cover
Contact Name
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
Contact Email
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
ISSN : 26569868     EISSN : 2656985X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah open access journal berbahasa Indonesia, yang menerbitkan artikel penelitian dari para peneliti pemula dan mahasiswa di semua bidang ilmu dan pengembangan dasar kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan interdisipliner dan multidisiplin. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Oktober. Bidang cakupan Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah semua bidang ilmu kedokteran gigi, yaitu biologi oral; ilmu dan teknologi material gigi; bedah mulut dan maksilofasial; ilmu kedokteran gigi anak; ilmu kesehatan gigi masyarakat, epidemiologi, dan ilmu kedokteran gigi pencegahan; konservasi gigi, endodontik, dan kedokteran gigi operatif; periodonsia; prostodonsia; ortodonsia; ilmu penyakit mulut; radiologi kedokteran gigi dan maksilofasial; serta perkembangan dan ilmu kedokteran gigi dari pendekatan ilmu lainnya. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students mengakomodasi seluruh karya peneliti pemula dan mahasiswa kedokteran gigi untuk menjadi acuan pembelajaran penulisan ilmiah akademisi kedokteran gigi.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021" : 12 Documents clear
Uji sitotoksisitas mikrofiber PMMA dan PMMA-silika wetspinning pada kultur sel primer L-929 sebagai aplikasi penguat jembatan gigi direkCytotoxicity test of PMMA and PMMA-silica wet spinning microfibers in L-929 primary cell culture as a direct dental bridge reinforcement application Nina Djustiana; Yanwar Faza; Andri Hardiansyah
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.36304

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Jembatan gigi direk terdiri dari komponen penguat fiber dan komponen matriks resin komposit. Penggunaan sel target untuk uji sitotoksisitas dari material fiber kedokteran gigi umum dilakukan secara ekperimental uji in vitro untuk mengetahui relevansi klinis dari pengujian. Penelitian ini  bertujuan untuk melihat sitotoksisitas dari mikrofiber PMMA dan PMMA-silika wetspinning dengan parameter yang berbeda terhadap kultur sel primer (cell line) fibroblas L-929. Metode: Desain penelitian berupa deksriptif kualitatif.  Sel primer fibroblas L-929 diberi paparan mikrofiber PMMA dan PMMA-silika selama 1, 4 dan 7 hari. Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan uji MTT Assay. Parameter dari mikrofiber PMMA dan PMMA-silika yang digunakan adalah konsentrasi dan laju alir, kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok penelitian serta diberi nama sebagai berikut: PMMA mikrofiber sistem vertikal 250ml/jam dengan konsentrasi dalam % 0,75(A); 1(B); 1,25(C); PMMA-silika mikrofiber sistem vertikal dengan kecepatan 200 ml/jam (D), 250 ml/jam (E), 300 ml/jam (F) dan PMMA mikrofiber dengan sistem rotasi 200 ml/jam dengan konsentrasi  dalam % 0,75(G);1(H), 1,25(I); PMMA-silika mikrofiber sistem rotasi dengan konsentrasi 200ml/jam(J), 250ml/jam (K), dan 300 ml/jam (L).  Hasil: Uji in vitro dari gambaran sel L-929 memperlihatkan tidak terdapat Sel primer fibroblas yang mengalami kematian. Kurva pertumbuhan cell line dari setiap parameter mikrofiber memperlihatkan sel dapat berproliferasi selama masa inkubasi dan memperlihatkan kecenderungan positif dari pertumbuhan sel. Simpulan: Mikrofiber PMMA dan PMMA-silika wetspinning tidak memperlihatkan sifat toksisitas terhadap pertumbuhan cell line fibroblas L-929 sehingga mempunyai potensi sebagai aplikasi penguat jembatan gigi direk.  Kata kunci: sitotoksisitas; sel primer fibroblas; fiber; PMMA; PMMA-silika ABSTRACTIntroduction: Direct dental bridge consists of a fiber reinforcement component and a composite resin matrix component. The use of target cells for the cytotoxicity test of dental fiber materials is generally performed by experimental in-vitro tests to determine the clinical relevance of the test. This study was aimed to examine the cytotoxicity of PMMA and PMMA-silica wet spinning microfibers with different parameters on the primary cell culture (cell line) of L-929 fibroblasts. Methods: The research design was descriptive qualitative. Primary L-929 fibroblast cells were consecutively exposed to PMMA and PMMA-silica microfibers for 1, 4, and 7 days. Cytotoxicity test was performed using the MTT Assay. Parameters of PMMA and PMMA-silica microfibers used were concentration and flow rate, then divided into several research groups and named as follows: PMMA microfiber vertical system 250ml/hour with a concentration in %: 0.75(A); 1(B); 1.25(C); PMMA-silica microfiber vertical system with the speed of 200 ml/hour (D), 250 ml/hour (E), 300 ml/hour (F) and PMMA microfiber with rotation system 200 ml/hour with a concentration in % 0.75(G );1(H), 1,25(I); PMMA-silica microfiber rotation system with concentrations of 200ml/hour (J), 250ml/hour (K), and 300 ml/hour (L). Results: In-vitro test of the L-929 cell picture showed no primary fibroblast cells that died. The cell line growth curve of each microfiber parameter shows that the cells can proliferate during the incubation period and show a positive trend of cell growth. Conclusions: PMMA and MMA-silica wet spinning microfibers did not show any toxicity to the growth of the L-929 fibroblast cell line, so they have potential as reinforcement applications for direct dental bridges.  Keywords: cytotoxicity; fibroblast primary cells; fiber; PMMA; PMMA-silica
Perbedaan pelepasan ion nikel kawat ortodonti stainless steel yang direndam dalam obat kumur ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.Differences of the nickel ions release of orthodontic stainless steel wire immersed in various concentrations of noni fruit (Morinda citrifolia L.) extract mouthwash Angeline Angeline; Nina Djustiana; Nazruddin Nazruddin
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.33407

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Pasien dengan perawatan ortodonti rentan mengalami gingivitis dan karies, sehingga dokter gigi tidak jarang meresepkan obat kumur. Namun, obat kumur komersial dapat menyebabkan pelepasan ion nikel (Ni+) pada kawat orthodonti berbahan Stainless steel (SS). Pelepasan ion  nikel (Ni+) dapat berpengaruh pada tubuh manusia dan sifat mekanis logam. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui memiliki kandungan tanin yang dapat berperan sebagai coating agent, sehingga dapat mengurangi korosi. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan pelepasan ion Ni+ kawat SS yang direndam dalam obat kumur ekstrak buah mengkudu. Metode: Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories. 30 kawat direndam dalam lima kelompok. Setiap kelompok berjumlah enam sampel (rumus Federer). Kelompok kontrol yaitu:  kelompok A (kontrol negatif, saliva buatan, pH 6,8) dan kelompok B (kontrol positif, klorheksidin 0,2%). Kelompok perlakuan yaitu: kelompok C (obat kumur mengkudu 2,5%), kelompok D (obat kumur mengkudu 5%) dan kelompok E (obat kumur mengkudu 7,5%). Ekstrak diperoleh secara maserasi dan uji fitokimia dilakukan untuk melihat kandungan tanin. Kawat kemudian direndam dan dimasukan dalam inkubator selama 35 hari. Pelepasan ion dianalisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Hasil: Rerata pelepasan ion setiap harinya selama 35 hari untuk kelompok A sampai E secara berurut adalah 2,185 μg/ hari, 1,185 μg/ hari, 1,202 μg/ hari, 1,322 μg/ hari, dan 1,428 μg/ hari dan masih sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu 25-35 μg/ hari. Uji statistik Least Significant Difference (LSD) menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kelompok (p< 0,05), tetapi tidak adanya perbedaan bermakna antara kelompok saliva dengan mengkudu 2,5% p=0,388. Simpulan: Terdapat perbedaan pelepasan ion Ni+ kawat SS ortodonti yang direndam dalam obat kumur ekstrak buah mengkudu  (Morinda Citrifolia L.) dengan konsentrasi berbeda. Obat kumur mengkudu 2,5% merupakan konsentrasi yang paling mendekati kelompok kontrol negatif (saliva buatan). Kata kunci: stainless steel; kawat ortodonti; pelepasan ion nikel; buah mengkudu; Morinda citrifolia L. ABSTRACT Introduction: Orthodontic appliance users are prone to gingivitis and caries; thus, dentists often prescribe mouthwash. However, commercial mouthwash can cause the release of nickel ions (Ni+) in stainless steel (SS) orthodontic wires. The release of nickel ions (Ni+) can affect the human body and the mechanical properties of metals. Noni fruit (Morinda citrifolia L.) contains tannins that can act as a coating agent, reducing corrosion. This study was aimed to analyse the differences in the nickel ions release of orthodontic SS wire immersed in various concentrations of noni fruit (Morinda citrifolia L.) extract mouthwash. Methods: The research was experimental laboratories. Thirty wires were immersed in five groups. Each group consisted of six samples (Federer’s formula). The control groups were: Group A (negative control, artificial saliva, pH 6.8) and Group B (positive control, 0.2% chlorhexidine). The treatment groups were: Group C (2.5% noni mouthwash), group D (5% noni mouthwash) and group E (7.5% noni mouthwash). The extract was obtained with maceration, and the phytochemical test was carried out to observe the tannin content. The wire was then immersed and kept in an incubator for 35 days. Ion release was analysed by the Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Results: The average daily ion release for 35 days in groups A to E were 2.185 g/day, 1.185 g/day, 1.202 g/day, 1.322 g/day, and 1.428 g/day respectively, which was still following the WHO recommendations, 25-35 g/day. The Least Significant Difference (LSD) statistical test showed a significant difference between groups (p<0.05), however, there was no significant difference between the salivary group of 2.5% noni mouthwash (p=0.388). Conclusions: There are differences in the nickel ion release of orthodontic stainless steel wire immersed in noni fruit mouthwash extract with different concentrations. 2.5% noni mouthwash is the concentration with the closest result with the negative control group (artificial saliva). The higher the concentration, the higher the nickel ion release value. Keywords: stainless steel; orthodontic wire; nickel ion release; noni fruit; Morinda citrifolia L.
Daya antibakteri fraksi etil asetat daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175 pada clear retainer secara in vitroAntibacterial potential of the ethyl acetate fraction of basil (Ocimum basilicum) leaves on Streptococcus mutans ATCC 25175 on a clear retainer Ida Ayu Evangelina; Fuccy Utamy Syafitri; Endah Mardiati; Avi Laviana
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.28065

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Penggunaan alat ortodonti dapat mempengaruhi ekosistem rongga mulut seperti meningkatnya jumlah bakteri Streptococcus mutans. Clear retainer merupakan alat ortodonti yang memerlukan sterilisasi sebelum dapat digunakan kembali. Penggunaan tanaman herbal kemangi (Ocimum basilicum) dikembangkan menjadi alternatif bahan sterilisasi alami. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya antibakteri melalui zona hambat, konsentrasi hambat minimum (KHM), konsentrasi bunuh minimum (KBM), dan penghitungan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans pada clear retainer ortodonti yang telah disterilisasi dengan fraksi etil asetat daun kemangi dan Chlorhexidine. Metode: Jenis penelitian eksperimental laboratoris, menggunakan fraksi etil asetat kemangi  5%. Kontrol penelitian adalah Chlorhexidine 2%. Populasi dan sampel  adalah satu ose  Streptococcus mutans ATCC 25175. Pengujian zona hambat dan jumlah koloni dilakukan pada media agar yang sudah ditumbuhi bakteri setelah diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam, pengujian KHM KBM  dilakukan dengan metoda mikrodilusi menggunakan microplate 96 yang diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Pengukuran KHM dan KBM menggunakan spektrofotometer pada ELISA reader.  Hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik t-test. Hasil: Terdapat zona hambat pada sampel kemangi dengan konsentrasi 5%, sedangkan Chlorhexidine 2%. KHM dan KBM daun kemangi pada 3125 ppm dan 6250 ppm, sedangkan Chlorhexidine pada 3,125 ppm dan 6,250 ppm. Uji statistik t-test memperlihatkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans yang telah disterilisasi dengan daun kemangi dan Chlorhexidine. Simpulan: Fraksi etil asetat kemangi memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans, terlihat dengan adanya zona hambat pada pemeriksaan KHM, KBM, dan penurunan koloni bakteri pada media agar. Kata kunci: uji daya antibakteri; Ocimum bacilicum; Streptococcus mutans ATCC 25175; clear retainer ABSTRACTIntroduction: Orthodontic appliances can affect the oral cavity ecosystem by increasing the number of Streptococcus mutans bacteria. A clear retainer is an orthodontic appliance that requires sterilisation prior to usage. The basil plant (Ocimum basilicum) was developed as an alternative natural sterilisation material. This study was aimed to analyse the inhibitory zone, minimum inhibitory concentration (MIC), minimum killing concentration (MKC), and count the number of Streptococcus mutans bacteria on clear retainers that have been sterilised with ethyl acetate fraction of basil leaves and chlorhexidine. Methods: This research was an experimental laboratory that used the 5% basil ethyl acetate fraction and 2% chlorhexidine as control. The population and sample were one ose of Streptococcus mutans ATCC 25175. Examination of the inhibitory zone and the number of colonies was performed on agar media with cultured bacteria after being incubated at 37°C for 48 hours. Microdilution testing was performed using the microdilution method using a 96 microplate incubated at 37°C for 48 hours. MIC and MKC were measured using a spectrophotometer on an ELISA reader. The results of the study were analysed with the t-test. Results: There was an inhibitory zone found in the basil group with a concentration of 5% and the control group (2% chlorhexidine). MIC and MBC of basil leave at 3,125 ppm and 6,250 ppm, while chlorhexidine at 3,125 ppm and 6,250 ppm, respectively. Statistical t-test results showed no significant difference in the decreasing number of Streptococcus mutans colonies after sterilisation with basil leaves and chlorhexidine. Conclusions: The ethyl acetate fraction of basil has antibacterial potential on Streptococcus mutans, as seen by the presence of an inhibitory zone during the MIC and MKC examination and decreasing number of bacterial colonies on agar media.Keywords: antibacterial potential; Ocimum basilicum; Streptococcus mutans; clear retainer
Perbandingan kebutuhan perawatan ortodonti pada remaja perkotaan dan remaja pinggir kotaComparison of orthodontic treatment needs in urban and suburban adolescents Dinda Tegar Jelita; Krisnawati Krisnawati; Nia Ayu Ismaniati
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.32002

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kebutuhan perawatan ortodonti seseorang dapat disebabkan oleh hubungan gigi geligi yang tidak sesuai, fungsi oral dan masalah psikososial. Sebelum melakukan perawatan ortodonti, operator perlu mengetahui keinginan pasien. Kebutuhan perawatan ortodonti cukup tinggi pada usia remaja. Kemungkinan terdapat perbedaan psikososial antara remaja perkotaan dan remaja pinggiran kota yang dapat mempengaruhi pengetahuan terhadap masalah kesehatan gigi, khususnya tentang ortodonti. Tujuan penelitian untuk menganalisis perbandingan kebutuhan perawatan ortodonti remaja perkotaan dan remaja pinggiran kota. Metode: Jenis penelitian analitik komparatif dengan desain potong lintang pada siswa-siswi SMPN 11 Jakarta dan SMPN 2 Tangerang Selatan yang berusia 12-15 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan multi-stage random cluster sampling sehingga didapatkan lokasi pengambilan sampel dan subjek penelitian. Kuesioner penelitian menggunakan Indikator Kebutuhan Perawatan Ortodonti (IKPO). Analisis data menggunakan SPSS versi 24,0. Analisis data yang digunakan yaitu uji validitas kuesioner dengan pearson korelasi, uji reliabilitas kuesioner dengan Alpha-cronbach, uji reliabilitas inter-observer dan intra-observer dengan Cohen Kappa Examiner, dan analisis bivariat dengan Mann Whiteney. Subjek penelitian di SMPN 11 Jakarta sebanyak 110 orang, yang terdiri dari perempuan 74 orang dan subjek laki-laki 36 orang. Subjek penelitian di SMPN 2 Tangerang sebanyak 147, yang terdiri dari perempuan 88 orang dan subjek laki-laki 59 orang. Hasil: Hasil Uji Mann Whitney nilai p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna secara statistik kebutuhan perawatan ortodonti antara remaja perkotaan dan remaja pinggir kota. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan kebutuhan perawatan ortodonti antara remaja perkotaan dan remaja pinggir kota. Kata kunci: indikator kebutuhan perawatan ortodonti; remaja; perkotaan; pinggir kota ABSTRACTIntroduction: Individual orthodontic treatment needs can be caused by malocclusion, oral function disorder, and psychosocial problems. Before performing an orthodontic treatment, the operator needs to know the patient’s expectations. The need for orthodontic treatment is relatively high in adolescence. In addition, there may be psychosocial differences between urban adolescents and suburban adolescents that can affect knowledge of oral health problems, especially regarding orthodontics. This study aimed to analyse the comparison of orthodontic treatment needs in urban and suburban adolescents. Methods: This research was comparative analytics with a cross-sectional design, conducted on students of State Junior High School 11 Jakarta and State Junior High School 2 South Tangerang aged 12-15 years. The sampling technique used was multi-stage random cluster sampling to obtain the sampling locations and research subjects. The research questionnaire used was the Orthodontic Treatment Needs Indicator (IKPO). Data analysis was performed using SPSS version 24.0. The data analysis was conducted sequentially: questionnaire validity test with Pearson correlation; questionnaire reliability test with Cronbach alpha; inter-observer and intra-observer reliability tests with Cohen Kappa Examiner; and bivariate analysis with Mann Whitney. Respondents at State Junior High School 11 Jakarta were 110 students, consisting of 74 female and 36 male; while at State Junior High School 2 South Tangerang, there were 147 students, consisting of 88 female and 59 male. Results: Mann Whitney test results p>0.05, which means there was no statistically significant difference in the need for orthodontic treatment between urban and suburban adolescents. Conclusions: There is no difference in the need for orthodontic treatment between urban and suburban adolescents.  Keywords: orthodontic treatment needs indicator; adolescent; urban; suburban
Pengaruh ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill.) terhadap waktu perdarahan pada luka potong ekor mencit strain Balb-cEffect of avocado seed extract (Persea americana Mill.) on bleeding time in mice tail cuts (Balb-c) Mulia Widya Winiswara; Budi Yuwono; Winny Adriatmoko
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.34613

Abstract

ABSTRAK  Pendahuluan: Pencabutan gigi adalah tindakan dalam kedokteran gigi yang sering dilakukan. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pencabutan gigi, salah satunya adalah perdarahan. Biji buah alpukat memiliki potensi sebagai agen hemostatis yang dapat berpengaruh teradap waktu perdarahan. Dari hasil skrining fitokimia, ekstrak etanol biji buah alpukat mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak biji alpukat dapat mempengaruhi waktu perdarahan pada mencit. Metode: Jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. Sampel penelitian adalah mencit jantan sebanyak 16 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K1) diberikan akuades, kelompok kontrol positif (K2) diberikan asam traneksamat, kelompok perlakuan 1 (P1) diberikan ekstrak biji alpukat dosis 0,125 mg/g BB dan kelompok perlakuan 2 (P2) diberikan ekstrak biji alpukat dosis 0,25 mg/g BB. Hewan coba diadaptasikan selama 7 hari, diberikan perlakuan selama 7 hari dan pada hari ke-8 dilakukan pemotongan ekor ±1 cm. Data dianalisis menggunakan uji Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Hasil: Rerata waktu perdarahan pada kelompok K1, K2, P1 dan P2 adalah 7,8 menit, 3,25 menit, 3,8 menit dan 4,5 menit. Hasil uji Kruskal Wallis didapatkan signifikansi 0,029 (p<0,05) yaitu terdapat perbedaan pada seemua kelompok. Hasil uji Mann Whitney didapatkan perbedaan signifikan antara kelompok K1, P1 dan P2 (p<0,05), sedangkan pada kelompok P1 dan P2  (p>0,05) terdapat perbedaan yang tidak signifikan. Simpulan: Ekstrak biji alpukat dapat mempercepat waktu perdarahan pada luka potong ekor mencit.Kata kunci: Persea americana Mill.; waktu perdarahan; trombosit ABSTRACT Introduction: Tooth extraction is a common treatment form in dental treatment. Complications can occur in tooth extraction, one of which is bleeding. Avocado seeds have the potential as haemostatic agents that can affect bleeding time. From the results of phytochemical screening, the ethanol extract of avocado seeds contains saponins, flavonoids and tannins. This study was aimed to determine the effect of avocado (Persea americana Mill.) seed extract on bleeding time in the tail cuts of mice (Balb-c strain). Methods: This research was an experimental laboratory with a post-test only control group design. The research sample was 16 male mice divided into four groups. The negative control group (K1) was administered with distilled water; the positive control group (K2) with tranexamic acid; treatment group 1 (P1) with avocado seed extract at a dose of 0.125 mg/g BW; treatment group 2 (P2) with avocado seed extract at a dose of 0.25 mg/g BW. The experimental animals were adapted for seven days, treated for seven days and on the eighth day, the tail was cut for ±1 cm. Data were analysed using the Kruskal Wallis and Mann Whitney tests. Results: The mean bleeding time in groups K1, K2, P1, and P2 were 7.8 minutes, 3.25 minutes, 3.8 minutes, and 4.5 minutes, respectively. The Kruskal Wallis test results showed a significance of 0.029 (p<0.05), thus showing differences in all groups. The Mann Whitney test results showed a significant difference between groups K1 and P1 and P2 (p<0.05). While between the groups P1 and P2, no significant difference was found (p>0.05). Conclusions: Avocado seed extract can accelerate the bleeding time in the mice tail cuts.Keywords: Persea americana Mill.; bleeding time; platelets
Efek paparan gas ozon terhadap mikroba saliva rongga mulutEffects of ozone gas exposure on oral saliva microbes Gunawan Wibisono; Rizky Merdietio Boedi; Suryanelis Suryanelis
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.33287

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Saliva merupakan salah satu sumber penyebaran infeksi selama perawatan gigi, yang menghasilkan bioaerosol. Prosedur asepsis perlu dilakukan untuk mengontrol bioaerosol sebagai upaya  mengurangi risiko  infeksi. Berbagai bahan asepsis telah digunakan,  dengan  kelebihan dan kekurangannya.  Inovasi penggunaan bahan lain sangat diperlukan untuk mencapai kondisi asepsis secara efektif namun efisien.  Salah satu ide  inovatif adalah  penggunaan gas ozon untuk berbagai prosedur asepsis di klinik gigi. Penelitian  ini bertujuan menganalisis  efek paparan gas ozon terhadap mikroba saliva rongga mulut secara in-vitro. Metode: Penelitian dilakukan dengan sampel dari 60 ml air kumur 15 orang relawan, menggunakan aquades selama 60 detik, kemudian diencerkan dengan saline hingga volume mencapai 100 ml. Gas ozon total 384 gram dialirkan ke dalam larutan air kumur ini, selama 120 detik. Sejumlah 20 ml larutan sampel dituang merata dalam media Plate count agar (PCA) dan diinkubasi selama 24 jam, untuk kelompok sebelum diberi perlakuan gas ozon (Kelompok Pre-test) dan setelah perlakuan (Kelompok Post-test).  Data penelitian berupa jumlah koloni mikroba (CFU) yang tumbuh pada media PCA. Data penelitian dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil: Rerata jumlah koloni mikroba Kelompok Pre-test  4,36 ± 0,17 dan kelompok Post-test 2,40±0,3 Hasil uji Wilcoxon menunjukkan Jumlah koloni mikroba mengalami penurunan signifikan p=-3,29 (P<0,05). Paparan gas ozon selama 120 detik menurunkan jumlah mikroba rata-rata sebesar 55%. Beberapa mikroba lolos hidup, diduga karena adanya variabilitas biologis atau resistensi terhadap ozon. Simpulan: Gas ozon mempunyai efek menurunkan jumlah koloni mikroba saliva.Kata kunci: ozon; antimikroba; asepsis ABSTRACT Introduction: Saliva is a source of infection spread during dental treatment, producing bioaerosols. Aseptic procedures need to be carried out to control bioaerosols to reduce infection risk. Various widespread aseptic materials hold specific advantages and disadvantages. Therefore, innovation of other materials is needed to achieve aseptic conditions effectively and efficiently. One of the innovative ideas is ozone gas for various aseptic procedures in dental clinics. This study was aimed to analyse the effect of ozone gas exposure on oral saliva microbes in-vitro. Methods: The study was conducted with a sample of 60 ml of mouthwash residue from 15 volunteers, which was distilled for 60 seconds, then diluted with saline until the volume reached 100 ml. A total of 384 grams of ozone gas flowed into this solution for 120 seconds. A total of 20 ml of sample solution was poured evenly in plate count agar (PCA) media and incubated for 24 hours for the group before being treated with ozone gas (pre-test group) and after treatment (post-test group). Research data was the number of microbial colonies (CFU) that grew on PCA media. Research data were analysed by the Wilcoxon test. Results: The mean number of microbial colonies in the pre-test group was 4.36 ± 0.17 and the post-test group 2.40 ± 0.3. The Wilcoxon test results showed that microbial colonies decreased significantly  p=-3,29 (p<0.05). Ozone gas exposure for 120 seconds reduced microbial counts by an average of 55%. However, some microbes survived, presumably due to biological variability or resistance to ozone. Conclusions: Ozone gas has the effect of reducing the number of salivary microbial colonies.Keywords: ozone; antimicrobial; aseptic
Analisis implementasi kebijakan Sistem Kesehatan Pertahanan Negara (Siskeshanneg) menghadapi ancaman faktual pandemi COVID-19 di Lembaga Kedokteran Gigi (Ladokgi) Raden Eddy MartadinataAnalysis of the National Defense Health System (Siskeshanneg) policy implementation on the Covid-19 pandemic factual threat at Raden Eddy Martadinata Naval Dentistry Institute (Ladokgi) Sugeng Winarno; Ganesha Wandawa; Suhardjo Sitam
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.33356

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Sistem Kesehatan Pertahanan Negara (Siskeshanneg) adalah totalitas sumber daya bidang kesehatan yang dapat digunakan secara terarah dan terpadu untuk menghadapi ancaman bidang kesehatan. Pandemi COVID-19 merupakan manifestasi ancaman bidang kesehatan yang memerlukan Siskeshaneg untuk menghadapinya. Hingga saat ini implementasi kebijakan ini masih terjadi permasalahan sehingga mempengaruhi kesiapsiagaan institusi dalam menghadapi suatu bencana. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang proses implementasi kebijakan Siskeshanneg di Ladokgi Raden Eddy Martadinata (Ladokgi REM) ini dilihat dari empat aspek yang mengacu pada analisis implementasi model Edward III. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan penelaahan dokumen. Pemilihan informan melalui teknik purposive sampling. Validasi data dilakukan triangulasi terhadap sumber, metode dan teori. Hasil: Gambaran proses implementasi Siskeshaneg di Ladokgi REM memperlihatkan komunikasi menggunakan jaring fungsi komando, sumberdaya bidang personel kekuatannya berkurang, bidang anggaran dilakukan refocusing pada kegiatan terkait penanggulangan COVID-19, pemenuhan sarana dan prasarana ruangan sesuai protokol kesehatan dan pembagian zonasi, struktur birokrasi tidak terfragmentasi serta disposisi pimpinan dan anggota berkomitmen penuh dan sesuai perintah. Faktor penghambat meliputi penyiapan sarana dan prasarana membutuhkan waktu 3 bulan, kecemasan pada sebagian anggota dan pasien takut terpapar COVID-19. serta harga logistik kesehatan yang melambung. Simpulan: Implementasi Siskeshaneg di Ladokgi REM dapat berjalan baik, dengan indikator keberhasilan berupa kecepatan pengambilan keputusan, kepemimpinan dan kemampuan adaptasi sehingga kegiatan layanan kesehatan dapat terselenggara di masa pandemi COVID-19.Kata kunci: implementasi kebijakan; Siskeshanneg; ancaman faktual; pandemi COVID-19 ABSTRACTIntroduction: The National Defense Health System (Siskeshanneg) is the totality of health sector resources that can be used in a directed and integrated manner to deal with threats in the health sector. The COVID-19 pandemic manifests a health sector threat that requires the National Defense Health System implementation. However, until now, the implementation of this policy is still experiencing problems that affect institutions' preparedness in the face of a disaster. The purpose of this study was to provide an overview of the implementing process of the National Health Defense System (Siskeshanneg) policy at Raden Eddy Martadinata Naval Dentistry Institute (Ladokgi REM) observed from four aspects that refer to the analysis of the Edward III model implementation. Methods: The study used a qualitative descriptive method. Collecting data through in-depth interviews, observation and document review. Selection of informants through purposive sampling technique. Data validation was carried out by triangulation of sources, methods, and theories. Results: An overview of the National Defense Health System implementation process in Raden Eddy Martadinata Naval Dentistry Institute shows that communication was performed through command function network; personnel resources were reduced in strength; the budget aspect was refocused on activities related to COVID-19 prevention; fulfilment of room facilities and infrastructure according to health protocols and zoning distribution; the bureaucratic structure has not fragmented, and the disposition of leaders and staffs was fully committed and according to orders. Inhibiting factors included preparing facilities and infrastructure that take three months, some staff and patients' anxiety about being exposed to COVID-19, and soaring health logistics prices. Conclusions: Implementing the National Health Defense System (Siskeshanneg) policy at Raden Eddy Martadinata Naval Dentistry Institute is thriving, with indicators in the form of fast decision-making, leadership, and adaptability for health service activities were able to be carried out during the COVID-19 pandemic.Keywords: policy implementation; National Defense Health System; factual threats; COVID-19 pandemic
Perbedaan harapan pasien terhadap perawatan ortodonti menggunakan alat cekat dan lepasanDifferences in patient expectations of orthodontic treatment with fixed and removable appliances Rizka Devi Damayanti; Endah Mardiati; Avi Laviana
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.26766

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Harapan merupakan faktor psikologis penting, yang dapat mempengaruhi evaluasi pasien terhadap kualitas dari perawatan atau kepuasan terhadap hasil perawatan. Harapan pasien terhadap perawatan ortodonti penting diketahui sebelum dilakukan perawatan karena merupakan salah satu penentu utama dari kepuasan pasien. Tujuan penelitian adalah menganalisis perbedaan harapan pasien terhadap perawatan ortodonti menggunakan alat cekat dan lepasan. Metode: Jenis penelitian analitik cross sectional. Subjek penelitian 50 pasien baru (25 pasien indikasi alat ortodonti cekat dan 25 pasien indikasi alat ortodonti lepasan) yang mendatangi Klinik Ortodonti RSGM Unpad diperoleh dengan teknik purposive sampling. Pasien mengisi kuesioner harapan terhadap perawatan ortodonti, kemudian hasil diolah dan dianalisis dengan uji t-test.  Hasil: Harapan pasien menunjukkan beberapa perbedaan signifikan (p<0,05) antara pasien yang ingin dirawat menggunakan alat cekat dan lepasan yaitu pada harapan terhadap dilakukannya pemeriksaan rontgen gigi pada kunjungan pertama, manfaat perawatan untuk merapikan gigi, memudahkan makan, meningkatkan peluang karier, dan memberikan rasa percaya diri secara sosial. Harapan antara pasien perempuan dan laki-laki menunjukkan perbedaan yang signifikan hanya pada aspek manfaat perawatan ortodonti untuk memudahkan makan (p<0,05). Simpulan: Terdapat perbedaan beberapa aspek harapan pasien terhadap perawatan ortodonti, dengan pasien indikasi alat ortodonti cekat menunjukkan rerata nilai harapan yang cenderung lebih tinggi.Kata kunci: harapan pasien; perawatan ortodonti; alat ortodonti cekat; alat ortodonti lepasan  ABSTRACTIntroduction: Expectation is an important psychological factor affecting a patient’s evaluation and satisfaction level on the quality of treatment outcomes. It is essential to know the patient’s expectations of orthodontic treatment priorly because it is one of the main determinants of patient satisfaction. The purpose of this study was to analyse the differences in patient expectations of orthodontic treatment with fixed and removable appliances. Methods: This research was cross-sectional analytic. The research subjects were 50 new patients (25 patients indicated for fixed orthodontic appliances and 25 patients indicated for removable orthodontic appliances) who visited the Orthodontic Clinics of Universitas Padjadjaran Dental Hospital, obtained by purposive sampling technique. Patients filled out a questionnaire on expectations of orthodontic treatment. The results were then processed and analysed using the t-test. Results: Patient expectations showed several significant differences (p<0.05) between fixed and removable appliances indicated patients; found in the matter of the expectation of having a dental x-ray examination at the first visit, the benefits teeth alignment treatment, ease the mastication process, increase the career opportunities, and provide social confidence. Expectations between female and male patients also showed a significant difference, though only found in the benefits of orthodontic treatment to ease the mastication process (p<0.05). Conclusions: There are differences in several aspects of patients’ expectations of orthodontic treatment, with a higher expectation value was found in fixed orthodontic appliances indicated patients.Keywords: patient expectations; orthodontic treatment; fixed appliances; removable appliances
Potensi ekstrak sutra laba-laba Argiope modesta 5% sebagai bahan anti inflamasi pada luka gingiva tikus Wistar Potential of 5% extract of Argiope modesta silk as an anti-inflammatory agent in the gingival wound of Wistar rats Nadie Fatimatuzzahro; Rendra Chriestedy Prasetya; Shinta Puri
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.34419

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Luka adalah rusaknya suatu jaringan yang dapat disebabkan oleh jejas ataupun tindakan medis. Reaksi awal penyembuhan luka pada gingiva adalah terbentuknya gumpalan darah, kemudian terjadi inflamasi yang akan melibatkan sel-sel leukosit seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit ke area luka. Sutra laba-laba mengandung asam amino glisin dan alanin yang diduga berperan sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekstrak sutra laba-laba Argiope modesta 5% terhadap jumlah sel inflamasi (sel neutrofil, makrofag, dan limfosit) pada luka gingiva tikus wistar. Metode: Hewan coba sebanyak 27 ekor tikus wistar jantan dan dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok gel ekstrak sutra laba-laba 5% (P5%); kelompok kontrol negatif gel CMC-Na 2% K(-); dan kelompok kontrol positif Aloclairgel K(+). Punch biopsy dilakukan pada gingiva bukal M1 kiri bawah dengan diameter 2,0 mm hingga mencapai tulang alveolar. Hewan coba dieuthanasia pada hari ke-3, 5, dan 7 setelah pemberian gel, dilakukan pemrosesan jaringan dan pewarnaan HE. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan two-way ANOVA dan Least Significance Different (LSD) dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara rerata jumlah neutrofil kelompok perlakuan  (4,00±1,00) dibanding kontrol negatif (10,00±1,00) dan tidak berbeda signifikan (p=0,768) dibanding kontrol positif (5,00±1,00). Rerata jumlah makrofag berbeda signifikan (p=0,043) pada kelompok perlakuan (2,00±0,00) dibanding kontrol negatif (4,00±1,00) dan (p=0,034) dibanding kontrol positif (3,00±0,00). Rerata jumlah limfosit berbeda signifikan (p=0,000) pada kelompok perlakuan (4,00±1,00) dibanding kontrol negatif (13,00±2,00) dan tidak berbeda signifikan (p=0,111) dibanding kontrol positif (5,00±1,00). Hasil ANOVA menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antar kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif  menstimulasi infiltrasi sel netrofil, makrofag dan limfosit signifikan (p<0,05) lebih banyak dibanding kelompok kontrol positif. Simpulan: Ekstrak sutra laba-laba Argiope modesta 5% memiliki potensi sebagai bahan antiinflamasi dengan menurunkan jumlah sel inflamasi, baik neutrofil, makrofag, dan limfosit pada luka gingiva tikus wistar.Kata kunci: ekstrak sutra laba-laba; Argiope modesta; sel inflamasi; luka gingivaABSTRACT Introduction: Wound is tissue damage caused by injury or medical action. The initial reaction of wound healing in the gingiva is the formation of blood clots. Then inflammation occurs, involving leukocyte cells such as neutrophils, macrophages, and lymphocytes to the wound area. Spider silk contains the amino acids of glycine and alanine, which act as anti-inflammatory agents. This study was aimed to analyse the potential of 5% spider silk extract of Argiope modesta on the number of inflammatory cells (neutrophil cells, macrophages, and lymphocytes) in the gingival wound of Wistar rats. Methods: The experimental animals were 27 male Wistar rats divided into three groups, the group of 5% spider silk extract gel (P5%); negative control group (2% CMC-Na gel) (K-); and the positive control group of Aloclair gel (K+). The punch biopsy was performed on the lower-left M1 buccal gingiva with a diameter of 2.0 mm until the alveolar bone. Experimental animals were euthanised on the third, fifth, and seventh days after gel administration, then tissue processing and HE staining were performed. Observational data were analysed using two-way ANOVA and Least Significance Different (LSD) with a 95% confidence level (p<0.05). Results: There was a significant difference (p=0.000) between the mean number of neutrophils in the treatment group (4.00±1.00) compared to the negative control (10.00±1.00), while compared to the positive control (5.00±1.00), the difference was found to be not significant (p=0.768). The mean number of macrophages was significantly different (p=0.043) in the treatment group (2.00±0.00) compared to the negative control (4.00±1.00) and (p=0.034) compared to the positive control (3.00±0.00). The mean number of lymphocytes was significantly different (p=0.000) in the treatment group (4.00±1.00) compared to the negative control (13.00±2.00) and was not significantly different (p=0.111) compared to the positive control (5.00 ±1.00). ANOVA results showed significant differences (p<0.05) between treatment groups. LSD test results showed that the negative control group stimulated the infiltration of neutrophils, macrophages, and lymphocytes significantly (p<0.05), more than the positive control group. Conclusion: 5% Argiope modesta silk extract has potential as an anti-inflammatory agent by reducing the number of inflammatory cells, both neutrophils, macrophages, and lymphocytes in the gingival wound of Wistar rats.Keywords: spider silk extract; Argiope modesta; inflammatory cells; gingival wound
Perubahan lebar interkaninus rahang atas dengan penggunaan sekrup ekspansi pada jarak waktu aktivasi yang berbedaChanges in the maxillary intercanine width during the use of expansion screws at different activation intervals Nada Qisthina Malik; Deni Sumantri Latif; Elih Syiarudin
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 5, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v5i2.28000

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Penggunaan sekrup ekspansi pada ortodonti lepasan dilakukan untuk melebarkan lengkung gigi. Lebar lengkung gigi dapat diukur salah satunya dengan cara menghitung lebar interkaninus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi penggunaan sekrup ekspansi terhadap perubahan lebar interkaninus rahang atas berdasarkan kelompok waktu aktivasi. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah analitik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.  Hasil:. Berdasarkan hasil perhitungan analitik nilai t stat memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai t Critical two-tail, maka didapatkan hasil yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari perubahan lebar interkaninus pada dua kelompok waktu tersebut. Simpulan: Terdapat perubahan lebar interkaninus yang signifikan pada kedua kelompok waktu aktivasi.Kata kunci: sekrup ekspansi, ortodonti lepasan, lebar interkaninus, rahang atasABSTRACTIntroduction: The use of expansion screws in removable orthodontics is used to widen the dental arch. The dental arch width can be measured one of them by calculating the intercanine width. The aim of this study was to evaluation the use of expansion screws for changes in maxillary intercanine width based on activation time groups. Method: This research used analytic method. The sampling technique used purposive sampling. Results: Based on the results of analytical calculations, the value of t stat has a value smaller than t Critical two-tail, the results obtained indicate that there are significant differences in changes in intercanine width in the two time groups. Conclusion: There was a significant change in intercanine width in both groups of activation time. Keywords: expansion screws, removable orthodontics, intercanine width, maxillary

Page 1 of 2 | Total Record : 12