligenting adalah minimnya penduduk yang berusia produktif, kurangnya air untuk pertanian, hingga keberadaan perusahaan migas yang mengganggu mata pencaharian karena mencemari ekosistem laut sekitar. Namun untuk bertahan dari permasalahan tersebut, mereka tidak melakukan diversifikasi mata pencaharian, akan tetapi justru mengambil langkah untuk migrasi. Masyarakat Pulau Giligenting secara sosio-historis memang telah memiliki kebiasaan bermigrasi ketika dihadapkan dengan masalah ekonomi. Hingga kini, kebiasaan tersebut masih dipercaya sebagai jalan keluar dari masalah ekonomi, walaupun daerah mereka saat ini mempunyai potensi pariwisata yang menjanjikan bagi keberlangsungan hidup masyarakat Pulau Giligenting.Title: Livelihood Strategy of Giligenting Coastal Community in Sumenep Regency, East Java ProvinceThis study aims to identify the potency of natural resources and the problems which were economically encountered by Giligenting coastal community, and to analyze the livelihood strategies used to overcome their problems. The study was conducted in April until September 2019 with descriptive qualitative method. Data were collected through interview with selected informan, observation, and secondary data source. The informan of this study were village officials, youth leaders, fishers, and farmers, while secondary data were obtained from books, journals, sources from archives, and official documents. The result showed that Giligenting coastal community has been dealing with seasonal drought, contamination of mining activities and lack of human resources. Respond to their problems, Giligenting coastal community take strategies not only livelihood diversification but also migration to Jakarta City. The communities of Giligenting Island have a socio-historical habit to migrate as a believe to resolve their economic problems despite of the potential tourism area of Giligenting Island for the survival of its communities.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fenomena Fear of Missing Out pada Nelayan di Wilayah Suradadi, Kabupaten Tegal Nurendra Riastyanto; Pudji Muljono; Siti Amanah
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.9842

Abstract

Masyarakat nelayan di wilayah Suradadi sudah cukup modern dengan pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi GPS Maverick, dan selalu up to date dengan media sosial. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk mengikuti tren dan ketakutan akan ketertinggalan dengan nelayan lain yang lebih maju. Kondisi ini selaras dengan fenomena ketakutan ketertinggalan atau fear of missing out yang merupakan kondisi psikologis yang menggambarkan bagaimana seseorang merasa perlu untuk menunjukkan kesenangan mereka agar tidak merasa tertinggal dengan kemajuan lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab FOMO pada nelayan muda dan menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan minat nelayan muda di bidang perikanan. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2019 yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dengan fenomena fear of missing out di kalangan nelayan Kecamatan Suradadi dengan 81 sampel menggunakan pendekatan kuantitatif yang dianalisis dengan korelasi spearman dan pendekatan kualitatif untuk mendukung kesempurnaan data. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi dari keempat faktor yang dilihat dari karakteristik, penggunaan aplikasi GPS Maverick, penggunaan media, dan produktivitas nelayan. Seperti beberapa penelitian terdahulu mengenai marketing fear of missing out, fear of missing out dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan motivasi nelayan muda di daerah lain agar dapat terpicu oleh rasa ketertinggalan dengan lingkungan sekitar untuk menjadi nelayan.Title: Factors Affecting the Fear of Missing Out Phenomenon on Fishermen in Suradadi, Tegal RegencyFishermen community of Suradadi region have been advanced in utilizing the technology such as GPS Maverick and always keep updated on social media. It is driven by a desire for continual existence and a fear of being left by other advanced fishermen. This circumstance is aligned with a psychological condition called fear of missing out which an individual needs to show their happiness to catch up with the trends of surrounding social environment. This study aims to analyze the causes of FOMO in young fishermen and to analyze the factors that can increase the interest of young fishermen in the field of fisheries. This study was conducted from January 2019 to perceive any factors related to fear of missing out among fishermen in Suradadi. This study used 81 samples of respondents, and data were analyzed with quantitative approach by Spearman’s correlation as well as qualitative approach to support data perfection. The result of this research showed that there were correlations among the four factors: characteristics, usage of GPS Maverick, media usage, and fisherman productivity. As previous research on fear of missing out marketing, fear of missing out could be managed by government to motivate the young fishermen with a feeling of being left behind with the surrounding environment as a fishermen.
Analisis Rantai Pasok dan Biaya Transportasi Udang Vaname pada Unit Pengolahan di Jakarta Utara Rizki Dewi Kristikareni; Abdul Rokhman; Achmad Poernomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8828

Abstract

Jakarta Utara merupakan salah satu kawasan industri perikanan di Indonesia yang menghasilkan udang olahan sebagai komoditas ekspor. Namun, unit pengolahan ikan (UPI) dihadapkan dengan adanya permasalahan mutu, jumlah, ketersediaan bahan baku, dan transportasi yang memiliki peranan dalam manajemen rantai pasok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok udang budi daya pada UPI di Jakarta Utara dan biaya transportasi dalam pendistribusian udang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus–Desember 2019 di Cirebon, Indramayu, Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, Kendal, dan Rembang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi. Pengumpulan data dilakukan melalui survei, observasi, dan wawancara. Penentuan responden menggunakan snowball sampling. Responden awal yang terlibat adalah UPI di Jakarta Utara. Responden dalam penelitian ini meliputi dua orang dari UPI, tujuh orang pemasok, 14 orang pembudi daya, dan lima orang pembenih. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat tiga pelaku usaha yang menyediakan bahan baku udang vaname ke UPI di Jakarta Utara, yaitu unit pembenihan, pembudi daya, dan pengumpul/supplier. Namun masih terdapat unit pembudi daya dan pengumpul yang tidak tersertifikasi. Pemberian reward dan punishment perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi mutu udang. Dalam pendistribusiannya, persentase biaya transportasi terhadap harga jual benih udang vaname berkisar 0,08—3,33%, paling tinggi sebesar 3,33%, yaitu pengiriman dari Tanggamus menuju Indramayu/Cirebon. Persentase biaya transportasi terhadap harga jual udang vaname berkisar 0,48—1,39%, paling tinggi sebesar 1,39%, yaitu pengiriman dari Pesawaran menuju Jakarta Utara. Manajemen rantai pasok yang terintegrasi diharapkan dapat menekan biaya transportasi.Title: Supply Chain and Transportation Cost Analysis of Vaname Shrimp at Processing Plants in North JakartaNorth Jakarta is one of fishery industry areas in Indonesia that supply shrimp products as an export commodity. However, quality, quantity, availability of raw material, and transportation have been the underlined problems in the supply chain management of processing plants. This study aims to identify the involved members of the shrimp supply chain appearing in processing plants in North Jakarta as well as to calculate the transportation costs for the shrimp distribution. The research was conducted from August to December 2019 in Cirebon, Indramayu, South Lampung, Pesawaran, Tanggamus, Kendal, and Rembang. Data were analyzed with descriptive analysis. Data were collected through surveys, observations, and interviews. Snowball sampling is applied to determine the respondents. The initial respondents were the processing plants in North Jakarta. The respondents included two people from the processing plants, seven suppliers, fourteen shrimp farmers, and five breeders. Result of analysis point out the three actors involved in the supply of vaname raw material to the processing plants in North Jakarta, they are breeder, shrimp farmer, and collector/supplier unit. However, there are still uncertified shrimp farmers and collectors. Thus, rewards and punishment are necessary for the consistency of shrimp quality. The percentage of transportation costs to the selling price of vaname seeds is 0.08—3.33% with the highest 3.33% arouse from the shipping from Tanggamus to Indramayu/Cirebon. While, the percentage of transportation costs to the selling price of vaname shrimp is 0.48—1.39%, with the highest 1.39%, arouse from the shipping from Pesawaran to North Jakarta. Therefore, the integrated supply chain management is expected to reduce transportation cost.
Karakterisasi Pelaku Usaha Patin untuk Mendukung Jambi sebagai Sentra Patin Nasional Putinur Putinur; Randi B. S. Salampessy; Achmad Poernomo
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v7i1.8843

Abstract

Ikan patin merupakan salah satu komoditas unggulan yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam program percepatan industrialisasi perikanan budi daya. KKP terus melakukan pemantauan dan mendorong produksi patin nasional dengan mendirikan sentra patin di beberapa provinsi, salah satunya Provinsi Jambi. Mengingat adanya potensi pengembangan budi daya patin yang besar, sejak 2017 Provinsi Jambi dicanangkan menjadi sentra ikan nasional, tetapi hingga saat ini belum terealisasi. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran terkini kondisi perikanan patin di Provinsi Jambi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2019 menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan studi kasus. Proses pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terhadap key informan. Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha yang ditentukan dengan Metode Slovin, responden konsumen serta pembuat kebijakan yang ditentukan dengan purposive sampling. Kondisi industri budi daya terkini menunjukkan bahwa pembudi daya mengalami beberapa permasalahan, diantaranya: keterbatasan modal, serangan penyakit, sulitnya memperoleh bahan baku pembuatan pakan mandiri serta masalah utama terbatasnya akses pemasaran, sedangkan pada industri pengolahan terlihat banyaknya jumlah unit pengolahan yang tidak beroperasional baik skala UMKM maupun skala besar seperti UPI fillet patin, serta permasalahan umum terbatasnya akses pemasaran. Berdasarkan permasalahan di atas, penunjukan Provinsi Jambi sebagai sentra patin nasional belum berhasil, maka rekomendasi yang dapat diusulkan, yaitu menjadikan program sentra patin nasional sebagai salah satu agenda di RPJMD atau Renstra DKP Provinsi Jambi, pemerintah merevitalisasi kembali unit pengolahan fillet patin, membuka jaringan pemasaran yang lebih luas, menyediakan penampung tetap hasil panen, serta perlu adanya penyediaan informasi penyedia bahan baku untuk pembuatan pakan mandiri.Title: Characterization of Patin Business Actors to support Jambi as the National Patin CenterPangasius has become one of the largest commodities in the acceleration program of aquaculture industry of the Ministry of Marine Affairs and Fisheries (MMAF). In order to constantly monitor and encourage the production of national pangasius, MMAF has established pangasius centers in several provinces, one of them is located in Jambi Province. Considering the large potential for developing pangasius aquaculture, since 2017 Jambi was proclaimed as a national fish center, but it has not been realized. The research aimed to describe a current picture of the condition of pangasius fisheries in Jambi Province. The research was conducted from February to August 2019 by using descriptive method with case study approach. Data were collected by observation and depth interview to key informan. Respondents of the research were businessmen were determined by Slovin Method, consumers, and policy makers were determined by purposive sampling. The aquaculture industry exhibits several problems including: limited business capital, disease attack, difficult obtain of raw materials for independent feed, as well as the main problem in limited access of its marketing, meanwhile In processing industry, there are a large number of idle processing units, both small scale processing units and large-scale processing units such as Fish Processing Unit (UPI) of Pangasius Fillet and common problems in marketing access. Based on above issues, the appointment of Jambi Province as a national pangasius center has not been successful. Therefore, it is recommended to enclose the national pangasius center program in the Regional Mid-Term Development Plan (RPJMD) or marine and fisheries strategic plan of Jambi Province, to revive the catfish fillet processing unit, to expand the wide-ranging access of marketing, to facilitate the harvested catfish in permanent container, and to provide information of raw material supplier for independent food production. 

Page 1 of 1 | Total Record : 7