cover
Contact Name
Harianto GP
Contact Email
ijce@stakanakbangsa.ac.id
Phone
+6282115511552
Journal Mail Official
ijce@stakanakbangsa.ac.id
Editorial Address
Royal Crown Palace F1-2, Tambak Oso, Waru - Sidoarjo 61256
Location
Kab. sidoarjo,
Jawa timur
INDONESIA
Inculco Journal of Christian Education
ISSN : 29636485     EISSN : 29636485     DOI : https://doi.org/10.59404/ijce
Core Subject : Religion, Education,
Inculco Journal of Christian Education (IJCE) adalah jurnal penelitian peer-review (proses penelusuran atas kualitas suatu karya tulis ilmiah oleh ahli lain di bidang yang bersesuaian) akses terbuka berkualitas. Jurnal ini menerbitkan artikel asli tentang isu-isu terbaru dan tren yang terjadi khususnya dalam dunia pendidikan. IJCE menyediakan platform (rencana kerja atau program) yang menyambut dan mengakui makalah penelitian asli yang berkualitas tentang pendidikan yang ditulis oleh para peneliti, akademisi, profesional, dan praktisi. Kajian Inculco Journal of Education (IJE) mencakup: Ilmu Pendidikan, Teknologi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Pendidikan Biblika, Teologi Pendidikan, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Keluarga, Pendidikan Berkebutuhan Khusus, Pendidikan Orang Dewasa, Pendidikan Guru.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022" : 7 Documents clear
HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SMP BINAKARYA SURABAYA Santi Mali
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.649 KB)

Abstract

Abstrak: Dalam proses belajar mengajar, kedisiplinan dapat menjadi alat yang bersifat preventif untuk mencegah dan menjaga hal-hal yang dapat mengganggu dan menghambat proses belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Disiplin belajar adalah kepatuhan dari siswa untuk melaksanakan kewajiban belajar sehingga memperoleh perubahan pada dirinya sendiri, baik itu berupa pengetahuan, perbuatan maupun sikap baik itu belajar di rumah maupun belajar di sekolah. Disiplin belajar juga diartikan lebih khusus sebagai bentuk kesadaran siswa dalam menunjang sebuah pendidikan yang didasarkan pada tindakan kesadaran siswa itu sendiri. Dalam lembaga pendidikan khususnya SMP Binakarya Surabaya membuat peraturan kedisiplinan bertujuan untuk (1) meningkatkankualitas diri untuk membagi waktu dengan baik, (2) mendorong siswa melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya seperti belajar, (3) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Metode yang dilakukan peneliti adalah literatur dan pendapat-pendapat para ahli. Hal inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab sAbstract: In the teaching and learning process, discipline can be a preventive tool to prevent and maintain things that can interfere and hinder the learning process to get good learning outcomes. Learning discipline is the obedience of students to carry out their learning obligations so that they get changes in themselves, be it knowledge, actions or attitudes, whether studying at home or studying at school. Learning discipline is also interpreted more specifically as a form of student awareness in supporting an education that is based on the act of awareness of the students themselves. Discipline aims to (1) provide support to students so that non-deviant behavior is created, (2) encourage students to do good and right, (3) students learn to live with good habits that are beneficial for them and their environment. The method used by the researcher is the literature and the opinions of experts. This is the duty and responsibility of the school to students so that good attitudes and character can be formed so that they use time well in following the learning process carried out in the school environment. ekolah kepada anak peserta didik supaya dapat terbentuk sikap dan karakter yang baik sehinnga memanfaatkan waktu dengan baik dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah. 
KAJIAN CARA BERPIKIR SPIRITUAL TENTANG KARAKTER KRISTUS DAN PENERAPANNYA BAGI KEHIDUPAN PELAYANAN DI GEREJA ISA ALMASIH JEMAAT SUKOREJO-KENDAL JAWA TENGAH Hana Ambar Yuswati
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.229 KB)

Abstract

 Abstract : This study aims to examine the spiritual way of thinking about the character of Christ and its application in a ministry of the church and God's people. The totality of service, the price of loyalty, sacrifice, obedience to authority is a Christian spirituality based on the character of Christ which has an impact on character building and faith growth related to the trials and sufferings that God allows for His church. As a result of that suffering resulted in disappointment, pain, bitterness, misunderstanding, unforgiveness, there were many failures in the ministry that resulted in divisions in the church.With regard to the objectives and results of the research, it shows that the problem of suffering as a result of the dispute is a challenge for the church so that the church is restored and experiences victory and returns to the vision and mission of preaching the gospel, so that His church continues to work and continues to fill with works that stand the test to build His temple. holy one. Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengkaji mengenai cara berpikir spiritual tentang karakter Kristus dan penerapannya dalam sebuah pelayanan gereja dan umat Allah. Totalitas pelayanan, harga kesetiaan, pengorbanan, ketaatan pada otoritas adalah spiritualitas Kristiani yang didasarkan pada karakter Kristus yang berdampak pada pembangunan karakter dan pertumbuhan iman yang berkaitan dengan ujian dan penderitaan yang diijinkan Tuhan bagi gerejaNya. Akibat dari penderitaan itu mengakibatkan kekecewaan, kepedihan, kepahitan, kesalahpahaman, tidak bisa mengampuni, terjadi banyak kegagalan dalam pelayanan yang mengakibatkan perpecahan dalam jemaat.Berkaitan dengan tujuan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan penderitaan akibat dari perselisihan tersebut merupakan sebuah tantangan gereja agar gereja dipulihkan dan mengalami kemenangan serta kembali kepada visi dan misi pemberitaan Injil, sehingga gerejaNya terus berkarya dan terus mengisi dengan karya-karya yang tahan uji untuk membangun baitNya yang kudus. 
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KRISTEN DALAM PENDIDIKAN ANAK TERHADAP SPRITUALITAS ANAK TKK ANUGERAH IMMANUEL DI TAPANULI UTARA Novina Fransisca Nainggolan; Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.602 KB)

Abstract

Abstrak: Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Sebagai orang tua seharusnya memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai orang tua harus memberikan bimbingan nilai-nilai moral sesuai ajarana agama, mendisiplinkan, mengendalikan, turut dalam mengasuh anak-anak serta memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak. Dalam penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kualitas spiritualitas anak, (2) Meningkatkan jiwa-jiwa anak yang takut akan Tuhan, (3) Meningkatkan semangat anak agar tetap saling mengasihi sesamanya. Peneliti mengamati TK Kristen Anugerah masih banyak anak-anak yang kurang memiliki kecerdasan spiritualitas yang baik. Hal inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua kepada anaknya sendiri. Jadi tanggung jawab sebagai orang tua harus mampu mengajarkan ajaran-ajaran agama Kristen kepada anak supaya anak lebih lebih mengasihi Tuhan dan sesamanya.
PENDAMPINGAN SPIRITUAL TERHADAP PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK KAUM REMAJA KRISTEN Falentin Rambu Mbitu
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.539 KB)

Abstract

Abstrak: Kasus seksual para remaja semakin tahun semakin rentan. Diperkirakan  80% remaja memiliki sikap negatif terhadap kekerasan seksual. Tujuan penelitian kepustakaan ini mencari jawaban dari beberapa pertanyaan: Apakah yang dimaksud spiritual?  Bagaimanakah kriteria pertumbuhan spiritual? Bagaimanakah pendidikan spiritual dibutuhkan kaum remaja? Bagaimanakah pendampingan spiritual terhadap pendidikan seksual untuk kaum remaja Kristen?  Jawab: (1) Spiritual adalah jiwa (spirit) yang menjadi landasan manusia untuk bergerak hidup, bertumbuh dalam imannya, dan bersifat kejiwaan (rohani) yang berhubungan antara Tuhan dengan manusia di mana manusia mempunya keinginan mencari Tuhan. (2) Kriteria pengukuran pertumbuhan spiritual adalah:  (a) Seseorang dalam aktivitas-aktivitas kerohanian. (b) keterlibatan seseorang dalam berbagai pelayanan sosial. (c) penampakan fenomena supranatural melalui kehidupannya. (d) penampakan pola hidup yang menjauhkan diri dari kegiatan “duniawi”. (e) pemakaian atribut kristiani. (f) seseorang masih hidup dalam kenikmatan dunia, tetapi nilai kerohanian sudah mulai masuk.(g)  seseorang yang ingin berkembang dalam rohani adalah menemukan  “yang sakral” dan berusaha tinggal di dalamnya.  (h) bersatu dengan Tuhan di mana seseorang yang sudah percaya kepada Yesus Krstus dan mendapat jaminan keselamatan maka hidup yang lama berubah menjadi hidup yang baru.  (3) Pembentukan Spiritualitas melalui pendidikan Kristiani dilakukan dalam konteks adalah: (a) Pendidikan Seksual untuk Meningkatkan Spiritual dalam Keluarga. (b) Pendidikan Seksual untuk Mempertumbuhkan Spiritual Jemaat di Gereja. (c)  Pendidikan Seksual untuk Mempertumbuhkan Spiritual Siswa di Sekolah. (d) Pendidikan Khusus Seksual untuk Mempertumbuhkan Spiritual untuk Remaja. (4) Hamba Tuhan, Guru, dan Orangtua sebagai konselor untuk Remaja. Hamba Tuhan (pendeta), guru (tenaga pendidik) dan orangtua (ayah dan ibu) wajib berperan sebagai konselor bagi kaum remaja. Pendidikan seksual dijadikan peringatan dari konselor kepada konseli (kaum remaja). Abstract: Teenagers' sexual cases are getting more and more vulnerable every year. It is estimated that 80% of adolescents have negative attitudes towards sexual violence. The purpose of this literature research is to find answers to several questions: What is spirituality? What are the criteria for spiritual growth? How is spiritual education needed by youth? How is spiritual assistance in sexual education for Christian youth? Answer: (1) Spiritual is the soul (spirit) which is the basis for humans to move in life, grow in their faith, and is psychological (spiritual) which is related to God and humans where humans have the desire to seek God. (2) The criteria for measuring spiritual growth are: (a) A person in spiritual activities. (b) one's involvement in various social services. (c) the appearance of supernatural phenomena through his life. (d) the appearance of a lifestyle that abstains from "worldly" activities. (e) the use of Christian attributes. (f) a person is still living in the pleasures of the world, but spiritual values have begun to enter. (g) a person who wants to develop spiritually is to find the "sacred" and try to live in it. (h) unite with God where someone who has believed in Jesus Christ and is guaranteed salvation will change the old life into a new life. (3) Spirituality formation through Christian education is carried out in the context of (a) Sexual Education to Increase Spirituality in the Family. (b) Sexual Education to Grow the Spiritual Congregation in the Church. (c) Sexual Education to Grow Students' Spirituality in Schools. (d) Special Sexual Education for Spiritual Growth for Youth. (4) Servants of God, Teachers, and Parents as counselors for Youth. Servants of God (priests), teachers (educators), and parents (father and mother) must act as counselors for youth. Sexual education is used as a warning from the counselor to the counselee (youth).
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DISEKOLAH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK REMAJA Ayuni Damai Daeli
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.432 KB)

Abstract

AbstractYear after year, there are many problems and incidents that befell every teenager, where juvenile crime cases are rampant; brawls between students, cases of bullying, rape as an illustration of the moral decline of teenagers in today's nation. This nation needs to provide the heart and space for the development of character education. The idea of character education brings fresh air to the world of education in Indonesia in overcoming the problem of adolescent moral decline. The planting of national character needs to be integrated in formal education, so that good values will be obtained in students from an early age.School as a place of education, where students are directed to efforts for someone to act or have insight into knowledge (normative). Learning is even more complex because it leads to the ultimate goal, namely that someone can behave or have a better personality (operational).Building a teenager's character means building a pattern of attitudes to be demonstrated in relation to one another. The attitude demonstrated is a characteristic of Christian morals. 
PEREMPUAN TIDAK DIIZINKAN MENGAJAR DAN MEMERINTAH LAKI-LAKI DALAM 1 TIMOTIUS 2:11-12 SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENGAJAR WANITA PADA MASA KINI Meliantha Ayu Elmayanti; Amanda Shalomita Christnanda
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.263 KB)

Abstract

AbstractThe role of the teacher in the world of education today is very important. The teachers are not only dominated by men but also women. There are times when women have no place as teachers. But at this time we have never encountered it either in the field of education or in other fields. There have also been times when women did not have a place to teach in Indonesia, and it is also written in the Bible. Specifically in the context of the New Testament world, one of them is in 1 Timothy 2:11-12. In the opinion of Margaretha and Karssen Gian, they stated that; the position of men and women is the same, therefore both men and women have the same opportunity to serve.The method used in this research is exegesis method. Exegesis is a method of exposition and interpretation of the Bible, by drawing out the true meaning of the text. In this case, the writer can formulate the problem, as follows; (1) Paul's view of the position of women. (2) The discussion of women not being allowed to teach according to 1 Timothy 2:11-12. (3) The implications for female teachers today. Abstrak: Peran pengajar dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah penting. Para pengajar tidak hanya didominasi oleh kaum laki-laki melainkan juga kaum wanita. Ada masa-masa di mana kaum wanita tidak mendapat tempat sebagai seorang pengajar. Namun saat ini hal itu tidak pernah kita jumpai baik di dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang yang lain. Masa-masa di mana wanita tidak mendapat tempat untuk mengajar juga pernah terjadi di Indonesia, dan hal itu juga tertulis di dalam Alkitab. Secara khusus dalam konteks dunia Perjanjian Baru, salah satunya pada nats 1 Timotius 2:11-12. Menurut pendapat Margaretha dan Karssen Gian, mereka menyatakan bahwa; kedudukan laki-laki dan wanita adalah sama, karena itu baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk melayani.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksegesis. Eksegesis adalah suatu metode eksposisi dan interpretasi dari Alkitab, dengan cara menarik keluar makna yang sebenarnya dari teks. Dalam hal ini, penulis dapat merumuskan masalah, sebagai berikut; (1) Pandangan Paulus mengenai posisi perempuan. (2) Pembahasan mengenai wanita tidak diperbolehkan mengajar menurut 1 Timotius 2:11-12. (3) Implikasinya terhadap pengajar wanita pada masa kini.
LIFE STYLE: PERILAKU MAHASISWA MASA KINI DAN PENGARUH MEDIA SOSIAL Darwis Lodowich Laana; Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.632 KB)

Abstract

Abstrak: Pada masa kini terjadi perubahan global dan perkembangan di tengah kehidupan, dengan semakin canggihnya teknologi informasi membuat mahasiswa sangat mudah untuk mengakses informasi yang diinginkan. Dengan perubahan yang sangat cepat ini muncullah berbagai gaya hidup modern yang serba instan yang mempengaruhi perilaku mahasiswa. Media sosial memiliki karakteristik unik dan memberikan efek menyenangkan sehingga mahasiswa tertarik terhadap fasilitasnya untuk digunakan secara terus menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah (1). Bagaimanakah perilaku mahasiswa terhadap gaya hidup modern? (2). Pengaruh penggunaan media sosial terhadap gaya hidup mahasiswa? Metode yang digunakan jenis artikel konseptual atau artikel hasil pemikiran  merupakan analisa pemikiran terhadap fenomena-fenomena masalah yang muncul. Hasil dari penelitian (1). Perilaku mahasiswa terhadap gaya hidup modern yang sangat terlihat jelas yaitu: perilaku konsumtif dan hedonis. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana mereka hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. (2). pengaruh media sosial bagi mahasiswa mempunyai dampak positif maupun negatif. Jika ditelaah tujuan dari media sosial yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, dan jika penggunaan media sosial dilakukan secara tepat dari segi tempat, waktu, dan tujuan penggunaannya, maka pengaruh negatif dari media sosial akan dapat dikurangi. Abstract: Nowadays, there are global changes and developments in the midst of life, with increasingly sophisticated information technology making it very easy for students to access the information they want. With this very rapid change, various instantaneous modern lifestyles have emerged that affect student behavior. Social media has unique characteristics and gives a pleasant effect so that students are interested in its facilities to be used continuously. The purpose of this research is to find out 1). How is the student's behavior towards the modern lifestyle? (2). The effect of using social media on student lifestyle? The method used is a conceptual article or a thought-provoking article, which is an analysis of the thoughts of the problem phenomena that arise. The results of the study (1). Student behavior towards the modern lifestyle that is very clearly visible, namely: consumptive and hedonic behavior. Lifestyle describes a person's behavior, namely how they live, use their money and take advantage of the time they have. (2). The influence of social media for students has a positive or negative impact. If we examine the purpose of social media, namely as a tool to communicate and obtain information, and if the use of social media is carried out appropriately in terms of place, time, and purpose of use, the negative influence of social media will be reduced.

Page 1 of 1 | Total Record : 7