Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI GEREJA SEBAGAI SARANA EFEKTIF DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER JEMAAT TUHAN Urbanus Sukri
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.86

Abstract

The congregation of God or the Church are people who are called out of this world into fellowship with Christ. The main vision of God's church present in the world is to be like Christ (Rom. 8:29; Gal. 4:19). To be like Christ, God's church must have the character of Christ in itself. The character of Christ is love, that is, love for God and neighbor. The efforts of church leaders so that the congregation has the character of Christ is by way of formation. There are many kinds and varieties of congregational building, including learning Christian Religious Education. Christian Religious Education is a modern term for discipleship that has been carried out by the servants of God in the Old Testament and preserved by the Lord Jesus in the New Testament. In the Bible, it has been proven that discipleship or Christian Religious Education has produced God's servants with character (loving God and others) in their day. It is concluded that the implementation of Christian Religious Education learning is the most effective development in shaping the character of Christ in the church of God in this modern era.Jemaat Tuhan atau Gereja adalah orang orang yang dipanggil keluar dari dunia ini masuk kedalam persekutuan bersama Kristus. Visi utama jemaat Tuhan hadir didunia adalah menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 8:29; Gal.4:19). Untuk menjadi serupa dengan Kristus, jemaat Tuhan harus mempunyai karakter Kristus dalam dirinya.  Karakter Kristus adalah kasih, yaitu kasih terhadap Allah dan sesama. Usaha para pemimpin jemaat agar para jemaat mempunyai karakter Kristus adalah dengan jalan pembinaan.  Banyak macam dan ragam tentang pembinaan jemaat, diantaranya adalah pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen adalah istilah modern untuk pemuridan yang telah dilaksanakan oleh para hamba Allah di Perjanjian Lama dan dilestarikan oleh Tuhan Yesus di Perjanjian Baru. Didalam Alkitab, sudah terbukti bahwa pemuridan atau Pendidikan Agama Kristen telah menghasilkan para hamba Tuhan berkarakter (mengasihi Tuhan dan sesamanya) pada zamannya. Maka disimpulkan bahwa pelaksanan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah pembinaan yang paling efektif dalam pembentukan karakter Kristus jemaat Tuhan pada zaman modern ini.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KRISTEN DALAM PENDIDIKAN ANAK TERHADAP SPRITUALITAS ANAK TKK ANUGERAH IMMANUEL DI TAPANULI UTARA Novina Fransisca Nainggolan; Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.602 KB)

Abstract

Abstrak: Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Sebagai orang tua seharusnya memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai orang tua harus memberikan bimbingan nilai-nilai moral sesuai ajarana agama, mendisiplinkan, mengendalikan, turut dalam mengasuh anak-anak serta memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak. Dalam penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kualitas spiritualitas anak, (2) Meningkatkan jiwa-jiwa anak yang takut akan Tuhan, (3) Meningkatkan semangat anak agar tetap saling mengasihi sesamanya. Peneliti mengamati TK Kristen Anugerah masih banyak anak-anak yang kurang memiliki kecerdasan spiritualitas yang baik. Hal inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua kepada anaknya sendiri. Jadi tanggung jawab sebagai orang tua harus mampu mengajarkan ajaran-ajaran agama Kristen kepada anak supaya anak lebih lebih mengasihi Tuhan dan sesamanya.
KEWAJIBAN RUMAH TUHAN SEBAGAI MISI JURUSELAMAT BERDASARKAN INJIL MATIUS 28:19 DITENGAH-TENGAH JEMAAT MENURUT JOHN CALVIN Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 3 (2022): Vol 2, No 3 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.113 KB) | DOI: 10.59404/ijce.v2i3.106

Abstract

Abstrak: Kewajiban Rumah Tuhan bukan hanya memberitakan firman, melakukan kunjungan kepada jemaat, membantu yang mengalami kesusahaan namun lebih kepada pertanggung jawaban jiwa jemaat sehingga fungsi gereja dapat benar-benar terealisasikan, persoalan yang muncul adalah: Apa itu rumah Tuhan sebagai Misi Juruselamat? Apa kewajiban rumah Tuhan terhadap misi Juruselamat? Bagaimana kewajiban rumah Tuhan sebagai misi Juruselamat  berdasarkan injil Mat 28:19 ditengah-tengah jemaat menurut John Calvin? Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi kepustakaan dan analisis isi. Hasil yang didapat adalah bahwa rumah Tuhan selain sebagai pastori/gedung gereja, punya kewajiban tugas, pekerjaan terhadap misi Juruselamat adalah membaptis orang dari segala bangsa, bukti bahwa memulainya kehidupan baru menjadi murid Kristus. Rumah Tuhan harus bermisi, menginjili, membaptis dan menjadikan pengikut Kristus yang diimbangi dengan tugas yaitu melaksanakan sakramen dan berkhotbah dimana Tuhan tempatkan agar kewajiban sebagai rumah Tugas bisa berfungsi sebagaimana yang Allah kehendaki. Abstract: The obligation of the House of God is not only to preach the word, to make visits to the congregation, to help those who are in trouble, but rather to the responsibility of the soul of the congregation so that the function of the church can be truly realized, the problems that arise are: What is the house of God as the Savior's Mission? What is the obligation of the house of the Lord to the Savior's mission? What is the obligation of the house of God as the Savior's mission based on the gospel of Matthew 28:19 in the midst of the congregation according to John Calvin? This research method uses qualitative methods through literature study and content analysis. The results obtained are that God's House apart from being a pastor/church building, has duties, the work of the Savior's mission is to baptize people from all nations, proof that starting a new life is becoming a disciple of Christ. The house of God must have a mission, evangelize, baptize and make followers of Christ which is balanced with the task of carrying out the sacraments and preaching where God has placed so that the obligations as a house of Duty can function as God wants. 
LIFE STYLE: PERILAKU MAHASISWA MASA KINI DAN PENGARUH MEDIA SOSIAL Darwis Lodowich Laana; Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.632 KB)

Abstract

Abstrak: Pada masa kini terjadi perubahan global dan perkembangan di tengah kehidupan, dengan semakin canggihnya teknologi informasi membuat mahasiswa sangat mudah untuk mengakses informasi yang diinginkan. Dengan perubahan yang sangat cepat ini muncullah berbagai gaya hidup modern yang serba instan yang mempengaruhi perilaku mahasiswa. Media sosial memiliki karakteristik unik dan memberikan efek menyenangkan sehingga mahasiswa tertarik terhadap fasilitasnya untuk digunakan secara terus menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah (1). Bagaimanakah perilaku mahasiswa terhadap gaya hidup modern? (2). Pengaruh penggunaan media sosial terhadap gaya hidup mahasiswa? Metode yang digunakan jenis artikel konseptual atau artikel hasil pemikiran  merupakan analisa pemikiran terhadap fenomena-fenomena masalah yang muncul. Hasil dari penelitian (1). Perilaku mahasiswa terhadap gaya hidup modern yang sangat terlihat jelas yaitu: perilaku konsumtif dan hedonis. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana mereka hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. (2). pengaruh media sosial bagi mahasiswa mempunyai dampak positif maupun negatif. Jika ditelaah tujuan dari media sosial yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, dan jika penggunaan media sosial dilakukan secara tepat dari segi tempat, waktu, dan tujuan penggunaannya, maka pengaruh negatif dari media sosial akan dapat dikurangi. Abstract: Nowadays, there are global changes and developments in the midst of life, with increasingly sophisticated information technology making it very easy for students to access the information they want. With this very rapid change, various instantaneous modern lifestyles have emerged that affect student behavior. Social media has unique characteristics and gives a pleasant effect so that students are interested in its facilities to be used continuously. The purpose of this research is to find out 1). How is the student's behavior towards the modern lifestyle? (2). The effect of using social media on student lifestyle? The method used is a conceptual article or a thought-provoking article, which is an analysis of the thoughts of the problem phenomena that arise. The results of the study (1). Student behavior towards the modern lifestyle that is very clearly visible, namely: consumptive and hedonic behavior. Lifestyle describes a person's behavior, namely how they live, use their money and take advantage of the time they have. (2). The influence of social media for students has a positive or negative impact. If we examine the purpose of social media, namely as a tool to communicate and obtain information, and if the use of social media is carried out appropriately in terms of place, time, and purpose of use, the negative influence of social media will be reduced.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN MAJEMUK DI GEREJA Urbanus Sukri; Yesi Damita
Inculco Journal of Christian Education Vol 3, No 1 (2023): Vol 3, No. 1 (2023): Febuari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v3i1.85

Abstract

Gereja adalah organisasi rohani sekaligus organisasi sosial. Sebagai organisasi, Gereja membutuhkan manajemen yang membawa kepada arah pemimpin yang mengelola dan mengarahkan menuju visi yang sudah ditentukan. Manajemen butuh orang atau kelompok orang yang menjalankan sehingga tercapai goal yang diharapkan. Pola kepemimpinan mana yang relevan bagi Gereja, pola kepemimpinan tunggal atau majemuk? Kepemimpinan yang majemuk adalah kepemimpinan yang alkitabiah. Kepemimpinan majemuk sesuai dengan kultur Gereja. Dan kepemimpinan majemuk relevan dengan situasi zaman. Kepemimpinan majemuk sangat mendukung pertumbuhan Gereja, baik kuantitas maupun kualitas.Pembelajaran kooperatif  model pembelajaran yang melibatkan banyak orang dan menekankan kerjasama diantara pelajarnya. Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pengajaran. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang searah dengan pola kepemimpinan majemuk. Pembelajaran kooperatif dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan pelatihan suksesi kepemimpinan gerejawi. Dan kegiatan pembelajaran kooperatif ini sesuai dengan karakteristik kepemimpinan majemuk. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menyajikan informasideskriptif dan analisis tentang pembelajaran kooperatif dalam kepemimpinan majemuk Gereja.The Church is a spiritual organization as well as a social organization. As an organization, the Church needs management that leads to the direction of leaders who manage and direct towards a predetermined vision. Management needs people or groups of people who run so that the expected goals are achieved. Which leadership pattern is relevant for the Church, single or multiple leadership patterns? Multiple leadership is biblical leadership. Multiple leadership is in accordance with the culture of the Church. And plural leadership is relevant to the situation of the times. Multiple leadership is very supportive of the growth of the Church, both in quantity and quality. Cooperative learning is a learning model that involves many people and emphasizes cooperation among students. It was developed as an interactive approach between students, teachers, and teaching materials. Cooperative learning is a learning strategy that is in line with the pattern of multiple leadership. Cooperative learning can be implemented in the process of learning and training for ecclesiastical leadership succession. And this cooperative learning activity is in accordance with the characteristics of multiple leadership. The type of research used is a qualitative method with a descriptive approach that aims to present descriptive information and analysis about cooperative learning in the plural leadership of the Church.
BERKAT TUHAN BERDASARKAN IBRANI 11:6b DAN EVALUASI PEMBELAJARAN TEOLOGIS TERHADAP PANDANGAN JOHN BEVERE DITENGAH JEMAAT TUHAN Urbanus Sukri; Herles Babawat
Inculco Journal of Christian Education Vol 3, No 2 (2023): Vol 3, No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v3i2.154

Abstract

Berbicara mengenai berkat merupakan topic yang tidak pernah habis dibicarakan dalam kalangan orang percaya. Kitab Ibrani 11:6 menjelaskan mengenai bagaimana cara menerima berkat Tuhan dan upaya-upaya yang harus dilakukan. John Bevere dalam bukunya yang berjudul Upah dari Penghormatan menjelaskan mengenai berkat yang harus diusahakan manusia untuk didapatkan. Tulisan ini akan membahas mengenai berkat dalam kitab Ibrani 11:6 dan evaluasi dari pandangan John Bevere ditengah-tengah jemaat. Berkat yang diterima manusia seharusnya mengajarkan manusia untuk hidup mencari Tuhan. Bukan tanpa sebab manusia harus mencari Tuhan untuk mendapatkan berkat karena berkat asalnya dari Tuhan dan Tuhan itu sendiri adalah berkat. Talking about blessings is a topic that is never finished being discussed among believers. The book of Hebrews 11:6 explains how to receive God's blessings and the efforts that must be made. John Bevere in his book entitled Rewards from Honor explains the blessings that humans must strive to obtain. This paper will discuss the blessings in the book of Hebrews 11:6 and an evaluation of John Bevere's view amid the congregation. The blessings received by humans should teach humans to live in search of God. It's not without reason that humans have to seek God to get blessings because blessings come from God and God Himself is a blessing.
SOLA FIDE SEBAGAI DASAR BERPIKIR TEOLOGIS ORANG KRISTEN Urbanus Sukri
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol. 7 No. 1 (2023): Vol. 7 No. 1 Juni (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v7i3.138

Abstract

Jurnal ini mengulas tentang Sola Fide sebagai dasar berpikir secara Teologis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pentingnya sola fide sebagai dasar berpikir teologis bagi orang Kristen. Penelitian ini menggunakan jenis riset pustaka (library research) yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Dengan kata lain, penelitian ini membatasi hanya mengambil bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa perlu melakukan riset lapangan (field research). Dan seluruh data diperoleh dari penggalian buku referensi, jurnal dan internet. Teknik analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik analisa kualitatif dengan cara deduktif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah (bahwa) sola fide sangat tepat dan relevan sebagai dasar berpikir teologis bagi orang percaya. This journal reviews Sola Fide as a basis for theological thinking. This research aims to describe the importance of sola fide as a basis for theological thinking for Christians. This research uses a type of library research that utilizes library sources to obtain research data. In other words, this research is limited to taking only library collection materials without the need to conduct field research. And all data is obtained from extracting reference books, journals and the internet. Data analysis techniques in this study using qualitative analysis techniques in a deductive way. The results of this study are (that) sola fide is very appropriate and relevant as a basis for theological thinking for believers.
PELATIHAN PERSONAL BRANDING AND COMMUNICATION UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MAHASISWA SEMESTER AKHIR DI STAK ANAK BANGSA Sukri, Urbanus; Sari, Evi Catur; Kailuhu, Christin Destalia
Jurnal PKM Setiadharma Vol. 4 No. 3 (2023): Jurnal PkM Setiadharma
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47457/jps.v4i3.431

Abstract

In the development of this increasingly fast and sophisticated world, many people compete to equip themselves with various skills, one of which is branding themselves and improving how to communicate effectively and efficiently or on target. Good communication can improve skills, influence the interlocutor and even increase self-confidence. The Community Service (PkM) method is descriptive qualitative with a literature study approach to strengthen this writing. The results obtained from personal branding and communication training for students at Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa are: Students respond as a whole that the importance of building personal branding and training communication from now on, in addition to increasing self-confidence the training is a provision for students to face community conditions/sites that later they become stakeholders so that student knowledge increases, which needs to be done 1) Students need to find out what abilities they have, 2) Ensure students want to be widely known as what, 3) Do it with everything consistently, which means keep training him.
GURU SEBAGAI PEMBIMBING SISWA DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA BERLANDASKAN FILSAFAT PENDIDIKAN KRISTEN Gaol, Riris Lumban; Irawati, Wahyu; Sukri, Urbanus
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No. 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i2.192

Abstract

Peran guru sebagai penuntun adalah menuntun siswa dalam pengetahuan kebenaran untuk melayani Tuhan dan sesama.  Kenyataannya, sekolah Kristen saat ini hanya memperlihatkan peran guru yang berfokus pada penerapan ilmu pengetahuan sehingga terjadi penurunan karakter siswa. Tujuan dari penulisan adalah menganalisis peran guru sebagai penuntun dalam pembentukan karakter siswa ditinjau dari filsafat pendidikan Kristen dengan tiga fokus kajian, yaitu filsafat pendidikan Kristen tentang peran guru sebagai penuntun, kajian teologis tentang pembentukan karakter siswa dan peran guru sebagai penuntun dalam pembentukan karakter siswa. Metode yang digunakan adalah kajian literatur. Filsafat pendidikan Kristen mendorong guru Kristen membentuk karakter siswa sesuai dengan kebenaran Alkitabiah. Pandangan aksiologi memperlihatkan Alkitab sebagai landasan pengajaran dalam  menuntun siswa untuk memiliki pengetahuan tentang kebenaran sejati. Peran guru sebagai penuntun harus memiliki karakter yang baik terlebih dulu sehingga siswa dapat meneladani dan mengerti karakter yang baik sesuai kebenaran Alkitabiah. Guru sebagai penuntun memperlihatkan karakter yang mencerminkan nilai-nilai Kristen serta menjadikan Alkitab  sebagai dasar penuntun dan menjadi pedoman dalam membentuk karakter siswa. Guru Kristen menyadari keberadaannya sebagai rekan kerja Allah untuk menuntun dan mentransformasi siswa yang mengalami kemerosotan karakter. Saran yang diberikan adalah guru Kristen dapat menanamkan nilai-nilai Alkitabiah kepada siswa pada setiap pembelajaran dalam membentuk karakter siswa. The teacher's guiding role is to guide students in the knowledge of truth to serve the Lord and others.  In fact, Christian schools today only show the role of teachers who focus on the application of science, resulting in a decline in student character. The purpose of writing is to analyze the role of the teacher as a guide in the formation of student character in terms of Christian educational philosophy with three focuses of study, namely Christian education philosophy about the role of the teacher as a guide, theological studies about the formation of student character and the role of the teacher as a guide in the formation of student character. The method used is a literature review. The philosophy of Christian education encourages Christian teachers to shape students' character according to biblical truth. The axiological view shows the Bible as a teaching foundation in leading students to a knowledge of true truth. The role of the teacher as a guide must first have good character so that students can emulate and understand good character according to biblical truth. The teacher as a guide shows character that reflects Christian values and makes the Bible as a guiding basis and guide in shaping the character of students. The Christian teacher recognizes his or her existence as God's co-worker to guide and transform students experiencing character decline. The advice given is that Christian teachers can instill biblical values in students in every lesson in shaping student character.
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MELALUI KURIKULUM MERDEKA Sukri, Urbanus; Waruwu, Yamotani
Inculco Journal of Christian Education Vol 4, No 3 (2024): Vol 4, No. 3 (2024): September 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v4i3.221

Abstract

Pandemi COVID-19 telah mendorong adopsi pembelajaran daring di Indonesia, menciptakan tantangan signifikan bagi Pendidikan Agama Kristen (PAK). Kendala utama meliputi akses internet terbatas, keahlian teknologi, dan pengelolaan kelas daring. Kurikulum Merdeka hadir sebagai respons, menawarkan fleksibilitas lebih besar dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan menganalisis peningkatan kualitas PAK melalui implementasi Kurikulum Merdeka, fokus pada pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) efektif. Menggunakan metode studi kepustakaan, penelitian ini mengeksplorasi perencanaan pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka dan solusinya terhadap tantangan pandemi. Hasil menunjukkan Kurikulum Merdeka membuka peluang pengembangan metode pengajaran adaptif, dengan model pembelajaran holistik, futuristik, dan blended learning terbukti relevan. Perencanaan pembelajaran efektif, terutama RPP, menjadi kunci keberhasilan. Namun, implementasi bergantung pada kompetensi guru dalam teknologi dan metode inovatif. Implementasi Kurikulum Merdeka dalam PAK memerlukan adaptasi pengajaran yang berpusat pada siswa, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan kompetensi guru untuk memenuhi tuntutan pendidikan di era digital. Evaluasi berkelanjutan diperlukan untuk memastikan efektivitas kurikulum dalam konteks PAK. The COVID-19 pandemic has spurred the adoption of online learning in Indonesia, creating significant challenges for Christian Religious Education (PAK). The main obstacles include limited internet access, technological expertise, and online classroom management. The Independent Curriculum is present as a response, offering greater flexibility in learning. This study aims to analyze the improvement of the quality of PAK through the implementation of the Independent Curriculum, focusing on the development of effective Learning Implementation Plans (RPP). Using the literature study method, this study explores the learning planning based on the Independent Curriculum and its solutions to the challenges of the pandemic. The results show that the Independent Curriculum opens up opportunities for the development of adaptive teaching methods, with holistic, futuristic, and blended learning models proving relevant. Effective lesson planning, especially lesson plans, is the key to success. However, implementation depends on the competence of teachers in innovative technologies and methods. The implementation of the Independent Curriculum in PAK requires student-centered teaching adaptation, the use of technology, and the development of teacher competencies to meet the demands of education in the digital era. Continuous evaluation is needed to ensure the effectiveness of the curriculum in the context of PAK.