cover
Contact Name
Titik Respati
Contact Email
jiks.unisba@gmail.com
Phone
081312135687
Journal Mail Official
jiks.unisba@gmail.com
Editorial Address
Jalan Hariangbanga No. 2, Tamansari, Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
ISSN : "_"     EISSN : 26568438     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) adalah jurnal yang memublikasikan artikel ilmiah kedokteran dan kesehatan yang terbit setiap 6 (enam) bulan. Artikel berupa penelitian asli, laporan kasus, studi kasus, dan kajian pustaka yang perlu disebarluaskan dan ditulis dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) ini merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) selain Global Medical & Health Communication yang telah bereputasi nasional dan internasional.
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains" : 14 Documents clear
Scoping review: Identifikasi Kandungan Minyak Atsiri pada Beberapa Jenis Tumbuhan yang Berpotensi sebagai Repelan terhadap Nyamuk Salsabila, Isyana; Lestari, Sepiyani Ayu; Nihan, Yumareta Anggun; Windari, Welly; Oktavianti, Alfina
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v6i2.13754

Abstract

AbstrakNyamuk adalah vektor yang membawa berbagai patogen penyebab penyakit seperti malaria, demam kuning, dan demam berdarah. Penyebaran penyakit demam berdarah dengue juga terjadi secara luas. Oleh karena itu, pengembangan penolak nyamuk yang efektif sangat penting. Salah satu alternatif yang digunakan adalah minyak atsiri dari berbagai jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas antinyamuk. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi kandungan minyak atsiri pada berbagai jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pengusir nyamuk. Penelitian ini menggunakan metode scoping review terhadap artikel ilmiah yang dipublikasikan antara tahun 2019–2024 berasal dari penelusuran data base Google Scholar dan Pubmed dengan kata kunci ”kandungan minyak atsiri penolak nyamuk”, ”aktivitas repelan minyak atsiri”, ”repellent essential oil” dan ”repellent mosquito essential oil”. PICOS pada penelitian ini, yaitu Population (populasi yang berpotensi dan terinfeksi penyakit demam berdarah dengue), Intervention (penggunaan repelan minyak atsiri dari tumbuhan yang memiliki aktivitas pengusir nyamuk), Comparation (pemberian kontrol repelan sintetik DEET), Outcome (minyak atsiri dari berbagai jenis tumbuhan dengan aktivitas penolak nyamuk dapat memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk tanpa menimbulkan reaksi alergi), dan Study (eksperimental murni laboratorium). Hasil scoping review diperoleh 7 jurnal terpilih, menunjukkan bahwa tanaman Illicium verum, Moringa oleifera L., Mentha arvensis L., Eucalyptus globulus, Syzygium aromaticum, Carpesium abrotanoides, Perilla frutescens (L.) Britt, dan Leucas stachydiformis (Hochst.ex Benth.) memiliki kandungan minyak atsiri yang bersifat sebagai penolak nyamuk dengan konstituen senyawa seperti 1,8-cineol, linalool, mentol, caryophyllene, dan 2-heksanoylfuran. Penelitian ini memberikan informasi penting untuk mengembangkan penolak nyamuk alami yang efektif sebagai alternatif pengganti repelan sintetik.Scoping Review: Identification of Essential Oil Content in Several Types of Plants that are Potentially Repellent Against MosquitoesAbstractMosquitoes are vectors that carry various pathogens that cause diseases such as malaria, yellow fever, and dengue fever. The spread of dengue-hemorrhagic fever is also widespread. Therefore, the development of effective mosquito repellents is essential. One alternative is essential oils from various plants that have anti-mosquito activity. This research aims to identify the essential oil content of various types of plants that have the potential to act as mosquito repellents. This research uses a scoping review method on scientific articles published between 2019 and 2024 originating from Google Scholar and Pubmed database searches with the keywords "mosquito repellent essential oil content," "essential oil repellent activity," "repellent essential oil" and "repellent essential oil." PICOS in this study is population (potential population infected with dengue hemorrhagic fever), Intervention (use of essential oil repellants from plants that have mosquito repellent activity), Comparison (administration of DEET synthetic repellent control), Outcome (essential oils from various types of plants with mosquito repellent activity can provide protection against mosquito bites without causing allergic reactions), and study (purely laboratory experimental). The results of the scoping review obtained from 7 selected journals showed that the plants Illicium verum, Moringa oleifera L., Mentha arvensis L., Eucalyptus globulus, Syzygium aromaticum, Carpesium abrotanoides, Perilla frutescens (L.) Britt and Leucas stachydiformis (Hochst. ex Benth.) contain essential oils that act as mosquito repellents with compound constituents such as 1,8-cineol, linalool, menthol, caryophyllene, and 2-hexanoylfuran. This research provides essential information for developing effective natural mosquito repellents as an alternative to synthetic repellants.
Formulasi dan Evaluasi Sediaan Cleansing Stick dengan Kombinasi Sodium Cocoyl Isethionate dan Cocamidopropyl Betaine sebagai Surfaktan Anggraini, Shafira Intan; Sholih, Mally Ghinan; Zahra, Aliya Azkia
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v6i2.13713

Abstract

AbstrakKulit wajah adalah salah satu organ tubuh yang terlihat pertama kali ketika timbul permasalahan pada kulit, seperti wajah kusam. Wajah kusam biasanya disebabkan oleh pengaruh radiasi sinar matahari dan polusi udara sehingga diperlukan perawatan kulit, salah satunya menggunakan sabun pembersih wajah. Kulit wajah memiliki pH yang sedikit asam sehingga penggunaan produk yang bersifat basa, salah satunya sabun akan menimbulkan efek negatif pada kulit wajah. Synthetic detergents (syndets) merupakan pembersih bebas sabun yang tidak melibatkan penggunaan basa kuat sehingga pH produk yang dihasilkan mendekati pH kulit. Metode penelitian yang digunakan adalah eskperimental laboratorium dengan memformulasikan sediaan cleansing stick yang dilakukan di Laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang pada bulan November 2023–Februari 2024. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengevaluasi sediaan pembersih wajah menggunakan kombinasi surfaktan sodium cocoyl isethionate dan cocamidopropyl betaine dalam bentuk stick. Hasil evaluasi sediaan memenuhi persyaratan pada uji organoleptis, homogenitas, tinggi busa, dan stabilitas busa. Sediaan cleansing stick yang dihasilkan memiliki nilai pH yang sesuai dengan rentang pH kulit wajah, yaitu 5,16–5,43. Efektivitas daya pembersihan pada semua formulasi sediaan cleansing stick memenuhi persyaratan, dengan F1 memiliki efek pembersihan terbaik (66%). Pengujian keamanan menunjukkan hasil bahwa sediaan cleansing stick tidak menimbulkan reaksi iritasi pada kulit sehingga aman untuk digunakan. Dengan demikian, sediaan cleansing stick dapat menjadi alternatif yang aman dan efektif sebagai perawatan kulit wajah.Formulation and Evaluation of Cleansing Stick With a Combination of Sodium Cocoyl Isethionate and Cocamidopropyl Betaine as SurfactantsAbstractThe facial skin is one of the first visible organs of the body when problems arise on the skin, such as a dull face. The cause of a dull face is usually the influence of sun radiation and air pollution, which necessitates using skin care products, such as facial cleansing soap. The pH of facial skin is slightly acidic, which means using alkaline products, such as soap, will negatively affect facial skin. Synthetic detergents (synsets) are soap-free cleansers that do not contain strong bases, resulting in a pH similar to the skins. This research aims to formulate a facial cleansing product using a combination of sodium cocoyl isethionate and cocamidopropyl betaine surfactants in stick form. The evaluation results met the organoleptic test requirements, including homogeneity, foam height, and foam stability. The pH value of the cleansing stick preparation was found to be within the pH range of facial skin, which is 5.16 to 5.43. The effectiveness of cleaning power in all cleansing stick formulations met the requirements, with F1 having the best cleaning effect (66%). The safety test demonstrated that the cleansing stick did not elicit any irritation reactions on the skin, thereby confirming its safety for use. Hence, the cleansing stick formulation can be a safe and effective alternative for facial skincare.
Efektivitas Pengobatan Pasien Melasma dengan Modalitas Kombinasi (Penggunaan Tabir Surya, Obat Topikal, Obat Sistemik, Peeling, Laser, dan Skin Booster): Laporan Kasus Andarini, Mia Yasmina; Yuwita, Wulan; Harsono, Rosalin Naomi; Virdiono, Primedhia; Reginata, Gabriela
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v6i2.13687

Abstract

AbstrakTata laksana melasma masih merupakan tantangan karena sering terjadi rekurensi setelah penghentian pengobatan. Prinsip dasar pengobatan melasma adalah dengan supresi aktivitas melanosit melalui penggunaan tabir surya. Supresi sintesis melanin dilakukan melalui penggunaan obat berbahan depigmentasi. Peeling kimiawi dilakukan untuk mengurangi produksi melanin. Penggunaan laser dapat membantu memecah granul melanin. Skin booster dapat mencegah proses solar elastosis karena aktivitas metaloproteinase dihambat. Dilaporkan tiga kasus melasma tipe campuran. Pada ketiga kasus ini pengobatan melasma dilakukan melalui penggunaan tabir surya, kombinasi bahan depigmentasi (hidrokuinon 4% dan tretinoin 0,025–0,1%) secara bertahap, traneksamid oral 2x250 mg, laser Yellow 577-nm Diode, dan peeling kimiawi asam glikolat 35%, serta non-cross linked asam hialuronat skin booster sebagai terapi lanjutan. Sementara itu, pada pasien melasma yang tidak menunjukkan gejala klinis eritema dan teleangiektasia diberikan pengobatan kombinasi yang sama, tetapi dengan penggunaan laser QS NdYAG. Simpulan, pengobatan melasma menggunakan modalitas kombinasi dengan penggunaan tabir surya, bahan depigmentasi, traneksamid oral, laser, peeling kimiawi, dan skin booster diketahui efektif dan tidak ada tanda rekurensi berdasarkan penurunan skor MASI setelah dua tahun pengamatan.The Effectiveness of Treatment for Melasma Patients with Combination Modalities (Using Sun Protection, Topical, Systemic Medication, Peeling, Laser, and Skin Booster): A Case ReportAbstractThe management of melasma continues to be challenging due to frequent relapses following discontinuation of the medication. The basic principles of treating melasma include the suppression of the activity of melanocytes by applying sunscreen. Depigmenting agents are used to suppress melanin synthesis. Chemical peeling can decrease melanin production, whereas laser treatment scatters melanin granules. Skin boosters protect against solar elastosis, which can reduce metalloproteinase activity. Reports indicated three cases of mixed-type melasma. In these three cases, we treated melasma using sun protection, a combination of depigmentation (4% hydroquinone and 0.025–0.1% tretinoin) gradually, 2x250 mg oral tranexamic, a 577-nm yellow light diode laser, and chemical peeling glycolic acid (35%), as well as non-cross-linked hyaluronic acid as a maintenance therapy. A patient with clinical symptoms of melasma, who does not exhibit erythema and telangiectasia, receives the same combination therapy but uses QS NdYAG laser. In conclusion, the treatment of melasma using combination modalities with sun protection, depigmentation ingredients, oral tranexamic, laser, chemical peeling, and skin booster is effective, and there is no sign of recurrence based on the reduction of the MASI score after two years of observations.
Scoping Review: Status Periodontal pada Pasien yang Menderita Gangguan Makan Khaerani, Naufis Puteri; Astuti, Luki
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v6i2.13455

Abstract

AbstrakGangguan makan ditandai dengan perilaku makan yang tidak normal atau masalah dengan pengendalian berat badan. Pasien dengan gangguan makan cenderung memiliki kebersihan mulut buruk yang dapat menyebabkan akumulasi plak dan kalkulus sehingga dapat menyebabkan penyakit periodontal. Hal ini dapat memengaruhi status periodontal penderita gangguan makan. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran literatur mengenai status periodontal pada pasien dengan gangguan makan. Jenis penelitian ini adalah scoping review, sampel berasal dari jurnal nasional dan internasional yang berkaitan dengan status periodontal pada pasien gangguan makan. Penelitian dilakukan menggunakan diagram PRISMA pada basis data PubMed, Unbound MEDLINE, dan Wiley. Jumlah artikel yang didapat sebanyak 345 artikel. Hasil skrining pada artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 5 artikel. Artikel yang termasuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 248 artikel. Kriteria PCC dalam penelitian ini adalah Population (individu dengan gangguan makan), Concept (gambaran status periodontal pada penderita gangguan makan), dan Context (status periodontal pada penderita gangguan makan dilihat dari parameter klinis, yaitu perdarahan gingiva, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan). Hasil terdapat lima artikel yang sesuai dan digunakan dalam penelitian ini. Tiga artikel melaporkan skor status periodontal yang lebih tinggi, sedangkan satu studi menemukan skor status periodontal yang lebih rendah, dan satu studi tidak menemukan perbedaan yang signifikan. Simpulan penelitian ini adalah pasien gangguan makan cenderung memiliki status periodontal yang lebih buruk dibanding dengan individu yang sehat serta dapat dipengaruhi oleh kebersihan mulut yang buruk dan kurang efisien dalam hal praktik kebersihan mulut.Periodontal Status in Patients with Eating DisordersAbstractEating disorders are characterized by abnormal eating behavior or problems with weight control. Patients with eating disorders tend to have poor oral hygiene, which can lead to plaque and calculus accumulation, thus leading to periodontal disease. It can affect the periodontal status of patients with eating disorders. The purpose of this study was to determine the literature overview regarding periodontal status in patients with eating disorders. This type of research is a scoping review; the sample comes from national and international journals related to periodontal status in patients with eating disorders. The study used the PRISMA diagram on the PubMed, Unbound MEDLINE, and Wiley databases. The number of articles obtained was 345 articles. The screening results for articles included with the inclusion criteria were five. Articles included in the exclusion criteria were 248 articles. PCC criteria in this study are population (individuals with eating disorders), Concept (description of periodontal status in people with eating disorders), and Context (periodontal status in people with eating disorders seen from clinical parameters, namely gingival bleeding, pocket depth, and attachment loss). Results showed five articles were suitable for use in this study. Three articles reported higher periodontal status scores, one study found lower periodontal status scores, and one found no significant difference. This study concludes that eating disorder patients tend to have worse periodontal status compared to healthy individuals, which may be influenced by poor oral hygiene and less efficient oral hygiene practices.

Page 2 of 2 | Total Record : 14