Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Update Procedure-Specific Postoperative Pain Management (PROSPECT) pada Seksio Sesarea dengan Konsep ERACS Ahmad, Muh. Ramli; Harahap, Muh. Wirawan
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 3 (2023): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i3.128

Abstract

Konsep penggunaan Enhanced Recovery After Caesarean Section (ERACS) pada seksio sesarea (SC) semakin berkembang sehingga pentingnya analgesia postoperatif untuk memastikan pemulihan optimal serta prognosis yang baik terkait fungsi dan komplikasi. Data terbaru menunjukkan bahwa penatalaksanaan nyeri yang buruk serta pengalaman nyeri yang “tidak menyenangkan” dihubungkan komplikasi postoperatif, termasuk nyeri pasca SC dapat mempengaruhi pemulihan pascaoperasi dan kepuasan pasien serta keberhasilan menyusui dan ikatan ibu-anak. Selain itu, terapi nyeri akut suboptimal dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri postoperatif kronik. Teknik baru telah dikembangkan untuk mengatasi nyeri setelah operasi SC, seperti blok quadratus lumborum, anestesi lokal lepas lambat, dan pendekatan nonfarmakologis. Selain itu, dalam dekade terakhir, perhatian telah bergeser untuk mengurangi penggunaan opioid dan menerapkan protokol untuk pemulihan yang lebih baik setelah operasi SC. Oleh karena itu, dibutuhkan tinjauan sistematis terbaru tentang intervensi analgesik untuk manajemen nyeri setelah operasi SC elektif dilakukan dengan menggunakan anestesi neuraksial. Selain itu, dianggap perlu untuk menilai kembali rekomendasi untuk menyelaraskannya dengan pendekatan Procedure-Speciific Pain Management (PROSPECT) yang diperbarui yang mempertimbangkan relevansi klinis dan efektivitas klinis saat ini dengan menyeimbangkan invasi dari intervensi analgesik dan tingkat nyeri setelah operasi SC, serta menyeimbangkan efikasi dan efek samping.
Efektivitas Premedikasi Ibuprofen IV terhadap Skala Nyeri dan Efek Samping Pasca Bedah Tumor Mammae Rahadatul Aisy, Andi Ariqah; Dwimartyono, Fendy; Maharani, Ratih Natasha; Harahap, Muh. Wirawan; Fadhillah Khalid, Nur
UMI Medical Journal Vol 9 No 1 (2024): UMI Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/umj.v9i1.273

Abstract

Latar belakang: Tumor mammae adalah adanya pertumbuhan massa atau benjolan yang terjadi pada jaringan payudara. Salah satu penanganan dari tumor mammae adalah operasi pengangkatan tumor yang menimbulkan nyeri pasca bedah. Preemptive analgesia adalah pengobatan yang melindungi sistem nosiseptik untuk mengurangi rasa sakit pasca bedah dan mencegah berkembangnya rasa nyeri kronis. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pemberian premedikasi Ibuprofen 400 mg dan 800 mg Intravena terhadap skala nyeri dan efek samping pasca bedah eksisi tumor mammae. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Pengkajian dibahas mengaplikasikan berdesaian eksperimental melalui berpendekatan saintifik. Hasil: Berdasarkan hasil pengkajian Dari total 32 sampel ditemukan hasil perbedaan yang signifikan dari p* <0,05 ), dan tidak ditemukan perbedaan signifikan dari efek samping kedua kelompok (p* >0,05). Kesimpulan: Ibuprofen 800 mg IV lebih efektif dalam menurunkan skala nyeri paca bedah eksisi tumor mammae dan tidak ditemukan perbedaan signifikan pada efek samping kedua kelompok.
Karakterisitk Penggunaan Analgesik Pada Pasien Pasca Bedah Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2023-2024 Idaroyani, Idaroyani; Tanra, Andi Husni; Harahap, Muh. Wirawan; Dwimartyono, Fendy; Hasbi, Berry Erida
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 3 (2025): Volume 12 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i3.18928

Abstract

Nyeri pasca bedah kanker payudara merupakan masalah umum yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, diperlukan manajemen nyeri yang optimal melalui penggunaan analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik penggunaan analgesik pada pasien pasca bedah kanker payudara di RS Ibnu Sina Makassar. Penelitian ini adalah deskriptif observasional menggunakan data sekunder dari rekam medis periode Oktober 2023–Oktober 2024, dengan 134 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pasien adalah perempuan, dengan kelompok usia terbanyak 46–55 tahun (39,6%). Jenis anestesi yang paling banyak digunakan selama operasi adalah anestesi umum (77,6%).  jenis Analgesik ketorolac menjadi yang paling banyak digunakan yaitu (31,5%), dengan dosis 30 mg setiap 8 jam selama 2 hari. penggunaan analgesic lebih sering diberikan secara intravena (58,6%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien pasca bedah kanker payudara didominasi kelompok usia 46–55 tahun, perempuan, dan menerima terapi analgesik berupa ketorolac 30 mg setiap 8 jam selama 2 hari secara intravena. 
Fluktuasi Gula Darah Pasien Pasca Bedah dengan Adjuvan Anestesi Ketamin di Rumah Sakit Ibnu Sina Ichsan, Muh. Nur; Sommeng, Faisal; Karim, Abdul Mubdi Ardiansar Arifuddin; Dwimartyono, Fendy; Harahap, Muh. Wirawan
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol. 7 No. 2 (2025): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v7i2.9116

Abstract

Anestesi merupakan tindakan medis yang bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan memastikan kenyamanan pasien. Tindakan bedah mampu menghasilakn mediator radang dan merangsang sistem saraf simpatik sehingga pada pasien dapat terjadi peningkatan kadar gula darah akibat terjadinya peningkatan hormon kontraregulator. Diduga, ketamin pada dosis rendah dapat menstabilkan fluktuasi gula darah pada pasien sedangkan pada dosis tinggi dapat meniimbulkan kondisi hiperglikemi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adjuvan anestesi ketamin terhadap fluktuasi gula darah pada pasien pasca bedah dengan general anestesi di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental dengan metode cross sectional pada pasien yang menjalani tindakan pembedahan menggunakan adjuvan anestesi ketamin. Pada penelitian ini memiliki 44 sampel dengan 22 sampel yang menggunakan adjuvan ketamin dan 22 sampel tanpa adjuvan sebagai kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gula darah pada kelompok perlakuan lebih stabil dibandingkan dengan kelompok kontrol dapat dilihat dari waktu pengampilan gula darah sewajtu pada saat Durante-Pre Operasi (98.86 ± 19.68 : 95.09 ± 20.90vs124.95 ± 50.28 : 113.13 ± 49.27dengan nilai P=0.205 vs P<0.001) dan Post-Durante Operasi (107.36 ± 22.95 : 98.86 ± 19.68vs136.90 ± 37.88 : 124.95 ± 50.28 dengan nilai P=0.022 vs P=0.001). Penggunaan adjuvan ketamin dapat mencegah kenaikan gula darah durante operatif
Circumcision from a Medical and Islamic Perspective Maeta, Muhammad Yunus; Harahap, Muh. Wirawan; Masdipa, Andi; Mappaware, Nasrudin Andi; Royani, Ida
Journal La Medihealtico Vol. 6 No. 4 (2025): Journal La Medihealtico
Publisher : Newinera Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37899/journallamedihealtico.v6i4.2331

Abstract

Circumcision is a surgical procedure that involves the removal of the foreskin (prepuce) covering the glans penis. This procedure is typically performed to eliminate smegma, which results from the accumulation of fluids in the foreskin area, causing unpleasant odor and increasing the risk of infection. In Islam, circumcision is a religious practice exemplified since the time of Prophet Ibrahim (Abraham), peace be upon him. This literature review discusses circumcision from both a medical and Islamic perspective. The findings indicate that circumcision is performed based on medical indications such as phimosis, paraphimosis, and balanitis, both as a treatment and as a preventive measure against recurrence. Additionally, circumcision has been linked to a reduced risk of urinary tract infections (UTIs) and HIV transmission. In Islamic terminology, circumcision is referred to as khitan. It is strongly grounded in Islamic jurisprudence and is regarded as a significant practice for Muslim males. Circumcision is effective in reducing the incidence of phimosis, paraphimosis, balanitis, as well as the risks of UTIs and HIV transmission. In Islam, khitan is considered part of human nature (fitrah) and is deemed obligatory (wājib) by some schools of thought, while others regard it as a highly recommended (sunnah muakkadah) practice.
Post Mastectomy Pain Syndrome (PMPS) Incident Profile at Ibnu Sina Hospital Makassar in May–August 2024 Djibran, Moh. Rizqullah; Dwimartyono, Fendy; Syahruddin, Febie Irsandy; Hasbi, Berry Erida; Harahap, Muh. Wirawan
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 11 No. 4 (2025)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/htj.v11i4.1767

Abstract

Background: Post-Mastectomy Pain Syndrome (PMPS) is a chronic neuropathic pain lasting over three months after mastectomy, often affecting the chest, axilla, or arm, yet data on its prevalence in Eastern Indonesia remain scarce. Objective: To describe the characteristics and impact of PMPS among post-mastectomy patients at Ibnu Sina Hospital. Methods: A descriptive observational study was conducted involving 30 post-mastectomy patients diagnosed with PMPS, using univariate analysis with SPSS 25.0 to assess pain characteristics and quality-of-life effects, with neuropathic pain defined as a score >/ 4 on the Neuropathic Pain Scale. Results: The majority of patients (76.7%) experienced chronic pain localized mainly to the anterior chest and axilla, often radiating to the upper arm. About 70.0% reported significant interference with daily activities, sleep disturbance, and psychological distress, while 60.0% experienced pain exacerbation during shoulder movement. Neuropathic characteristics such as burning and tingling sensations were frequently reported, with moderate to severe pain intensity noted in over half of the participants. These findings indicate that PMPS substantially compromises patients’ physical function and emotional well-being during postoperative recovery. Conclusion: PMPS prevalence is high and markedly affects quality of life, necessitating early screening and multidisciplinary pain management in post-mastectomy care.
Hubungan Respon Inflamasi terhadap Komplikasi Kemoterapi pada Pasien Ca Mammae yang Menjalani Serial Kemoterapi di RS Ibnu Sina YW UMI: The Relationship Between Inflammatory Response and Chemotherapy Complications in Breast Cancer Patients Undergoing Serial Chemotherapy at Ibnu Sina Hospital, YW UMI Triananda, Dhini Cesaria; Sommeng, Faisal; Mulyadi, Farah Ekawati; Juhamran, Reeny Purnamasari; Harahap, Muh. Wirawan
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 7 No. 6 (2025): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v7i6.2568

Abstract

Breast cancer is a malignant disease in which abnormal breast cells grow out of control and form tumors, with the main treatments being surgery, chemotherapy, or radiotherapy. Chemotherapy is a definite treatment option for breast cancer patients, but the treatment is still not very specific, so it can cause damage to normal tissue, especially to cells that can divide rapidly. The cytotoxic effects of chemotherapy agents activate danger signals and increase inflammatory mediators, resulting in clinical complications. Inflammation is mediated by cytokines, which under normal conditions play a role in fighting infection and repairing damaged tissue. However, chemotherapy can cause cytokine dysregulation, which has a detrimental effect on body tissue with additional complications that are not caused by the cancer itself. This study was conducted to determine the relationship between the inflammatory response and complications from chemotherapy in breast cancer patients undergoing serial chemotherapy at Ibnu Sina YW UMI Hospital, by analyzing the relationship between the Systemic Inflammation Index (SII) and various clinical complications from the effects of chemotherapy. The study design used analytical observation with total sampling technique. The research subjects were patients undergoing the third cycle of chemotherapy, 56.6% of whom were over 50 years old with a low SII distribution (73.3%) and high SII (26.7%) patients. The results showed mild pain in 86.7% and no pain in 13.3% (p=0.195), nausea and vomiting (p=0.918), and leukocytosis (p=0.046). It was concluded that an increase in the Systemic Inflammation Index correlates with an increase in leukocyte levels. Keywords:          Inflammatory, chemotherapy complications, breast cancer.   Abstrak Kanker payudara adalah penyakit keganasan dimana sel - sel payudara abnormal tumbuh diluar kendali dan membentuk tumor dengan terapi utama pembedahan, kemoterapi atau radioterapi. Kemoterapi merupakan pilihan perawatan yang pasti dijalani bagi penderita Ca Mammae tetapi pengobatannya masih kurang spesifik sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan normal khusunya pada sel tubuh yang dapat membelah dengan cepat. Efek sitotoksik agen kemoterapi akan mengaktifkan sinyal bahaya dan meningkatkan mediator-mediator inflamasi yang mengakibatkan munculnya komplikasi klinis. Inflamasi dimediasi oleh sitokin, pada kondisi normal sitokin berperan dalam melawan infeksi dan memperbaiki jaringan yang rusak. Namun, kemoterapi dapat menyebabkan disregulasi sitokin yang berdampak buruk bagi jaringan tubuh dengan komplikasi tambahan yang bukan disebabkan dari kanker itu sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan respon inflamasi terhadap komplikasi dari kemoterapi pada pasien Ca Mammae yang menjalani serial kemoterapi di Rumah Sakit Ibnu Sina YW UMI, dengan menganalisis hubungan antara Systemic Inflammation Index (SII) dengan berbagai komplikasi klinis dari efek kemoterapi. Desain penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan teknik total sampling. Subjek penelitian adalah pasien kemoterapi siklus ke-3, 56,6% berusia di atas 50 tahun dengan distribusi SII rendah (73,3%),dan SII tinggi (26,7%) pasien. Hasil penelitian memperlihatkan nyeri ringan 86,7%, dan tidak nyeri 13,3% (p=0,195), mual dan muntah (p=0,918), dan leukositosis (p=0,046). Disimpulkan peningkatan Systemic Inflammation Index berkorelasi dengan peningkatan kadar leukosit. Kata Kunci:         Inflamasi, komplikasi kemoterapi, Ca Mammae