cover
Contact Name
Heppy Yohanes
Contact Email
heppyyohaneslim@gmail.com
Phone
+6287878968652
Journal Mail Official
info@pspindonesia.org
Editorial Address
Perum Puri Bengawan Indah Jl. Karandan Rt.007 Rw.005, Joyontakan, Serengan, Surakarta
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
ISSN : 2797717X     EISSN : 27977676     DOI : https://doi.org/10.54403/rjtpi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia merupakan wadah untuk memublikasi hasil penelitian ilmiah para dosen / peneliti pada bidang Teologi. Fokus dan Scope pada Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia adalah: Sejarah pada Teologi Kajian Teologi Pentakosta Tokoh gereja Liturgi Musik Gereja Misiologi Kepemimpinan Kristen Pastoral Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia is a forum for publishing the scientific of lecturers / researchers in the field of Theology. Focus and scope on Jurnal Pentakosta Indonesia are: History of Theology The Pentacostal Analysis Theology Church Figure Liturgy Church Music Missiology Christian Leadership Pastoral
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA" : 6 Documents clear
Politik Popularitas Menurut Etika Kristen dwi pramonojai, gilrandi aristya
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.68

Abstract

Popularity politics cannot be separated from a democratic political system. Technological advances provide very wide space for political popularity. As a result, Christians often experience difficulties in responding to the political dynamics that occur. This study uses a literature review method with a descriptive qualitative approach. As a result, populist politics is incompatible with Christian ethics if it is not based on integrity. Christian ethics places truth and justice as the basis of ethics, which can result in someone becoming unpopular.Keywords: politics, integrity, ethicsPolitik popularitas tidak dapat dipisahkan dari system politik demokrasi. Kemajuan teknologi memberi ruang yang sangat luas bagi politik popularitas. Akibatnya orang Kristen sering mangalami kebingungan dalam meresponi dinamika politik yang terjadi. Studi ini menggunakan menggunakan metode kajian pustaka dengan pendekatan kualitatif dekriptif. Hasilnya politik popularitas tidak sesuai dengan etika Kristen jika tidak didasari dengan integritas. Etika Kristen menempatkan kebenaran dan keadilan sebagai etika dasar, yang dapat berdampak seseorang menjadi tidak populer.Kata Kunci : politik popularitas, integritas, etika
Membingkai Prinsip Kepemimpinan Kristen Bagi Generasi Milenial : Studi Analisis 1 Timotius 4:12 Nazara, Elfriday Riang Sari; Yermianto, Sumbut; Baskoro, Paulus Kunto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.66

Abstract

Christian leadership has become a crucial aspect in shaping the direction and development of society, including among the millennial generation who have a strategic role in today’s world transformation. That research aims to find Christian leadership principles that are relevant and can be applied specifically to the millennial generation, using 1 Timothy 4:12 as the main foundation. Research using qualitative methods with analysis of the text of the Bible 1 Timothy 4:12 as a frame of reference to explore the principles of Christian leadership. The data is obtained through text analysis, text criticism, and historical context analysis to understand of the research show that 1 Timothy 4:12 provides relevant and valuable leadership principles for the millennial generation. These principles include positive influence through speech, conduct, in love, loyalty and chastity. The principles of millennial generation leaders include five things being able to be role models, havinh a sense responsibililty, daring to take risks, having a sense of belonging and creating good collaboration. This research can be a basis for further research regarding the application of Christian leadership principles in the ever-evoling millennial era. Keywords: Prinsiciples, Christian Leadership, Millenial Generation, 1 Timothy 4:12.Kepemimpinan Kristen telah menjadi aspek krusial dalam membentuk arah dan perkembangan masyarakat, termasuk di kalangan generasi milenial yang memiliki peran strategis dalam transformasi dunia saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen yang relevan dan dapat diaplikasikan secara khusus bagi generasi milenial, dengan menggunakan 1 Timotius 4:12 sebagai landasan utama. Penelitian dengan metode kualitatif dengan studi analisis teks Alkitab 1 Timotius 4:12 sebagai kerangka acuan untuk menggali prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen. Data diperoleh melalui analisis teks, kritik teks, dan analisis konteks historis untuk memahami makna sejati dari ayat tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Timotius 4:12 memberikan prinsip-prinsip kepemimpinan yang relevan dan berharga bagi generasi milenial. Prinsip-prinsip tersebut mencakup pengaruh positif melalui perkataan, tingkah laku, dalam kasih, kesetiaan dan kesucian. Prinsip pemimpin generasi milenial mencakup lima hal mampu menjadi teladan, memiliki rasa tanggung jawab, berani mengambil resiko, mempunyai sense of belonging, dan menciptakan kerjasama yang baik. Penelitian ini dapat menjadi pijakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen dalam era milenial yang terus berkembang. Kata kunci: Prinsip, Kepemimpinan Kristen, Generasi Milenial, 1 Timotius 4:12
Sitz Im Leben dalam 1 Timotius 2:11-12: Latar Belakang Instruksi kepada Wanita untuk tidak Mengajar dan Memerintah Pria Stella, Yunita
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.69

Abstract

The debate regarding the text of 1 Timothy 2:11-12 concerning the role of women in teaching and leadership within the church has become an exceedingly controversial issue. Some have employed this text as a tool to marginalize and oppress women in the church. The purpose of this research is to uncover the Sitz Im Leben that underlies the writing of 1 Timothy 2:11-12 in relation to the instructions given to women not to teach and have authority over men. The method employed is historical analysis, involving the study of the background of the book and its content related to the passage, encompassing various considerations including the meanings of people, places, and events. The results of this research indicate that the presence of the Artemis cult and the "new Roman women" movement provide a backdrop for understanding the attitudes and behaviors of women within the Ephesian congregation. Paul does not universally prohibit all women, across all times and places, from teaching and leading in the congregation, but rather certain women are intended within a specific context.Keywords: Sitz Im Leben, Instruction, WomenPerdebatan mengenai teks 1 Timotius 2:11-12 terkait pelayanan wanita untuk mengajar dan memimpin dalam gereja telah menjadi masalah yang sangat kontroversial. Sebagian orang telah menggunakan teks ini sebagai teks teror untuk meminggirkan dan menindas wanita di gereja. Tujuan penelitian ini adalah menemukan Sitz Im Leben yang melatarbelakangi penulisan 1 Timotius 2:11-12 terkait instruksi yang diberikan kepada wanita untuk tidak mengajar dan memerintah pria. Metode yang digunakan adalah analisis historikal, dengan melakukan penelitian terhadap latar belakang kitab dan isi kitab yang berhubungan dengan nats, melibatkan berbagai perhatian mencakup makna dari orang-orang, tempat-tempat, peristiwa-peristiwa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan kultus Artemis dan gerakan “wanita Romawi baru” memberi latar belakang mengenai sikap dan perilaku wanita dalam jemaat Efesus. Paulus tidak melarang semua wanita di sepanjang waktu dan tempat, untuk mengajar dan memimpin dalam jemaat, melainkan hanya wanita tertentu yang dimaksudkan dalam konteks.Kata kunci: Sitz Im Leben, Instruksi, Wanita
Peran Gembala Sidang dalam Mewujudkan Pendidikan Politik bagi warga Gereja Arifianto, Yonatan Alex
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.63

Abstract

In Christianity which is practiced by believers, its existence cannot be separated from political agendas and practical politics. Because politics is something that aims to build the nation, but sometimes politicians also use various ways beyond reason to seize power. So politics in the church must be separated within the scope of church ministry where the church is a spiritual institution that aims to educate church members to live according to Biblical truths. But politics is also a means for spirituality to educate so that congregation members can understand political paradigms and goals. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded, firstly, the role of the pastor in realizing political education for church members is a priority and important. Second, the pastor of the congregation can facilitate workshops and training in teaching in the political education curriculum, provide political teaching and political enlightenment, and guide his people in Christian life according to the Bible. Third, the Church and the pastoral leadership can also play a role in politics by setting a moral example for their people and defending truth and justice in politics. Because political education aims to increase public awareness of their rights and obligations in the life of the nation and state. Keywords: Pastor; Practical Politics; Political Education, Church citizens. Abstrak: Kekristenan sebagai bagian kehidupan orang percaya memang keberadaannya tidak lepas dari agenda politik dan politik praktis. Sebab politik merupakan sesuatu yang bertujuan membangun bangsa, namun kadang kala para politisi juga melakukan berbagai cara diluar nalar untuk merebut kekuasaan. Maka politik dalam gereja harus dipisahkan dalam ruang lingkup pelayanan gereja dimana gereja adalah lembaga kerohanian yang bertujuan mendidik warga gereja untuk hidup sesuai dengan kebenaran Alkitabiah. Namun politik juga menjadi sarana bagi kerohanian untuk mendidik supaya warga jemaat dapat memahami paradigma dan tujuan politik. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan, pertama peran gembala sidang dalam mewujudkan pendidikan politik bagi warga gereja sangat menjadi prioritas dan penting. Kedua, gembala sidang dapat memfasilitasi workshop maupun pelatihan dalam pengajaran di kurikulum pendidikan politik, memberikan pengajaran politik dan pencerahan politik, serta membimbing umatnya dalam hidup Kristen sesuai dengan Alkitabiah. Ketiga, Gereja dan kepemimpinan gembala sidang juga dapat berperan dalam politik dengan menjadi teladan moral bagi umatnya dan membela kebenaran dan keadilan dalam politik. Sebab pendidikan politik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta membawa kerohanian yang terus dewasa. Kata kunci:Gembala Sidang; Politik Praktis; Pendidikan Politik, warga Gereja
Pemahaman Makna Gereja dan Implikasinya bagi Kepemimpinan Kristen dan Orang Peraya Perangin Angin, Yakub Hendrawan; Yeniretnowati, Tri Astuti
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.62

Abstract

Many Christians still do not understand the meaning of the church properly and correctly, even worse, they do not understand the nature of the church at all, why there is a church in this world, so there are still those who believe that the church has nothing to do with them. This research is intended to provide correct understanding and implications regarding the meaning of the church according to Biblical truth for Christians, Christian leaders and church leaders. The method used in writing this article is a qualitative method with a literature research approach. The results and conclusions of this research show how much it has implications for believers, Christian leaders and church leaders when they correctly and clearly understand that a correct understanding of the meaning of the church is very important as a vision of life and the vision of the church both personally and institutionally so that it is able to proclaim God's shalom. in the world according to God's purpose for creating humans, presenting the church in the world as mandated by God to be real and effective in various aspects of life, as stated in Proverbs 29:18 "If there is no revelation, the people will become wild. Blessed are those who keep the law.”  Keywords: Church, Christian Leadership, Believers, Social Responsibility, Missionary Banyak orang Kristen masih belum memahami makna gereja dengan baik dan benar, bahkan lebih parahnya tidak memahami sama sekali hakikat dari gereja, mengapa ada gereja di dunia ini sehingga masih ada yang berpandangan bahwa gereja tidak ada kaitannya dengan dirinya. Penelitian ini dimaksudkan guna memberikan pemahaman dan implikasi yang benar terkait makna gereja sesuai kebenara Alkitab baik bagi orang Kristen, pemimpin Kristen dan pemimpin gereja. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan riset literatur. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan betapa sangat berimplikasinya bagi orang percaya dan pemimpin Krsiten serta pemimpin gereja ketika dengan benar dan jelas memahami bahwa pemahaman yang benar akan makna gereja sangatlah penting sebagai visi kehidupan dan visi gereja baik secara pribadi maupun lembaga sehingga mampu mewartakan syalom Allah pada dunia sesuai maksud Allah menciptakan manusia, menghadirkan gereja di dunia sesuai yang dimandatkan oleh Allah menjadi nyata dan efektif untuk dilakukan dalam berbagai aspek bidang kehidupan, sebagaimana dinyatakan dalam Amsal 29:18 “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialan orang yang berpegang pada hukum.” Kata kunci: Gereja, Kepemimpinan Kristen, Orang Percaya, Tanggung Jawab Sosial,  Misioner
Tinjauan terhadap Pendekatan Filsafat Ontologis dalam Pembuktian Keberadaan Tuhan secara Logis Tengker, Garry Robert; Yosef, Hery Budi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.65

Abstract

AbstractOne of the questions that is often debated is about the existence of God. In Indonesian culture, a person who was born must have been indoctrinated with the teachings of a particular religion which also includes belief in their respective religion's version of God. Questions about the existence of God can lead someone to negative accusations. Some people will answer that God is in the human heart, so his existence is not to be questioned but must be believed. This kind of argument has many weaknesses. The researcher used a data collection method through qualitative research, while in the data processing method and drawing conclusions, the author used an inductive method, namely a reasoning process that starts from specific circumstances to general circumstances. In proving the existence of God logically, there are at least four arguments, namely the ontological argument which is based on human reason, the cosmological argument which is based on natural phenomena, the teleological argument which is based on goals, and the moral argument which is based on morality. It can be known that everything that is enormous about which we cannot think any bigger is God, so God must exist. Anselm's argument was very influential in the history of thought regarding evidence for the existence of God. He presents evidence that is logical in nature because it starts from the assumption that there is something so great that there is nothing greater and that existence is part of that greatness, so it will automatically exist. Usually, Christian theologians only arrive at ontological arguments to prove the existence of God but rarely carry out reconstructions of it. In this article, the proof of God's existence is explained not only from an ontological aspect, but also a reconstruction of the argument.Keywords: ontology, Anselm; God Existence; logical proof; ontology reconstruction AbstrakSalah satu pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah tentang eksistensi Tuhan. Dalam budaya di Indonesia, seseorang yang lahir pasti sudah didoktrin dengan ajaran agama tertentu yang didalamnya terkandung juga kepercayaan kepada Tuhan versi agamanya masing-masing. Pertanyaan atas keberadaan Tuhan dapat membawa seseorang kepada tuduhan yang negatif. Beberapa orang akan menjawab bahwa Tuhan ada dalam hati manusia, sehingga keberadaannya bukan untuk dipertanyakan tetapi harus diyakini. Argumen seperti ini memiliki banyak sekali kelemahan. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui penelitian kualitatif, sedangkan dalam metode pengolahan data dan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode induktif, yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum. Dalam pembuktian tentang keberadaan Tuhan secara logis, setidaknya ada empat argumen, yaitu argumen ontologis yang berbasis kepada akal manusia, argumen kosmologis yang berbasis kepada fenomena alam, argumen teleologis yang berbasis kepada tujuan, serta argumen moral yang berbasis kepada moralitas. Dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang maha besar yang terhadapnya kita tidak bisa pikirkan lebih besar lagi itu adalah Tuhan, maka Tuhan itu pasti ada. Argumen Anselmus ini sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran mengenai bukti adanya Tuhan. Dia menyajikan suatu bukti yang sifatnya logis karena berangkat dengan pengandaian bahwa ada sesuatu yang maha besar yang tidak ada yang lebih besar lagi dan keberadaan itu adalah bagian dari kebesaran itu maka otomatis dia tentunya akan ada. Biasanya, para teolog Kristen hanya sampai pada argumen ontologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan namun jarang yang melakukan rekonstruksi terhadapnya. Dalam tulisan ini, pembuktian tentang keberadaan Tuhan dijelaskan bukan hanya dari aspek ontologis, tetapi juga rekonstruksi terhadap argumen tersebut.Kata-kata kunci: ontologis; Anselmus; eksistensi Tuhan; pembuktian logis; rekonstruksi ontologis

Page 1 of 1 | Total Record : 6