cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 312 Documents
Keteladanan Kepemimpinan Rasul Paulus sebagai Role Model dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia Berdasarkan Efesus 4:1-16 di Gereja Bahagian Bahasa Melayu di Negara Brunei Darussalam Render Luwis
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.36

Abstract

Abstract: The leader is the person who carries out the process, behavior or relationship. In this case the leader must have leadership qualities that are based on the based on the universal characteristics of a leader, for example, having this research is a literature study or literature review using reference books that contain a discussion about the leadership of the Apostle Paul as a role model in human resources development based on Ephesian 4:1-16 by applying descriptive methods. The leadership model of the Apostal Paul based on Ephesians 4:1-16 as the Role of the Gereja Bahagian Bahasa Melayu Human Resource Development Model in the State of Brunei Darussalam as follows: First the character of Christ-likeness. Second, the unity of believers because God is one which is the doctrinal expected by God to be the basis of theology of believers is that the believer must be able to maintain the unity of the Spirit by the bond of peace, not letting or even confounding. Third, unity of service by sharing gifts is God’s gift to believers to serve Him. Forth, the unity of being the perfect body or Christ is a process of believers throughout life continuously tirelessly focused to grow to be perfect.Abstrak: Pemimpin adalah orang yang melaksanakan proses, perilaku atau hubungan. Dalam hal ini pemimpin harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang berbasiskan ciri universal seorang pemimpin, misalnya mempunyai Penelitian ini merupakan kajian literatur atau kajian pustaka dengan menggunakan buku-buku referensi yang memuat bahasan mengenai kepemimpinan Rasul Paulus sebagai role model dalam pengembangan Sumber Daya Manusia berdasarkan Efesus 4:1-16 dengan menerapkan metode deskriptif. Kesimpulan: Keteladanan Kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan Efesus 4: 1-16  sebagai Role  Model Pengembangan Sumber Daya Manusia Gereja Bahagian Bahasa Melayu di Negara  Brunei Darussalam sebagai berikut berikut: Pertama, karakter seperti Kristus. Kedua, kesatuan orang percaya karena Allah adalah satu adalah doctrinal yang diharapkan oleh Tuhan menjadi dasar teologi orang percaya adalah bahwa orang percaya wajib mampu memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, bukan membiarkan atau bahkan mengacaukan. Ketiga, kesatuan melayani dengan berbagai karunia  merupakan  pemberian Allah  kepada orang percaya agar mereka melayani-Nya. Keempat,  kesatuan menjadi tubuh Kristus yang sempurna merpakan proses orang percaya sepanjang hidup terus-menerus tanpa mengenal lelah  fokus untuk bertumbuh menjadi sempurna
Eco-Teosentris: Studi Eco-Teologi dan Kearifan Lokal Dalam Masyarakat Batak Toba Yosefo Gule; Eduwaret Pratam Surbakti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.182

Abstract

The ecological crisis caused by human activities in this modern era has threatened the existence of human life, nature, and various other living things. The current environmental crisis is the result of anthropocentrism which is widely embraced by humans because it is selfish and prioritizes human interests in viewing nature, and as a result humans must reconstruct their perspective on nature with an eco-theocentric approach which is considered more consider harmony in the entire ecosystem order and center on God. The goal of eco-theocentrism ethics is to transform the way humans perceive nature by giving respect to the world created by God and eco-theocentrism ethics is an ethical theory that pays more attention to the environment as a whole and is holistic centered on God, namely the relationship between humans and their environment, humans. with others who are centered in God. The research method in writing this article is to use a qualitative-descriptive study method with a library research approach, reading and comparing a number of references related to the study. In this article, the author will examine the eco-theocentric principles and their implementation in local wisdom practices in the Batak Toba society, as a strategy for contextual theology of the Batak Toba society in preserving the environment.Krisis ekologi yang diakibatan aktivitas manusia di era modern ini telah mengancam eksistensi kehidupan manusia, alam, dan berbagai makhluk hidup lainnya. Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini adalah sebagai akibat dari paham antroposentrisme yang banyak dianut oleh manusia karena bermuatkan egoistis dan lebih mengutamakan kepentingan manusia dalam memandang alam, dan sebagai akibatnya manusia harus merekonstruksi kembali cara pandang mereka terhadap alam dengan pendekatan eko-teosentris yang dianggap lebih mempertimbangkan keselarasan dalam seluruh tatanan ekosistem dan berpusat kepada Allah. Tujuan dari etika eko-teosentrisme adalah mentransformasi cara pandangan manusia terhadap alam dengan memberikan sikap hormat terhadap dunia ciptaan Allah dan etika eco-teosentrisme merupakan teori etika yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan dan bersifat holistik yang berpusat kepada Allah, yaitu hubungan manusia dengan lingkungannya, manusia dengan sesamanya yang berpusat kepada Allah. Metode penelitian pada penulisan artikel ini adalah menggunakan metode kajian kualitatif-deskriptif dengan pendekatan library research, membaca dan membandingkan sejumlah referensi yang berhubungan dengan kajian. Dalam artikel ini penulis akan mengkaji tentang prinsip-prinsip eco-teosentris dan implementasinya dalam praktek-praktek kearifan lokal dalam masyarakat Batak Toba, sebagai salah satu strategi untuk berteologi secara kontekstual bagi masyarakat Batak Toba dalam memelihara lingkungan hidup.
Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.5

Abstract

AbstrakPerkembangan kebudayaan masa kini, termasuk bidang pendidikan, cenderung mengarah kepada kebangkitan agama (spiritualitas). Ini merupakan trend global yang berkembang pesat setelah era tahun 1990-an. Agama yang diminati sekarang adalah agama yang menekankan dimensi spiritualitas, yaitu pengalaman-pengalaman yang bersifat supranatural.   Dalam dunia pendidikan sekarang, spiritualisme sering dipakai untuk mensuport metode-metode pembelajaran. Sebagai contoh adalah pemakaian metode-metode pembelajaran meditatif dan spiritualistik gerakan Abad Baru (New Age Movement). Sementara itu, spiritualitas juga menjadi trend dalam berkembangan kekristenan masa kini. Gerakan Karismatik berkembang mendunia. Aliran ini menekankan pentingnya pengalaman-pengalaman supranatural dalam pertumbuhan rohani. Proses pembelajaran Firman Tuhan, juga diyakini sebagai proses supranatural. Faktor Roh Kudus diyakini merasuki semua bidang pelayanan, termasuk pelayanan pendidikan. Timbullah banyak persoalan mengenai bagaimana peran Roh Kudus dalam pendidikan Kristen, khususnya pembelajaran. Kelompok Karismatik ekstrim meyakini dominasi pekerjaan Roh Kudus dalam segala aspek kehidupan dan pelayanan Kristen. Dalam kotbah – termasuk pengajaran Alkitab lainnya – Roh Kudus diyakini sebagai Pribadi yang memberi campur tangan sampai pada detil-detil kegiatan belajar. Pada prinsipnya, Roh Kudus bekerja dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya. Pertumbuhan rohani Kristen merupakan karya Roh Kudus, mulai dari proses kelahiran baru oleh Roh Kudus, pendiaman oleh Roh Kudus, dan proses dipenuhi oleh Roh Kudus. Setiap pelayanan Kristen juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karena pimpinan dan kekuatan dari Roh Kudus. Faktor Roh Kudus tidak boleh dilupakan dalam proses pembelajaran Kristen. Roh Kudus adalah representasi Kristus yang berkarya secara supranatural sebagai Guru Agung dalam proses pembelajaran. Roh Kudus yang telah mewahyukan bahan ajar (Alkitab) itu kini turut bekerja dalam proses pembelajaran untuk memberi penerangan (iluminasi) sehingga guru bisa mengajar dengan baik dan murid bisa belajar dengan baik pula. Roy B. Zuck memandang begitu pentingnya peran Roh Kudus sehingga tanpa Dia, pembelajaran tidak akan efektif (bahkan menjadi cenderung sekuler) walaupun ada guru dan bahan ajar berupa Alkitab. Roh Kudus dan pembelajaran dalam Pendidikan Kristen (PAK) mempunyai korelasi yang sangat kuat. Keberadaan dan peran Roh Kudus dalam PAK merupakan ciri pembeda PAK dibanding dengan pembelajaran sekuler. Namun, hal itu bukan berarti PAK merupakan proses pembelajaran yang total supranatural. PAK merupakan sebuah pembelajaran kontemporer yang berdimensi supranatural. Peran Roh Kudus yang merupakan representasi Kristus dalam PAK adalah sebagai Guru Agung. Pembelajaran dalam PAK ditangani secara tim oleh Roh Kudus dan guru PAK. Baik guru PAK maupun murid PAK sama-sama harus bergantung dalam pimpinan iluminatif dari Roh Kudus. Peran Roh Kudus juga dinyatakan dalam kasih karunia yang Dia berikan untuk meningkatkan kapasitas guru dan murid. Ada dimensi-dimensi yang harus dikembangkan secara akal budi. Tetapi, dalam hal dimensi spiritual, Roh Kudus harus merupakan satu-satunya Pribadi yang boleh mengisi dan memberi penguatan. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang empowered by Holy Spirit. 
Pemberdayaan Budikdamber Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi Masa Pandemi di Wilayah Sekaran Gunung Pati Hagai Kuncoro; Karnawati Karnawati
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.90

Abstract

The pandemic has caused an economic downturn in the Sekaran Gunung Pati area, Semarang. The Banaran Community Center as a Christian institution seeks to internalize the attitude of Jesus who cares for people who suffer and need help, has facilitated by providing empowerment in the form of catfish farming in buckets (budikdamber). The method of implementation is through the stages of preparation, assessment, program planning, formulation of action plans, program implementation, evaluation and termination. The results of the budikdamber show that the assisted groups experience additional insight into catfish cultivation in buckets, an increase in the economy in the family and gain insight into effective marketing strategies. This paper contributes to the context of a mission strategy through community empowerment.Pandemik menyebabkan kelesuan ekonomi di wilayah Sekaran Gunung Pati Semarang. Pusat Komunitas Banaran selaku Lembaga kristen berupaya menginternalisasi sikap Yesus yang peduli kepada orang-orang yang menderita dan membutuhkan pertolongan, telah menfasilitasi dengan memberikan pemberdayaan berupa budidaya ikan lele dalam ember (budikdamber). Metode pelaksanaan melalui tahapan persiapan, pengkajian, perencanaan program, formulasi rencana aksi, implementasi program, evaluasi dan terminasi. Hasil budikdamber didapati bahwa kelompok dampingan mengalami penambahan wawasan dalam budidaya lele dalam ember, adanya peningkatan ekonomi dalam keluarga dan bertambahnya wawasan dalam strategi pemasaran yang efektif. Tulisan ini memberi kontribusi dalam konteks strategi misi melalui pemberdayaan masyarakat.
Memahami Tantangan Teologi Pluralisme dan Teologi Pembebasan Yafet M Paembonan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.26

Abstract

The diversity of religious beliefs in today's society has the potential to cause conflict, that is if each group insists on the truth it believes. Theology of pluralism is presently offering a new religion based on all the truths that are recognized. But is theology pluralism really the answer, or does it have a greater negative impact? At first glance, the emergence of a theology of pluralism is similar to the emergence of liberation theology as an attempt to answer theological problems. So in this study, the relationship between pluralism theology and liberation theology is discussed, as well as the impact of plural theology. Researchers conduct literature studies to examine the theology of pluralism, make comparisons, and ultimately draw conclusions. From this research, it can be concluded that there is a relationship between plural theology and liberation theology and that pluralism theology impacts relativism in standards, so there is no absolute moral standard. Abstrak: Keberagaman keyakinan agama di kalangan masyarakat masa kini berpotensi menimbulkan konflik, yaitu apabila masing-masing kelompok bersikukuh pada kebenaran yang diyakininya. Teologi pluralisme hadir menawarkan sebuah agama baru yang bertolak dari semua kebenaran yang diakui. Namun apakah teologi pluralisme sungguh-sungguh menjadi jawaban, ataukah justru memiliki dampak negatif yang lebih besar? Sekilas, kemunculan teologi pluralisme mirip dengan kemunculan teologi pembebasan sebagai sebuah upaya menjawab masalah teologis. Maka dalam penelitian ini dibahas hubungan antara teologi pluralisme dan teologi pembebasan, serta dampak dari teologi pluralisme. Peneliti melakukan studi pustaka untuk mencermati teologi pluralisme, melakukan komparasi, dan pada akhirnya menarik kesimpulan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan antara teologi pluralisme dan teologi pembebasan, dan bahwa teologi pluralisme berdampak pada relativisme dalam standar, sehingga tidak ada standar moral yang absolut. 
Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0 Joko Santoso; Seri Damarwanti; I Made Priana; Teguh Bowo Sembodo; Anthoneta Taru PA
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.181

Abstract

In the Era of Society 5.0, it is very important for the church to lay down the foundation of Christian Faith for Pastoral Services in answering the problems of God's people and in solving various life challenges include social problems through the use of various information and communication technology innovations accompanied by the development of an era of disruption such as the Internet (Internet on Things), Intelligence artificial intelligence (Artificial Intelligence), and Data Banks (Big Data). This research is conducted to answer the issue of how pastoral care is  contextually working in today's digital world, which also influences changes in life styles and thus demands an adaptive pastoral care approach without losing the essence of pastoral care itself. This study proposes a foundation of Christian Faith in creative and innovative pastoral care. The research method uses a literature study approach whereas coclusion can be drawn that creative and innovative pastoral care must be done by laying the foundation for a realistic theological pastoral ministry in facing the challenges of the times. The newness of the research compared to previous similar studies lies in how the era of society 5.0 brings a new paradigm of the importance of the humanistic side to be a priority and basis, besides the need to maintain the essence of pastoral care itself.Gereja di Era Society 5.0 sangat penting meletakkan Dasar Pondasi Iman Kristen Pelayanan Pastoral guna menjawab persoalan umat Tuhan dalam menyelesaikan berbagai tantangan hidup termasuk permasalahan sosial melalui pemanfaatan berbagai inovasi teknologi informasi dan komunikasi yang dibarengi adanya perkembangan era disrupsi seperti Internet (Internet on Things), Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan Bank Data (Big Data). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab issue bagaimana Pelayanan Pastoral semakin kontekstual dalam dunia digital sekarang, yang turut mempengaruhi perubahan tatanan dan gaya hidup sehingga menuntut pendekatan pelayanan pastoral yang adaptif tanpa perlu kehilangan esensi pelayanan pastoral itu sendiri. Kajian ini mengusulkan pondasi Iman Kristen dalam pelayanan pastoral yang kreatif dan inovatif. Metode penelitian menggunakan pendekatan studi literatur untuk menarik kesimpulan bahwa pelayanan pastoral yang kreatif dan inovatif dimulai dengan meletakkan dasar pondasi pelayanan pastoral yang realistis teologis dalam menyingkapi tantangan zaman. Keterbaharuan penelitian dibandingkan dengan penelitian sejenis sebelumnya terletak pada bagaimana era society 5.0 membawa paradigma baru pentingnya sisi humanistis menjadi prioritas dan dasar, disamping perlunya tetap menjaga esensi pelayanan pastoral itu sendiri.
Konsep Imam dan Jabatan Imam pada Masa Intertestamental Paulus Kunto Baskoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.50

Abstract

ABSTRACTThe intertestamental period is a Protestant term, while the deuterocanonical period is a Catholic and Orthodox Christian term to refer to the time gap between the period covered by the Hebrew Bible or "Old Testament" and the period covered by the Christian "New Testament". Traditionally, this period is thought to cover about four hundred years, from the time of Malachi's ministry (420 BC) to the advent of John the Baptist in the early 1st century AD, a period that is almost the same as the Second Temple period (530 BC to 70 M). It is known by members of the Protestant community as "400 Silent Years" (400 Silent Years) because it is believed to be a time period in which God did not reveal anything new to His people.However, it is undeniable that in the intertestamental times there are many parts of history that are sometimes questioned and are being sought for truth. Because after all, even though 400 years of God's silence did not speak to humans, the world's history continues. Although the context is mostly in the form of ruling kingdoms. And religious history also continues, with a tradition built. Among them about the journey of the concept of the priesthood in tradition in Israel as the concept of worship for the Jews. The question which is still being debated and becoming a conversation is First, what are the duties and responsibilities of the high priest during the intertestamental period? Second, are priesthood rules in the Torah still enforced during the intertestamental period, or are there changes and adjustments?Through this paper, the author will give a little understanding of what happened during the intertestamental period in connection with the priestly ministry in Israel. ABSTRAKPeriode intertestamental (bahasa Inggris: Intertestamental period) merupakan suatu istilah Protestan, sedangkan periode deuterokanonikal (bahasa Inggris: deuterocanonical period) adalah istilah Katolik dan Kristen Ortodoks untuk menyebut kesenjangan waktu antara periode yang dicakup oleh Alkitab Ibrani atau "Perjanjian Lama" dan periode yang dicakup oleh "Perjanjian Baru" orang Kristen. Secara tradisional, periode ini dianggap mencakup kira-kira empat ratus tahun, sejak masa pelayanan Maleakhi (420 SM) sampai kepada munculnya Yohanes Pembaptis pada awal abad ke-1 Masehi, suatu periode yang hampir sama dengan periode Bait Suci Kedua (530 SM hingga 70 M). Dikenal oleh anggota komunitas Protestan sebagai "400 Tahun Sunyi" (400 Silent Years) karena diyakini merupakan kurun waktu di mana Allah tidak menyatakan apa-apa yang baru kepada umat-Nya.Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dimasa-masa intertestamental banyak sekali bagian-bagian sejarah yang terkadang banyak yang dipertanyakan dan sedang dicari kebenarannya. Sebab bagaimanapun juga meskipun 400 tahun masa Allah diam tidak berbicara kepada manusia, manusia sejarah dunia tetap berjalan. Meskipun konteksnya banyak berupa kerajaan-kerajaan yang berkuasa. Dan sejarah keagamaan juga tetap berjalan, dengan sebuah tradisi-tradisi yang dibangun. Diantaranya tentang pejalanan konsep keimaman dalam tradisi di Israel sebagai konsep penyembahan bagi orang-orang Yahudi. Pertanyaan yang masih menjadi perdebatan dan menjadi perbincangan adalah Pertama, bagaimanakah tugas dan tanggung jawab imam besar pada masa intertestamental?  Kedua, apakah aturan keimaman dalam Taurat tetap ditegakkan pada masa intertestamental, ataukah ada perubahan dan penyesuaian?Lewat makalah ini, penulis akan sedikit memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi di masa intertestamental sehubungan dengan perjalanan pelayanan keimaman di Israel.
Pembelajaran Daring: Harmonisasi Teknologi Dan Pendidikan Karakter Kristen Anak Jean Evelyn Ilela
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.189

Abstract

The Covid-19 pandemic has created a new habitus for all aspects of life, including education. In accordance with the circular given from the Minister for the entire learning process to be carried out online. This is because the impact of this pandemic is not only experienced by one or two countries but the whole world, including Indonesia. Online learning is not a new method applied in the world of education. Online learning is one way of distance learning that aims to transfer knowledge by utilizing electronic communication networks. Distance learning constraints need a breakthrough because many regions experience technological limitations, weak networks, and limited internet quotas. Proficiency in using technology must also be done intelligently. Good character must also run in harmony with technological developments so that children are able to become good people in character and smart in technology. Technology will continue to develop and Christian character education will continue to be built. Teachers, parents, and children must synergize well so that the implementation of online learning can run well. Not only knowledge is transferred, but spiritual strengthening must be done so that the formation of Christian character can have an impact on children as students. Rapid technological developments also require these three components to be able to adapt and utilize them intelligently.                                                            Abstrak Kondisi pandemi Covid-19 membuat suatu habitus baru ke semua aspek kehidupan tak terkecuali dunia pendidikan. Sesuai surat edaran yang diberikan dari Menteri untuk seluruh proses pembelajaran dilakukan secara daring. Hal ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini bukan hanya dialami oleh satu atau dua negara namun seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Pembelajaran daring bukanlah suatu metode baru yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran daring yang dilakukan merupakan salah satu cara pembelajaran jarak jauh yang bertujuan mentransfer ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan jaringan komunikasi elektronik. Kendala pembelajaran jarak jauh perlu terobosan karena banyak daerah mengalami keterbatasan teknologi, lemahnya jaringan, dan kuota internet yang terbatas. Kecakapan menggunakan teknologi juga harus dilakukan secara cerdas. Karakter yang baik juga harus berjalan secara harmonis dengan perkembangan teknologi agar anak mampu menjadi pribadi yang baik secara karakter dan cerdas dalam berteknologi. Teknologi akan terus berkembang dan pendidikan karakter Kristen tetap terbangun. Guru, Orangtua, dan anak harus bersinergi dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik. Bukan hanya ilmu pengetahuan yang ditransfer namun penguatan secara spiritual harus dilakukan sehingga pembentukan karakter kristen dapat berdampak bagi anak sebagai peserta didik. Perkembangan teknologi yang secara cepat juga mengharuskan ketiga komponen ini mampu beradaptasi dan memanfaatkan secara cerdas. 
Bonus Demografi Sebagai Peluang Pelayanan Misi Gereja di Kalangan Muda-Mudi Rahmat Kristiono
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.10

Abstract

This paper describes the correlation of bonus demographics with church mission services among young people. The demographic bonus is assumed to be an opportunity for gospel outreach or preaching which has a significant influence on the growth of the church among young people. In the context of the church's mission service, the demographic bonus has not been optimally optimized by the church, especially to place millennials on the mission objectives of the church. AbstrakTulisan ini mendeskripsikan korelasi bonus demografi  dengan pelayanan misi gereja di kalangan muda-mudi. Bonus demografi diasumsikan sebagai peluang penjangkuan atau pemberitaan injil  yang membawa pengaruh signifikan bagi pertumbuhan gereja dikalangan muda-mudi. Dalam konteks pelayanan misi gereja, Bonus demografi belum dioptimalkan secara maksimal oleh gereja terutama menempatkan kaum milenial pada sasaran misi gereja.  
Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk Meningkatkan Kerukunan Intern Orang Percaya Masa Kini Asih Rachmani Endang Sumiwi; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.78

Abstract

Harmony in Christianity is the teaching of Jesus that must be applied in loving others because the love taught by the Lord Jesus is a love that brings peace that can bring good to all people. Perspective review of Romans 15: 5-6 to increase the internal harmony of believers today. By using the Literature literature method, harmony that is built in the community and intern of religious communities can be seen and reviewed from the Bible in Romans 15: 5-6. Because as a basis and understanding and knowledge of harmony, believers unite the voice, heart and all religious components to be a blessing. The theme of perspective is Romans 15: 5-6 to enhance the internal harmony of believers today. It is a study that can be applied to believers how important it is to be light in harmony in the internal religion, so it is hoped that believers must understand and apply the Theological Review of Rome 15: 5-6, then believers have a role, that is, believers must bring harmony and finally believers making harmony among congregations a priority taught in Christian Education.Kerukunan dalam kristenan adalah ajaran Yesus yang wajib diterapkan dalam mengasihi sesama karena kasih yang diajarkan Tuhan Yesus adalah kasih yang membawa damai yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang. Tinjauan Roma 15:5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Dengan menggunakan metode literature pustaka Kerukunan yang dibangun dalam komunitas maupun intern umat beragama dapat dilihat dan ditinjau dari Alkitab dalam Kitab Roma 15:5-6.  Karena sebagai dasar dan pemahaman dan pengetahuan tentang kerukunan maka orang percaya menyatukan suara, hati dan seluruh komponen keagamaan untuk dapat menjadi berkat. Tema Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Adalah kajian yang dapat diterapkan bagi orang percaya bagaimana pentingnya menjadi terang dalm kerukunan di intern agama mak diharapkan orang percaya harus memahami dan mengaplikatifkan Tinjaun Teologi Roma 15:5-6, lalu orang percaya memiliki Peran yaitu orang percaya harus membawa kerukunan dan yang terakhir orang percaya menjadikan kerukunan antar jemaat menjadi prioritas yang diajarkan dalam Pendidikan Kristen.

Page 6 of 32 | Total Record : 312