cover
Contact Name
Sonia Hanifati
Contact Email
soniahanifati@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
mdvi.perdoski@gmail.com
Editorial Address
Ruko Grand Salemba Jalan Salemba 1 No.22, Jakarta Pusat, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Dermato-Venereologica Indonesiana
ISSN : -     EISSN : 26567482     DOI : https://doi.org/10.33820/mdvi.v49i3
Core Subject : Health,
Media dermato Venereologica Indonesiana adalah jurnal open access dan peer-reviewed yang fokus di bidang dermatologi dan venereologi. Jurnal ini menerbitkan artikel asli, laporan kasus, tinjauan pustaka dan komunikasi singkat mengenai kesehatan kulit dan kelamin, diagnosis dan terapi pada bidang kulit dan kelamin dan masalah lainnya di bidang kesehatan kulit dan kelamin.
Arjuna Subject : Kedokteran - Dematologi
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 48 No 4 (2021)" : 8 Documents clear
Peran Dermoskopi dalam Diagnosis Tinea Kapitis
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.831 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.98

Abstract

Peran Dermoskopi dalam Diagnosis Tinea Kapitis
Plant Stem Cell sebagai Antipenuaan Kulit
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.263 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.119

Abstract

PENDAHULUAN Stem cell sering disebut sebagai sel punca atau sel induk, bertanggung jawab atas regenerasi dan pemeliharaan jaringan serta memiliki karakteristik yang unik yaitu menghasilkan salinan dirinya dan keturunan sel yang berbeda ketika membelah.1 Stem cell yang berasal dari tumbuhan memiliki sifat membantu merangsang dan meregenerasi tanaman setelah cedera. Sifat unik plant stem cell telah menjadi bidang yang banyak diminati baru-baru ini, terutama dalam mengembangkan kosmetik baru dan mempelajari bagaimana ekstrak/phytohormone ini dapat mempengaruhi kulit. Usaha regeneratif yang dilakukan tumbuh-tumbuhan tidak hanya pada perbaikan jaringan akibat kerusakan, tetapi juga perkembangan tumbuhan yang baru.2,3Penuaan kulit merupakan suatu proses kompleks yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal serta melibatkan seluruh lapisan epidermis dan dermis.4,5 Tujuan dari kosmetik antipenuaan modern adalah untuk memperbaiki tampilan kulit dengan menstimulasi dan meregenerasi proses fisiologis alami demi perbaikan kondisi kulit dan perlindungan dari berbagai faktor yang menyebabkan penuaan, terlepas berapapun usia sesungguhnya. Kandungan yang menarik perhatian adalah plant stem cell, telah dinyatakan memberikan efek proteksi terhadap stem cell manusia dengan cara menstimulasi regenerasi kulit dan mencegah proses penuaannya.4 Penuaan KulitPenuaan adalah proses biologis yang tak terhindarkan, kompleks dan dinamis yang ditandai dengan kemunduran progresif dari berbagai sistem pada tubuh dan penurunan kapasitas cadangan fisiologis.5 Kulit manusia mengalami dua jenis penuaan yaitu penuaan intrinsik dan ekstrinsik. Penuaan intrinsik mencakup serangkaian perubahan fisiologis bertahap yang merupakan konsekuensi dari waktu ke waktu dan dipengaruhi genetik dan hormonal. Penuaan ekstrinsik merupakan perubahan struktural dan fungsional yang disebabkan oleh faktor eksogen, terutama paparan sinar matahari (disebut juga photoaging), alkohol, merokok, malnutrisi dan lingkungan yang merugikan, namun dalam kondisi tertentu masih dapat dihindari.5-7Proses penuaan kulit intrinsik ditandai dengan adanya proses penuaan seluler, penurunan kapasitas proliferasi, penurunan kemampuan perbaikan deoxyribonucleic acid (DNA), stres oksidatif dan mutasi gen.8 Fungsi sawar kulit terganggu akibat perubahan struktur filamen keratin dan penurunan filagrin.Dalam hormonal, hormon seks terutama estrogen mempengaruhi sintesis kolagen, asam hialuronat, elastin dan komponen lain dari matriks ekstraseluler. Bersama-sama, ketiga komponen ini memberikan tampilan kulit yang sehat dan muda.Perubahan biokimia yang terjadi pada kolagen, elastin dan komponen dasar kulit menyebabkan penuaan kulit.5,9 Umumnya terjadi pada area kulit yang terlindungi dari paparan sinar matahari dengan klinis yang relatif lebih ringan, ditandai dengan tampilan kulit kering, pucat dan kendur dengan kerutan halus dan atau berbagai bentuk neoplasma jinak.10Sumber terbesar penuaan ekstrinsik adalah akumulasi dan paparan sinar matahari pada area yang tidak terlindungi seperti wajah, leher, dada dan lengan ekstensor. Faktor lain yang berpengaruh adalah merokok, terbukti kadar matrix metalloproteinase-1 (MMP-1) lebih tinggi pada perokok.5,6 Diet nutrisi seimbang memperlambat penuaan dengan menyediakan nutrisi, air dan oksigen yang diperlukan sel dalam pembelahan, mengirimkan informasi dan memperbaiki kerusakan.5 Photoaging atau penuaan kulit dini merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan klinis dan histologi akibat paparan sinar matahari kronis.5-7,11 Peningkatan kerusakan dan penurunan produksi kolagen adalah landasan dari photoaging, ditandai dengan penampilan kulit yang kasar, kerutan, warna kulit menjadi pudar, telangiektasis, pigmentasi tidak merata, dan berbagai lesi jinak, premaligna dan neoplasma ganas.5,9-11 Stres oksidatif dan penuaanSalah satu teori penuaan melibatkan proses penuaan seluler atau apoptosis sekunder adalah stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan kondisi ketidakseimbangan antara reactive oxygen species (ROS) dengan mekanisme antioksidan. Pertahanan antioksidan sistem enzimatik dan non-enzimatik pada kulit cenderung melemah seiring bertambahnya usia.5,10 Kerusakan oksidatif menyebabkan peningkatan pembentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres, kemudian memicu proses penuaan intrinsik. Misalnya, hypoxia-inducible factor dan nuclear factor ĸB menginduksi ekspresi sitokin interleukin 1, interleukin 6, vascular endothelial growth factor (VEGF) dan tumor necrosis factor α (TNFα), yang telah terbukti merupakan regulator proinflamasi dan modulator penghancuran MMP. Selain itu, kerusakan oksidatif terhadap protein seluler bersamaan dengan penurunan aktivitas proteasom sejalan usia membentuk akumulasi kerusakan protein yang dapat mengganggu fungsi seluler normal.5Stres oksidatif juga mampu memodifikasi telomer yang awalnya bertahan terhadap degradasi, fusi atau rekombinasi abnormal.3,5 Pemendekan telomer adalah hasil dari ketidakmampuan DNA polimerase untuk mereplikasi pasangan basa akhir kromosom. Ketika mencapai ambang "sangat pendek", sel akan mengalami penuaan proliferatif atau apoptosis. Mekanisme umum penuaan intrinsik dan photoaging disebabkan oleh gangguan struktur siklus putaran normal pada akhir telomer. Pemaparan ini kemudian mengaktifkan pensinyalan p53 yang mengarah pada peristiwa penuaan proliferatif dan apoptosis.5Penuaan kulit merupakan proses kompleks yang melibatkan seluruh lapisan epidermis dan dermis, mencakup denaturasi protein dan penurunan fungsi regeneratif stem cell.3 Penurunan fungsi stem cell epidermis telah diamati berhubungan dengan telomer yang lebih pendek, yang mengurangi potensi proliferatif sebagai respon terhadap paparan UV.5 Plant Stem CellKarakteristik plant stem cellSalah satu teori Weismann mengenai penuaan menjelaskan bagaimana organisme multiselular menua melalui germ line yang imortal dengan akumulasi kerusakan lebih didistribusikan pada sel somatik. Tumbuhan tidak secara jelas memisahkan mana germ line dan sel somatik, sehingga menjadi pertanyaan apakah teori penuaan berlaku untuk tumbuh-tumbuhan. Plant stem cell memiliki tampilan seperti germ line, sementara jaringan tumbuhan yang mati pada saat musiman, seperti daun dan xilem, memiliki sifat seperti sel somatik. Bagaimana sebuah tumbuhan dapat mencapai usia yang ekstrem, plant stem cell mungkin memegang kunci dalam hal ini karena tumbuhan memiliki pasokan stem cell terus menerus.12Stem cell dipertahankan secara terus menerus melalui mekanisme pembaruan diri yang terjadi di dalam niches stem cell atau dediferensiasi struktur dewasa. Sel-sel ini memunculkan organ baru sehingga memungkinkan bertahan dalam kondisi ekstrem. Sebuah studi mengenai model embriogenesis somatik menunjukkan sistem yang menarik yaitu regenerasi tanaman dari protoplas mesofil sebagai jenis sel yang terpapar dan berkemungkinan dapat mengakumulasi kerusakan lalu berdediferensiasi menjadi sel pluripoten. Contoh model protoplas dari sel-sel mesofil yaitu Arabidopsis, dapat diinduksi dengan menambahkan phytohormones cytokinin dan auksin. Akar dan pucuknya dapat beregenerasi dari callus untuk menghasilkan tanaman dewasa dan memungkinkan untuk digunakan dalam perangkat molekuler genetik yang tersedia. 12Plant stem cell dikelompokkan menjadi niches yang disebut meristem, terdiri atas primer dan sekunder. Meristem primer adalah meristem apikal (pucuk pertumbuhan batang dan akar), meristem interkalari (sisipan) dan meristem germ. Meristem sekunder adalah bagian lateral yaitu kambium (smear) dan phellogen serta bagian traumatik (callus). Pada meristem apikal pucuk batang, proliferasi dan diferensiasi plant stem cell dikendalikan oleh banyak faktor, termasuk proses siklus putaran reversibel negatif antara produk ekspresi gen, yaitu protein WUSCHEL (WUS) dan CLAVATA3 (CLV3). Protein WUS disekresi oleh sel-sel pusat organisasi dan merupakan sinyal untuk proliferasi stem cell, sedangkan protein CLV3 disekresikan oleh stem cell dan terbatas pada area  WUS. Kelebihan stem cell menyebabkan CLV3 berlebihan dan merangsang pengurangan sekresi WUS sehingga sinyal proliferasi menurun. Namun, jika jumlah stem cell terlalu rendah (defisit CLV3), maka WUS akan meningkatkan jumlah stem cell.2,13Meristem traumatik (callus) muncul pada bagian tumbuhan yang terlukai, paling sering berdiferensiasi menjadi kambium. Fenomena penciptaan callus pertama kali dijelaskan oleh ahli botani Austria, Gottlieb Heberlandt pada tahun 1902. Dia menyatakan bahwa sel tumbuhan mampu meregenerasi seluruh tanaman dan percobaan pada tahun 1958, wortel berhasil dikloning dari sel wortel yang dibudidayakan secara in vitro. Proses pembuatan callus adalah satu tahap embriogenesis sel-sel somatik (pembentukan zigot tanpa pembuahan) atau disebut juga tumbuhan mengalami dediferensiasi menjadi stem cell yang mampu menghasilkan jaringan baru atau bahkan seluruh organ. Penelitian menunjukkan bahwa sitokin bertanggung jawab dalam memproduksi batang dari callus, sedangkan auksin bertanggung jawab memproduksi akar.2,13 Contoh lain adalah pada pucuk akar Arabidopsis sp., bagian pusatnya tidak aktif bermitosis namun dikelilingi oleh stem cell yang membentuk bagian distal, lateral serta bagian sel akar proksimal.12Kemampuan diferensiasi plant stem cell untuk dediferensiasi kembali menjadi status pluripotensial saat ini banyak dimanfaatkan untuk menghilangkan gejala penuaan kulit pada manusia dalam bentuk sediaan perawatan kulit atau prosedur kosmetik. Teknologi kultur plant stem cellTeknologi kultur sel tumbuhan memastikan pertumbuhan sel tumbuhan, jaringan atau organ dalam lingkungan dengan nutrisi yang bebas mikroba dan memungkinkan untuk sintesis zat aktif biologis. Kultur ini memungkinkan akses dengan material bebas polusi, mikroorganisme atau toksin, mampu di setiap musim, dengan kandungan zat aktif yang hampir sama di setiap bagian.4 Teknik kultur sel tumbuhan dengan metode perbanyakan plant stem cell bertujuan mendapatkan metabolit tumbuhan.3 Dasar biologis di dalam semua tumbuhan adalah reservoir stem cell yang pluripoten dan sel-sel dengan kemampuan berdediferensiasi (pluripoten). Dengan nutrisi yang tepat, callus dapat tumbuh dalam kultur dan dengan menggunakan stimulasi hormon yang tepat, mungkin dapat menstimulasi regenerasi tumbuhan dewasa (disebut sebagai teknik reproduksi mikro).4,13Langkah pertama adalah memilih bahan tumbuhan yang tepat (buah, daun atau akar). Selanjutnya jaringan tumbuhan disterilisasi dan direduksi menjadi fragmen mikroskopis (disebut "eksplan"). Eksplan ditempatkan pada cawan petri beserta nutrisi solid. Kultur dibuat dalam kondisi gelap (tidak berfotosintesis) dan disuplai oleh zat sumber karbon dan energi organik (seperti sakarosa), phytohormone (auksin dan sitokin), vitamin serta unsur mikro dan makro. Kemudian dipilih turunan sel dengan karakteristik biokimia dan metabolisme terbaik (produktif dalam waktu pembelahan terpendek), stabil dan seragam.Selanjutnya pembesaran volume biomassa yang disebut "scaling". Kultur suspense beradaptasi secara bertahap dimulai dari tabung (volume 200 mL) hingga dalam bioreaktor (volume 100 L). Proses fermentasi dipantau dengan pengukuran kadar gula, konduktivitas, tingkat pH, densitas optik, vitalitas sel dan isi metabolit sekunder seperti, asam ursolat.3,4,14Tahap akhir dari fermentasi adalah pengolahan biomassa yang diawali dengan pencampuran konten kultur dalam suspense, yang terdiri atas liposom, phenoxyethanol (pengawet) dan antioksidan (asam askorbat atau tokoferol). Selanjutnya, dilakukan homogenisasi tekanan tinggi, di mana dinding stem cell dihancurkan, komponen yang dimasukkan dilepaskan secara bersamaan komponen lipofilik ditutup di dalam liposom (lecithin), sedangkan komponen hidrofilik dilarutkan dalam fase air. Produk yang diperoleh adalah likuid berwarna kekuningan dan amber. Solusio ini berasal dari perusahaan Swiss Mibelle AG Biochemistry dan menamakan teknologi mereka PhytoCellTecTM (PCT).3,4,14,15   Plant stem cell versus ekstrak plant stem cellTerminologi merupakan hal yang sangat penting dalam hal penegasan cosmeceutical, yaitu pemahaman bahwa ketika istilah “plant stem cell” digunakan sebagai komposisi, sebenarnya mengacu pada ekstrak dari plant stem cell. Banyak perusahaan perawatan kulit mempromosikan produk mereka dengan mengklaim memanfaatkan teknologi stem cell.Ekstrak dari plant stem cell tidak dapat bertindak dengan cara yang sama seperti stem cell yang hidup.3 Menggabungkan ekstrak plant stem cell di dalam zat pembawa yang dapat membantu sel menembus hingga ke dalam kulit untuk memberikan manfaat kosmetik yang sebenarnya memerlukan teknologi yang tepat untuk mendapatkan potensi yang melekat dalam sediaan perawatan kulit.3,14Dengan pengaturan sedemikian rupa, kultur sel tumbuhan terdediferensiasi dapat mewarisi beberapa modifikasi epigenetik yaitu karakteristik biosintesis dan pertumbuhan jaringan yang sangat heterogen. Fakta ini memungkinkan untuk menghasilkan turunan sel tumbuhan dengan jumlah hampir tak terbatas dengan sifat phytochemical yang unik dan karakteristik tumbuh yang hampir sama dengan yang digunakan untuk inisiasi. Istilah “plant stem cell” dalam komposisi kosmetik sebenarnya mengacu pada kultur callus atau suspensi sel yang didapatkan dari ekstrak kultur sel tumbuhan yang berdediferensiasi ditambah solusio berteknologi tinggi yang mampu mempertahankan potensinya.14 1. 2. Ekstrak Plant Stem Cell sebagai Antipenuaan KulitEkstrak plant stem cell sebagai terapi regeneratif kulit Ekstrak terbaik dapat diperoleh dari plant stem cell yang biji atau buahnya mampu mempertahankan kesegaran dan reproduksibilitas dalam jangka waktu yang lama. Faktor penting yang harus dipertimbangkan selama pemilihan tanaman adalah habitatnya dalam kondisi lingkungan yang sulit atau kemampuannya untuk "menyembuhkan" tanaman lainnya.5 Pelopor dalam memproduksi plant stem cell untuk industri kosmetik adalah Mibelle AG Biochemistry company (Swiss), yang mengimplementasikan stem cell buah apel (PhytoCellTecTM Malus Domestica) dan dipublikasi pada tahun 2008. Pada studi klinis menggunakan krim PhytoCellTecTM Malus Domestica 2% selama 4 minggu, kerutan pada wajah berkurang.3 Sejak saat itu, Mibelle AG Biochemistry telah memperkenalkan ekstrak dari plant stem cell Vitis vinifera (PhytoCellTecTM Solar Vitis), Saponaria pumila (PhytoCellTecTM nunatak®) atau Argania spinosa (PhytoCellTecTM Argan) di pasar dalam bentuk suspensi yang memberikan efek antikerut serta meningkatkan aktivitas stem cell epidermis.21 Selain itu, terdapat bukti yang menunjukkan auksin tanaman memiliki efek regulasi terhadap panjang telomer.4Penting diketahui bahwa plant stem cell sangat sensitif terhadap faktor eksternal, seperti cahaya atau suhu. Dalam produk kosmetik, agar mereka dapat bertahan maka digunakan dalam bentuk ekstrak yang larut dalam lipid (diekstraksi dengan minyak) dan larut dalam air (diekstraksi dengan gliserol), ekstrak bubuk (dengan maltodekstrin), liposom, nanoemulsi atau suspensi.4,14 Aktivitas antioksidan dari ekstrak plant stem cellSeperti yang telah disebutkan di atas, radikal bebas dianggap sebagai senyawa aktif yang paling berperan dalam proses penuaan kulit. Ia merusak DNA dan membantu dehidrogenasi, hidroksilasi dan glikasi protein selain merusak lipid di stratum korneum. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitas dan kapasitas dalam mengatur transepidermal water loss (TEWL) serta replikasi sel kurang efisien. Oleh karena itu, antioksidan adalah bahan baku penting dalam cosmeceutical.4 Ekstrak dari plant stem cell merupakan sumber senyawa antioksidan yang sangat baik, seperti polifenol, asam phenolic, flavonoid, triterpenes, karotenoid, stilbenes, steroidal saponin dan peptide.14Goutzourelas et al. mempelajari efek antioksidan senyawa phenolic dari ekstrak stem cell anggur (Vitis vinifera) pada sel endotel dan otot.Terapi ekstrak stem cell anggur konsentrasi rendah mampu meningkatkan status redoks sel. Trans-resveratrol, asam gallic, (+)-catechin, asam ferullic, asam caffeic, quercetin, asam coumaric dan kaempferol merupakan bahan utama aktivitas antioksidan dari ekstrak stem cell anggur. Sumber lain yang kaya senyawa phenylpropanoid, terutama isoverbascoside adalah ekstrak kultur sel daun Syringa Vulgaris.4,14 Tito juga melaporkan bahwa ekstrak stem cell tomat memiliki kandungan asam rutin, coumaric, protocatechuic dan chlorogenic yang lebih tinggi dari pada buah tomat dan memiliki kemampuan antioksidan lebih tinggi. Aktivitas antioksidan yang tinggi dari ekstrak stem cell raspberry juga telah dilaporkan oleh Barbulova dan rekannya. Selain senyawa polyphenolic, ditemukan juga banyak kandungan asam ferulic dan quercitin ramnoside.4Studi Bazylak dan Gryn membandingkan beberapa ekstrak plant stem cell dalam total konten polyphenolic dan scavenging radikal diphenyl picrylhydrazin (DPPH) pada ekstrak stem cell paper mulberry (Brussonetia kazinoki), anggur (Vitis vinifer), magnolsi (Magnolia sieboldii), teh hijau (Camelia sinensis), ginseng putih (Panax ginsgen) dan ginseng hidroponik. Hasilnya menunjukkan semua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan serta yang paling tinggi dan efektif adalah teh hijau dan ginseng putih.3,17 KinetinSalah satu agen terpenting yang memberikan sifat antipenuaan pada ekstrak plant stem cell adalah kinetin (N6-furfuryladenine), suatu phytohormone cytokinin. Kinetin merupakan salah satu basa purin asam nukleat turunan adenin.18,19 Kinetin terbentuk secara alami dalam plant stem cell, misalnya, pohon pinus Australia (Casuarina equisetifolia) atau gingergrass (Cymbopogon martinii var. Motia). Konsentrasi kinetin yang sangat tinggi ditemukan dalam stem cell lemon (Citrus limon) dan raspberry (Rubus chamaemorus).4Kinetin dianggap sebagai antioksidan alami terkuat. Ia terlibat dalam induksi sintesis enzim regeneratif dan membentuk senyawa kompleks dengan ion tembaga (II) dan mengaktifkan superoksida dismutase. Kinetin juga melindungi DNA sel dengan menghambat pembentukan 8-oxo-dG, penanda kerusakan oksidatif yang terbentuk dari reaksi Fenton.18-21Faktor pertumbuhan alami ini adalah agen yang tepat untuk merangsang stem cell kulit. Menurut penelitian, ia memperbaiki fungsi sawar pada lapisan spinosum epidermis, merangsang keratinosit, menurunkan TEWL, yang memperbaiki pigmentasi dan mengurangi kerutan permukaan. Efek antipenuaan dari kinetin juga telah terbukti bermanfaat pada sel-sel endotel kulit yaitu dengan cara mengaktifkan proliferasi sel, menghambat penuaan sel dan menstimulasi zat-zat substansi proliferasi dan metaboliknya.4,20,21 SIMPULANTumbuhan memiliki umur panjang karena stem cell-nya mampu berdediferensiasi menjadi pluripoten dan dapat dimanfaatkan guna menghambat penuaan kulit manusia. Penggunaan plant stem cell memerlukan teknologi yang tepat agar mendapatkan potensi yang diharapkan dalam sediaan perawatan kulit. Ekstrak dari plant stem cell merupakan sumber senyawa antioksidan yang sangat baik seperti polifenol, asam phenolic, flavonoid, triterpenes, karotenoid, stilbenes, steroidal saponin dan peptida. Efek yang ditimbulkan adalah stimulasi fibroblas, perbaikan epidermis, perbaikan DNA sel serta melindungi kulit dari paparan sinar UV dan stres oksidatif sebagai antioksidan. Dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menilai efektifitas dan keamanan ekstrak plant stem cell sebagai antipenuaan kulit. DAFTAR PUSTAKASlack JMW. What is a Stem Cell?. Dalam: The Science of Stem Cells. United States: John Wiley & Sons;2018.h.1-11.Fehér A. Somatic embryogenesis—stress-induced remodeling of plant cell fate. BBA-Gene Regulatory Mechanisms. 2015;1849(4):385-402.Trehan S, Michniak-Kohn B, Beri K. Plant stem cells in cosmetics: Current trends and future directions. FSOA. 2017;3(4):FS0026.Miastkowska M, Sikora E. Anti-Aging Properties Of Plant Stem Cell Extracts. MDPI Journal Cosmetics. 2018:5(55):1-8.Kerns ML, Chien AL, Kang Sewon. Skin Aging. Dalam: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, dkk, penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-9. New York: McGraw Hill. 2019.h.1779-91Baumann L, Saghari S. Photoaging. Dalam: Baumann L, Saghari S, Edmund W, penyunting. Cosmetic Dermatology. Edisi ke-2. New York: Mc Graw Hill; 2009.h.34-41.Jusuf NK. Broccoli flower extract (Brassica oleracea L. var.italica plenck) inhibits photoaging by increasing type I procollagen expression in human skin fibroblast. Int J PharmTech Res. 2016;9(3):114–8.Assaf H, Adly M, Hussein M. Aging and intrinsic aging; pathogenesis and manifestations. Dalam: Farage MA, Miller KW, Maibach HI, penyunting. Textbook of Aging Skin. Berlin: Springer; 2010:130-318.Poon F, Kang S, Chien AL. Mechanisms and treatments of photoaging. PPP. 2015;31(2):65-74.Rinnerthaler M, Bischof J, Streubel MK, Trost A, Richter K. Oxidative stress in aging human skin. Biomolecules. 2015;5(2):545-89.Singh J, Chopra D, Dwivedi A, Ray RS. Photoaging. Dalam: Photocarcinogenesis & Photoprotection. Singapore: Springer; 2018.h.65-75.Dijkwel PP, Lai AG, Hypothesis: Plant stem cell hold the key to extreme longevity. TMA. 2019;3:14-6.Moru´s M, Baran M, Rost-Roszkowska M, Skotnicka-Graca U. Plant stem cells as innovation in cosmetics. Acta Poloniae Pharmaceutica. 2014;71(5):701-7.Georgiev V, Slavov A, Vasileva I, Pavlov A. Plant cell culture as emerging technology for production of active cosmetic ingredients. EngLifeSci. 2018;18(11):779-98.Pavlović M, Radotić K. Cultured Plant Stem Cells as a Source of Plant Natural Products. Dalam: Animal and Plant Stem Cells. Cham: Springer;2017.h.211-216.Goutzourelas N, Stagos D, Spanidis Y, Liosi M, Apostolou A, Priftis A, et al. Polyphenolic composition of grape stem extracts affects antioxidant activity in endothelial and muscle cells. Mol. Med. Rep. 2015;12: 5846–56.Bazylak G, Gryn A. Antioxidant activity and total flavonoid content in variable phyto-stem cells extracts obtained by high-pressure homogenization method and assigned for use in biocosmetics. PlantaMed. 2015; 81(16):PW_211.An S, Cha HJ, Ko JM, Han H, Kim SY, Kim KS, et al. Kinetin improves barrier function of the skin by modulating keratinocyte differentiation markers. Ann Dermatol.2017;29:6–12.Voller J, Maková B, Kadlecová A, Gonzalez G, Strnad M. Plant hormone cytokinins for modulating human aging and age-related diseases. Dalam: Hormones in Ageing and Longevity. Cham: Springer; 2017.h.311-335.Kadlecova A, Makova B, Artal-Sanz M, Strnad M, Voller J. The plant hormone kinetin in disease therapy and healthy aging. Ageing research reviews. 2019;55:100958.Jabłońska-Trypuć A, Matejczyk M, Czerpak R. N6-benzyladenine and kinetin influence antioxidative stress parameters in human skin fibroblasts. Molecular and cellular biochemistry. 2016;413(1-2):97-107.
PENGGUNAAN TELEMEDISIN PADA DERMATOLOGI DI ERA DIGITAL
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5075.551 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.125

Abstract

Telemedisin merupakan teknologi komunikasi yang berkembang dengan mengumpulkan informasi klinis untuk mendukung memenuhi kebutuhan kesehatan pasien dari jarak jauh. Bidang dermatologi sesuai untuk penerapan telemedisin karena mayoritas kelainan kulit dapat terlihat dengan mata. Teledermatologi (TD) didefinisikan sebagai praktik layanan dermatologi jarak jauh dengan bantuan teknologi komunikasi. Tingginya prevalensi penyakit kulit, wilayah yang luas, variasi kondisi ekonomi, kemajuan teknologi, dan peningkatan kebutuhan layanan dermatologi membuat TD semakin diperlukan. Pelaksanaan TD memerlukan kerjasama dengan provider yang mengerti dan memahami berbagai aturan di bidang kesehatan, mampu membangun serta membina hubungan antara pasien dan provider, serta menjalin kerjasama dengan asuransi kesehatan. Ada tiga jenis modalitas teknologi TD, yaitu store and forward (SNF), real time (RT), dan hybrid. TD juga mempunyai empat macam model praktek, yaitu konsultasi, triase, direct care, dan follow-up. Modalitas teknologi dan variasi model praktek mendukung TD menjadi alternatif dalam pelaksanakan layanan kesehatan sehingga dapat mengurangi angka kunjungan yang tidak perlu, memonitor perkembangan penyakit kulit kronis, memberikan rekomendasi terapi terkini, mengedukasi dan membuat pasien lebih berperan aktif dalam berkomunikasi dengan dermatologis.Kata kunci: dermatologi, teledermatologi, telemedisin, dermatologis
Gambaran Klinikopatologi Karsinoma Sel Basal di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2018
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.242 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.144

Abstract

Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan jenis karsinoma kulit yang terletak di stratum basalis epidermis, bersifat invasif secara lokal, rekurensi tinggi, namun jarang bermetastasis. Angka kejadian KSB cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Pemeriksaan histopatologis menjadi baku emas dalam menegakkan diagnosis KSB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinikopatologi pasien KSB di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2018. Penelitian ini menggunakan studi desain deskriptif retrospektif terhadap data sekunder, berupa seluruh (total sampling) rekam medis pasien yang didiagnosis KSB di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode 1 Januari hingga 31 Desember 2018. Kasus KSB terbanyak terdapat pada kelompok usia 60 tahun (56,3%) dengan rata-rata usia 59,63  15,91 tahun. Jenis kelamin terbanyak adalah wanita (53,1%) dan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (37,5%). Riwayat pendidikan terbanyak adalah SD dan SLTA (masing-masing 40,6%). Lokasi lesi terbanyak terdapat di kepala dan atau leher (94%); ukuran >2 cm (39,4%); dan soliter (96,9%). KSB risiko rendah (84,9%) dengan subtipe nodular atau solid (36,4%) merupakan gambaran histopatologis terbanyak.
BEBERAPA JENIS FITOESTROGEN SEBAGAI TERAPI UNTUK PENUAAN KULIT PADA PEREMPUAN PASCAMENOPAUSE
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.165 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.157

Abstract

Penuaan merupakan proses perubahan dinamis yang ditandai oleh kemunduran progresif berbagai sistem tubuh disertai penurunan kapasitas fisiologis. Salah satu faktor intrinsik penuaan kulit pada perempuan adalah penurunan kadar hormon estrogen di dalam tubuh saat memasuki masa pascamenopause. Estrogen merupakan hormon yang memiliki peran penting dalam regulasi fisiologis kulit. Berkurangnya kadar estrogen dapat mempercepat proses penuaan kulit yang ditandai dengan penurunan ketebalan, elastisitas, dan hidrasi kulit. Selama ini pemberian terapi hormon estrogen terbukti dapat mengurangi gejala penuaan kulit pada perempuan pascamenopause, namun terapi ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya efek samping berat contohnya kanker payudara, kanker endometrium, dan kanker ovarium. Fitoestrogen merupakan senyawa nonsteroid berasal dari tanaman yang memiliki aktivitas biologik serupa dengan estrogen. Setiap jenis fitoestrogen memiliki aktivitas biologik yang berbeda satu sama lain. Studi terkini menunjukkan bahwa fitoestrogen dapat menjadi terapi alternatif untuk mengatasi penuaan kulit pada perempuan pascamenopause. Fitoestrogen yang diberikan baik secara oral maupun topikal terbukti dapat meningkatkan elastisitas, ketebalan, dan kelembaban kulit serta mengurangi pigmentasi dan proses inflamasi pada kulit. 
CAULIFLOWER-LIKE APPEARANCE CUTANEOUS PAPILLOMA
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.364 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.160

Abstract

ABSTRAKCutaneous papilloma (CP) adalah neoplasma jinak jaringan ikat dermis, terdiri dari jaringan fibrosa longgar, dan tampak sebagai papula bertangkai sewarna kulit hingga hiperpigmentasi yang biasanya bersifat asimptomatis apabila tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Terdapat 3 tipe CP yang umum ditemui, yaitu furrowed papule CP,  filiform CP dan bag-like CP. Pada tulisan ini dilaporkan suatu kasus cauliflower-like appearance CP yang merupakan gambaran klinis tidak biasa dari CP.Dilaporkan suatu kasus pada perempuan berusia 45 tahun dengan keluhan timbul benjolan yang berjonjot-jonjot pada kelopak mata bawah sebelah kanan sejak 3 tahun lalu. Benjolan tersebut berjonjot-jonjot, lunak, tidak terasa nyeri, tidak gatal dan tidak berdarah.  Pada pemeriksaan dermatologis pada regio orbita dextra (lower eyelid) tampak nodul hiperpigmentasi, soliter, permukaannya verukosus, dan teraba lunak. Ukuran 1cm x 1cm.  Pada pemeriksaan dermoskopi polarized dan non polarized didapatkan gambaran cerebriform (brain-like) pattern dan comedo like opening. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan sediaan jaringan dengan pelapis epitel skuamous berlapis yang mengalami hiperkeratosis, akantosis dan papilomatosis. Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrous yang diinfiltrasi sel-sel radang limfosit yang minimal dan tampak struktur adneksa kulit dalam batas normal dengan kesimpulan suatu cutaneous papilloma. Pasien selanjutnya ditatalaksana dengan bedah eksisi.Kata Kunci: Cauliflower-like appearance, Cutaneous papilloma, Skin tag
ANALISIS FAKTOR RISIKO REAKSI KUSTA: STUDI RETROSPEKTIF DI RUMAH SAKIT RUJUKAN TERSIER INDONESIA TAHUN 2015-2020
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.287 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.282

Abstract

Latar Belakang: Kusta merupakan penyakit tropis terabaikan. Pada perjalan penyakit kusta yang kronis, sering terjadi reaksi kusta dengan episode subakut akibat respon imunologis terhadap antigen Mycobacterium. leprae . Pada kusta, penting diketahui  berbagai faktor pemicu yang mungkin akan mencetuskan reaksi kusta,  karena memiliki efek signifikan terhadap kualitas hidup. Metode: Studi ini merupakan studi retrospektif analitik dengan data yang diambil dari rekam medis seluruh pasien kusta baru dari tahun 2015-2020. Seluruh varian data dianalisis dengan Pearson’s Chi Square dan Kruskal Wallis test. Analisis regresi  logistik multivariat digunakan untuk mengkalkulasi risiko reaksi kusta.Hasil & Diskusi: Reaksi tipe 1 lebih sering terjadi pada kusta borderline dengan indeks bakteri (IB) dan indeks morfologi (IM) negatif. Reaksi tipe 2 umum terjadi pada kusta tipe lepromatosa dengan IB  ≥3 + (p=0.001) dan IM  1-5%. Pada analisis multivariat, hanya IB 3+ atau lebih yang memiliki korelasi positif dengan kemunculan reaksi kusta.Kesimpulan:  Klinisi perlu menggunakan klasifikasi Ridley and Jopling  dan pemeriksaan IB  serta IM untuk mengetahui risiko terjadinya reaksi kusta. Kata Kunci: penyakit tropis, faktor risiko, reaksi kusta
TERAPI ALTERNATIF REAKSI KUSTA
Media Dermato Venereologica Indonesiana Vol 48 No 4 (2021)
Publisher : PERDOSKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1228.89 KB) | DOI: 10.33820/mdvi.v48i4.304

Abstract

Kusta merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Dalam perjalanan penyakit kusta dapat terjadi episode akut yang disebut reaksi kusta. Menurut World Health Organization (WHO), pemberian kortikosteroid merupakan terapi lini pertama reaksi kusta, namun kortikosteroid memiliki berbagai efek samping jika digunakan dalam jangka panjang. Banyak pula kasus reaksi kusta berulang yang resisten atau bergantung terhadap kortikosteroid, sehingga terapi alternatif dapat menjadi pilihan untuk kasus-kasus tersebut. Terapi alternatif yang kami jabarkan adalah pentoksifilin, siklosporin, azatioprin, metotreksat dan agen biologik (apremilast, Inhibitor TNF- -α dan IL-17). Artikel ini akan memaparkan indikasi hingga efek samping dari terapi alternatif untuk reaksi kusta. Studi mengenai terapi alternatif masih cukup terbatas (seperti studi kasus, case series, studi randomized control trial dalam skala kecil). Namun, didapatkan hasil yang cukup menjanjikan. Metotreksat merupakan terapi alternatif yang unggul dikarenakan memiliki hasil yang menjanjikan berdasarkan beberapa studi kasus yang telah dilakukan dan saat ini tengah dilakukan studi multi-senter randomized control trial dalam skala besar. Maka dari itu, masih diperlukan studi lebih lanjut mengenai penggunaan terapi alternatif pada reaksi kusta dan penggunaanya saat ini perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dan hati-hati.

Page 1 of 1 | Total Record : 8