cover
Contact Name
Agni Susanti
Contact Email
agniesusanti2204@gmail.com
Phone
+6287722631615
Journal Mail Official
obstetrianestesi@gmail.com
Editorial Address
Department of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta Jl.Jl. Kesehatan No.1, Senolowo, Sinduadi, Yogyakarta
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia
ISSN : -     EISSN : 2615370X     DOI : https://doi.org/10.47507/obstetri.v3i2
Core Subject : Health, Science,
We accept manuscripts in the form of Original Articles, Case Reports, Literature Reviews, both from clinical or biomolecular fields, as well as letters to editors in regards to Obstetric Anesthesia and Critical Care. Manuscripts that are considered for publication are complete manuscripts that have not been published in other national journals. Manuscripts that have been published in the proceedings of the scientific meeting can still be accepted provided they have written permission from the organizing committee. This journal is published every 6 months with 8-10 articles (March, September) by Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC).
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 6 No 3 (2023): November" : 8 Documents clear
Manajemen Anestesi Pasien Pascainfeksi Polio yang Menjalani Operasi Seksio Sesarea Silaban, Herman Mangasi; Ahmad, Muh. Ramli
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.118

Abstract

Individu yang bertahan dari poliomielitis paralitik dapat mengalami postpolio syndrome (PPS). Tiga serangkai gejala klasik PPS meliputi kelemahan progresif, kelelahan, dan atrofi otot. Case report ini melaporkan manajemen anestesi pada pasien gravida dengan PPS yang direncanakan dilakukan operasi seksio sesarea (SC) dengan teknik anestesi epidural. Pasien perempuan 38 tahun dikonsulkan oleh Departemen Obstetri dan Ginekologi dengan G2P0A1 usia kehamilan (UK) 39 minggu 3 hari, belum inpartu dengan riwayat penyakit polio sejak usia 3 tahun dengan keluhan saat ini tungkai bawah sebelah kanan lumpuh dan ukuran lebih kecil dibandingkan tungkai bawah sebelah kiri. Pasien direncanakan untuk menjalani SC dengan teknik anestesi epidural. Tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan durante dan pasca-SC dalam batas normal. Dalam berbagai literatur, anestesi regional selalu menjadi pilihan utama untuk pasien PPS dibandingkan dengan anestesi umum. Periode praoperasi adalah periode yang paling penting pada pasien pascainfeksi polio. Anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah langkah prosedur yang sangat vital. Sindrom pascapolio dapat menyebabkan kelemahan otot (termasuk disfagia dan refluks), nyeri sendi, intoleransi suhu dingin, gangguan menelan, tidur, dan pernapasan. Masing-masing pilihan anestesi tetap memiliki keuntungan dan kerugian sesuai dengan karakteristik pasien dan kontraindikasi jenis anestesi. Diperlukan pertimbangan dan pemahaman yang baik sebelum menentukan pilihan demi keamanan dan kenyamanan pasien.
Update Procedure-Specific Postoperative Pain Management (PROSPECT) pada Seksio Sesarea dengan Konsep ERACS Ahmad, Muh. Ramli; Harahap, Muh. Wirawan
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.128

Abstract

Konsep penggunaan Enhanced Recovery After Caesarean Section (ERACS) pada seksio sesarea (SC) semakin berkembang sehingga pentingnya analgesia postoperatif untuk memastikan pemulihan optimal serta prognosis yang baik terkait fungsi dan komplikasi. Data terbaru menunjukkan bahwa penatalaksanaan nyeri yang buruk serta pengalaman nyeri yang “tidak menyenangkan” dihubungkan komplikasi postoperatif, termasuk nyeri pasca SC dapat mempengaruhi pemulihan pascaoperasi dan kepuasan pasien serta keberhasilan menyusui dan ikatan ibu-anak. Selain itu, terapi nyeri akut suboptimal dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri postoperatif kronik. Teknik baru telah dikembangkan untuk mengatasi nyeri setelah operasi SC, seperti blok quadratus lumborum, anestesi lokal lepas lambat, dan pendekatan nonfarmakologis. Selain itu, dalam dekade terakhir, perhatian telah bergeser untuk mengurangi penggunaan opioid dan menerapkan protokol untuk pemulihan yang lebih baik setelah operasi SC. Oleh karena itu, dibutuhkan tinjauan sistematis terbaru tentang intervensi analgesik untuk manajemen nyeri setelah operasi SC elektif dilakukan dengan menggunakan anestesi neuraksial. Selain itu, dianggap perlu untuk menilai kembali rekomendasi untuk menyelaraskannya dengan pendekatan Procedure-Speciific Pain Management (PROSPECT) yang diperbarui yang mempertimbangkan relevansi klinis dan efektivitas klinis saat ini dengan menyeimbangkan invasi dari intervensi analgesik dan tingkat nyeri setelah operasi SC, serta menyeimbangkan efikasi dan efek samping.
Manajemen Anestesi pada Pasien dengan Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP Parsial, Gangguan Ginjal Kronis dalam Dialisis dan Riwayat Edema Paru Akut Carolina BBS, Alvina; Permata Sari, Desy; Indah Septica, Rafidya
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.132

Abstract

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab dari kematian maternal, selain perdarahan dan infeksi. Manajemen anestesi preoperatif, intraoperatif dan postoperatif yang tepat diperlukan untuk mengurangi angka mortalitas pascaoperasi seksio sesarea pada pasien preeklampsia berat dengan sindrom HELLP parsial. Pada kasus ini, seorang wanita berusia 29 tahun, G2P0A1, pada usia kehamilan 30 minggu, didiagnosa dengan preeklampsia berat, sindrom HELLP parsial, gangguan ginjal kronis dalam dialisis, serta riwayat edema paru akut. Pasien direncanakan untuk menjalani operasi seksio sesarea dengan anestesi spinal. Anestesi spinal diberikan dengan bupivakain spinal 0,5% hiperbarik 10 mg, fentanil 25 mcg dan morfin 0,1mg. Hemodinamik pasien saat operasi cenderung stabil. Blok Transversus Abdominis Plane (TAP), dengan 20 mL bupivakain 0,25% pada kedua sisi abdomen, diberikan sebagai strategi analgesi pascabedah. Manajemen preoperatif, intraoperatif, dan postoperatif pada pasien pre- eklampsia berat penting dalam melakukan terminasi kehamilan. Optimalisasi kondisi pasien dapat menurunkan kemungkinan mortalitas. Anestesi regional spinal direkomendasikan untuk pasien dengan preeklampsia dan strategi blok TAP dapat menjadi opsi untuk menangani nyeri postoperatif.
Manajemen Anestesi Seksio Sesarea pada Ibu Hamil dengan Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP) Hartono, Pinter; Rahardjo, Sri
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.134

Abstract

Acute fatty liver of pregnancy (AFLP) merupakan kegawatan obstetrik yang fatal akibat kegagalan hati yang ditandai dengan akumulasi lemak mikrovaskuler dalam hepatosit. Diagonis ditegakkan berdasarkan kriteria Swansea. Gejala umum yang terjadi pada AFLP berupa disfungsi hati yang berat dan cepat, disseminnated intravascular coagulopathy, hipoglikemia dan ensefalopati. Wanita 24 tahun, G1P0A0 31 minggu dengan AFLP dan hipoglikemia. Gejala muntah muntah empat hari, penurunan kesadaran tiga hari. Klinis apatis, sklera ikterik, dan anemia. Hasil laboratorium menunjukkan fungsi hati abnormal dan kadar glukosa darah rendah. Pemeriksaan ultrasonografi dan kardiotokografi menunjukkan stres janin. Pasien ASA III menjalani operasi seksio mendesak di bawah anestesi umum. Penatalaksanaan AFLP bersifat suportif. Pemilihan teknik anestesi perlu dipertimbangkan ada tidaknya koagulopati serta komplikasi lainya. Pada pasien ini dipilih menggunakan general anesthesia karena terdapat koagulopati dan penurunan kesadaran. Pascaoperasi pasien dirawat di ICU dilakukan terapi suportif berupa norepinefrin, dextrose, fresh frozen plasma/FFP, Continous Renal Replacement Therapy/CRRT, lactulosa, vitamin K, albumin untuk komplikasi yang terjadi. Pasien meninggal di hari perawatan ke-7. Kegagalan hati pada AFLP dan pengobatan yang didapat pasien dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik. Pada pasien ditemukan asidosis metabolik, peningkatan laktat dan hipoglikemia refracter. Terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy /RRT) mungkin diperlukan, pada pasien ini telah dikerjakan CRRT, namun hasil yang didapat tidak begitu memuaskan.
Karakteristik dan Luaran Wanita Hamil dengan Covid-19 yang Menjalani Seksio Sesarea Daneswara, Andika; Bisri, Dewi Yulianti; Halimi, Radian Ahmad
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.137

Abstract

Latar Belakang: Wanita hamil menjadi kelompok yang sangat rentan terpengaruh oleh COVID-19. Namun, karakteristik klinis pada ibu hamil dengan COVID-19 belum diketahui secara pasti. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan luaran wanita hamil dengan COVID-19 yang melakukan persalinan seksio sesarea di RSUP Dr. Hasan Sadikin. Subjek dan Metode: Penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode retrospektif pada wanita hamil dengan COVID-19 yang menjalani seksio sesarea di ruang operasi isolasi COVID-19 di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Januari 2020 – Januari 2022. Variabel yang diteliti adalah usia, status paritas, komorbiditas, derajat keparahan COVID-19, teknik anestesi, luaran, dan penyebab kematian ibu. Data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dianalisis dengan SPSS versi 25.0. Hasil: Didapatkan 132 sampel penelitian. Sebagian besar ibu hamil dengan COVID-19 yang menjalani seksio sesarea berusia <35 tahun (68,9%) dan dengan status paritas multipara (75,8%). Mayoritas ibu hamil tidak memiliki komorbid (68,9%) dengan komorbid terbanyak merupakan preeklampsia (28,7%). Teknik anestesi yang banyak digunakan adalah teknik anestesi spinal (87,9%). Gambaran COVID-19 pada penelitian ini mayoritas merupakan derajat ringan (90,9%) dengan luaran yang baik dengan tingkat mortalitas rendah (3%). Penyebab kematian berupa gagal napas e.c COVID-19 derajat kritis, damage control e.c plasenta previa
Anestesi Epidural pada Pasien dengan Sindrom Eisenmenger yang Menjalani Seksio Sesarea Ramadhani, Tito Ramadhani; Purwoko, Purwoko; Kuntoadi, Danang
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.144

Abstract

Perubahan pada sistem kardiovaskuler yang terjadi selama kehamilan yaitu peningkatan volume intravaskuler dan perubahan hematologi, peningkatan cardiac output, penurunan resistensi vaskuler, dan adanya supine hypotension syndrome (SHS) akibat aortocaval syndrome. Sindrom Eisenmenger merupakan kondisi patofisiologik kompleks yang meliputi: sianosis klinis, shunting pada ruang jantung (atrial septal defect/ASD, ventricular septal defect/VSD atau aorticopulmonalanomaly) dan hipertensi pulmonal akibat elevasi irreversibel dari PVR. Peningkatan progresif dalam volume plasma menambah beban ventrikel kanan sehingga mempresipitasi terjadinya gagal jantung kanan, asidosis dan hiperkarbia yang dapat meningkatkan PVR. Peningkatan cardiac output dan aliran darah pulmonal akibat kehamilan menyebabkan hipertensi pulmonal memberat. Kebutuhan oksigen pada kehamilan meningkat, hal ini dapat mengancam terjadinya hipoksemia yang berefek pada maternal dan fetal. Manajemen anestesi pada Sindrom Eisenmenger seringkali menemui kesulitan. Salah satu aspek penting adalah menjaga keseimbangan antara tekanan systemic vascular resistance (SVR) dan PVR dan menghindari perubahan hemodinamik yang dapat memperburuk hipoksemia melalui peningkatan shunt kanan ke kiri. Anestesia umum dapat mengeksaserbasi shunt kanan ke kiri dan memperburuk sianosis melalui beberapa mekanisme. Anestesia regional dan epidural direkomendasikan penggunaannya pada Sindrom Eisenmenger. Perubahan hemodinamik dan respirasi biasanya minimal dengan anestesia epidural yang dimanajemen dengan baik. Tujuan monitoring perioperatif, intraoperatif dan postoperatif adalah untuk mendeteksi secara dini perubahan mendadak pada hemodinamik sehingga dapat diberikan penanganan segera untuk mencegah komplikasi pada Sindrom Eisenmenger
Blok Saraf Perifer sebagai Salah Satu Suplemen Analgesia Pascaseksio Sesarea Ekuarianto, Donny; Fajar Apsari, Ratih Kumala
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.148

Abstract

Persalinan melalui seksio sesarea menjadi salah satu prosedur operasi kebidanan yang paling umum dilakukan. Meningkatnya angka persalinan secara seksio sesarea, tentu juga meningkatkan terjadinya angka nyeri akut pascaoperasi yang menyertai. Nyeri pascaseksio sesarea menempati urutan kesembilan dari 179 prosedur pembedahan, dengan intensitas nyeri sedang hingga berat. Multimodal analgesia menjadi salah satu strategi penatalaksaan pelayanan nyeri akut pascaoperasi seksio sesarea, dengan tujuan mengurangi penggunaan opioid serta memberikan analgesia tambahan secara sinergis. Selain penggunaan opioid dan teknik neuraksial, jenis anestesi regional lainnya yang banyak digunakan sebagai suplemen analgesia tambahan pascaoperasi obstetri atau ginekologi yaitu blok syaraf perifer. Beberapa teknik untuk blok saraf perifer sebagai analgesia pascaoperasi seksio sesarea seperti, blok paravertebral, transversus abdominis plane, quadratus lumborum, iliohypogastric dan ilioinguinal, erector spinae, dan blok infiltrasi luka makin familiar dilakukan dengan adanya panduan ultrasonografi. Peripheral Nerve Block as an Analgesia Supplement Post-Cesarean Section AbstractDelivery by cesarean section is one of the most commonly performed obstetric surgical procedures. As the number of cesarean deliveries increases, the incidence of acute postoperative pain also increases. Multimodal analgesia is one of the strategies for acute pain management after cesarean section and aims to reduce opioid consumption and synergistically provide additional analgesia. In addition to the use of opioids and neuraxial techniques, various types of regional anesthesia, which are often used as an adjunct to analgesics in obstetric or gynecological procedures, include various peripheral nerve block techniques in the abdominal area. Keyword : Caesarean section, analgesia supplement, peripheral nerve block
Perbandingan Anestesi Spinal Bupivakain Low Dose dan Conventional Dose dalam Mencapai Adekuasi Blok Sensorik untuk Prosedur Seksio Sesarea: Penelitian Noninferioritas Acak Tersamar Tunggal Ikhwandi, Arif; Fajar Apsari, Ratih Kumala; Rahardjo, Sri
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.150

Abstract

Latar belakang: Anestesi spinal merupakan teknik pilihan untuk seksio sesarea. Penggunaan bupivakain dosis rendah kombinasi opioid diharapkan dapat mengurangi terjadinya hipotensi pascaanestesi spinal, meningkatkan mobilisasi dini, pelepasan kateter urin dini. Besarnya dosis bupivakain yang adekuat masih menjadi perdebatanTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan adekuasi blok sensorik anestesi spinal bupivakain dosis konvensional dan dosis rendah pada prosedur seksio sesarea elektif.Subjek dan Metode: Penelitian non-inferioritas acak tersamar tunggal dilakukan di dua institusi terhadap 56 pasien seksio sesarea elektif yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok LDFM mendapatkan bupivakain dosis rendah (6,5mg) kombinasi dua opioid (fentanil 25mcg dan morfin 80mcg) dan kelompok CDF menggunakan bupivakain dosis konvensional (10 mg) kombinasi fentanil (25mcg). Blok sensorik dinilai adekuat jika pasien tidak diperlukan analgetik tambahan intraoperatif dalam 90 menit pascaobat anestesi spinal diinjeksikanHasil: Sebanyak 3 pasien pasien memerlukan analgetik tambahan intraoperatif (2 pasien CDF dan 1 pasien LDFM). Tingkat keberhasilan blok adekuat tercapai pada 96,4% dalam kelompok LDFM dan 92,6% dalam kelompok CDF, dengan perbedaan proporsi sebesar 3,8% (95% CI -8,3% hingga 15,9%). Hasil ini memenuhi kriteria noninferioritas.Simpulan: Bupivakain hiperbarik low dose kombinasi dengan dua opioid mampu memberikan blok sensorik intraoperatif adekuat non inferior terhadap bupivakain hiperbarik conventional dose kombinasi

Page 1 of 1 | Total Record : 8