cover
Contact Name
Fenny Sumardiani
Contact Email
jurnallitbang@gmail.com
Phone
+6285712816604
Journal Mail Official
jurnallitbang@gmail.com
Editorial Address
Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Jalan Salak No.22, Bogor 16151 E-mail : jurnallitbang@gmail.com Website : http://bpatp.litbang.pertanian.go.id
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ISSN : 02164418     EISSN : 25410822     DOI : http://dx.doi.org/10.21082
Core Subject : Agriculture,
Jurnal ini memuat tinjauan (review) mengenai hasil-hasil penelitian pertanian pangan hortiikultura, perkebunan, peternakan, dan veteriner yang telah diterbitkan, dikaitkan dengan teori, evaluasi hasil penelitian dan atau ketentuan kebijakan, yang ditujukan kepada pengguna meliputi pengambil kebijakan, praktisi, akademisi, penyuluh, mahasiswa dan pengguna umum lainnya. Pembahasan dilakukan secara komprehensif serta bertujuan memberi informasi tentang perkembangan teknologi pertanian di Indonesia, pemanfaatan, permasalahan dan solusinya. Ruang lingkupnya bahasan meliputi bidang ilmu: pemuliaan, bioteknologi perbenihan, agronomi, ekofisiologi, hama dan penyakit, pascapanen, pengolahan hasil pertanian, alsitan, sosial ekonomi, sistem usaha tani, mikro biologi tanah, iklim, pengairan, kesuburan, pakan dan nutrisi ternak, integrasi tanaman-ternak, mikrobiologi hasil panen, konservasi lahan.
Articles 221 Documents
TEKNOLOGI PENANGANAN BUAH SEGAR STROBERI UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU / Fresh Handling Techniques for Strawberry to Maintain its Quality Ermi Sukasih; Setyadjit Setyadjit
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 38, No 1 (2019): Juni, 2019
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.724 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v38n1.2019.p47-54

Abstract

Strawberries (Fragaria sp.) are mostly grown in the mountainy areas in Indonesia and need a long transportation to get to the consumers. Long transportation will cause more than 50% damage to strawberries due to decay. Handling procedures need to be good and proper from farmer to the consumer or processor customer so that fruit reach destination in expected condition. Handling was done during pre-harvest and postharvest so that the quality of fresh strawberry fruit can be preserved. The technology for handling strawberry fruits that already exists includes: pre-harvest by spraying with antimicrobial agent, postharvest include for collecting, sorting and grading, washing, dipping with calcium chloride or naphtalene acetic acid, waxing, fumigation with nitric oxide, coating with chitosan or aloe vera gel combined with glycerol, irradiation, packaging, storage and transportation. The recommended storage temperature for strawberries is at 4oC, it can extend the shelf life of strawberries up to 1011 days with the best chemical characteristics. Implementing of SNI to strawberries in Indonesia to increase product competitiveness and increase added value still needs intensive efforts. 1.The classification and quality standards of strawberries can refer to the SNI No. 8026, 2014 and the Commission Implementing Regulation (2011).Keywords: Strawberry, preharvest, postharvest, fresh handling, quality AbstrakDi Indonesia, stroberi (Fragaria sp.) umumnya tumbuh di daerah pegunungan sehingga memiliki risiko tinggi dalam transportasi ke konsumen. Kerusakan stroberi karena perjalanan yang lama dapat mengakibatkan kerusakan buah lebih dari 50% akibat pembusukan. Penanganan yang baik dan benar diperlukan agar buah tetap dalam keadaan segar sampai ke tangan konsumen, sesuai dengan standar yang berlaku. Buah stroberi perlu ditangani dengan baik sejak prapanen hingga pascapanen agar kesegaran buah dapat dipertahankan. Teknologi penanganan stroberi yang telah dihasilkan meliputi: (1) pada saat prapanen adalah penyemprotan menggunakan antimikroba, (2) pada saat pascapanen pengumpulan buah secara hati-hati, sortasi dan grading, pencucian, pencelupan dengan kalsium klorida atau Naphtalene Acetic Acid, pelilinan, fumigasi dengan nitrit oksida, pelapisan dengan kitosan, gel lidah buaya yang dikombinasikan dengan gliserol, iradiasi, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Penyimpanan buah stroberi pada suhu 4oC dapat memperpanjang umur simpan buah hingga 10-11 hari dengan karakteristik kimiawi terbaik. Penerapan SNI buah stroberi di Indonesia masih perlu diupayakan lebih intensif untuk meningkatkan daya saing produk dan meningkatkan nilai tambah. Klasifikasi dan standar mutu buah stroberi dapat mengacu pada SNI No 8026 Tahun 2014 dan Commission Implementing Regulation (2011).Kata kunci: Stroberi, prapanen, pascapanen, penanganan segar, mutu
Beberapa Gen pada Bakteri yang Bertanggung Jawab Terhadap Produksi Bioetanol Eny Ida Riyanti
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.596 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v30n2.2011.p41-47

Abstract

Harga minyak mentah dunia yang berfluktuasi dan cadangan minyak yang makin menipis telah mendorongpenggunaan biofuel sebagai bahan bakar alternatif dan mengintensifkan penelitian bioetanol dengan menggunakanmikroba. Identifikasi dan karakterisasi gen-gen yang bertanggung jawab dalam produksi bioetanol (etanologen) danekspresinya pada beberapa inang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi bioetanol oleh mikroba. Tulisan inimengulas sumber-sumber gen bioetanol (pdc dan adh) dan ekspresinya pada beberapa bakteri inang sebagai genyang berdiri sendiri maupun sebagai operon dalam memproduksi bioetanol. Piruvat dekarboksilase (pdc) danalkohol dehidrogenase (adh) adalah gen-gen yang bertanggung jawab dalam produksi bioetanol yang ditemukanpada bakteri mesofilik Zymomonas mobilis dan ragi Saccharomyces cerevisiae. Sumber gen pdc lebih terbatasdibandingkan dengan gen adh. Gen pdc belum ditemukan dalam jaringan hewan maupun bakteri termofilik.Manipulasi genetik beberapa bakteri dengan pdc dan adh yang diisolasi dari beberapa bakteri telah dilakukan untukmeningkatkan produksi bioetanol dari sumber karbon yang murah, yaitu biomassa. Ekspresi etanologen telahberhasil dilakukan pada bakteri mesofilik, baik gram-positif maupun gram-negatif. Namun, ekspresi etanologenpada bakteri termofilik perlu penelitian lebih lanjut untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.
KEANEKARAGAMAN ILES-ILES (Amorphophallus spp.) DAN POTENSINYA UNTUK INDUSTRI PANGAN FUNGSIONAL, KOSMETIK, DAN BIOETANOL Yati Supriati
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 2 (2016): Juni 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.084 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v35n2.2016.p69-80

Abstract

Iles-iles (Amorphophallus spp.) memiliki keanekaragaman yang tinggi, tercatat ada 200 spesies di dunia,  menyebar terutama di Asia, yakni di Tiongkok, Vietnam, Indonesia, dan Thailand masing-masing 15, 21, 24, dan 53 spesies. Namun, hingga saat ini baru tiga spesies yang sudah diusahakan di Indonesia, yaitu Amorphophallus companulatus (Roxb.), A. variabilis Blume, dan  A. oncophyllus Prain ex Hook.f.  synonym A. moelleri  Blume. Iles-iles mempunyai nilai ekonomi karena umbinya mengandung glukomanan, suatu senyawa polisakarida jenis hemiselulosa yang bersifat hidrokoloid, larut dalam air, jernih, rendah kalori, dan bebas dari gluten. Kandungan glukomanan pada iles-iles, A. konjac, A. oncophyllus, dan A. variabilis masing-masing 64, 55, dan 44%. Dalam industri pangan, glukomanan digunakan sebagai bahan pengental, pem-bentuk gel, pengemulsi, dan penstabil. Sebagai sumber pangan fungsional, glukomanan berperan antara lain dapat mengontrol kadar lipida dan gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2, mengurangi obesitas, mencegah dan menghambat kanker, serta menurunkan gejala klinis divertikulosis. Pada industri kosmetik, tepung konjak digunakan untuk membuat spon pembersih wajah dan kulit yang sangat halus dan bersifat agak alkali untuk membersihkan noda dan debu berminyak. Manfaat lain dari glukomanan ialah dalam pembuatan bioetanol. Kadar etanol tertinggi yang dapat dihasilkan dari umbi iles-iles adalah 79,94 g/l  pada suhu fermentasi 30° C dengan pemberian ragi 15 g. Hasil panen umbi iles-iles di wilayah subtropis berkisar 11-30 t/ha, sedangkan di Indonesia hanya 10-12 t/ha. Sebagai bahan baku industri pangan, kosmetik, dan bioetanol, tantangan dalam pengembangan iles-iles di Indonesia ialah bagaimana mendapatkan dan merakit varietas unggul dengan kadar glukomanan tinggi dan teknologi pengolahan sampai menjadi produk siap pakai.
PENGEMBANGAN SAPI POTONG BERBASIS INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Bambang Ngaji Utomo; Ermin Widjaja
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 4 (2012): Desember 2012
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.431 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v31n4.2012.p%p

Abstract

Industri perkebunan kelapa sawit menyimpan potensi sumber dayapakan yang besar untuk pengembangan ternak ruminansia khususnyasapi. Integrasi sapi dengan kelapa sawit memunculkan tigakegiatan terpadu sekaligus, yaitu 1) industri pakan ternak berbasishasil samping perkebunan kelapa sawit, 2) usaha perkembangbiakansapi (cow calf operation), dan 3) penggemukan sapi potong.Potensi sumber daya pakan dari industri kelapa sawit meliputi daundan pelepah kelapa sawit sebagai sumber serat dan hasil sampingpabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) seperti solid sawit/lumpursawit dan bungkil inti sawit sebagai sumber protein. Inovasiteknologi Badan Litbang Pertanian pemanfaatan bahan pakan dariindustri sawit telah tersedia dan dapat diterapkan pengguna dilapangan. Usaha sapi potong dengan pola integrasi sawit-sapimenguntungkan dan berpeluang dikembangkan. Demikian pulapenggemukan sapi potong di dekat PKS memiliki prospek yangbaik sehingga dapat diterapkan di lokasi lain. Kegiatan ini dapatmembuka peluang usaha bagi karyawan kebun dan pabrik kelapasawit melalui koperasi. Pengembangan ternak berbasis industrikelapa sawit meningkatkan efisiensi dan produktivitas ternakmaupun tanaman kelapa sawit. Namun, penerapannya masih terbatassehingga memerlukan dukungan dan komitmen dari berbagaipihak, yaitu petani, pengusaha/investor, perbankan, peneliti, sertapemerintah daerah dan pusat. Sosialisasi kepada pelaku usahaperkebunan kelapa sawit harus dilakukan pada level pengambilkeputusan agar ada pemahaman yang benar tentang integrasi sawitsapidan model pengembangannya.
KONDISI KRITIS LADA PUTIH BANGKA BELITUNG DAN ALTERNATIF PEMULIHANNYA Usman Daras; D. Pranowo
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 28, No 1 (2009): Maret, 2009
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.274 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v28n1.2009.p1-6

Abstract

Critical condition of muntok white pepper of Bangka Belitung and its alternative recoveryBangka Belitung (Babel) Province is one of the pepper producing areas in Indonesia, particularly for white pepper. Recently, its role however tends to lower indicated by the decreases in cultivation areas and production of white pepper. A number of factors causing the decrease of production and plated area of pepper in Babel are fluctuation of pepper price, infestation of plant diseases, uncontrolled exploitation of tin mining, and expansion of other estate crops. If the factors are not able be controlled carefully, it may result in muntok white pepper, the trademark of Babel, be eliminated over the time or neglected. Hence, a number of alternative solutions such as zoning of main crops growing, diversification of crop production, and strengthening of capital and institutional supports may be established to minimize the decreases of black pepper areas in Babel.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAPI LOKAL PESISIR SUMATERA BARAT Rahmi Wahyuni; R. A. Dewi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 37, No 2 (2018): Desember, 2018
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.807 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v37n2.2018.p49-58

Abstract

The few last decades the growth of Pesisir Cattle has stagnated due to the decline in the genetic quality. The an proper of culturing management was respected as the main problem in the developing Pesisir Cattle, with the result that the demand elasticity was not comparable with growth. The interoduction of approviate management and technology based on the local resource was considered capable to improve the Pesisir Cattle productivity. This research is try to examine the approvible technology based to local resource to support the development of Pesisir Local Cattle at west Sumatera. The several management and technology innovation can be appled to improve the culturing management, namely: (1) reproductive management by applying artificial Insemination marriage system and use the of superior male; (2) Feed technology through the use of derived process technology such as palm leaf silage depend on local resouces and development of leguminous plants cultivation that it rich in protein; (3) Technology innovation of group cage management such as Grati to breeding as well as to fattening of catle; (4) Integrated farming system according to local culture; (5) Applying of sustainable production system, in which farmers are motivated to work on two forms of livestock business namely fattening and breeding as well; (6) Developing a livestock breeding business system to accelerate the changing pattern of maintenance from an extensive system to an intensive system.Keywords: Technology, Pesisir cattle, West Sumatera AbstrakDalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan sapi pesisir di Sumatera Barat mengalami stagnasi akibat menurunnya kualitas genetik ternak. Manajemen pemeliharaan yang kurang baik merupakan masalah utama dalam pengembangan sapi pesisir sehingga elastisitas permintaan tidak sebanding dengan pertumbuhan. Introduksi manajemen dan teknologi tepat guna berbasis sumber daya lokal dinilai mampu meningkatkan produktivitas sapi pesisir. Tulisan ini membahas teknologi tepat guna berbasis sumber daya lokal mendukung pengembangan sapi lokal pesisir Sumatera Barat. Inovasi manajemen dan teknologi yang dapat diterapkan untuk memperbaiki pola pemeliharaan sapi pesisir antara lain: (1) manajemen reproduksi dengan mengaplikasikan teknologi inseminasi buatan (IB) dan penggunaan pejantan unggul; (2) teknologi pakan dengan memanfaatkan limbah tanaman seperti silase pelepah daun sawit, bergantung pada sumber daya lokal dan pengembangan tanaman leguminosa yang kaya protein; (3) inovasi teknologi dan manajemen pengelolaan kandang kelompok seperti “Kandang Kelompok Grati”, baik untuk tujuan pembibitan maupun penggemukan ternak; (4) pertanian terpadu sesuai dengan budaya setempat; (5) sistem produksi berkelanjutan, dalam hal ini peternak dimotivasi untuk mengembangkan dua bentuk usaha ternak sekaligus, yakni penggemukan dan pembibitan; (6) pemeliharaan ternak dengan sistem gaduhan untuk percepatan perubahan pola pemeliharaan dari ekstensif ke intensif.Kata kunci: Teknologi, sapi pesisir, Sumatera Barat.
PELUANG PENGEMBANGAN BIOGAS DI SENTRA SAPI PERAH Meksy Dianawati; Siti Lia Mulijanti
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 34, No 3 (2015): September 2015
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.488 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v34n3.2015.p125-134

Abstract

Kotoran sapi perah yang tidak diolah dengan benar dapatmencemari lingkungan serta memengaruhi produksi dan kualitassusu. Limbah peternakan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumberenergi alternatif untuk mensubstitusi kebutuhan energi fosil yangsemakin meningkat dan ketersediaannya makin terbatas. Biogasmerupakan sumber energi terbarukan yang dihasilkan dari prosespengolahan limbah pertanian maupun peternakan. Makalah inimengulas alternatif pemanfaatan kotoran sapi perah sebagai biogas.Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas memberikan banyakmanfaat, yakni sebagai sumber energi alternatif, pupuk organikpadat maupun cair, dan pakan ternak, serta dapat memperbaikisanitasi lingkungan. Oleh karena itu, pembuatan biogas perludimasyarakatkan terutama di sentra sapi perah. Biogas lebih murahdibandingkan sumber energi lain sehingga peternak lebih baikberinvestasi membangun digester secara swadaya dibandingkanmembeli gas elpiji. Pemerintah dapat memberikan subsidi digesterkepada peternak sapi perah untuk mengurangi ketergantungan padaelpiji. Perbaikan teknologi biogas, integrasi sistem biogas denganproduksi pupuk organik, serta sosialisasi dan bimbingan teknisproduksi dan pemanfaatan biogas dapat memperluas pengembanganbiogas di masyarakat. Peminjaman kredit lunak dari pemerintahmaupun swasta juga dapat mendorong pengembangan biogas.
Penggunaan Varietas unggul Tahan Hama dan Penyakit Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional Syahri .; Renny Utami Somantri
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.357 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v35n1.2016.p25-36

Abstract

Varietas unggul memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan produksi padi. Sumbangan penggunaan varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional mencapai 56%, sementara interaksi antara air irigasi, varietas unggul, dan pemupukan terhadap laju kenaikan produksi padi memberikan kontribusi hingga 75%. Penggunaan varietas unggul juga berkontribusi terhadap penurunan penggunaan pestisida. Namun, penggunaan varietas unggul di tingkat petani masih rendah. Beberapa faktor yang menghambat pengembangan varietas unggul ialah anggapan bahwa keunggulan varietas baru tidak sebanding dengan varietas yang ada, industri benih belum berminat mengembangkan varietas unggul, dan terbatasnya benih sumber untuk perbanyakan benih secara komersial. Tingkat komersialisasi varietas unggul dipengaruhi oleh produktivitas, kesesuaian mutu produk dengan selera konsumen, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta harga jual. Untuk mendukung percepatan adopsi varietas unggul padi, perlu kebijakan dalam bentuk peraturan daerah peningkatan produksi padi, jaminan sumber permodalan, penyediaan input terutama benih sumber, jaminan pemasaran dan harga jual gabah, kemitraan yang harmonis antarpemangku kepentingan, penguatan yang menarik hubungan dengan sumber informasi teknologi dan pasar output, reformasi, reorientasi dan revitalisasi kelembagaan petani, penguatan kelembagaan penyuluhan, serta pendekatan kepada tokohmasyarakat.
POTENSI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DI LAHAN GAMBUT Titiek Purbiati
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 3 (2012): September 2012
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.245 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v31n3.2012.p%p

Abstract

Penyebaran lahan gambut di Kalimantan Barat mencapai 4,61 jutaha. Sekitar 40% di antaranya berupa gambut tipis yang sudahmelapuk dan cukup subur sehingga sesuai untuk budi daya tanamansayuran. Petani setempat memanfaatkan lahan tersebut untuk usahatani sayuran, seperti sawi, kangkung, bayam, cabai, dan tomat.Bawang merah belum banyak diusahakan sehingga kebutuhanbawang merah di wilayah tersebut seluruhnya dipenuhi dari provinsilain. Uji multilokasi varietas bawang merah yang dilakukan di lahangambut dan lahan kering Kalimantan Barat memberikan hasil yangmemuaskan. Hasil bawang merah yang ditanam di lahan gambutberkisar antara 11−12 t/ha umbi kering, sedangkan yang diusahakandi lahan kering antara 6−8 t/ha umbi kering. Varietas yang cocokdikembangkan di lahan gambut ialah Sumenep, Moujung, dan BaliKaret, sedangkan yang sesuai untuk lahan kering ialah Sumenepdan Moujung. Varietas tersebut memiliki produktivitas cukup tinggidan tahan terhadap penyakit bercak ungu yang disebabkan olehAlternaria porii. Pengembangan bawang merah melalui introduksivarietas sesuai dengan agroekosistem serta adopsi teknologi budidaya yang tepat diharapkan dapat memenuhi 50% kebutuhanbawang merah di Kalimantan Barat. Upaya ini pada akhirnya akanmeningkatkan pendapatan petani sayuran di lahan gambut.
PROSPEK PEMANFAATAN TEPUNG JAGUNG UNTUK KUE KERING (COOKIES) Suarni Suarni
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 28, No 2 (2009): Juni 2009
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.245 KB) | DOI: 10.21082/jp3.v28n2.2009.p63 - 71

Abstract

Prospect of maize flour for cookiesCookies is one of the favorite snacks consumed by community. The average consumption of dry cake in the big city and village in Indonesia is 0.40 kg/capita/year. Cookies processing do not need volume development as wet cake and bread, but the cookies have to be crispy, imperishable to water, hard and unbroken easily. This relates with the physiochemical characteristic and functional of maize flour. Maize flour has hard texture, relatively low gluten content (< 1%) with amylograph features processing the cold viscosity (240620 BU). This papers described the results of research relating with the nutrition content, functional characteristic, and the construction of dry cake from maize flour. The cookies made from maize flour have good nutrition quality and adequate processing feature, substitution towards the wheat flour until the level 5080% with the receiving level of highly preference (organoleptic). Supported by the recipe of dry cake that popular in the recent time were using the corn based material for example corn flake, coco chip, corn crispy. This indicated the opportunity of utilizing maize flour corn powder that has already received by the modern community who processing the high prospect to be developed.

Page 3 of 23 | Total Record : 221