cover
Contact Name
Firdaus Noor
Contact Email
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Phone
+6221-3159687
Journal Mail Official
jurnalurban@pascasarjanaikj.ac.id
Editorial Address
Jl. Cikini Raya No. 73 Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Urban : Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya
ISSN : 26142767     EISSN : 28283015     DOI : -
Urban: Jurnal Seni Urban is published twice a year (Apr and October) issued by the Postgraduate School of the Jakarta Institute of the Arts. Urban provides open access to the public to read abstract and complete papers. Urban focuses on creation and research of urban arts and cultural industries. Each edition, Urban receives a manuscript that focuses on the following issues with an interdisciplinary and multidisciplinary approach, which are: 1. Film 2. Television 3. Photograph 4. Theatre 5. Music 6. Dance 7. Ethnomusicology 8. Interior Design 9. Fine Arts 10. Art of Craft 11. Fashion Design 12. Visual Communication Design 13. Literature
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No.1: April 2023" : 6 Documents clear
Menyelisik Tradisi dan Budaya Melalui Karya Seni Sandra, Wili
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Vol 7, No.1: April 2023
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v7i1.160

Abstract

Imitasi Instrumen Kacapi Sunda Pada Aransemen Gitar Klasik Tunggal: Studi Kasus Terhadap Aransemen “Bubuy Bulan” Karya Iwan Tanzil Priscilla, Birgita
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Vol 7, No.1: April 2023
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v7i1.116

Abstract

Iwan Tanzil merupakan komposer gitar klasik Indonesia yang cukup banyak menggunakan idiom musik tradisional Indonesia dalam karya-karyanya. Salah satu karya aransemennya “Bubuy Bulan”, menggunakan idiom musik tradisional yaitu kacapi dan bas betot, dan diolah menggunakan teknik komposisi musik barat serta dieksekusi dengan berbagai teknik gitar klasik yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan imitasi kacapi sunda pada aransemen gitar klasik “Bubuy Bulan” karya Iwan Tanzil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah art based research, dengan pendekatan musikologi Beard and Gloag. Hasil dari penelitian ini adalah pengimitasian kacapi Sunda pada aransemen gitar klasik “Bubuy Bulan” karya Iwan Tanzil dicapai melalui mengimitasi aspek-aspek musik pada instrumen kacapi Sunda (yang meliputi melodi, harmoni, tekstur, ritmis dan warna suara), mengubah penalaan, serta menggunakan teknik-teknik gitar klasik yang disesuaikan untuk menghasilkan suara yang menyerupai kacapi Sunda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Iwan Tanzil menyajikan karya aransemen gitar klasik tunggal yang  sarat dengan asimilasi budaya, serta dapat merepresentasikan idiom instrument kacapi Sunda melalui teknik imitasi dengan baik. -------------- Iwan Tanzil is an Indonesian classical guitar composer who uses quite a lot of Indonesian traditional music idioms in his works. One of his arranged works, "Bubuy Bulan", uses traditional musical idioms, namely kacapi and bas betot, and is processed using western music composition techniques and executed with various unique classical guitar techniques. This study aims to find out how the imitation of Sundanese kacapi is applied to Iwan Tanzil's arrangement of "Bubuy Bulan". The method used in this research is art based research, with the Beard and Gloag musicology approach. The result of this study is that the imitation of Sundanese Kacapi to the classical guitar arrangement by Iwan Tanzil's on "Bubuy Bulan" is achieved through applying the musical aspects of the Sundanese Kacapi instrument (which includes melody, harmony, texture, rhythm and tone colour), changing the tuning, and using some adapted classical guitar techniques to reproduce the sound of kacapi Sunda. The conclusion of this study is that Iwan Tanzil presents a solo classical guitar arrangement that is full of cultural assimilation, and can represent the Sundanese kacapi instrument idiom well through imitation technique.
Kriya Tekstil Rumahan dalam Bingkai Dekolonisasi Limono, Lusiana
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Vol 7, No.1: April 2023
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v7i1.48

Abstract

Cloth is one of the artistic expressions of man. The practice of weaving, knitting, and embroidering is a home craft practice dominated by women in various parts of the world, including Indonesia. The research was conducted by observing the practice of using natural dyes carried out by weaver mamas in East Nusa Tenggara, especially Lomblen, Southwest Sumba, and Flores. The search for this practice, taking a woman’s perspective through a deep observation of the studio practices I did. Using the approach of decolonial feminism, this writing aims to reclaim awareness of knowledge that originated in the domestic space. The search results offer discourse related to the decolonization of women’s thought in producing knowledge and maintaining culture.------------------------------------------------------------------------------------------------Kain merupakan salah satu ekspresi artistik manusia. Praktik menenun, merajut, menyulam adalah praktik kriya rumahan yang didominasi perempuan di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Meskipun dilakukan oleh perempuan di ruang domestik yaitu rumah, praktik tersebut tidak serta merta mengurung atau mendomestikasi perempuan di Indonesia. Pemahaman tersebut sama sekali berbeda dengan konstruksi budaya yang telah menyusup dalam kehidupan modern. Penelusuran praktik ini, mengambil perspektif perempuan melalui pengamatan yang mendalam melalui praktik studio yang saya lakukan. Tulisan ini bertujuan merebut kembali kesadaran atas pengetahuan yang berawal dari ruang domestik. Hasil penelusuran yang menawarkan wacana terkait dekolonisasi pemikiran perempuan dalam memproduksi pengetahuan dan memelihara kebudayaan.
Karya Seni Instalasi dan Grafiti (Instagraf) yang Ramah Lingkungan Sebagai Media Alternatif Promosi Luar Ruang Fauzie, Achmad
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Vol 7, No.1: April 2023
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v7i1.158

Abstract

The massive installation of outdoor media, such as banners and the like in a conventional form often leads to boredom. In addition, the materials used for the manufacture of banners and other promotional media also use plastic or flexy banners which are not environmentally friendly. Referring to this phenomenon, the main thing raised in this paper is a creative process in making installation art and graffiti (Instagraf) as an alternative medium for outdoor promotion that is environmentally friendly. All raw materials in the manufacture of this work will consistently use raw materials originating from nature by utilizing organic waste and using flour as an adhesive so that it is easily decomposed by nature. The method for creating Instagram uses an artistic creation method which is carried out in two stages, namely (1) conducting research using an ethical and emic approach; and (2) the stages of creating works in the form of experimentation, contemplation, and formation. The author hopes that Instagraf can become an alternative outdoor promotional media that contributes to reducing the volume of waste while at the same time encouraging public awareness of organic waste management so that it becomes a product that has high use value.------------------------------------------------------------------------------------------------Masifnya pemasangan media luar ruang, seperti spanduk dan sejenisnya dalam bentuk yang konvensional seringkali menimbulkan kejenuhan. Selain itu, bahan yang digunakan untuk pembuatan spanduk dan media promosi lainnya pun menggunakan material dasar plastik atau flexy banner yang tidak ramah lingkungan. Mengacu pada fenomena tersebut, yang menjadi topik dalam jurnal ini adalah sebuah proses kreatif dalam pembuatan karya seni instalasi dan grafiti (Instagraf) sebagai media alternatif promosi luar ruang yang ramah lingkungan. Semua bahan baku dalam pembuatan karya ini akan konsisten menggunakan bahan baku yang berasal dari alam dengan memanfaatkan sampah organik dan menggunakan tepung sebagai perekat sehingga mudah terurai oleh alam. Metode dalam penciptaan Instagraf ini menggunakan metode kreasi artistik yang dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) melakukan riset dengan pendekatan etik dan emik; dan (2) tahapan penciptaan karya berupa eksperimen, perenungan, dan pembentukan.Hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa Instagraf dapat menjadi alternatif media promosi luar ruang yang berkontribusi dalam menurunkan volume sampah sekaligus mendorong kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah organik agar menjadi produk yang memiliki nilai guna yang tinggi. 
Fenomena Sinestesia pada Seniman Multimedia Firmansyah, Ades Adrian
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Vol 7, No.1: April 2023
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v7i1.110

Abstract

The popular phenomenon known as the “twilight child (anak senja)” among urban youth has sparked debate about synesthesia, a special condition in which the human brain is capable of experiencing a cross of the senses. This research will discuss the synesthesia phenomenon. The method used in this paper is art-based research. This method was chosen based on the view that research results can be known through artistic activities, especially creative practices. To discuss this, the author uses Kandinsky’s theory, which emphasizes the close relationship between colors and certain shapes to support this concept of synesthesia. Apart from synesthesia, there is also the term intuition which relates to a person’s ability to understand something without going through rational and intellectual reasoning. Synesthesia, Kandinsky’s theory, and intuition are three concepts that are interrelated and explain how the human brain works in the process of creating, enjoying, and understanding works of art, so these three approaches are used in this research. The results of the study show that the ability of the brain of someone with synesthesia can make the two senses cross when processing information. Therefore, he can see colors when he hears music or vice versa, he can see colors in shapes, letters, and numbers. a synesthete or people with synesthesia abilities benefit greatly in creative processes such as in music video production and virtual choirs because they are able to quickly come up with ideas just by listening to music.------------------------------------------------------------------------------------------------Fenomena populer yang dikenal sebagai “anak senja” di kalangan remaja perkotaan telah memicu perdebatan tentang sinestesia, yaitu suatu kondisi istimewa ketika otak manusia mampu mengalami persilangan indra. Riset ini akan membahas mengenai fenomena sinestesia tersebut. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah riset berbasis seni (art base research). Metode ini dipilih berdasarkan pandangan bahwa hasil penelitian dapat diketahui melalui aktivitas seni, terutama praktik berkarya. Untuk membahas itu, penulis menggunakan teori Kandinsky, yang menekankan hubungan erat antara warna dan bentuk-bentuk tertentu untuk mendukung konsep sinestesia ini. Selain sinestesia, terdapat juga istilah intuisi yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektual. Sinestesia, teori Kandinsky, dan intuisi adalah tiga konsep yang saling terkait dan menjelaskan bagaimana otak manusia bekerja dalam proses menciptakan, menikmati, dan memahami karya seni sehingga ketiga pendekatan tersebut digunakan dalam riset ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kemampuan otak seseorang dengan sinestesia bisa membuat kedua indranya bersilangan saat memproses sebuah informasi. Oleh karena itu, ia bisa melihat warna ketika mendengar musik atau sebaliknya, ia mampu melihat warna dalam sebuah bentuk, huruf, dan angka. seorang synesthete atau orang dengan kemampuan sinestesia sangat diuntungkan dalam proses kreatif seperti dalam produksi musik video dan virtual choir karena ia mampu dengan cepat mendapatkan ide hanya dengan mendengarkan musik saja. 
Konsep Sakti dalam Novel Kecubung Wulung Karya Han Gagas: Representasi Bentuk dan Pemerolehan Kesaktian pada Dukun Jawa Wasono, Sunu; Mustofa, Yatin Nurul
Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Vol 7, No.1: April 2023
Publisher : Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsu.v7i1.78

Abstract

Javanese culture often deals with magical things, including the concept of magic contained in shamanic activities. This sacred concept relates to various forms and processes of acquisition. As a means of documenting the social reality of society, literature can also contain the concept of magic in Javanese culture. In short, this paper examines the various concepts of magic in Javanese culture through the novel Kecubung Wulung by Han Gagas. The two central characters in this novel, namely Suro and Wujil, are narrated as figures who have supernatural powers. The concept of sacredness is studied through these two figures. The supernatural powers represented by the two characters in this novel have contrasting differences, both in terms of the form, acquisition, and continuity of the supernatural powers. This sacred concept is basically a form and example of a phenomenon that occurs in society. To examine the concept of magic contained in the novel Kecubung Wulung, a literary sociology approach is used, while the research method used is descriptive qualitative. From this research, the results show that supernatural powers in the Javanese can be obtained from heredity and/or tirakat performed by a person, supernatural powers can take the form of visible and invisible mediums, and literature can be used as a medium for evaluation and education.------------------------------------------------------------------------------------------------Budaya Jawa kerap kali bersinggungan dengan hal magis, termasuk konsep sakti yang terdapat di dalam aktivitas perdukunan. Konsep sakti ini berkaitan dengan bentuk dan proses pemerolehan yang beragam. Sebagai sarana dokumentasi realitas sosial masyarakat, sastra juga dapat memuat konsep sakti di dalam budaya suku Jawa. Secara singkat, tulisan ini mengkaji konsep sakti yang beragam dalam budaya Jawa melalui novel Kecubung Wulung karya Han Gagas. Kedua tokoh sentral di dalam novel ini, yaitu Suro dan Wujil, dinarasikan sebagai sosok yang memiliki kesaktian. Konsep sakti dikaji melalui dua tokoh tersebut. Kesaktian yang direpresentasikan melalui kedua tokoh dalam novel ini memiliki perbedaan yang kontras, baik dari segi bentuk, pemerolehan, dan keberlangsungan kesaktian tersebut. Konsep sakti ini pada dasarnya menjadi bentuk dan contoh fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Untuk mengkaji konsep sakti yang terdapat di dalam novel Kecubung Wulung, digunakan pendekatan sosiologi sastra. Sementara itu, metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Dari penelitian ini, diperoleh hasil bahwa kesaktian dalam suku Jawa dapat diperoleh dari keturunan dan atau tirakat yang dilakukan seseorang. Kesaktian dapat berbentuk medium yang kasatmata dan tidak kasatmata, serta sastra dapat digunakan sebagai media evaluasi dan edukasi

Page 1 of 1 | Total Record : 6