cover
Contact Name
Agni Susanti
Contact Email
agniesusanti2204@gmail.com
Phone
+6287722631615
Journal Mail Official
obstetrianestesi@gmail.com
Editorial Address
Department of Anesthesiology and Intensive Care Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta Jl.Jl. Kesehatan No.1, Senolowo, Sinduadi, Yogyakarta
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia
ISSN : -     EISSN : 2615370X     DOI : https://doi.org/10.47507/obstetri.v3i2
Core Subject : Health, Science,
We accept manuscripts in the form of Original Articles, Case Reports, Literature Reviews, both from clinical or biomolecular fields, as well as letters to editors in regards to Obstetric Anesthesia and Critical Care. Manuscripts that are considered for publication are complete manuscripts that have not been published in other national journals. Manuscripts that have been published in the proceedings of the scientific meeting can still be accepted provided they have written permission from the organizing committee. This journal is published every 6 months with 8-10 articles (March, September) by Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC).
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 7 No 2 (2024): Juli" : 8 Documents clear
Peran Lactate Dehydrogenase (LDH) terhadap Prognosis Pasien Preeklampsia/Eklampsia Rahmadi, Diaz; Miarta, Andi; Mafiana, Rose
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.121

Abstract

Preeklampsia adalah onset hipertensi yang baru terdeteksi pada usia kehamilan ≥20 minggu pada minimal 2 pemeriksaan dengan jarak 4 jam, disertai dengan proteinuria atau kondisi penyulit lainnya (trombositopenia, gangguan fungsi hati, edema paru, gangguan ginjal, sakit kepala). Eklampsia adalah manifestasi kejang dari hipertensi dalam kehamilan. Preeklamsia dan eklampsia mempersulit 6–8% dari semua kehamilan dan menyebabkan berbagai komplikasi ibu dan janin. Lactate dehydrogenase (LDH) adalah enzim sitoplasma intraseluler yang dominan dari glikolisis anaerobik, dilepaskan ke sirkulasi umum selama apoptosis sel. Gen LDH A adalah gen yang diinduksi hipoksia yang ditandai dengan peningkatan/penurunan regulasi HIF-1 alfa yang tidak efektif. Dengan demikian, LDH dapat menjadi penanda utama iskemia, kerusakan jaringan yang berhubungan dengan disfungsi endotel dan keparahan preeklamsia. Preeklamsia menyebabkan gangguan multisistem dan kematian sel, semakin tinggi kematian seluler maka LDH akan semakin meningkat, maka terjadi peningkatan kadar laktat dalam darah. Peningkatan LDH mengindikasikan adanya kerusakan dan disfungsi sel, sehingga LDH dapat digunakan sebagai biomarker yang dapat mendiagnosis keparahan suatu penyakit, komplikasi, dan kondisi janin. Kadar LDH serum paska persalinan merupakan pemeriksaan yang relatif mudah dilakukan, sehingga dapat dijadikan salah satu dasar penentuan prognosis pasien preeklampsia/eklampsia.
Manajemen Anestesi pada Gravida Skoliosis dengan Tetralogy of Fallot yang dilakukan Seksio Sesarea Utomo, Jeffri Prasetyo; isngadi, Isngadi; Hartono, Ruddi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.151

Abstract

Insiden penyakit jantung pada kehamilan terjadi sekitar 0,2–3% dari seluruh kehamilan. Tetralogy of Fallot merupakan salah satu dari penyakit jantung sianotik dan diperkirakan terjadi sebesar 5% dari seluruh kelainan jantung bawaan pada kehamilan. Manajemen anestesi pada pasien operasi noncardiac dengan tetralogy of fallot merupakan tantangan bagi seorang anestesiolog dan memerlukan pemahaman pada patofisiologi, kejadian dan efek obat-obatan yang dapat memperberat besarnya shunting dari kanan ke kiri. Pada kasus ini, wanita berusia 19 tahun, G1P1000Ab000 usia kehamilan 32–34 minggu dipersiapkan seksio sesarea elektif akibat penyakit jantung bawaan tetralogy of fallot yang belum dikoreksi dan dextroskoliosis. Untuk mengurangi resiko pada operasi dan pembiusan dilakukan tindakan anestesi combined spinal epidural dengan regimen spinal bupivacaine heavy 0,5% 7,5 mg dengan adjuvant morfin 0,15 mg dan fentanyl 25 mcg dengan lama operasi 1 jam 30 menit. Dilahirkan bayi laki laki berat lahir 1200 gram, dengan skor Apgar 6/8. Pascaoperasi diberikan epidural ropivacaine 0,1 % total volume 8 cc dengan adjuvant fentanyl 50 mcg setiap 8 jam untuk mengurangi nyeri pascaoperasi. Pascaoperasi dirawat di ruang ICU dan tidak ada komplikasi. Anestesi regional low dose spinal terbukti aman untuk pasien gravida dengan tetralogy of fallot. Pemberian analgesia dengan epidural terbukti aman dan dapat digunakan untuk analgetik pascaoperasi pada pasien seksio sesarea dengan tetralogy of fallot
Kesenjangan Manajemen Anestesi pada Seksio Sesarea dengan Placenta Akreta di RS Dr. Saiful Anwar Malang: Sebuah Pembelajaran Prima, Dian; Isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.152

Abstract

Plasenta akreta (plasenta yang melekat secara abnormal) adalah salah satu dari dua penyebab perdarahan peripartum yang paling umum dengan jumlah perdarahan yang banyak, sehingga menjadi penyebab untuk dilakukan histerektomi peripartum. Perdarahan saat persalinan dengan seksio sesarea pada maternal dengan plasenta akreta di RS Dr Saiful Anwar Malang rata-rata adalah: 3000–4000cc lebih banyak daripada maternal bukan plasenta akreta. Keadaan tersebut sering menjadi penyebab perubahan manajemen anestesi; yang semula direncanakan dengan regional anestesi harus dikonversi ke anestesi umum, begitu juga tatalaksana pembedahannya sering mengalami perubahan dan harus konsul disiplin ilmu lain durante operasi. Oleh karena itu, maternal dengan plasenta akreta yang telah terdiagnosis perlu pendekatan multidisiplin agar luaran pasca persalinan menjadi lebih baik. Akan tetapi sering terjadi kesenjangan manajemen anestesi pada pasien plasenta akreta yang dilakukan seksio sesarea. Kasus: wanita berusia 35 tahun dengan plasenta akreta, berat badan 73 kg, G3P2A0, menjalani seksio sesarea elektif. Anestesi Combined Spinal Epidural (CSE) dilakukan dan setelah bayi lahir, pasien mengalami perdarahan aktif 5000–15.000cc dalam waktu 30 menit pertama. Manajemen anestesi dirubah ke anestesi umum dan histerektomi dilakukan. Selama operasi, ditemukan plasenta yang mengalami infiltrasi hingga vena iliaka. Pasien akhirnya dinyatakan meninggal dunia akibat perdarahan masif selama operasi. Mayoritas pasien dengan plasenta akreta dilakukan histerektomi. Karena USG tidak dapat menegakkan diagnosis secara pasti, diagnosis hanya dapat ditentukan selama pembedahan. Dalam kasus ini, sulitnya diagnosis dan adanya komplikasi anatomis membuat pembedahan menjadi sulit dan akhirnya menyebabkan kematian pada pasien
Efek Vitamin B1, B6, dan B12 terhadap Intensitas Nyeri, Kadar Interleukin 6 (IL-6), dan Interleukin 10 (IL-10) Pasca Seksio Sesarea Mahmud, Agung Suryadi; Ramli Ahmad, Muhammad; Ambo Ala Husain, Alamsyah; Husni Tanra, Andi; Ratnawati, Ratnawati; Wijaya Tan, Charles
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.180

Abstract

ABSTRAK: Latar Belakang: Nyeri pembedahan menjadi permasalahan yang dijumpai pada wanita pasca seksio sesarea/ Sectio Caesarea (SC). Manajemen nyeri pascabedah yang tidak optimal dapat meningkatkan morbiditas. Salah satu penanganan untuk nyeri akut pascabedah adalah penggunaan vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin ini memiliki efek pada nyeri dan inflamasi. Tujuan: Mengetahui peran vitamin B1, B6, dan B12 terhadap intensitas nyeri, kadar interleukin 6 (IL-6) dan interleukin 10 (IL-10) pada SC. Subjek dan metode: Penelitian menggunakan uji klinis acak tersamar tunggal. Sampel terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok yang diberikan vitamin B1 100 mg, B6 100 mg, dan B12 1000 mcg secara intravena 1 jam sebelum pembedahan. Kelompok kontrol tidak diberikan vitamin B1, B6, dan B12. Sampel masing- masing kelompok 10 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan α<0,05. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada numeric rating scale (NRS) dan kadar IL-6 (p>0,05). Meski demikian, intensitas nyeri dan kadar IL-6 pada semua waktu pengukuran cenderung lebih rendah pada kelompok intervensi. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar IL-10 antara kedua kelompok pada 8 jam pasca SC (p< 0,05). Simpulan: Vitamin B1, B6, dan B12 mampu meningkatkan kadar IL-10
Tatalaksana Anestesi pada Tumor Payudara Kanan cT2N3Mx dan Kiri cT2N1Mx Curiga Ganas pada G4P2A1 Usia Kehamilan 22 Minggu Atmadja, Linda Stefanie; Fajar Apsari, Ratih Kumala
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.182

Abstract

Operasi non obstetrik selama kehamilan merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh ahli anestesi. Operasi non obstetrik dapat diperlukan pada trimester berapapun dalam kehamilan, dimana tantangannya unik karena memperhatikan keselamatan ibu dan bayi. Ketika menangani wanita hamil yang menjalani operasi non obstetrik, dokter anestesi perlu untuk memodifikasi protokol anestesi standar untuk mengakomodasi perubahan fisiologi yang disebabkan oleh kehamilan dan adanya janin. Pada kasus ini, seorang wanita 41tahun,G4P2A1 pada usia kehamilan 22 minggu didiagnosa dengan tumor payudara kanan dan kiri cT2n3Mx dan cT2N1Mx curiga ganas direncanakan pengangkatan tumor payudara dengan anestesi umum. Pasien diinduksi dengan fentanyl 75mcg, sevoflurane 2 vol%, rocuronium 20mg, pemeliharaan anestesi dengan sevoflurane 2 vol %, O2 dan N2O. Intraoperatif hemodinamik pasien stabil. Selain perubahan fisiologi dan anatomi pada ibu, operasi non obstetrik pada kehamilan juga perlu memperhatikan keselamatan janin. Hal ini termasuk risiko teratogenisitas, pemantauan janin selama tindakan dan setelah tindakan. Perlu mendapat perhatian juga pada trimester berapa operasi dilakukan dan adanya risiko obat-obatan yang digunakan dapat melewati plasenta dan dapat berisiko terhadap janin. Selain itu perlu diperhatikan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi sirkulasi uteroplasenta.
Fenilefrin pada Obstetri Anestesi Hayatunnisa, Nurul Ulfah; Uyun, Yusmein; Fajar Apsari, Ratih Kumala
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.183

Abstract

Fenilefrin merupakan obat yang sudah dikenal lama. Saat ini dengan adanya kemajuan pengetahuan, telah ditemukan fungsi lain dari fenilefrin sehingga dokter anestesi, dokter kebidanan kandungan, dan ahli farmakologi dapat berkolaborasi untuk mengoptimalkan hasil pada ibu dan janin. Salah satunya adalah untuk mengatasi hipotensi yang terkait dengan anestesi. Pada anestesi obstetri, sering digunakan anestesi neuraksial. Anestesi neuroaksial tidak hanya mengurangi rasa sakit secara efektif, tetapi juga memungkinkan para ibu untuk tetap sadar dan terlibat dalam saat-saat penting persalinan, baik melalui pervaginam maupun pembedahan. Namun, pelaksanaan anestesi neuroaksial bukan tanpa tantangan, terutama potensi hipotensi, yang merupakan efek samping yang umum terjadi pada prosedur ini. Dalam mengatasi hipotensi yang terkait dengan anestesi, fenilefrin dapat digunakan sebagai intervensi farmakologis. Fenilefrin yang merupakan obat jenis amina simpatomimetik merupakan vasokonstriktor kuat, bekerja dengan menyempitkan pembuluh darah, sehingga menangkal efek vasodilatasi anestesi dan mencegah/mengatasi penurunan tekanan darah yang signifikan. Penggunaan fenilefrin ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan yang tepat, memastikan bahwa manfaat pereda nyeri dan kesadaran ibu tidak terganggu oleh perubahan hemodinamik yang merugikan selama proses persalinan. Akhirnya dapat dinyatakan bahwa fenilefrin bermanfaat untuk digunakan dalam Anestesi Obstetri untuk mencegah hipotensi, menjadi vasokonstriksi, mempertahankan perfusi uteroplasenta dan meminimalkan komplikasi pada ibu dan janin
Pengaruh Vitamin B1, B6 dan B12 terhadap Intensitas Nyeri Pasca Seksio Sesarea Tarang, Felicia; Ahmad, Muhammad Ramli; Datu, Madonna D.; Arif, Syafri Kamsul; Husain, Alamsyah Ambo Ala; Rum, Muhammad
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.185

Abstract

Latar Belakang: Seksio sesarea (SC) digunakan sebagai solusi ketika persalinan normal tidak memungkinkan karena alasan medis tertentu. Beban global pemulihan bedah obstetri mencakup sekitar 140.000.000 kelahiran setiap tahun dengan perkiraan tingkat sesarea global 23%. Salah satu masalah yang harus diatasi dalam pemulihan seksio sesarea adalah masalah nyeri. Bukti baru menunjukkan potensi terapeutik vitamin B1, B6, dan B12 dalam kondisi nyeri yang berbeda. Tujuan: untuk mengetahui efektivitas vitamin B1, B6, dan B12 terhadap intensitas nyeri pada seksio sesarea.Subjek dan Metode: Penelitian dengan desain eksperimental rancangan acak tersamar ganda pada pasien yang dilakukan seksio sesarea di RS Batara Siang Pangkep, bulan Januari hingga Februari 2024. Sebanyak 26 subyek penelitian dibagi rata dalam dua kelompok: kelompok kontrol tidak mendapat suplemen dan kelompok perlakuan mendapatkan vitamin B1 100 mg, vitamin B6 100 mg, vitamin B12 5000 mcg dalam bentuk sediaan ampul (Neurosanbe®) 1 jam sebelum operasi. Pencatatan intensitas nyeri (numerical rating scale = NRS) pada jam ke 2, 4, 8, 12, 24 pasca seksio sesarea, yaitu berupa nyeri diam dan nyeri gerak.Hasil: Puncak intensitas nyeri gerak maupun diam adalah 24 jam pasca seksio sesarea pada kedua kelompok. Terdapat perbedaan signifikan
Anestesi untuk Seksio Sesarea Elektif Pasien dengan Morbid Obesitas, Preeklampsia dan Asma Bronkial Yulianti Bisri, Dewi; Zaka Anwary, Army; Soefviana, Stefi Berlian; Bisri, Tatang
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i2.187

Abstract

Obesitas telah berkembang sebagai faktor risiko utama dan sering sebagai komplikasi pada kehamilan berupa hipertensi, diabetes melitus gestasional, seksio sesarea, dan infeksi pascapersalinan dan pascaoperasi, insiden emboli paru dan perdarahan postpartum primer. Preeklampsia mempengaruhi 2% hingga 8% dari semua kehamilan merupakan gangguan kehamilan spesifik yang mengakibatkan hipertensi dan disfungsi multiorgan dan menetap setelah persalinan serta merupakan penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia. Seorang wanita, 41 tahun, G4P1A2, berat badan 135 kg, tinggi badan 161 cm, BMI 52,1 kg/m2, obese kelas III, bekas seksio sesarea satu kali 15 tahun yang lalu, lingkar leher 51 cm, jarak thyromental lebih dari 3 jari, skor Mallampati 2, wheezing positif pada kedua lapang paru akan dilakukan seksio sesarea karena preeklampsi. Obat-obatan yang dikonsumsi adalah acetylsalicylic acid yang dihentikan 1 hari yang lalu, nifedipin, metildopa, salbutamol spray. Induksi anestesi dengan propofol, pelumpuh otot dengan atracurium, dan rumatan anestesi dengan N2O/O2 sevofluran. Dilahirkan bayi perempuan dengan berat badan 2,2 kg, panjang badan 44 cm, APGAR score 1 menit 6 dan 5 menit 9. Diberikan metilergometrin 0,2 mg intravena dan 0,2 mg intramuskuler dan oksitosin 20 IU dilarutkan dalam 500 mL RL. Linier analog score (LAS score) 6-7-8. Total perdarahan 600 mL. Lama operasi 90 menit. Selesai operasi, ibu bisa diekstubasi.

Page 1 of 1 | Total Record : 8