cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 312 Documents
Pengaruh Pembinaan Rohani Gereja Berdasarkan Efesus 4:17-24 Terhadap Gaya Hidup Konsumerisme Pemuda Gereja Pantekosta di Indonesia Theofilus Blitar Santy Sahartian
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.3

Abstract

The spiritual formation by the church that the writer meant is coaching as an action and effort by church leaders in improving the quality of spirituality as best as possible, so that distancing themselves from the world and sin, uniting themselves with the death and resurrection of Christ, surrendering and offering to God will be seen from his lifestyle daily.This research was conducted to prove the hypothesis which there is presumably the influence of church's spiritual guiding based on Ephesians 4:17-24 on the consumerism lifestyle of the youth church. The population as well as the sample in this study were 60 respondents involved young people of Pentecostal Church in Indonesia Theofilus Blitar. The method used is a descriptive-quantitative, which the collected data been processed and analyzed using a statistic application of SPSS 19, so that obtained a result of rxy value was 0.532. This meant there is a significant and mediate influence between the church's spiritual formation based on Ephesians 4: 17-24 on consumerism lifestyle of the youth of the Pentecostal Church in Indonesia Theofilus Blitar.AbstrakPembinaan rohani oleh gereja yang dimaksud penulis adalah pembinaan sebagai tindakan dan upaya oleh pemimpin gereja dalam meningkatkan kualitas kerohanian sebaik mungkin, agar menjauhkan diri dari dunia dan dosa, mempersatukan diri dengan kematian dan kebangkitan Kristus, menyerahkan dan mempersembahkan diri kepada Allah akan terlihat dari gaya hidupnya sehari-hari. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis tentang adanya pengaruh pembinaan rohani oleh gereja berdasarkan Efesus 4:17-24 terhadap gaya hidup konsumerisme pemuda gereja. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 responden yang melibatkan pemuda – pemudi Gereja Pantekosta di Indonesia Theofilus Blitar. Metode yang digunakan adalah deskriptif-kuantitatif, di mana data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan bantuan aplikasi statistik SPSS 19, sehingga diperoleh nilai rxy adalah 0,532. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dan sedang antara pengaruh pembinaan rohani oleh Gereja berdasarkan Efesus 4:17-24 terhadap gaya hidup konsumerisme pemuda Gereja Pantekosta di Indonesia Theofilus Blitar.
Pergeseran Perspektif Teologi Penggembalaan Dengan Layanan Virtual Pada Masa Pandemi Sekarang dan Nanti Mariani Harmadi; Adi Dharma Budiatman
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.88

Abstract

Sebelum pandemi covid-19 pola penggembalaan berkiprah di dunia nyata dan pada masa pandemi hijrah ke dunia maya dengan tantangan tersendiri walau terjadinya di ruang dan waktu yang tanpa batas. Namun dengan komposisi jemaat yang tidak berimbang antara native-digital dan migrant-digital, maka perspektif teologi penggembalaan sebagai dasar yang sudah teruji dan mapan mengalami gugatan untuk bergeser demi mengemban tugas dan fungsi sebagai gembala terhadap domba-dombanya yang secara manusia sedang mengalami penderitaan dan menghadapi ujian iman. Kejenuhan atas dampak pandemi yang berlangsung tanpa kepastian berakhirnya, mulai menimbulkan hasrat para domba untuk melirik sajian layanan virtual lainnya yang tersedia dari pelbagai gereja, sinode, komunitas Kristen lainnya dengan aneka menu santapan. Hal ini merupakan ujian bagi peran gembala atas kemanusiaan para dombanya yang berpotensi tergiur untuk menikmati rumput tetangga yang nampak lebih hijau. Selain juga para gembala yang tergodai untuk menjadi pengkhotbah favorit dengan sejumlah follower setara public figure umum hingga jerat untuk menggembalakan dirinya sendiri (Yeh 34:2). Metode yang digunakan yaitu riset kualitatif deskripsi dengan meneliti sumber kepustakaan untuk menganalisa aspek-aspek kajian dari teologi pastoral, biblika, hermeneutik, dan trend yang berkembang untuk menemukan hasil yang sesuai tujuan yaitu penggambaran tentang perspektif teologi pastoral dengan kondisi jemaat sebagai domba dalam penderitaan dan kemanusiaannya yang sedang teruji untuk tetap berada dalam kandang yang tercukupi kebutuhan rohaninya.
Transfigurasi Yesus Sebagai Model Spiritualitas Orang Percaya Pensensius Emen; Hendi Hendi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.57

Abstract

This article highlights an important event of the transfiguration of Jesus on the Mount of Tables which is recorded in the gospels from the writings of Origen and John of Damascus. The results of this paper show a reality that will be experienced by believers in spirituality until the second coming of the Lord, namely the form of divine light that is the same as God and the form of a body or flesh that will glow in glory when undergoing transfiguration. Purpose This article gives hope for every believer, in the struggle for spirituality will become like the radiant God. So the transfiguration event showed a state that transformed the conditions of mortality to divinity as experienced by the Lord Jesus Christ.Artikel ini menyoroti sebuah peristiwa penting transfigurasi Yesus digunung Tabor yang dicatat dalam Injil dari tulisan Origen dan Yohanes dari Damaskus. Hasil dari tulisan ini memperlihatkan suatu kenyataan yang akan orang percaya alami di dalam spiritualitas hingga pada saat kedatangan Tuhan yang kedua kali yaitu wujud terang ilahi yang sama seperti Allah dan wujud rupa tubuh atau daging yang akan bercahaya dalam kemuliaan ketika mengalami transfigurasi. Penulis melakukan riset literatur untuk menyatakan Tujuan Artikel ini  memberi pengharapan bagi setiap orang percaya, dalam pergumulan akan spiritualitas akan menjadi serupa dengan Allah yang bercahaya. Jadi peristiwa transfigurasi memperlihatkan suatu keadaan yang mentransformasi kondisi kefanaan kepada keilahian seperti yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus.
Makna Teologis Respon Nabi Yunus Terhadap Panggilan Tuhan Yimmy Iskandar
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.22

Abstract

The Book Jonah is one of the books in the Old Testament. In this book, God tried to show His mercy to the people of Niniveh although they were living in many transgressions, and they repented after they heard Jonah’s messages. But in this book speaks more about Jonah’s journey to fulfill God’s calling in his life toward Niniveh, how Jonah responded to God. This research used data collection methods by searching literature such as books and journals related to the writer’s objectives. An analysis method is a qualitative approach with descriptive methods.  How Jonah responded to God’s calling were: running away, obeying but with dissatisfaction or grumbling, and obeying with fullest of understanding.  The implementation and conclusion from this analysis will teach us about the nature of God’s heart toward sinners and how we should respond to our calling from God to please Him.        Abstrak: Kitab Yunus adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama. Dalam buku ini, Tuhan berusaha menunjukkan belas kasihan-Nya kepada orang-orang Niniveh meskipun mereka hidup dalam banyak pelanggaran, dan mereka bertobat setelah mendengar pesan Yunus. Tetapi dalam buku ini berbicara lebih banyak tentang perjalanan Yunus untuk memenuhi panggilan Allah dalam hidupnya menuju Niniveh, bagaimana Yunus menanggapi Allah. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan mencari literatur seperti buku dan jurnal yang berkaitan dengan tujuan penulis. Metode analisis adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Bagaimana Yunus menanggapi panggilan Allah adalah: melarikan diri, mematuhi tetapi dengan ketidakpuasan atau menggerutu, dan mematuhi dengan penuh pengertian. Implementasi dan kesimpulan dari analisis ini akan mengajarkan kita tentang sifat hati Allah terhadap orang berdosa dan bagaimana kita harus menanggapi panggilan kita dari Allah untuk menyenangkan Dia. 
Hospitalitas Pendidikan Kristiani dalam Masyarakat Majemuk Serva Tuju; Harls Evan R. Siahaan; Melkius Ayok; Fereddy Siagian; Donna Sampaleng
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.99

Abstract

The diversity of human identities in the context of pluralism is essential. However, differences are often seen as something "stranger" and unfriendly, especially in socio-religious relations context. In a plurality of society, the church must be able to place itself in social relations, especially in treating "strangers." This article aimed to offer an approach and theme of hospitality in teaching people or members of the congregation, whether in church, family, or school. Using a qualitative literature approach, applying the interpretive descriptive method, and argumentative comparisons, it is concluded that the hospitality of Christian education is the value for carrying out the law of love in social relations amidst diverse identities.AbstrakKeberagaman identitas manusia dalam konteks pluralisme adalah hakikat. Namun, perbedaan tidak jarang dipandang sebagai sesuatu yang “asing” dan tidak bersahabat, terlebih dalam konteks relasi sosial-agama. Gereja di tengah masyarakat yang pluralitas harus mampu menempatkan diri dalam relasi sosial, terlebih dalam memperlakukan “yang asing”. Artikel ini menawarkan sebuah pendekatan dan tema hospitalitas dalam mengajarkan umat, atau anggota jemaat, baik di gereja, keluarga, maupun sekolah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif literatur, dan menerapkan metode deskriptif interpretatif, dan komparasi argumentatif, disimpulkan, bahwa hospitalitas pendidikan Kristiani merupakan value untuk melakukan hukum kasih dalam relasi sosial di tengah keberagaman identitas.
Sinagoge pada Masa Intertestamental dan Relevansinya dengan Gereja Masa Sekarang Stanley Santoso
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.47

Abstract

Abstract:            The synagogue is parallel to the word congregation, which initially means a place to study together, but then refers to a group of people and finally applies to the building where the congregation gather, which then develops to the institutional life of the Jewish church. The synagogue began during the exile, because of the Jewish desire to worship Yahweh, but they were scattered in exile and far from the temple, but they continued to remember God's promises and had hopes of returning to worship in the temple. Synagogues developed during the intertestamental period.            Worship in the Synagogue focuses on prayer and studying the Scriptures. The main form of worship is reading and studying the Scriptures. The synagogue was the most important institutional development in Judaism which also involved Christian origins. The synagogue became a place for the teachings of Jesus and then His apostles, and which later gave birth to early Christian converts. The synagogue is the initial model of the church system.Abstrak:            Sinagoge sejajar dengan kata jemaat, yang pada awalnya sesuai berarti tempat untuk belajar bersama, namun kemudian merujuk kepada kumpulan orang dan akhirnya diterapkan pada bangunan yang menjadi tempat jemaat berkumpul, yang kemudian berkembang kepada kehidupan institusional jemaat Yahudi. Sinagoge bermula pada masa pembuangan, karena kerinduan orang Yahudi untuk beribadah kepada Yahweh, namun mereka tersebar di pembuangan dan jauh dari bait suci, tetapi mereka terus mengingat janji Allah dan memiliki pengharapan akan kembali beribadah di bait suci. Sinagoge berkembang pada masa intertestamental.            Ibadah dalam Sinagoge berfokus pada doa dan mempelajari Kitab Suci. Bentuk utaman ibadahnya adalah pembacaan dan mempelajari Kitab Suci. Sinagoge merupakan perkembangan institusional yang paling penting dalam Yudaisme yang juga menyangkut asal-usul Kristen. Sinagoge menjadi tempat bagi pengajaran Yesus dan kemudian para rasulNya, dan yang kemudian melahirkan para petobat Kristen mula-mula. Sinagoge merupakan model awal dari sistem gereja.
Strategi Guru PAK dalam Membangun Pancasila sebagai Paradigma Integrasi Bangsa terhadap Peserta Didik di Era Milenial Reni Triposa; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.166

Abstract

Abstract: Without realizing it, the millennial era with technological sophistication brings students to be influenced by wrong associations which will unconsciously bring about the disintegration of the nation. Therefore, teachers of Christian religious education can have strategies in bringing students to build their nationality through the paradigm of national integration based on Pancasila. through technological advances. and having used descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that the PAK teacher's strategy in building Pancasila as a paradigm of Nation integration towards students in the millennial era is to understand the degradation or moral decadence in the millennial era which continues to increase. For this reason, Christian Religious Education Teachers actualize the view of Pancasila as the basis for developing the integration of the Nation and also see that there is no theological debate on the value of Pancasila in the theological ethical perspective. From this, teachers have the basis to play a role in Guru Pak's strategy in the Actualization of National Integration in the millennial era, with the following steps: First, they are able to grow the faith of students who are increasingly mature. Second, it teaches to love each other and get rid of all bullying and improper behavior of students in respecting their nation's leaders. Third, provide an example in using social media and everything related to the internet of think. Abstrak: Tanpa disadari era milenial dengan kecanggihan teknologi membawa peserta didik terpengaruh dengan pergaulan yang salah yang secara tidak sadar akan membawa disintegrasi bangsa. Oleh karena itu guru pendidikan agama kristen dapat memiliki strategi dalam membawa peserta didik membangun kebangsaannya melalaui paradigma integrasi bangsa yang berlandaskan Pancasila. Melalui kemajuan teknologi dan memiliki menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dapat disimpulkan bahwa strategi guru PAK dalam membangun Pancasila sebagai paradigma integrasi bangsa terhadap peserta didik di era milenial adalah memahami degradasi atau dekadensi moral di era milenial yang terus meningkat. Untuk itu Guru Pendidikan Agama Kristen mengaktualisasikan pandangan Pancasila sebagai dasar pembangunan integrasi bangsa dan juga melihat tidak ada perdebatan teologis dalam nilai Pancasila dalam perspektif  etis teologis. Dari hal tersebut guru memiliki dasar untuk berperan dalam strategi Guru Pak dalam aktualisasi integrasi bangsa di era milenial dengan langkah: Pertama, mampu menumbuhkan  iman peserta didik yang semakin  dewasa. Kedua, mengajarkan untuk saling mengasihi dan membuang segala perundungan, dan prilaku yang tidak benar peserta didik dalam menghormati pemimpin bangsanya. Ketiga, memberikan keteladan dalam mengunakan sosial media dan segala berhubungan dengan internet of things.  
Kajian Teologis Konsep Kebahagiaan menurut Matius 5:3 Yuhananik Yuhananik
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.15

Abstract

Happy is the ultimate achievement that everyone in the world wants to enjoy. Various things are done to get that happiness. This article aims to provide an understanding of the concept of happiness according to Matthew 5: 3. By using the text analysis method to Matthew 5: 3, the conclusion is that it has three important meanings, namely: poor spirit, humble and dependent on God. AbstrakBahagia merupakan pencapain akhir yang ingin dinikmati oleh setiap orang di dunia. Berbagai hal dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep bahagia menurut Matius 5:3. Dengan menggunakan metode analisis teks terhadap Matius 5:3, didapatkan kesimpulannya memiliki tiga makna penting, yaitu: miskin roh, rendah hati dan bergantung pada Allah. 
Ineransi Alkitab sebagai Dasar Kurikulum Pendididikan Kristen Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.92

Abstract

Inerrancy means the Bible is infallible. Because the Bible was revealed by God the Holy Spirit Himself. Even though the researcher is a sinner; however, the initiator is a God who cannot do wrong. The Holy Spirit uses all the individual potentials (shortcomings and strengths) of the Bible writers and is completely under the leadership and control of the Holy Spirit, so that what the authors of the books of the Bible write do not come from the author, but from God concerning the Word of God himself. A Christian can accept this inerrant biblical quality, so he must also accept other biblical qualities. This study uses a descriptive qualitative method regarding the Christian education curriculum that must be based on the inerrancy of the Bible. Biblical inerrancy emphasizes that the Bible is the Word of God, the Bible was written without errors because the idea of writing came from God. The curriculum is structured based on the inerrancy of the Bible with the aim of Christian education so that learners know God's work of salvation in and through the Lord Jesus alone, so that they believe that Jesus is God, so that those who believe have eternal life and their lives are changed by the Holy Spirit through the power of the Bible. The power of the Bible is because the Bible is the Word of God. Nothing can survive under the sovereignty of God's written Word, which is the Bible. Therefore, the Christian religious education curriculum is built based on the Bible in order to achieve its goals.Ineransi berarti Alkitab tidak mungkin salah. Karena Alkitab diwahyukan oleh Allah Roh Kudus sendiri. Walau penelitinya adalah orang berdosa; namun, inisiatornya adalah Allah yang tidak mungkin berbuat salah. Roh Kudus menggunakan semua potensi individual (kekurangan dan kelebihan) penulis Alkitab dan secara utuh berada dalam pimpinan dan kontrol Roh Kudus, sehingga yang ditulis oleh penulis kitab dalam Alkitab bukanlah berasal dari penulis, melainkan dari Allah mengenai Firman Allah sendiri. Orang Kristen dapat menerima sifat Alkitab yang ineransi ini, maka ia pasti juga menerima sifat-sifat Alkitab yang lain. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif mengenai kurikulum pendidikan  Kristen harus didasarkan pada ineransi Alkitab.  Ineransi Alkitab menekankan Alkitab adalah Firman Tuhan, Alkitab ditulis tanpa ada kesalahan karena ide dari tulisan berasal dari Allah. Kurikulum disusun berdasar pada ineransi Alkitab dengan tujuan Pendidikan Kristen agar pembelajar mengenal karya keselamatan Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus saja, supaya percaya bahwa Yesuslah Allah, sehingga yang percaya beroleh hidup yang kekal dan hidupnya diubah oleh Roh Kudus melalui kuasa Alkitab. Kuasa Alkitab adalah karena Alkitab adalah Firman Allah. Tidak ada yang dapat bertahan di bawah kedaulatan Firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab. Karena itu kurikulum pendidikan Agama Kristen dibangun berdasarkan Alkitab agar mencapai tujuan.
Aplikasi Prinsip Mazmur 2:11-12 dalam Peribadahan Kristen Wisnu Prabowo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.34

Abstract

Abstract: Worship and service are things that are very well known to Christians. In conducting worship and service there are several things that should be used as a basis for guidance. In Psalm 2: 11-12, written instructions for Christians in worship. This article examines the meaning of the sentence in Psalm 2: 11-12, which is, "Serve the Lord with fear, and rejoice with trembling. Kiss the Son, lest he be angry. And ye perish from the way, when his wrath is kindled but a little. Blessed are all they that put their trust in him. " This study is a qualitative study using descriptive methods of literature and text analysis. The study results obtained are: First, worship must be performed with an attitude of fear and respect for the holiness and glory of God. Worship must also be performed with joy, but the attitude of that joy must also be done with fear and respect for the holiness and glory of God. Second, happiness will be found for every Christian who takes refuge in God. Christians take refuge in God as proof that they believe and surrender completely to God.Abstrak: Ibadah dan melayani adalah hal yang sangat dikenal oleh orang Kristen. Di dalam melakukan ibadah dan pelayanan tersebut ada beberapa hal yang harus dijadikan dasar panduan. Di dalam Mazmur 2:11-12, tertulis tentang petunjuk bagi orang Kristen di dalam melakukan ibadah. Artikel ini mengkaji arti dari kalimat yang ada di dalam Mazmur 2:11-12 tersebut yaitu, “Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya!”. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif literatur dan analisis teks. Hasil kajian yang diperoleh adalah: Pertama,  ibadah harus dilakukan dengan sikap takut dan hormat akan kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Ibadah juga harus dilakukan dengan sukacita, tetapi sikap sukacita itupun harus dilakukan dengan rasa takut dan hormat akan kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Kedua, kebahagiaan akan di dapatkan bagi setiap orang Kristen yang berlindung kepada Tuhan. Orang Kristen berlindung kepada Tuhan sebagai bukti bahwa mereka percaya dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan.

Page 4 of 32 | Total Record : 312