cover
Contact Name
Dodik Setiawan Nur Heriyanto
Contact Email
dodiksetiawan@uii.ac.id
Phone
+6287738216661
Journal Mail Official
plr.editor@uii.ac.id
Editorial Address
Doctorate Program Faculty of Law Universitas Islam Indonesia Jalan Cik Dik Tiro No. 1, Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Prophetic Law Review
ISSN : 26862379     EISSN : 26863464     DOI : https://dx.doi.org/10.20885
Core Subject : Humanities, Social,
Prophetic Law Review is a law journal published by the Faculty of Law Universitas Islam Indonesia. The primary purpose of this journal is to disseminate research, conceptual analysis, and other writings of scientific nature on legal issues by integrating moral and ethical values. Articles published cover various topics on Islamic law, International law, Constitutional law, Private law, Criminal law, Administrative law, Procedural law, Comparative law, and other law-related issues either in Indonesia or other countries all over the world. This journal is designed to be an international law journal and intended as a forum for a legal scholarship which discusses ideas and insights from law professors, legal scholars, judges, and practitioners.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 1 June 2022" : 6 Documents clear
The Legal Impacts And The Government’S Efforts To Respond To Electronic State Administrative Decisions Following The Enactment Of Law No. 11 Of 2020 On Job Creation Marojahan JS Panjaitan
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1 June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art6

Abstract

Responses to applications for state administrative decisions within a time frame of 10 working days as regulated in Article 53 of the Law No. 30 of 2014, which apparently does not provide legal certainty to applicants. This condition is attributed to the fact that electronic form of applications within the 10 working days will not automatically be granted, unless applicants apply to the State Administrative Court. On that basis, the provisions of Article 53 of the Law No. 30 of 2014 were amended by Law No. 11 of 2020 to guarantee the applicants that their electronic form of application within the time limit of five working days will be granted without going through a judicial process. Thus, this study aims to address two aspects, the legal impacts of the issuance of Electronic State Administrative Decree after the enactment of Law No. 11 of 2020, and the government’s efforts to respond to the issuance of Electronic State Administrative Decree after the enactment of Law No. 11 of 2020. The research was conducted using normative legal research, particularly library sources, and secondary data in the form of primary, secondary, and tertiary legal materials. The study showed that the legal impacts of an electronically submitted application for a state administrative decision according to Article 53 of the Law No.11 of 2020 have the same legal force as a state administrative decision issued directly by a government official. Clearly, the government’s efforts to issue electronic form of application for the State Administrative Decisions by individuals and/or legal entities after the enactment of Law No. 11 of 2020 are carried out to build digital-based governance in all lines of government.Keywords: government actions, decrees, permits. Dampak Hukum Dan Upaya Pemerintah Merespon Keputusan TUN Secara Elektronik Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penciptaan Lapangan Kerja Abstrak Tanggapan atas permohonan keputusan tata usaha negara dalam jangka waktu 10 hari kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang ternyata tidak memberikan kepastian hukum kepada pemohon. Kondisi ini disebabkan karena permohonan formulir elektronik dalam waktu 10 hari kerja tidak otomatis dikabulkan, kecuali pemohon mengajukan permohonan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Atas dasar itu, ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 untuk menjamin pemohon bahwa formulir permohonan elektronik mereka dalam batas waktu lima hari kerja akan diberikan tanpa melalui sebuah proses peradilan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk membahas dua aspek, yaitu dampak hukum dari diterbitkannya TUN secara Elektronik pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020, dan upaya pemerintah dalam merespon terbitnya TUN secara Elektronik pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum normatif, khususnya sumber kepustakaan, dan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak hukum dari Permohonan TUN yang diajukan secara elektronik menurut Pasal 53 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 memiliki kekuatan hukum yang sama dengan keputusan TUN yang dikeluarkan langsung oleh pejabat pemerintah. Jelasnya, upaya pemerintah untuk menerbitkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara secara elektronik oleh orang perseorangan dan/atau badan hukum pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dilakukan untuk membangun pemerintahan berbasis digital di semua lini pemerintahan.Kata kunci: tindakan pemerintah, keputusan, izin.
Problems Of Implementation Of Electronic Land Certificate Arrangements As Debt Guarantee Pakpahan, Kartina; Azharuddin; Leviyanti
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1 June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art4

Abstract

The implementation of land registration and electronic mortgage installation is intended to provide efficiency to rights holders and related agencies in carrying out activities in the land sector. This study aims to determine the positive law regarding the legal certainty of the parties to the electronic land certificate which is used as debt guarantee and the role of the Notary/Official Certifier of Title Deeds in the implementation of the installation of mortgage rights. Using library research, normative juridical methods, analyzing data with a qualitative approach. The Minister of Agrarian and Spatial Planning/Head of the National Land Agency realizes digital-based land registration activities as stipulated in the Regulation of the Minister of Agrarian Affairs and Spatial Planning/Head of the National Land Agency Number 1 of 2021 whose implementation has been postponed. Land-electronic certificates can be used as collateral for debtors' debts by making a deed of granting mortgage which is made and signed before the Land Deed Maker Officer which is then registered at the local National Land Agency Office. The Electronic Mortgage System is implemented as stated in the Regulation of the Minister of Agrarian Affairs and Spatial Planning/Head of the National Land Agency of the Republic of Indonesia Number 9 of 2019, the results of the mortgage certificate are in the form of printed electronic documents.Keywords: electronic land registration, notary/land deed maker officer. Permasalahan Pelaksanaan Pengurusan Sertifikat Tanah Elektronik Sebagai Penjaminan Hutang Abstrak Penyelenggaraan pendaftaran tanah dan pemasangan hipotek elektronik dimaksudkan untuk memberikan efisiensi kepada pemegang hak dan instansi terkait dalam melaksanakan kegiatan di bidang pertanahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hukum positif mengenai kepastian hukum para pihak atas akta tanah elektronik yang dijadikan jaminan utang dan peran Notaris/Pejabat Pemberi Sertifikat Hak Tanggungan dalam pelaksanaan pemasangan hak tanggungan. Menggunakan penelitian kepustakaan, metode yuridis normatif, menganalisis data dengan pendekatan kualitatif. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional merealisasikan kegiatan pendaftaran tanah berbasis digital sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2021 yang pelaksanaannya telah ditunda. Sertifikat tanah-elektronik dapat dijadikan jaminan utang debitur dengan membuat akta pemberian hak tanggungan yang dibuat dan ditandatangani di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian didaftarkan pada Kantor Badan Pertanahan Nasional setempat. Sistem Hak Tanggungan Elektronik dilaksanakan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019, hasil sertifikat Hak Tanggungan berupa elektronik tercetak. dokumen.Kata kunci: pendaftaran tanah elektronik, notaris/petugas pembuat akta tanah.
The Religious Courts’ Authority To Adjudicate Disputes Based On Principal Agreements And Security Agreements Due To Different Choice Of Law Widodo, Sri
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1 June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art5

Abstract

A Sharia Banking Agreement is often secured by the Deed Granting Mortgage. These two agreements are different types and have different burden of proof. However, the existence of Sharia Banking Agreements as principal agreements is not often secured by the choice of law under Deed Granting Mortgage. This research will elevate the position of the legal burden of proof between Sharia Banking Agreements and Deeds of Granting Mortgage along with the legal consequences due to different legal choices between the Sharia Banking Agreement and Deed Granting Mortgage based on a study of Court Decision No.499/Pdt.G/2021/PA YK in the Religious Court of Yogyakarta. This research applied a normative approach with the literature study method based on the court decision and regulation as primary legal materials and used secondary legal materials including books, journals, and other legal works that are related to the topic. From this research obtained that between Sharia Banking Agreement and the Deed Granting Mortgage that secures have different types of agreements and the different burden of proof. Although Deed Granting Mortgage is an additional agreement it must secure the principal agreement which is Sharia Banking Mortgage. Based on Court Decision No.499/Pdt.G/2021/PA YK, whereas the Deed Granting Mortgage regulated on the authority of the District Court in the event of a dispute but because the principal agreement is Sharia Banking Agreement, it has authority from Religious Court to examine and settle disputes.Keywords: authentic deed, choice of law, sharia banking agreement, deed granting mortgage Kewenangan Pengadilan Agama Untuk Menyelesaikan Sengketa Berdasarkan Perjanjian Pokok Dan Perjanjian Jaminan Karena Perbedaan Pilihan Hukum Abstrak Perjanjian Perbankan Syariah sering kali dijamin dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Kedua perjanjian ini berbeda jenis dan memiliki beban pembuktian yang berbeda. Namun, keberadaan Perjanjian Perbankan Syariah sebagai perjanjian pokok sering kali tidak dijamin dengan pilihan hukum berdasarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Penelitian ini akan mengangkat kedudukan beban hukum pembuktian antara Perjanjian Perbankan Syariah dan Akta Pemberian Hak Tanggungan beserta akibat hukumnya karena adanya perbedaan pilihan hukum antara Perjanjian Perbankan Syariah dan Akta Pemberian Hak Tanggungan berdasarkan kajian Putusan Pengadilan No.499 /Pdt.G/2021/PA YK di Pengadilan Agama Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dengan metode studi kepustakaan berdasarkan putusan dan peraturan pengadilan sebagai bahan hukum primer dan menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku, jurnal, dan karya hukum lainnya yang berkaitan dengan topik. Dari penelitian ini diperoleh bahwa antara Perjanjian Perbankan Syariah dan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang menjaminkan memiliki jenis perjanjian yang berbeda dan beban pembuktian yang berbeda. Walaupun Akta Pemberian Hak Tanggungan merupakan suatu perjanjian tambahan namun harus menjamin perjanjian pokok yaitu Hak Tanggungan Perbankan Syariah. Berdasarkan Putusan Pengadilan No.499/Pdt.G/2021/PA YK, bahwa Akta Pemberian Hak Tanggungan diatur menjadi kewenangan Pengadilan Negeri dalam hal terjadi perselisihan tetapi karena pokok perjanjiannya adalah Perjanjian Perbankan Syariah maka mempunyai kewenangan dari Pengadilan Agama untuk memeriksa dan menyelesaikan sengketa.Kata kunci: akta otentik, pilihan hukum, akad perbankan syariah, akta pemberian hak tanggungan
Regulations In Liew Of Statutes In States Of Emergency In Indonesia Ansori, Lutfil
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1 June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art2

Abstract

The enactment of a Government Regulations in Lieu of Laws during states of emergency raises problems. This is evident so in the enactment of Government Regulation in Lieu of Law No. 1 of 2020 which was formed based on an emergency but used the framework of normal legal regime. Such has led to legal uncertainty and is hence vulnerable to abuse. This research was conducted to answer the problems regarding: the application of emergency laws in Indonesia and the government regulations in Lieu of Laws during states of emergency. This paper used normative legal research conducted by means of statutory, case study, and conceptual approaches. The study concludes that there have been some developments in the application of emergency law in Indonesia, since the status of the current public health emergency s is categorized as an emergency that must be responded to by legal regime in a state of emergency. From the aspect of legal regulation, it is apparent that there are various forms of emergency laws in Indonesia, and each of these legal forms has a different impact on the regulation and its legal binding power. However, the diverse arrangements of emergency laws are not supported by the standard concepts of the state of emergency and these arrangements tend to overlap which has caused ambiguity in the arrangement of emergency law in Indonesia. government regulations in lieu of laws that are stipulated the states of emergency bear the status of emergency regulations. Therefore, the issuance of a government regulations in lieu of Las in the state of emergency must comply with the legal principles of the state of emergency. On this basis, the issuance of government regulations in lieu of laws in the state of emergency must firmly determine the period of its validity as a way to ensure that the existence of the government regulations in lieu of laws does not create legal uncertainty.Keywords: government regulations in lieu of laws, state of emergency, emergency law. Peraturan Sebagai Pengganti Statuta Dalam Keadaan Darurat Di Indonesia Abstrak Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang pada saat keadaan darurat menimbulkan permasalahan. Hal ini terlihat dari lahirnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 yang dibentuk berdasarkan keadaan darurat tetapi menggunakan kerangka rezim hukum yang normal. Hal tersebut telah menyebabkan ketidakpastian hukum dan karenanya rentan terhadap penyalahgunaan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan mengenai: penerapan undang-undang darurat di Indonesia dan peraturan pemerintah pengganti undang-undang pada saat keadaan darurat. Tulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif yang dilakukan melalui pendekatan perundang-undangan, studi kasus, dan konseptual. Kajian menyimpulkan bahwa telah terjadi beberapa perkembangan dalam penerapan hukum kedaruratan di Indonesia, karena status kedaruratan kesehatan masyarakat saat ini dikategorikan sebagai kedaruratan yang harus ditanggapi oleh rezim hukum dalam keadaan darurat. Dari aspek pengaturan hukum, terlihat bahwa ada berbagai bentuk hukum darurat di Indonesia, dan masing-masing bentuk hukum tersebut memiliki dampak yang berbeda terhadap pengaturan dan kekuatan mengikat hukumnya. Namun, pengaturan undang-undang darurat yang beragam tidak didukung oleh konsep standar keadaan darurat dan pengaturan ini cenderung tumpang tindih yang menyebabkan ambiguitas dalam pengaturan undang-undang darurat di Indonesia. peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang mengatur keadaan darurat berstatus peraturan darurat. Oleh karena itu, penerbitan peraturan pemerintah pengganti Las dalam keadaan darurat harus sesuai dengan asas-asas hukum keadaan darurat. Atas dasar itu, penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang dalam keadaan darurat harus secara tegas menentukan masa berlakunya sebagai upaya untuk memastikan bahwa keberadaan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tidak menimbulkan ketidakpastian hukum.Kata kunci: peraturan pemerintah pengganti undang-undang, keadaan darurat, hukum darurat.
In Favor Of An Immigration Data Protection Law In Indonesia And Its Utilization For Contact Tracing Jihyun Park; Dodik Setiawan Nur Heriyanto
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1 June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art1

Abstract

Immigration data form a substantial part of the border protection between countries. However, the quality and integrity of each country’s immigration data varies greatly in terms of technology and regulation. A country that has a weak a legal framework on data protection has proven to be easily abused by irresponsible parties. Including when Indonesia tries to carry out tracing by synchronizing the data in the Peduli Lindungi application with immigration data, there will be a potential violation of the privacy rights of individuals. Hence, this study applies a normative and empirical (mix) legal research methodology to analyze two keys issues: what are the advantages of synchronizing the domestic tracing application called Peduli Lindungi to the immigration data? and what kind of legal framework to prevent the misuse of personal data in Indonesia? With regulatory and comparative approaches, this study concludes without powerful legal framework, there will be no legal assurance to the promotion of privacy rights in the synchronization and the use of immigration data for health tracing purposes. From the empirical side, Indonesian’s current policy does not enable monitoring or evaluating authority to scrutinize ministerial activities in collecting and utilizing personal data. Moreover, by considering several problems of data breach in Indonesia, a single and unified data protection law is needed to integrate and provide uniformity of implementation for data protection.Keywords: data protection law, immigration, privacy rights. Mendukung Undang-Undang Perlindungan Data Keimigrasian Di Indonesia Dan Pemanfaatannya Untuk Pelacakan Kontak Abstrak Data imigrasi merupakan bagian penting dari perlindungan perbatasan antar negara. Namun, kualitas dan integritas data keimigrasian masing-masing negara sangat bervariasi dari segi teknologi dan regulasi. Negara yang memiliki kerangka hukum perlindungan data yang lemah terbukti mudah disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Termasuk ketika Indonesia mencoba melakukan tracing dengan menyinkronkan data pada aplikasi Peduli Lindungi dengan data keimigrasian, maka akan berpotensi terjadi pelanggaran terhadap hak privasi individu. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metodologi penelitian hukum normatif dan empiris (campuran) untuk menganalisis dua masalah utama: apa keuntungan dari sinkronisasi aplikasi penelusuran dalam negeri bernama Peduli Lindungi terhadap data keimigrasian? dan apa kerangka hukum untuk mencegah penyalahgunaan data pribadi di Indonesia? Dengan pendekatan regulasi dan komparatif, studi ini menyimpulkan tanpa kerangka hukum yang kuat, tidak akan ada jaminan hukum untuk promosi hak privasi dalam sinkronisasi dan penggunaan data imigrasi untuk tujuan penelusuran kesehatan. Dari sisi empiris, kebijakan Indonesia saat ini tidak memungkinkan kewenangan pemantauan atau evaluasi untuk meneliti kegiatan kementerian dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data pribadi. Selain itu, dengan mempertimbangkan beberapa masalah pelanggaran data di Indonesia, diperlukan undang-undang perlindungan data yang tunggal dan terpadu untuk mengintegrasikan dan memberikan keseragaman implementasi perlindungan data.Kata kunci: undang-undang perlindungan data, keimigrasian, hak privasi.
Establishment Of A General Election Court System In Indonesia Rayendra Erwin Moeslimin Singaruju
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1 June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art3

Abstract

General election disputes in Indonesia frequently cause political and legal issues. Unfortunately, an established dispute resolution institution is not available. This article aims to address this need by addressing the reasons existing legal policy on general election dispute resolution has not succeeded in resolving general election disputes transparently, accountably, and fairly, and the legal policy design and requirements of an ideal general election court for the future. This was a normative legal study using a statutory, case, and conceptual approach. The results of the study showed that the existing legal policy of general election dispute resolution has not been manifested as a strong and stable institution. Two courts, namely the Supreme Court and the Constitutional Court, with different characters and constitutional mandates, alternately have become the forum for resolving general election disputes. The different procedures and decisions between the two courts often negate each other, causing legal uncertainty which ultimately fails to provide justice. In the future, therefore, it is necessary to establish a general election court institution with a special mandate to adjudicate election disputes based on the Election Law to create legal consistency, legal certainty, and fair settlement of election disputes.Keywords: legal policy, elections, dispute resolution, special courts. Pembentukan Sistem Peradilan Pemilihan Umum Di Indonesia Abstrak Sengketa pemilu di Indonesia seringkali menimbulkan masalah politik dan hukum. Sayangnya, lembaga penyelesaian sengketa yang mapan tidak tersedia. Artikel ini bertujuan untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan menjawab alasan kebijakan hukum yang ada tentang penyelesaian sengketa pemilihan umum belum berhasil menyelesaikan sengketa pemilihan umum secara transparan, akuntabel, dan adil, dan desain kebijakan hukum dan persyaratan pengadilan pemilihan umum yang ideal untuk masa depan. . Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang, kasus, dan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hukum penyelesaian sengketa pemilu yang ada belum terwujud sebagai institusi yang kuat dan stabil. Dua pengadilan, yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, dengan karakter dan amanat konstitusi yang berbeda, bergantian menjadi wadah penyelesaian sengketa pemilu. Perbedaan prosedur dan putusan antara kedua pengadilan tersebut seringkali saling meniadakan sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum yang pada akhirnya gagal memberikan keadilan. Oleh karena itu, ke depan perlu dibentuk lembaga peradilan pemilu dengan mandat khusus untuk mengadili sengketa pemilu berdasarkan UU Pemilu untuk menciptakan konsistensi hukum, kepastian hukum, dan penyelesaian sengketa pemilu yang adil.Kata kunci: kebijakan hukum, pemilu, penyelesaian sengketa, pengadilan khusus.

Page 1 of 1 | Total Record : 6