cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pekalongan,
Jawa tengah
INDONESIA
MUWAZAH: Jurnal Kajian Gender
ISSN : 20858353     EISSN : 25025368     DOI : -
Core Subject :
Muwazah adalah jurnal kajian gender dengan ISSN Print: 2085-8353; Online: 2502-5368 yang diterbitkan oleh Pusat Studi Gender (PSG) IAIN Pekalongan. Kata Muwazah berasal dari bahasa Arab yaitu (??????) yang memiliki arti kesetaraan. Jurnal ini fokus pada isu-isu aktual dan kontemporer yang berkaitan dengan kajian gender lokalitas dalam berbagai perspektif. Redaksi mengundang para ilmuwan, sarjana, professional, praktisi dan peneliti dalam berbagai disiplin ilmu yang konsern terhadap kajian gender berupa analisis, aplikasi teori, hasil penelitian, terjemahan, resensi buku, literature review untuk mempublikasikan hasil karya ilmiahnya setelah melalui mekanisme seleksi naskah, telaah mitra bebestari, dan proses penyuntingan. Jurnal ini terbit setahun dua kali setiap bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue " Vol 4 No 2: Desember 2012" : 9 Documents clear
TAKLIK TALAK DALAM PERSPEKTIF GENDER Muthoin, Muthoin
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1151.529 KB)

Abstract

Abstract : The understanding of concept taklik talak especially on gender perspective is still limited to certain people; therefor socialization should be continously done. Taklik talak intended to guarantee the wives right and to protect them from discrimative and arbitrary of husbands. But then, the couple have the same role to guard againts taklik talak violation. This statement is reverting to the cople’s right and duty formulation that based on equality principle. On this gender perspective, the cople’s right and duty are equal. Reasons that will make the difference their roles were just about reproduction duty like pregnant, bearing children and suckling (to wives) and protect to wive physically and economically (to husband). Abstrak : Pemahaman konsep taklik talak terutama pada perspektif gender masih terbatas pada orang-orang tertentu; sosialisasi untuk itu harus terus dilakukan secara. Taklik talak dimaksudkan untuk menjamin istri yang tepat dan untuk melindungi mereka dari tindakan diskrimatif dan sewenang-wenang dari suami. Pasangan memiliki peran yang sama untuk menjaga terhadap resiko pelanggaran taklik talak. Pernyataan ini kembali kepada perumusan hak dan kewajiban pasangan suami istri yang berdasarkan prinsip kesetaraan. Pada perspektif gender ini, hak suami istri dan kewajiban yang sama. Alasan yang akan membuat perbedaan peran mereka hanya tentang tugas reproduksi seperti hamil, melahirkan anak dan menyusui (untuk istri) dan melindungi istri dan mencari nafkah (suami). 
PEREMPUAN-PEREMPUAN PEJUANG HAK-HAK FEMINIS DALAM ALQURAN Azzuhri, Muhandis
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1256.954 KB)

Abstract

Abstract : Feminism as a movement at the beginning of the movement is seen as a common ground for all the human race especially between men and women. The concept assumes that Islamic feminism as a construct of thought is a struggle for women's equality with men but not on the sexual aspect of his or her gender aspects as fellow creatures of God. However, women still have to accompany the man or husband whenever and wherever they may be in a sense of joy and sorrow. Khair Umm wife of Abu Lahab, the wife of Nuh and the wife of Prophet Lut As, As a symbol of women negatively in the Alquran, while Asyiyah wife of Fir’aun,  Siti Hawa, Siti Sarah, Siti Hajar and Queen Bilqis is a symbol of positive women in the Al Qur'an. Abstrak : Feminisme sebagai sebuah gerakan pada awal gerakan dipandang sebagai landasan bersama bagi semua umat manusia terutama antara laki-laki dan perempuan. Konsep ini mengasumsikan bahwa feminisme Islam sebagai konstruksi pemikiran adalah perjuangan untuk kesetaraan perempuan dengan laki-laki, tetapi tidak pada aspek seksual dari atau aspek-aspek gender sebagai sesama makhluk Tuhan. Namun, perempuan masih harus menemani laki-laki atau suami kapanpun dan dimanapun mereka berada dalam rasa suka dan duka. Khair Umm istri Abu Lahab, istri Nuh dan istri Nabi Luth As, Sebagai simbol perempuan negatif dalam Alquran, sementara Asyiyah istri Fir'aun, Siti Hawa, Siti Sarah, Siti Hajar dan Ratu Bilqis adalah simbol positif di Al Qur'an.
MEMBANGUN KAMPUS ( STAIN PEKALONGAN) YANG SENSITIF GENDER Sofiani, Triana
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1820.277 KB)

Abstract

Abstract : This study moved from the reality of the problems that have been the subject of conversation in forums network PSG / PSW throughout Indonesia, both PTAIN/S and Public Higher Education, regarding the condition of lack of response to campus officials agenda promoted by the PSG/ PSW in their respective campuses. Even in some of the Islamic university, menganggab that the PSG / PSW is only a collection of the women (read: wife) against men (read: husband). Although the reality is not as extreme in the STAIN Pekalongan, but in this study the authors wanted to see, rather than despite not prove but at least read the truth of the conclusion of the friends network. The author did not conduct in-depth research with a particular approach to scientific method, but the writer is trying to read the reality of everyday experience of the author as part of the academic community in the STAIN Pekalongan. This study is intended as a preliminary description in order to be a reference for the development of ideas STAIN Pekalongan and also be a reference for researchers who want to conduct in-depth research or create a baseline study on gender sensitivity in STAIN Pekalongan toward campus of Rahmatan Lil’Alamin. Abstrak : Penelitian  ini berpinjak dari realitas masalah yang telah menjadi subyek pembicaraan di forum jaringan PSG / PSW di seluruh Indonesia, baik PTAIN / S dan Perguruan Tinggi Umum, mengenai kondisi kurangnya respon terhadap agenda pejabat kampus dipromosikan oleh PSG / PSW di kampus masing-masing. Bahkan di beberapa universitas Islam, menganggap bahwa PSG / PSW hanya koleksi wanita (baca: istri) terhadap laki-laki (baca: suami). Meskipun kenyataannya tidak seekstrim di STAIN Pekalongan, tetapi dalam penelitian ini penulis ingin melihat, daripada meskipun tidak membuktikan tapi setidaknya membaca kebenaran kesimpulan dari jaringan teman-teman. Penulis tidak melakukan penelitian mendalam dengan pendekatan tertentu untuk metode ilmiah, tetapi penulis mencoba untuk membaca realitas pengalaman sehari-hari penulis sebagai bagian dari civitas akademika STAIN Pekalongan. Penelitian ini dimaksudkan sebagai gambaran awal untuk menjadi acuan bagi pengembangan ide-ide STAIN Pekalongan dan juga menjadi acuan bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian mendalam atau membuat studi baseline pada sensitivitas gender dalam STAIN Pekalongan menuju kampus rahmatan lil'alamin.
THE PORTRAITS OF INDONESIAN WOMEN IN ADVERTISEMENTS Puspitasari, Dewi; Hardini, Isriani
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1403.96 KB)

Abstract

Abstract : The rise of advertisings that manipulate the role of women in which women are not positioned properly has proven that television or any other advertising media have exploited women. Studies have shown that the image of women that has predominated in advertisements is of weak, childish, dependent, domestic, irrational, subordinate creatures, the producers of children and little else compared with men. Often, women are positioned as objects possessing some system of signs: the lips, eyes, cheeks, hair, thighs, calves, hips, breasts, etc, those things become the fragments of mark in the patriarchy media, which is used to convey a particular meaning. Women are still oppressed and exploited again by culture - a culture of patriarchal. Various issues affecting women today is believed due to the hegemony of this culture that dominates all facets of life. Abstrak : Maraknya iklan-iklan yang memanipulasi peran perempuan di mana perempuan tidak benar diposisikan telah membuktikan bahwa televisi atau media iklan lainnya telah mengeksploitasi perempuan. Penelitian telah menunjukkan bahwa citra perempuan yang didominasi dalam iklan adalah lemah, kekanak-kanakan, tidak mandiri, domestik, irasional, makhluk bawahan, produsen anak-anak dan sedikit lain dibandingkan dengan laki-laki. Seringkali, perempuan diposisikan sebagai obyek memiliki beberapa sistem tanda: bibir, mata, pipi, rambut, paha, betis, pinggul, payudara, dan lain sebagainya. Halhal tersebut menjadi fragmen tanda di media patriarki, yang digunakan untuk menyampaikan makna tertentu. Perempuan masih tertindas dan dieksploitasi lagi oleh budaya-budaya patriarki. Berbagai persoalan yang dialami perempuan saat ini diyakini karena hegemoni budaya ini yang mendominasi semua aspek kehidupan. 
GENDER DALAM ISLAM Malisi, Ali Sibram
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1647.177 KB)

Abstract

Abstract : Classical Islamic thought patriarchal critical scrutiny from many quarters, with the argument that classical Islamic discourse is based on postulates and assumptions are discriminatory, and in turn give birth, standardize and preserve unequal gender relations between men and women. Fiqh of women's rights measuring half the rights of men as in many of the provisions of inheritance, testimony and legal 'aqiqah. Women as imperfect beings (deficient); weak intellectual abilities; unable to master the emotional turmoil; think irrationally. In turn, all of the above attempted to re-analyzed, as we know that the Qur'an teaches that Islam came to give comfort, peace of life (rahmatan lil 'alamin). Abstrak : Pemikiran Islam  klasik yang bersifat patriakhi banyak dikritisi, dengan argumen bahwa wacana Islam klasik didasarkan pada dalil-dalil dan asumsi yang diskriminatif, dan pada gilirannya melahirkan, standarisasi dan melestarikan relasi gender yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan. Fiqh hak perempuan dengan porsi setengah dari hak laki-laki dalam ketentuan warisan, kesaksian dan hukum 'aqiqah. Perempuan dipandang sebagai  makhluk yang tidak sempurna, kemampuan intelektual yang lemah, emosional, tidak rasional. Pada gilirannya, semua hal di atas berusaha untuk dianalisis kembali, karena sesungguhnya Al-Qur'an mengajarkan bahwa Islam datang untuk memberikan kenyamanan, ketenangan hidup (rahmatan lil 'alamin).
PENDIDIKAN POLITIK PEREMPUAN DALAM KONTEKS NEGARA DEMOKRASI Harnoko, Bambang Rudi
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1209.209 KB)

Abstract

Abstract : The de jure government has given full support in improving the quality and quantity of women's political, affirmative strategy of 30% quota for women. However, this strategy can not guarantee women's role in politics optimally. Therefore, sanggatlah important to make efforts to improve the quality and quantity of the representation of women's representation in politics. Especially in the context of democracy, which should give the right to the same opportunities to all the people, both men and women in voicing their aspirations as a manifestation of their political rights. Untuuk realize it all, required education as a vehicle for increasing women's political empowerment and the ability to actualize their role as citizens. Abstrak :  Secara  de yure,  Pemerintah telah memberikan dukungan penuh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas politik, strategi afirmatif perempuan kuota 30% bagi perempuan. Namun, strategi ini tidak dapat menjamin peran perempuan dalam politik secara optimal. Oleh karena itu, sanggatlah penting untuk membuat upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas representasi keterwakilan perempuan dalam politik. Terutama dalam konteks demokrasi, yang harus memberikan hak untuk kesempatan yang sama untuk semua orang, baik laki-laki dan perempuan dalam menyuarakan aspirasi mereka sebagai manifestasi dari hak-hak politik mereka. Untuuk mewujudkan itu semua, diperlukan pendidikan sebagai wahana untuk meningkatkan pemberdayaan politik perempuan dan kemampuan untuk mengaktualisasikan peran mereka sebagai warga negara
MENDUDUKAN WACANA GENDER (Dari Kesalahpahaman Menuju Pemahaman) Indrayati, Susi
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1491.322 KB)

Abstract

Abstract : Departing from the public misunderstanding of the concept is identical to the female gender, the study intends seats the gender discourse (concepts and theories) that misunderstanding into understanding. To understand the concept of gender would not be separated from an understanding of the concept of sex, because it will cause an error in the understanding of gender inequality such as stereotyping, discrimination, subordination, marginalization, and the double burden of violence against women. Gender theory becomes important for an operation in this context, as in the context of understanding the reality of seats the history and thought that from experts and Kulture tersebutlah gender discourse was born and of course to provide a deeper understanding of the extremities in order not to get caught up in the flow of the ideology or gender. Abstrak : Berangkat dari kesalahpahaman umum  tentang konsep yang diidentikan dengan jenis kelamin perempuan, tulisan ini bermaksud mendudukkan wacana gender (konsep dan teori) dari sebuah kesalahpahaman menjadi sebuah pemahaman. Memahami konsep gender, saesungguhnya tidak akan lepas dari pemahaman tentang konsep seks, karena akan menyebabkan kesalahan dalam memahami ketidakadilan gender seperti stereotip, diskriminasi, subordinasi, marginalisasi, dan beban ganda kekerasan terhadap perempuan. Teori gender menjadi penting dalam konteks ini, seperti dalam konteks memahami realitas sejarah agar tidak terjebak dalam aliran ideologi gender yang keliru
DISTRIBUSI PERAN STAKEHOLDER TERHADAP PENANGANAN DOMESTIC VIOLENCE DALAM KONTEKS MASYARAKAT MADANI Rismawati, Shinta Dewi
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1556.128 KB)

Abstract

Abstract : Domestic violence is a human problem, because in it there is a dimension of human rights violations. Law No. 23 of 2004 on the Elimination of Domestic Violence are limitative have determined the distribution of the roles of each stakeholder in handling domestic violence cases. Stakeholders involved include the government as a representation of the state, NGOs, families, advocates, law enforcement officers, medical workers and clergy personnel. The number of stakeholders involved in the handling of domestic violence menginditifikasikan that domestic violence is a serious human rights crimes. Porposional division of roles between the state and the non-state institutions in the handling of domestic violence shows these regulations relevant to the concept of civil society in Indonesia.Abstrak : Kekerasan dalam rumah tangga adalah persoalan kemanusiaan, karena di dalamnya berdimensi pelanggaran hak asasi manusia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, telah menentukan distribusi peran masing-masing pemangku kepentingan dalam menangani kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga. Pemangku kepentingan yang terlibat termasuk pemerintah sebagai representasi negara, LSM, keluarga, advokat,  aparat penegak hukum, tenaga medis dan rohaniawan. Jumlah pemangku kepentingan yang terlibat dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga mengindetifikasikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan hak asasi manusia. Pembagian porposional peran antara negara dan lembagalembaga non-pemerintah dalam penanganan kekerasan dalam rumah tangga menunjukkan peraturan hukum tersebut relevan dengan konsep masyarakat madani di Indonesia.
PEREMPUAN DALAM PANDANGAN AGAMA (Studi Jender dalam Perspektif Islam) Abbas, Abbas
MUWAZAH Vol 4 No 2: Desember 2012
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.944 KB)

Abstract

Abstract : The discourse of gender is an issue that can not be avoided as warm and engaging conversation. Many times a woman to occupy an important position hindered simply because she was a woman. For example, Megawati Soekarno Putri had thwarted attempted to become president when the president of the Republic of Indonesia succession under the pretext she was a woman. The desire to fail this by using religious justification quoting verses from the Qur'an and the hadiths of the Prophet. Sometimes used religion as a shield to strengthen the argument for the sake of group opinion. Therefore, this article tries to discuss about religious views on gender, particularly the Islamic perspective in the context of the role of women in society. Then also track views of scholars on the subject. Keywords : Women, Gender, Religion, Islam.Abstrak : Wacana gender merupakan isu yang tidak dapat dihindari karena merupakan perbincangan hangat dan menarik. Banyak kasus seorang wanita terhalang menduduki posisi penting hanya karena dia adalah seorang wanita. Sebagai contoh, Megawati Soekarno Putri yang dijagal  untuk menjadi presiden dalam proses suksesi Presiden Republik Indonesia dengan dalih dia adalah seorang wanita. Keinginan untuk menggagalkan  ini justru didasarkan pada justifikasi agama mengutip ayat-ayat dari AlQur'an dan hadits. Agama dijadikan perisai untuk memperkuat argumen demikepentingan  pendapat kelompok. Oleh karena itu, artikel ini mencoba untuk membahas tentang pandangan agama tentang gender, khususnya perspektif Islam dalam konteks peran perempuan dalam masyarakat. Selain itu juga akan  melacak pandangan ulama tentang hal ini.

Page 1 of 1 | Total Record : 9