cover
Contact Name
Dr. dr. Puspa Wardhani, SpPK
Contact Email
admin@indonesianjournalofclinicalpathology.org
Phone
+6285733220600
Journal Mail Official
majalah.jicp@yahoo.com
Editorial Address
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML)
ISSN : 08544263     EISSN : 24774685     DOI : https://dx.doi.org/10.24293
Core Subject : Health, Science,
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory (IJCPML) is a journal published by “Association of Clinical Pathologist” professional association. This journal displays articles in the Clinical Pathology and Medical Laboratory scope. Clinical Pathology has a couple of subdivisions, namely: Clinical Chemistry, Hematology, Immunology and Serology, Microbiology and Infectious Disease, Hepatology, Cardiovascular, Endocrinology, Blood Transfusion, Nephrology, and Molecular Biology. Scientific articles of these topics, mainly emphasize on the laboratory examinations, pathophysiology, and pathogenesis in a disease.
Articles 17 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 3 (2016)" : 17 Documents clear
THE ROLE OF PLATELETS SCD40L TO ATHEROGENESIS (Peran sCD40L Trombosit terhadap Aterogenesis) Kurniawan, Liong Boy
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1247

Abstract

Peran CD40 dan CD40L terhadap maturasi dan diferensiasi sel limfosit telah diteliti sebelumnya. CD40L diekspresikan oleh berbagaisel lainnya seperti: makrofag, sel dendritik, neutrofil dan endotelial. Trombosit juga dapat mengekspresikan CD40L dan dapat dilepaskandalam bentuk terlarut yaitu sCD40L. Telaahan ini bertujuan untuk mengetahui peran sCD4-0L yang dihasilkan oleh trombosit padaaterogenesis lewat penjelasan. sCD40L dapat menyebabkan gangguan fungsi endotel, pelepasan ROS, peningkatan aktivitas ICAM,VCAM dan MMP, aktivasi trombosit dan destabilisasi plak melalui interaksi dengan berbagai molekul lain seperti OxLDL. Aterogenesisdapat dipicu melalui interaksi sCD40L. Berbagai penemuan di bidang Farmakologi dan segi lain perlu dikaji untuk menghambat sCD40Ldalam aterogenesis. Penelitian lebih lanjut dan mendalam masih diperlukan untuk membuktikan peran sCD40L sebagai petanda peramalkejadian aterogenesis.
INTERLEUKIN-8 RELATED WITH BONE MINERAL DENSITY (Interleukin-8 terkait Kepadatan Mineral Tulang) Yurdiansyah Latif; Uleng Bahrun; Ruland Pakasi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1238

Abstract

Osteoporosis merupakan salah satu penyebab cacat pada usia lanjut karena kebahayaan patah tulang yang disebabkannya. Mulaiusia 50 tahun kemungkinan mengalami patah tulang bagi perempuan adalah 40%‚ sedangkan bagi laki-laki 13%. Angka prevalensiosteopeni di Indonesia sebesar 41‚7% dan osteoporosis sebesar 10‚3%. Hal ini berarti dua dari lima penduduk memiliki kebahayaan untukterkena osteoporosis. Interleukin-8 diduga berperan dalam merangsang pembuatan Receptor Activator of NF KappaB Ligand (RANKL)mRNA di osteoblast yang mengikat reseptor RANK di osteoklast yang berperan dalam penurunan kepadatan mineral tulang. Kajianini bertujuan untuk mengetahui kadar Interleukin-8 dan hubungannya dengan kepadatan mineral tulang yang normal, osteopeniadan osteoporosis secara penentuan. Penelitian dilakukan secara potong lintang selama masa waktu antara bulan Mei 2012−Mei 2013menggunakan data primer pemeriksaan kadar Interleukin-8 dan kepadatan mineral tulang pada perempuan yang berusia antara 30−60tahun di Makassar. Data dianalisis dan diolah dengan uji Anova. Kadar interleukin-8 lebih tinggi di densitas mineral tulang (DMT)osteoporosis dibandingkan dengan DMT yang normal dan osteopenia dengan kadar IL-8 pada DMT normal 48,72±12,81, osteopenia55,68±13,75, osteoporosis 62,06±24,45. Hubungan antara IL-8 pada perempuan dengan DMT yang normal dibandingkan denganosteoporosis memperoleh nilai p=0,03, perempuan dengan DMT normal dengan osteopenia p=0,51 dan perempuan osteopenia denganosteoporosis p=0,62. Didasari telitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peningkatan kadar IL-8dengan kepadatan mineral tulang yang berkurang di kelompok perempuan osteoporosis dibandingkan dengan kelompok DMT yangnormal. Para peneliti berpendapat untuk meneliti lanjutan dengan memperhatikan ciri indeks masa tubuh di sampel penelitian.
SMALL DENSE LOW DENSITY LIPOPROTEIN WITH ANGIOGRAPHICALLY ATHEROSCLEROSIS IN CORONARY HEART DISEASE (Small Dense Low Density Lipoprotein dengan Aterosklerosis Secara Angiografi di Penyakit Jantung Koroner) Yuliani Zalukhu; Siti Muchayat Purnamaningsih; Nahar Taufik; Suwarso Suwarso
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1243

Abstract

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama di berbagai negara maju maupun yang berkembang danbiasanya terjadi bagi mereka yang memiliki kadar kolesterol tinggi, serta berusia lanjut. Namun baru-baru ini, penyakit jantung koronerlebih sering terjadi pada usia muda dan kadar kolesterol yang normal. Beberapa telitian menunjukkan bahwa LDL terdiri atas tujuhsubtype yaitu small dense Low Density Lipoprotein (sd-LDL) merupakan subtipe LDL yang jauh lebih aterogenik, sehingga sangat mudahmenyebabkan aterosklerosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sd-LDL dan persentaseaterosklerosis secara angiografi di penyakit jantung koroner. Rancangan penelitian adalah potong lintang, subjek penelitian 54 pasienPJK dipilih secara berurutan, yang menjalani pemeriksaan angiografi di RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta. Penyakit jantung koronerditetapkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan EKG, aterosklerosis ditetapkan dengan pemeriksaan angiografi, sedangkansd-LDL merupakan angka banding LDL-C/Apo-B yang <1,2 diukur dengan metode enzimatik homogeneous dan Immunoturbidimetry.Kenasaban antara sd-LDL dengan aterosklerosis dianalisis dengan uji Spearman. Pada penelitian ini terteliti terdiri atas 37 laki-laki dan17 perempuan dengan gejala terbanyak nyeri dada 47(87%), diagnosis didominasi oleh angina pektoris stabil 49(90,8%) dan pengobatanpaling banyak adalah golongan statin. Ciri angka banding LDL-C/Apo-B serta persentase aterosklerosis subjek penelitian ditunjukkan diTabel 4, terlihat bahwa sd-LDL mempunyai rerata 1,06 dengan nilai minimal 0,81 dan maksimal 1,16, serta large buoyant LDL memilikirerata 1,34 dengan nilai minimum 1,20 dan nilai maksimum 1,48, sedangkan persentase aterosklerosis bernilai rerata 46,68% dengannilai minimal 0% dan maksimal 100%. Ditemukan kenasaban negatif, sedangkan yang bermakna antara small dense Low DensityLipoprotein (sd-LDL) dengan persentase aterosklerosis secara angiografi (r=-0,451; p=0,014).
GLYCATED ALBUMIN AND HBA1C IN DIABETIC NEPHROPATHY (Albumin Glikat HbA1c dan Penyakit Nefropati Diabetik) Elvan Dwi Widyadi; Jusak Nugraha; Ferdy Royland Marpaung
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1242

Abstract

Nefropati diabetik merupakan komplikasi kronis yang sering terjadi di pasien penyakit Diabetus Melitus (DM), perubahan statusglikemik harus diketahui lebih awal untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. HbA1c sering digunakan sebagai pengendali glikemikjangka panjang (tiga/3 bulan). Albumin terglikasi merupakan tolok ukur baru yang dikembangkan untuk mengendalikan glikemikdalam waktu yang lebih singkat (2 minggu). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenasaban Albumin Glikat (GA) terhadapHbA1c di pasien nefropati diabetik. Dari 89 pasien DM yang diteliti, 34 didiagnosis sebagai diabetes nefropati. Kadar HbA1c diukurdengan metode Turbidimetric Inhibition Immunoassay (TINIA) dan GA diperiksa secara enzimatik. Analisis statistik dilakukan denganmenggunakan kenasaban Pearson, yang bermakna pada p<0,005. Cut off untuk GA: adalah 16% dan untuk HbA1c: 6,5%. RerataGA: adalah 20,73% dan 7,42% HbA1c. Pada penelitian ini, dengan uji Pearson diketahui kenasaban yang baik antara GA dan HbA1c(r=0,785, p-nilai<0,0001). Albumin Glikat memiliki kenasaban yang kuat terhadap HbA1c. Oleh karena itu, GA dapat digunakan untukmendeteksi indeks glikemik dalam jangka waktu singkat (2 minggu) di pasien pengidap nefropati diabetik.
ERROR RATE OF DISC DIFFUSION METHOD IN CEFTAZIDIME/ CEFOTAXIME SUSCEPTIBILITY TEST ON CLINICAL ISOLATES OF KLEBSIELLA PNEUMONIAE (Laju Kesalahan Uji Kepekaan Ceftazidim/Cefotaxime Metode Difusi Cakram pada Klebsiella pneumoniae) Luz Maria GBW; Osman Sianipar; Usi Sukorini
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1233

Abstract

Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu bakteri Gram negatif yang banyak menimbulkan infeksi nosokomial. Difusi cakrammerupakan satu metode uji kepekaan antimikrobia yang banyak digunakan di laboratorium klinik yang juga dapat dipakai untuk menyaringK.pneumoniae penghasil enzim Extended-Spectrum β-Lactamase (ESBL). Antimikrobia pilihan untuk infeksi ini adalah cephalosporin generasiketiga (ceftazidime dan ceftotaxime). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju kesalahan uji kepekaan ceftazidime/cefotaxime metodedifusi cakram di isolat klinis K.peumoniae. Penelitian ini merupakan kajian potong lintang yang melibatkan 53 isolat klinis K.pneumoniae.Uji kepekaan ceftazidime/cefotaxime di isolat klinis K.pneumonia dilakukan menggunakan metode difusi cakram dan uji E sebagai rujukan.Hasil memeriksa dilaporkan dalam bentuk kepekaan, intermediate dan resistensi untuk setiap obat, dianalis untuk mengetahui laju kesalahan(minor error, major error dan very major error). Isolat klinis terbanyak berasal dari darah, air kemih dan nanah, berturut-turut 32,1%, 32,1%dan 18,9%. Sebagian besar isolat didapat dari ruang perawatan non-intensif (86,8%). Minor error uji kepekaan ceftazidime/cefotaximemetode difusi cakram berturut-turut 7,55% dan 1,89%, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode difusi cakram uji kepekaan ceftazidime/cefotaxime dapat digunakan dalam uji kepekaan terhadap isolat klinik K.pneumoniae.
THE RISK FACTOR OF ALLOANTIBODY FORMATION IN THALASSEMIA PATIENTS RECEIVING MULTIPLE TRANSFUSION (Faktor Kebahayaan Terbentuknya Aloantibodi pada Pasien Talasemia yang Menerima Transfusi Darah Berulang) Fridawati, Veronica; Triyono, Teguh; Sukorini, Usi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1239

Abstract

Untuk kelangsungan hidup pasien talasemia intermediet dan mayor, memerlukan transfusi darah secara teratur. Transfusi berulangini berpeluang membentuk aloantibodi yang dapat menyebabkan kebahayaan hemolitik. Maka transfusi berulang akan memperberathemolitik karena pada pasien talasemia sudah ada proses tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai faktorkebahayaan untuk terbentuknya aloantibodi pada pasien talasemia yang mendapat transfusi darah berulang khusus di RSUP Fatmawati,Jakarta. Cara meneliti ini menggunakan rancangan potong lintang. Subjek penelitian adalah semua pasien talasemia yang mendapattransfusi darah berulang di RSUP Fatmawati Jakarta yang memenuhi patokan kesertaan. Sebanyak 81 subjek diikutkan dalam penelitianini. Data pada penelitian ini di analisis secara statistik dengan uji Chi Kuadrat. Hasil menguji secara Chi Kuadrat menunjukkan: kelamin,suku, diagnosis, selang transfusi darah, jenis darah, reaksi yang terkait, riwayat keluarga, kadar Hb. Kadar feritin dan golongan darahbukan merupakan faktor kebahayaan untuk terbentuknya aloantibodi, sedang faktor usia, jumlah kantong darah yang ditransfusikan,keberadaan komplikasi akibat transfusi darah dan lama masa waktu menerima darah transfusi, merupakan faktor kebahayaan untukterbentuknya aloantibodi pada pasien talasemia yang mendapat transfusi berulang di RSUP Fatmawati.
TOTAL IGG AND IG ANTI PGL-I WITH DURATION OF THE THERAPY AND REACTIONS IN MULTIBACILLER LEPROSY (Jumlah Keseluruhan IgG dan IgG Anti PGL-I Mycobacterium leprae dengan Lama Pengobatan dan Reaksi Kusta Multibasiler) Endang Retnowati; Halik Wijaya; Indropo Agusni
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1244

Abstract

Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan utama. Penyakit kusta ditandai dengan berbagai spektrum manifestasi klinis danragam perbedaan antar spektrum yang ditentukan oleh respons imun dari host. Respons imun humoral di pasien kusta telah dilakukandengan penelitian mengukur kadar imunoglobulin (Ig). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenasaban jumlah keseluruhanIgG dan IgG anti PGL-I M.leprae dengan lama pengobatan dan reaksi kusta di pasien kusta tipe MB dengan mempelajarinya. Penelitiandilakukan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2013 dengan sampel dari pasien kusta tipe MB di Kabupaten Sampang-Mandura.Serum pasien yang diperiksa adalah jumlah keseluruhan IgG dengan metode Radial Immunodiffusion (RID) dan IgG anti PGL-I M. lepraedengan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data dikumpulkan dan diuji kenasabannya. Median jumlah keseluruhan IgGyaitu 172IU/mL dan median IgG anti PGL-I yaitu 574,33U/mL. Median jumlah keseluruhan IgG di pasien yang menerima pengobatankurang dari tiga bulan lebih rendah dibandingkan dengan yang lebih dari atau sama dengan tiga bulan. Median jumlah keseluruhanIgG di pasien yang mengalami reaksi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami reaksi. Median IgG anti PGL-I di pasienyang sudah diobati kurang dari 3 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih dari atau sama dengan tiga bulan. Median IgGanti PGL-I di pasien yang mengalami reaksi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Tidak terdapat kenasaban yang bermaknajumlah keseluruhan IgG dan IgG anti PGL-I dengan lama pengobatan dan reaksi kusta pada penelitian ini. Tidak terdapat kenasabanbermakna jumlah keseluruhan IgG dan IgG anti PGL-I dengan lama pengobatan dan reaksi kusta.
MULTIPLE MYELOMA IN A YOUNG ADULT (Mieloma Multipel di Dewasa Muda) Hendra Rasubala; Agus Alim Abdullah; Mansyur Arif
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1248

Abstract

Mieloma Multipel (MM) merupakan penyakit tertentu di individu yang berusia lanjut. Kejadian mieloma multipel di pasien berusia dibawah empat puluh tahun adalah sangat jarang. Mieloma multipel merupakan kasus keganasan sel plasma yang mengenai banyak tulangdengan gejala peningkatan protein monoklon di serum/air kemih atau keduanya. Hal ini harus dibedakan dengan kasus peningkatanprotein monoklon yang lain seperti plasmasitoma soliter yang hanya terjadi di satu tulang. Dalam kasus ini dipaparkan pasien mielomamultipel laki-laki dewasa muda berumur 34 tahun, dengan hasil memeriksa laboratorik dan radiologis yang mendukung diagnosismieloma multipel tertentu. Keluhan utama berupa nyeri punggung yang disertai dengan kondisi tulang yang rapuh di gambaranradiologik. Pasien dirawat di rumah sakit selama tujuh belas hari di ruang perawatan bagian Bedah Ortopedi Rumah Sakit WahidinSudirohusodo, Makassar. Pasien meninggal pada hari ke-17 sesaat setelah menjalani kemoterapi pertama. Gambaran laboratorik yangmenonjol dan khas selama perawatan di rumah sakit seperti pemeriksaan hapusan aspirasi sumsum tulang, pemeriksaan elektroforesisserum protein, hematologik rutin, laju endap darah, zat kimia klinik (seperti kalsium, asam urat, uji fungsi hati, ureum dan kreatinin)dan pemeriksaan radiologik berupa foto polos tulang. Dalam makalah ini akan dipaparkan secara jelas, sampai akhirnya penyakit inididiagnosis beserta derajat dan perjalanan penyakitnya. Penanganan dan pengobatan pasien mieloma multipel selama perawatan inapdi rumah sakit juga akan dipaparkan dengan jelas dalam makalah ini.
ANALYSIS OF MEAN PLATELET VOLUME IN TYPE II DIABETIC PATIENTS WITH VASCULAR COMPLICATION (Analisis Mean Platelet Volume Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Komplikasi Vaskuler) Mustakin Mustakin; Liong Boy Kurniawan; Nurahmi Nurahmi; Ruland DN Pakasi
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1236

Abstract

Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan yang tersebar luas di seluruh dunia. Penyakit DM tipe 2 dengan komplikasilama berkaitan dengan gangguan pembuluh darah yang timbul mencakup yang terkait mikrovaskuler seperti: retinopati, nefropatidan neuropati, serta komplikasi makrovaskuler seperti: penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah besar. Trombosit yangberukuran besar bersifat trombogenik dan menjadi faktor kebahayaan komplikasi mikro dan makrovaskuler. Penelitian ini untukmengetahui nilai Mean Platelet Volume (MPV) di pasien DM tipe 2 dengan komplikasi makro dan mikrovaskuler dan tanpa komplikasivaskuler; serta pembanding sehat dari yang tidak berpenyakit diabetik dengan cara membandingkan. Penelitian ini bersifat potonglintang dengan menggunakan data rekam medis pasien di rumah sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar selama masa waktuantara bulan Januari 2011−Desember 2013 terhadap 314 pasien DM tipe 2 (136 dengan komplikasi makrovaskuler dan 49 komplikasimikrovaskuler) dan 129 yang tanpa komplikasi) serta 150 pembanding sehat yang bukan DM. Rerata nilai MPV di pembanding yangnormal, DM tipe 2 tanpa komplikasi, DM tipe 2 dengan komplikasi, berturut-turut adalah: 8,77±0,52fl, 8,93±1,07fl, 10,28±1,95fl.Uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan bermakna nilai MPV antara pembanding yang normal DM tipe 2 disertai komplikasi sertaDM tipe 2 tanpa komplikasi vaskuler (p=0,000). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna nilai MPV antara pembandingnonDM dengan DM tipe 2 yang disertai komplikasi (p=0,000), DM tipe 2 tanpa komplikasi dengan yang disertai komplikasi (p=0,000).Tidak ditemukan perbedaan nilai MPV yang bermakna antara pembanding normal dengan pasien DM tipe 2 tanpa komplikasi (p=0,401)dan yang disertai komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler (p=0,522). Nilai MPV di kelompok DM tipe 2 dengan komplikasi lebihtinggi dibandingkan dengan DM tipe 2 tanpa komplikasi dan pembanding yang bukan DM.
METABOLIC SYNDROME AMONG ADULTS IN RURAL AREAS (Sindrom Metabolik pada Dewasa di Daerah Pedesaan) Fenty Fenty; Widayati A; Virginia DM; Hendra P
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 22, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v22i3.1241

Abstract

Sindrom metabolik merupakan sekumpulan tanda yang dicirikan dengan kondisi dislipidemia, peningkatan tekanan darah dankadar glukosa darah puasa serta kegemukan daerah perut. Sindrom metabolik telah menjadi salah satu masalah kesehatan di negaraberkembang. Penelitian menunjukan ada peningkatan prevalensi sehubungan sindrom metabolik, tetapi sebagian besar kajian dilakukandi daerah perkotaan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi sehubungan sindrom metabolik, di populasi dewasa yangberusia di atas 40 tahun di daerah pedesaan di Yogyakarta dengan cara menilainya. Penelitian ini menggunakan rancangan potonglintang yang dilaksanakan antara bulan Mei−Juni 2015 di Cangkringan Yogyakarta. Pengambilan data meliputi sosiodemografi melalui:wawancara, pengukuran antropometrik dan tekanan darah, serta kadar glukosa darah serta profil lipid. Responden penelitian terdiridari 50 laki-laki dan 50 perempuan dewasa usia ≥40 tahun. Batasan sindrom metabolik, menggunakan patokan International DiabetesFederation (IDF). Prevalensi sindrom metabolik berdasarkan patokan IDF di daerah pedesaan di Cangkringan Yogyakarta sebesar 25%.Sindrom metabolik, lebih banyak ditemukan di perempuan (32%) daripada laki-laki (18%). Komponen terbanyak dari sindrom metabolikadalah peningkatan tekanan darah di semua responden penelitian, kemudian diikuti dengan komponen kegemukan perut dan kadarHDL yang rendah di perempuan, sedangkan di laki-laki diikuti dengan hipertrigliseridemia. Prevalensi sindrom metabolik cukup tinggidi daerah pedesaan Yogyakarta khususnya bagi perempuan. Pencegahan terhadap sindrom metabolik menjadi keutamaan kesehatanmasyarakat dalam menurunkan penyakit kardiovaskular di daerah pedesaan di Yogyakarta.

Page 1 of 2 | Total Record : 17


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2025) Vol. 31 No. 3 (2025) Vol. 31 No. 2 (2025) Vol. 31 No. 1 (2024) Vol. 30 No. 3 (2024) Vol. 30 No. 2 (2024) Vol. 30 No. 1 (2023) Vol. 29 No. 3 (2023) Vol. 29 No. 2 (2023) Vol. 29 No. 1 (2022) Vol 29, No 1 (2022) Vol 28, No 3 (2022) Vol. 28 No. 3 (2022) Vol. 28 No. 2 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol. 28 No. 1 (2021) Vol 28, No 1 (2021) Vol 27, No 3 (2021) Vol. 27 No. 3 (2021) Vol. 27 No. 2 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol. 27 No. 1 (2020) Vol 27, No 1 (2020) Vol 26, No 3 (2020) Vol. 26 No. 3 (2020) Vol. 26 No. 2 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol 26, No 1 (2019) Vol. 26 No. 1 (2019) Vol. 25 No. 3 (2019) Vol 25, No 3 (2019) Vol. 25 No. 2 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2018) Vol. 25 No. 1 (2018) Vol 24, No 3 (2018) Vol. 24 No. 3 (2018) Vol. 24 No. 2 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol. 24 No. 1 (2017) Vol 24, No 1 (2017) Vol 23, No 3 (2017) Vol. 23 No. 3 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol. 23 No. 2 (2017) Vol 23, No 1 (2016) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2014) Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2013) Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2012) Vol. 19 No. 1 (2012) Vol 18, No 3 (2012) Vol. 18 No. 3 (2012) Vol 18, No 2 (2012) Vol 18, No 1 (2011) Vol. 18 No. 1 (2011) Vol 17, No 3 (2011) Vol 17, No 2 (2011) Vol 17, No 1 (2010) Vol 16, No 3 (2010) Vol 16, No 2 (2010) Vol 16, No 1 (2009) Vol 15, No 3 (2009) Vol 15, No 2 (2009) Vol 15, No 1 (2008) Vol 14, No 3 (2008) Vol 14, No 2 (2008) Vol 14, No 1 (2007) Vol 13, No 3 (2007) Vol 13, No 2 (2007) Vol 13, No 1 (2006) Vol 12, No 3 (2006) Vol 12, No 2 (2005) Vol 12, No 1 (2005) More Issue