Tengker, Garry Robert
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tinjauan terhadap Pendekatan Filsafat Ontologis dalam Pembuktian Keberadaan Tuhan secara Logis Tengker, Garry Robert; Yosef, Hery Budi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.65

Abstract

AbstractOne of the questions that is often debated is about the existence of God. In Indonesian culture, a person who was born must have been indoctrinated with the teachings of a particular religion which also includes belief in their respective religion's version of God. Questions about the existence of God can lead someone to negative accusations. Some people will answer that God is in the human heart, so his existence is not to be questioned but must be believed. This kind of argument has many weaknesses. The researcher used a data collection method through qualitative research, while in the data processing method and drawing conclusions, the author used an inductive method, namely a reasoning process that starts from specific circumstances to general circumstances. In proving the existence of God logically, there are at least four arguments, namely the ontological argument which is based on human reason, the cosmological argument which is based on natural phenomena, the teleological argument which is based on goals, and the moral argument which is based on morality. It can be known that everything that is enormous about which we cannot think any bigger is God, so God must exist. Anselm's argument was very influential in the history of thought regarding evidence for the existence of God. He presents evidence that is logical in nature because it starts from the assumption that there is something so great that there is nothing greater and that existence is part of that greatness, so it will automatically exist. Usually, Christian theologians only arrive at ontological arguments to prove the existence of God but rarely carry out reconstructions of it. In this article, the proof of God's existence is explained not only from an ontological aspect, but also a reconstruction of the argument.Keywords: ontology, Anselm; God Existence; logical proof; ontology reconstructionĀ AbstrakSalah satu pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah tentang eksistensi Tuhan. Dalam budaya di Indonesia, seseorang yang lahir pasti sudah didoktrin dengan ajaran agama tertentu yang didalamnya terkandung juga kepercayaan kepada Tuhan versi agamanya masing-masing. Pertanyaan atas keberadaan Tuhan dapat membawa seseorang kepada tuduhan yang negatif. Beberapa orang akan menjawab bahwa Tuhan ada dalam hati manusia, sehingga keberadaannya bukan untuk dipertanyakan tetapi harus diyakini. Argumen seperti ini memiliki banyak sekali kelemahan. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui penelitian kualitatif, sedangkan dalam metode pengolahan data dan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode induktif, yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum. Dalam pembuktian tentang keberadaan Tuhan secara logis, setidaknya ada empat argumen, yaitu argumen ontologis yang berbasis kepada akal manusia, argumen kosmologis yang berbasis kepada fenomena alam, argumen teleologis yang berbasis kepada tujuan, serta argumen moral yang berbasis kepada moralitas. Dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang maha besar yang terhadapnya kita tidak bisa pikirkan lebih besar lagi itu adalah Tuhan, maka Tuhan itu pasti ada. Argumen Anselmus ini sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran mengenai bukti adanya Tuhan. Dia menyajikan suatu bukti yang sifatnya logis karena berangkat dengan pengandaian bahwa ada sesuatu yang maha besar yang tidak ada yang lebih besar lagi dan keberadaan itu adalah bagian dari kebesaran itu maka otomatis dia tentunya akan ada. Biasanya, para teolog Kristen hanya sampai pada argumen ontologis untuk membuktikan keberadaan Tuhan namun jarang yang melakukan rekonstruksi terhadapnya. Dalam tulisan ini, pembuktian tentang keberadaan Tuhan dijelaskan bukan hanya dari aspek ontologis, tetapi juga rekonstruksi terhadap argumen tersebut.Kata-kata kunci: ontologis; Anselmus; eksistensi Tuhan; pembuktian logis; rekonstruksi ontologis
Pertobatan dan Kemurtadan dalam Ibrani 4:4-6: Sebuah Analisis Biblikal Tengker, Garry Robert; Kansil, Dicky
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 3 (2024): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Desember 2024
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i3.96

Abstract

Repentance is a central theme in the Christian faith, and Hebrews 4:4-6 provides a serious warning about the possibility of someone who has experienced enlightenment and salvation to "apostatize" or fall away from their faith. This text reminds us that individuals who have tasted God's grace and goodness may turn away from Him. This research applies an exegetical approach to analyze the linguistic and theological meanings of key terms such as "repentance" and "apostasy." The conclusion of the study indicates that this text invites believers to introspection and encourages them to evaluate their relationship with God, as well as commit to ongoing repentance. Repentance is not just a one-time action; it is a process involving awareness, acknowledgment of sin, and concrete steps toward change, which helps maintain the integrity of faith amid temptations.AbstrakPertobatan adalah tema sentral dalam iman Kristen, dan Ibrani 4:4-6 memberikan peringatan serius tentang kemungkinan seseorang yang telah mengalami pencerahan dan keselamatan untuk "murtad" atau jatuh dari imannya. Teks ini mengingatkan bahwa individu yang telah merasakan anugerah dan kebaikan Allah bisa saja berbalik menjauh dari-Nya. Penelitian ini menerapkan pendekatan eksegetis untuk menganalisis makna linguistik dan teologis dari kata-kata kunci seperti "pertobatan" dan "murtad." Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa teks ini mengajak umat percaya untuk introspeksi dan mengevaluasi hubungan mereka dengan Allah, serta berkomitmen pada pertobatan yang berkelanjutan. Pertobatan bukan hanya tindakan sekali jadi, melainkan proses yang melibatkan kesadaran, pengakuan akan dosa, dan langkah nyata untuk perubahan, yang membantu menjaga integritas iman di tengah godaan.
Tinjauan Sakramentologis terhadap Pemahaman Kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus di Gereja Tiberias Indonesia: Transubstansiasi, Konsubstansiasi, atau Lambang? Tengker, Garry Robert; Yosef, Hery Budi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 3 (2024): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Desember 2024
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i3.95

Abstract

The Holy Communion is a significant sacrament in Christian tradition, with various theological views regarding the meaning of the bread and wine used in the sacrament. Gereja Tiberias Indonesia (GTI), as part of the Pentecostal/Charismatic movement, holds a unique perspective on the Holy Communion. Although it does not strictly follow the views of transubstantiation or consubstantiation, GTI emphasizes the spiritual experience and the power of God in the practice of this sacrament. This study, using a qualitative approach and data gathered through interviews and related literature, analyzes GTI's theological understanding of the Holy Communion, with a focus on its role in healing and union with the body and blood of Christ. The study also examines whether GTI’s practice of the Holy Communion aligns more closely with the concept of transubstantiation or consubstantiation. The findings reveal that although GTI rejects the view of bread and wine as mere symbols, it does not strictly adhere to traditional views of the change in the substance of the bread and wine, instead emphasizing the spiritual presence of Christ accompanying the bread and wine, along with the healing power experienced by the congregation. Therefore, GTI adopts a more dynamic theological approach, not bound by rigid theological categories, but focusing on the experience of faith and the power of God in the lives of believers.AbstrakPerjamuan Kudus adalah sakramen penting dalam tradisi Kristen yang memiliki berbagai pandangan teologis mengenai makna roti dan anggur yang digunakan dalam sakramen tersebut. Gereja Tiberias Indonesia (GTI), sebagai bagian dari aliran Pentakosta/Karismatik, memiliki pandangan yang unik mengenai Perjamuan Kudus. Meskipun tidak secara tegas mengikuti pandangan transubstansi atau konsubstansi, GTI menekankan aspek pengalaman rohani dan kuasa Tuhan dalam pelaksanaan sakramen ini. Dalam penelitian ini, melalui pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dari wawancara serta literatur terkait, dianalisis pemahaman teologis GTI tentang Perjamuan Kudus, dengan fokus pada peranannya dalam penyembuhan dan penyatuan dengan tubuh serta darah Kristus. Penelitian ini juga mengkaji apakah praktik Perjamuan Kudus di GTI lebih mendekati konsep transubstansi atau konsubstansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun GTI menolak pandangan roti dan anggur sebagai lambang, mereka tidak secara tegas mengikuti pandangan tradisional tentang perubahan substansi roti dan anggur, tetapi lebih menekankan kehadiran rohani Kristus yang menyertai roti dan anggur, serta kuasa penyembuhan yang dirasakan oleh jemaat. Oleh karena itu, GTI mengadopsi pendekatan teologi yang lebih dinamis, yang tidak terikat pada kategori teologis yang kaku, tetapi lebih fokus pada pengalaman iman dan kuasa Tuhan dalam kehidupan umat percaya.