cover
Contact Name
Dede Pramayoza
Contact Email
dedepramayoza.riset@gmail.com
Phone
+6289674142100
Journal Mail Official
bercadik@gmail.com
Editorial Address
Program Pasca Sarjana ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan, Padangpanjang, Sumatera Barat, 27128
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
ISSN : 23555149     EISSN : 28073622     DOI : http://dx.doi.org/10.26887/bcdk
Core Subject : Humanities, Art,
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni adalah publikasi ilmiah akses terbuka multidisiplin, yang diterbitkan oleh Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan (LPPMPP) ISI Padangpanjang. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, terbit 2 kali dalam setahun (pada bulan April dan Oktober) memuat artikel hasil penelitian, kajian, pemikiran, ataupun hasil penciptaan di bidang seni, baik seni rupa, seni pertunjukan, desain, kriya, maupun seni media rekam. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni juga terbuka bagi artikel dari bidang lain yang relevan, antara lain dari bidang budaya, filsafat, pendidikan seni, sastra dan humanitas secara umum, sebagai bentuk komiten pada interdisiplinaritas. Topik-topik dari bidang antropologi, sosiologi, studi kebijakan, sejarah, serta studi tata kelola, yang berhubungan dengan bidang seni secara khusus maupun dengan budaya dan kebudayaan secara umum, juga menjadi topik yang diundang untuk dimuat pada jurnal ini. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, terbit secara daring mulai tahun 2021, setelah sebelumnya terbit dalam versi cetak pada rentang 2013-2017.
Articles 122 Documents
NILAI SOSIAL DAN RELEGIUS TRADISI PENDIDIKAN DI SURAU DALAM PENCIPTAAN KOMPOSISI MUSIK "RONO LAMO KURENAH KINI" Rio Eko Putra; Ediwar Ediwar; Elizar Elizar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.26 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.51

Abstract

ABSTRAK Sistem pembelajaran surau masa dulu merupakan sebuah tempat pembelajaran yang bermuatan kompleksitas kehidupan. Beberapa aspek penting yang hadir dalam aktivitas surau ialah kuatnya sosok seorang guru tuo yang mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur-an. Memberikan ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan agama, adat dan aspek pembelajaran moral terhadap anak laki-laki Minangkabau, serta aspek keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi (akhirat).                                   Kata Kunci: Keseimbangan, Aspek Pembelajaran Moral.    ABSTRACT Surau past learning system is a learning place laden complexity of life, some aspects of the activity present in the Mosque is the strong figure of an old teacher, who teaches Al-Quran reading skills, providing both the knowledge of the science of the religion, customs and moral aspects of learning to boys as well as aspects of balance Minangkabau world and the here after.  Key words: Balance, Moral aspects of learning.
KARAKTER PUTRI KENANGA DALAM LAKON KEANGKUHAN KARYA JONHAR SAAD DALAM PERTUNJUKAN DULMULUK DI PALEMBANG Fitria Fitria; Sahrul Sahrul; Andar Indra Sastra
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 1 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.07 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i1.541

Abstract

ABSTRACT Character is temperament or habit. According to psychologist, character is a system of belief and habit that leads on an individual’s action. If knowledge about someone’s character can be known, how that someone will behave in certain conditions can also be known.The story of Princess Kenanga’s arrogance was started with the story of King and Queen of a country who had a very beautiful and smart daughter whose name’s Princess Kenanga. The beauty of this princess was renowned throughout the country but unfortunately this princess had arrogant and haughty natures.Princess Kenanga in the play “Keangkuhan (=Arrogance)” had evil characteristics because in her every appearance, she showed bad attitudes such as speaking harshly and doing action that’s not supposed to be done by a princess toward her folk and people. In the story of play “Keangkuhan (=Arrogance),” Princess Kenanga act abusively toward her folk.Keywords: Arrogance, Dulmuluk, Theater
KAJIAN RELEVANSI GAMBAR DENGAN ISI BERITA PADA PROGRAM SEPUTAR SUMATRA BARAT DI ANTARA TV BIRO PADANG Vicia Dwi Prakarti; Mahdi Bahar; Rosta Minawati
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 1 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.385 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i1.559

Abstract

ABSTRACT This research discusses the relevancy of picture with news content that’s in the form of news script produced by the media of LKBN ANTARA TV, West Sumatra Bureau in Padang. LKBN ANTARA TV, West Sumatra Bureau is the news office of West Sumatra Bureau that exists under the central LKBN ANTARA TV in Jakarta. ANTARA news office belongs to Indonesia government. News aired consists of state news and community news. In television news, the picture becomes the main element in delivering information followed by narration/script as its support. The linkage between pictures with narration delivered must be understood by the viewers. It is done by ensuring the accuracy of taking moments by following the standard of shooting television news such as size shot, camera movement, camera angle, composition, sequence, and continuity. The picture of television news is supported by information obtained with a script that corresponds to the LKBN ANTARA format of news.   The method used in this research was qualitative method (descriptive analysis) namely utterance, writing, and behavior that could be observed from the person or the subject itself described and analyzed by directly observing the teamwork process of ANTARA TV – West Sumatera. The author then analyzed news from the program of Seputar Sumatera Barat that had been aired through observation, interview, and documentation related to the research. The linkage between pictures resulted by news in the program of Seputar Sumatera Barat produced by LKBN ANTARA TV – West Sumatera bureau with the script or narration, still depends on producer’s involvement in determining that linkage. It is because the creative team of ANTARA TV-West Sumatera still maintains the criteria and character of central LKBN ANTARA. Keywords: The Picture of Television News, News Content, the Program of Seputar Sumatera Barat, LKBN ANTARA TV – West Sumatera
Perempuan Pelaku Musik Dikia Baruda Di Nagari Andaleh Baruh Bukit Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Haris Saputra; Syafniati Syafniati; Muhammad Zulfahmi
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 5, No 1 (2021): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.544 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v5i1.2484

Abstract

Dikia Baruda is one of the traditional arts with Islamic nuances that lives and develops in almost all areas of Minangkabau. One of them is located in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sungayang District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. This paper describes the role of women in the Dikia Baruda performance, which aims to analyze the function of the Dikia Baruda performance in Nagari Andaleh Baruh Bukit, Sungayang District, and see the community's view of the participation of women in the Dikia Baruda show. Applying qualitative methods with descriptive analysis, and supported by function theory, research shows that Dikia Baruda in addition to functioning as a medium of entertainment, emotional expression, aesthetic pleasure, means of communication, in order to maintain sustainability, stability, and community integrity is also used as a medium of friendship in establishing relationships. kinship between family, relatives and fellow members of the community.Keywords: Women, Performer, Dikia Baruda, Nagari Andaleh Baruh BukitAbstrakDikia Baruda adalah salah satu kesenian tradisional yang bernuansa Islam yang hidup dan berkembang hampir di seluruh wilayah Minangkabau. Salah satunya terdapat di Nagari Andaleh Baruh Bukit, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Tulisan ini mendeskripsikan peranan kaum perempuan dalam pertunjukan Dikia Baruda, yang bertujuan untuk menganalisis fungsi pertunjukan Dikia Baruda di Nagari Andaleh Baruh Bukit, Kecamatan Sungayang, serta melihat pandangan masyarakat terhadap keikutsertaan kaum perempuan dalam petunjukan Dikia Baruda tersebut. Menerapkan metode kualitatif dengan analisis deskriptif, serta di dukung teori fungsi, penelitian menunjukan bahwa Dikia Baruda disamping berfungsi sebagai media hiburan, ekspresi emosional, kesenangan estetis, sarana komunikasi, guna menjaga kelestarian, stabilitas, serta integritas masyarakat juga dijadikan sebagai media silahturahmi dalam menjalin hubungan kekerabatan antara keluarga, saudara dan sesama anggota masyarakat.Kata kunci: Perempuan, Pelaku, Dikia Baruda, Nagari Andaleh Baruh Bukit
“INTERPRETASI MOTIF ORNAMEN BADA MUDIAK DI MINANGKABAU” Sabri Marba; Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 1 (2013): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.861 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v1i1.29

Abstract

Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memahami falsafah motif bada mudiak di Minangkabau, menafsir kembali hubungannya dengan falsafah “alam takambang jadi guru”. Tentang penciptaan motif, hubungannya dengan alam dan reinterpretasi motif yang berlandaskan doktrin adat Minangkabau yaitu Adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah. Menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data melalui studi pustaka. Orang Minangkabau menamakan tanah airnya Alam Minangkabau. Pemakaian kata alam itu mengandung makna yang tidak bertara, seperti yang diungkapkan dalam mamangannya: Alam takambang jadi guru. Penciptaan karya ornamen Bada Mudiak di Minangkabau merupakan ekspresi dari hasil interpretasi yang berasal dari pengamatan terhadap alam, seperti tumbu-tumbuhan, hewan, serta benda keperluan sehari-hari. Seni Islam menolak untuk menggambarkan manusia dan mahkluk hidup karena ada keyakinan dan kepercayaan yang mengarahkan senimannya ke arah produk kreatif tertentu, doktrin Adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah, meletakkan agama Islam sebagai sumber utama dalam pandangan hidup orang Minangkabau, sehingga visualisasinya cendrung mengarah pada seni yang abstrak (sarian) dan geometrik.             Kata Kunci : Alam,Abstrak, Bada Mudiak, Hulu
ESTETIKA MUSIK ZAPIN SEBAGAI BUDAYA POPULER DI PEKANBARU Ahmad Nafis; Rosta Minawati; Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.746 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.46

Abstract

 ABSTRAK Musik Zapin di Kota Pekanbaru sebagai budaya populer merupakan fenomena pergeseran konsep, bentuk, fungsi, estetika dan makna bagi masyarakat pendukungnya. Pendekonstruksian pola-pola tertentu (tradisi) kepada keseragaman, standarisasi, pencitraan, kapitalisme, kreatifitas dan inovasi seniman. Secara praktis hal tersebut sebagai bentuk kreativitas dan inovasi seniman dalam berkarya, baik kaitan pengembangan ataupun pelestarian seni budaya Melayu. Musik Zapin sebagai budaya populer memiliki estetika posmodern, di antaranya: Parodi, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Pertunjukan musik Zapin mengalami pergeseran nilai-nilai keteradisiannya (konsep estetika tradisi) ke estetika modern bahkan posmodern. Pergeseran tersebut oleh karena perubahan sosial masyarakat Kota Pekanbaru. Keterbukaan dan homogenitasan, baik etnis dan budaya menciptakaan keterbukaan ruang bagi pertunjukan musik Zapin untuk beradaptasi dengan ruang dan kebutuhan masyarakatnya. Oleh sebab itu, pertunjukan musik Zapin sebagai budaya populer (estetika profan). Kata Kunci: Komodifikasi, Budaya Populer, Musik Zapin, dan Kota Pekanbaru  ABSTRACT Music Zapin in Pekanbaru as popular culture is a phenomenon of shifting concept, form, function, aesthetics and meaning to community supporters. Pendekonstruksian certain patterns (traditions to uniformity, standardization, imaging, capitalism, creativity and innovation of artists. Practically it is a form of creativity and innovation in the work of artists, both regard the development or preservation of Malay culture and art. Zapin music as popular culture has a postmodern aesthetic, including: parody, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Zapin music performances shifting values keteradisiannya (traditional aesthetic concept ) to the modern aesthetic and even postmodern. The shift is due to social change Pekanbaru. Openness and homogenitasan, both ethnic and cultural openness menciptakaan Zapin space for musical performances to adapt to the space and the needs of society. Therefore, musical performances Zapin as popular culture (aesthetic profane). Keywords: Commodification, Popular Culture, Music Zapin, and the city of Pekanbaru
TRADISI MALAMANG DALAM PROSESI ACARA MAULID NABI SAW DI PARIAMAN Siska Aprisia; Susas Rita Loravianti; Febri Yulika
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 1 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.802 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i1.536

Abstract

ABSTRACT Malamang rite is an artwork inspired from the cultural phenomenon in Pariaman. That cultural phenomenon is the ritual of prophet Muhammad’s mauled ceremony, that is always conducted routinely particularly in surau. The sequence of that ritual consists of salawaik dulang, badikiah, baretong, arak-arakan (procession), and bajambua. One of traditions that cannot be forgotten is malamang. The phenomenon occurred in Pariaman society is then processed into art creative concept that uses parts of that ritual symbolically. Salawaik dulang, badikiah, baretong, arak-arakan (procession), and bajambua become the basis of creation by taking only the certain parts. From that art creative concept, it’s then born the dance of malamang rite in the form of the performance of Indonesian modern dance. Meanings resulted from the dance performance of this malamang rite comprise of several things namely: (1) social status; (2) self-respect; (3) people’s economy; and (4) inner conflict. All those meanings are present symbolically or directly in the artwork.
GAYA MUSIK MANTRA MINANGKABAU: STUDI KASUS NYANYIAN MANTRA MARINDU HARIMAU DI NAGARI GAUANG KECAMATAN KUBUNGKABUPATEN SOLOK Rika Wirandi; Ediwar Ediwar; Hanefi Hanefi
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 1 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.358 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i1.554

Abstract

ABSTRACT This article aims at revealing “The Music Style of Minangkabau Spell: The Case Study of Marindu Harimau Spell Song in Gauang Village, Kubung Sub-district, Solok District.” Marindu Harimau is one of the spells used to exist in a ritual culture in Minangkabau area. This spell was practiced in order to summon tiger in a ritual management in Gauang village, Kubung sub-district, Solok district. It’s different from common spells, Marindu Harimau spell was uttered through singing performed by spell speaker called as Tukang Parindu. Method used in this research was ethnomusicology research method that involved two ways of research namely: first was fieldwork, in order to obtain the raw data of a music culture through observation, interview, and data documentation; second was desk work involving the data transcription, description, and analysis of Marindu Harimau spell song. Several theoretical concepts were used to analyze several points of problems such as ritual concept, literary theory, and music style theory. The result of this research is that Marindu Harimau spell song uses many metaphors in the arrangement of its spell text. While from the aspect of its musical style, Marindu Harimau spell song uses short tones at the end of its phrase. Its rhythm form tends to be in the free form because it follows text pattern such as conversational style or it’s also called as Parlando Rubato style. Keywords: Musical Style, Spell Song, Marindu Harimau, Ritual
TUNGKU TIGO SAJARANGAN PADA ERA GLOBALISASI DAN VISUALISASI DALAM KRIYA SENI Niko Andeska; Dharsono Sony Kartika; Martion Martion
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 2 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.722 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i2.571

Abstract

ABSTRACT This article is the research result about the existence of Tungku Tigo Sajarangan role and then it is visualized through craftwork. Minangkabau is one of the ethnicities or cultures that has uniqueness namely its system of leadership that consists of ninik mamak (customary leaders), alim ulama (religious leaders), and cerdik pandai (intelligent people). These three elements are called as Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan is the interconnected leadership that has the important role in the wheel of customary, religious, and knowledgeable leadership.            The fast current development and the big external influence result on the appearance of societal diseases. Hence, it results on the author’s wariness toward the existence of Minangkabau philosophy “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.”            Tungku Tigo Sajarangan as the source of the idea for the craft creation is quite representative because the leadership of Tungku Tigo Sajarangan has an adequate phenomenon to be used as an aspiration in the creation of craftwork, and also as the answer for the worry of the loss of Tungku Tigo Sajarangan leadership’s role. Keywords: Tungku Tigo Sajarangan, Globalization, Craft
ESTETIKA TARI ZAPIN SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN KARYA KAKI-KAKI Indah Yuni Indah; Ediwar Ediwar Ediwar; Martion Martion Martion
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 1 (2013): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.767 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v1i1.22

Abstract

 AbstrakKesenian-kesenian yang kuat mengekspresikan peradaban Islam dalam kebudayaan Melayu di antaranya kesenian Zapin. Tari Zapin berkembang tidak hanya dikalangan istana tetapi juga di kalangan masyarakat Melayu dengan ragam-ragam dan gerak yang cukup khas.  Konsep estetika gerak Zapin sebagai refleksi dari masyarakat Melayu lebih banyak didasarkan pada nama-nama gerak bernuansa Islam, antara lain gerak alif sembah, alif sembah, bunga alif pusing, dan bunga alif pusing. Kata-kata alif didasarkan pada abjad pertama huruf Arab yang bentuknya tegak lurus, maka komposisi dari gerak alif adalah merupakan gerakan penari yang membuat garis lurus. Dari konsep tentang kebudayaan dalam Islam, maka menurut penulis, zapin adalah salah satu seni Islam. Artinya seni ini adalah wujud dari konsep-konsep ajaran Islam. Didalamnya terkandung nilai-nilai, filsafat, bahkan adat, estetika, etika, dan semua hal yang berkait dengan seni Islam. Di dalam zapin terkandung kultur Islam, yang kemudian disesuaikan dengan jiwa lokal, yakni Alam Melayu, sebagai salah satu kawasan yang menyumbang peradaban Dunia Islam, yang runduk di bawah arahan wahyu Allah. Berkenaan dengan penciptaan tari kaki-kaki maka metode yang digunakan untuk meliputi observasi dan wawancara. Sementara landasan penciptaan yang penulis gunakan adalah pernyataan Datuk Haji Abdul Ghani Othman bahwa “Pada umumnya pergerakan tari Zapin Melayu dititikberatkan kepada cara melangkah serta bunga-bunga langkah dengan hayunan tangan dan badan yang sangat minimal tetapi anggun dan cukup menarik”.  Kemudian teori yang dikemukakan oleh Sal Murgiyanto bahwa “Tradisi pada dasarnya merupakan sebuah proses pertumbuhan yang tidak selalu mudah untuk dirusak atau dinodai, lebih bijak apabila kita mendalaminya, bukan untuk hanyut bersamanya, tetapi untuk mengolah dan mengembangkannya.Kata Kunci : Estetika, Tari Zapin, Kaki-Kaki

Page 7 of 13 | Total Record : 122