cover
Contact Name
Cynthia Erlita Virgin Wuisang
Contact Email
cynthia.wuisang@unsrat.ac.id
Phone
+6281340240129
Journal Mail Official
mmatrasain@unsrat.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Unsrat, JL Kampus Unsrat, Bahu Manado 95115
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Media Matrasain
ISSN : 18581137     EISSN : 27231720     DOI : https://doi.org/10.35792/matrasain
Journal of Media Matrasain publishes research results, critical studies/analysis, innovative ideas/thoughts and the results of design works in the fields of architecture and urban planning.
Articles 251 Documents
GEOMETRI FRAKTAL DALAM RANCANGAN ARSITEKTUR Stenly Hasang; Surijadi Supardjo
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.665

Abstract

Karya tulis ini menelusuri tentang konsep-konsep dasar dari geometri fraktal yang merupakan suatu cabang dari ilmu matematika yang mempelajari bentuk dan perilaku dari fraktal,dan kemudian diaplikasikan dalam lingkup wilayah arsitektur. Fraktal adalah bentuk apa saja yang jikalau bagian-bagian dari bentuk itu diperbesar akan terlihat rincian yang sebanyak-banyaknya seperti bagian fraktal keseluruhannya. Adanya geometri fraktal menunjukkan bahwa matematika tidak hanya menjadi subjek yang selalu membahas tentang hitung menghitung, tetapi juga dapat dikaitkan dengan seni untuk  menghasilkan karya-karya arsitektur yang indah dan memiliki nilai intelektual yang tinggi. Kata kunci : Geometri Fraktal, Adaptasi, Perancangan
FLOATING ARCHITECTURE SEBAGAI PEMBENTUK IDENTITAS WATERFRONT Winsensius S.P. Raco; Fela Warouw
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.666

Abstract

Dasar pemikiran makalah ini yaitu Arsitektur Floating yang muncul sebagai alternatif baru dalam perencanaan bangunan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dan menjawab pertanyaan mengenai permasalahan lahan untuk membangun (tanah) yang semakin terbatas. Arsitektur floating yang dimaksud dalam makalah ini lebih dikhususkan membahas tentang pengolahan kawasan waterfront. Kawasan tepi air (waterfront) merupakan bagian elemen fisik kota yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan yang hidup (livable) dan tempat berkumpul masyarakat. Dalam perkembangannya Konsep Waterfront di beberapa Negara didunia memiliki konsep yang cenderung sama. Pembangunan kawasan waterfront yang selaras dengan alam menjadi aspek penting yang menjadi perhatian dunia, dengan penekanan terhadap aspek lingkungan maupun fungsi. Aspek-aspek pertimbangan diperoleh berdasarkan studi literatur. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam pengembangan arsitektur floating sebagai identitas waterfront penting untuk mengharmoniskan antara kota/lahan dan air agar keduanya dapat berperan timbal balik. Arsitektur floating menjadi pembentuk identitas kawasan waterfront yang modern tidak hanya dilihat dari kecanggihan teknologi dan nilai estetika yang dimunculkan, tapi juga berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Hal ini juga mampu menghadirkan fungsi-fungsi yang mewadahi kegiatan  dalam kawasan tepi air secara lebih efektif dan fungsional serta menjadi solusi penanggulangan terhadap perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkan. Kata Kunci : Arsitektur Floating, Waterfronts
KONFIGURASI DAN KOMPOSISI SEBAGAI PENDEKATAN DALAM GUBAHAN BENTUK ARSITEKTUR Wahyudi Siswanto
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.667

Abstract

The rules of configuration and composition have been known for so long in the history of architecture. Both are methods and design approaches that are connected one to another, nevertheless in many cases, they were seen as opposition one to another, along with the change views and concepts that are applied by scientists and designers. By understanding the meaning, function and the development of configuration and composition in architectural design, the critical scientific standpoint toward both of  the methods can be achieved. Keywords: Configuration, Compotition, Design methode.
PERBANDINGAN PENGARUH SUHU LINGKUNGAN PADA KENYAMANAN TERMIS DI RUANG LUAR DAN RUANG DALAM DI IKLIM TROPIS LEMBAB BAGI MANUSIA BERAKTIFITAS MODERAT Reny Syafriny; - Sangkertadi
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.668

Abstract

Tulisan ini memaparkan hasil simulasi perhitungan skala kenyamanan termis bagi manusia di ruang luar dan ruang dalam. Kasusnya adalah lingkungan iklim tropis lembab, bagi manusia beraktifitas moderat (sekitar 1 met) dan berpakaian tropis (sekitar 0.5-0.7 clo). Variabel iklim sebagai kasus meliputi kecepatan angin, suhu radiasi dan suhu udara. Rentang variabel suhu udara meliputi 25 dan 300C. Sedangkan rentang suhu radiasi meliputi 25 s/d 600C. Rentang variasi kecepatan angin berkisar dari 0.5 s/d 4 m/s.  Hasilnya meunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara persepsi kenyamanan termis manusia di dalam dan luar ruang meskipun mendapat pengaruh variabel iklim mikro yang sama.
TEORI MAKNA LINGKUNGAN DAN ARSITEKTUR Judy O. Waani
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.669

Abstract

Upaya memahami makna, merupakan salah satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi dan tidak terkecuali, arsitektur dan lingkungan. Pengertian makna menurut ilmu komunikasi yaitu proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Menurut Spradley (1997) makna adalah menyampaikan pengalaman sebagian besar umat manusia di semua masyarakat. Berbeda dengan pengertian di atas, Prieto (dalam Martinet, 2010) menyatakan bahwa makna adalah hubungan sosial yang dibangun oleh sinyal diantara sang emisor dan reseptor ketika tindakan semik sedang berlangsung. Dalam pandangan yang lain, menurut Eco (1976), makna adalah sebuah wahana tanda (sign-vechicle) adalah satu kultural yang diperagakan oleh wahana-wahana tanda yang lain serta, secara semantik mempertunjukkan pula ketidak-tergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya.  Ogden dan Richard (dalam Leech, 2003) menyatakan bahwa terdapat dua puluh dua definisi tentang makna, beranjak dari titik tolak non-teoritis atau yang teoritis. Beberapa di antaranya adalah (1) suatu sifat intrinsik; (2) kata-kata lain yang dihubungkan dengan sebuah kata dalam kamus; (3) konotasi suatu kata; (4) tempat sesuatu dalam sistem; (5) akibat praktis dari suatu hal di dalam pengalaman untuk masa depan; (6) sesuatu yang benar-benar diacu oleh pemakai lambang; (7) sesuatu yang oleh penafsir lambang: (a) diacu; (b) diyakini bahwa ia sendiri mengacu padanya dan (c) diyakini bahwa pemakai mengacu padanya. Oleh sebab itu, uraian tentang makna, akan difokuskan pada makna lingkungan dan makna dalam arsitektur. Dalam skala ruang, arsitektur adalah bagian dari lingkungan. Keduanya dalam pembahasan ini, saling melengkapi untuk mendapatkan pembahasan yang mendalam tentang makna. Kata kunci: makna, lingkungan, arsitektur
DESAIN GEDUNG SEKRETARIAT FKUB SULAWESI UTARA MELALUI PENDEKATAN ICONIC DAN SEMIOTIK ANALOGI - Suryono
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.670

Abstract

Sebelum dibentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Sulawesi Utara sudah ada organisasi serupa, Badan Kerja Sama Antarumat Beragama (BKSAUA), sejak tahun 1967, hingga saat ini masih eksis, terbukti cukup efektif untuk ikut menjaga tri kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, ada ide untuk tetap mempertahankan BKSAUA sebagai icon kearifan lokal namun juga dibentuk FKUB sebagai icon kearifan nasional, bahkan rencana membangun gedung sekretariat bersama. Permasalahan yang timbul adalah, bagaimana dapat medesain skretariat yang dapat mencerminkan tri kerukunan umat beragama, di Sulawesi Utara dan bisa diterima oleh masyarakatnya yang majemuk: baik dari sudut pandang suku, agama maupun ras. Penulis mencoba medesain gedung tersebut dengan pendekatan Iconic dan semiotik analogi dimaksudkan untuk mempertahankan identitas masing-masing agama sebagai wujud keterwakilan bentuk sebagai identitas yang telah dikenal selama ini baik pada bangunan tempat ibadah maupun bangunan keagamaan lainnya. Agar bangunan mencerminkan kerukunan sebagai pencerminan kearifan lokal  maupun kearifan nasional. Kata kunci: Rukun,icon kearifan Lokal dan Nasional
RUANG DALAM ARSITEKTUR BERWAWASAN PERILAKU Rieka Angkouw; Herry Kapugu
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.671

Abstract

This paper examines how an architect designing a building, especially in the interior are not just based on his own imagination, but also pay attention to human behavior as a user. The assessment starts from the design of the architecture design of modern movement influenced by the lack of attention to the man himself as a user, but only focused on the architect and design objects, where as the behavior or the behavior of human beings who need to be considered in the design, especially in the formation of the space, so the design produced will be beneficial to humans. Keywords: Interior, in space, human behavior.
ANALOGI DRAMATURGI DALAM RANCANGAN ARSITEKTUR Yieldni Tawalujan; Rieneke Luisa Evany Sela
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.672

Abstract

Sejak dahulu drama dan arsitektur sudah menjadi suatu bagian dalam kehidupan manusia. Dalam teori arsitektur ada sebuah analogi yang sering digunakan para ahli untuk menjelaskan arsitektur itu sendiri, yaitu analogi Dramaturgi. Kegiatan-kegiatan manusia sering dinyatakan sebagai teater (“seluruh dunia adalah panggung”), karena itu lingkungan buatan dapat dianggap sebagai pentas panggung. Manusia memerankan peranan, dan demikian pula bangunan-bangunan merupakan rona panggung dan perlengkapan yang menunjang pagelaran panggung. Menganalisis sebuah karya drama memiliki beberapa pendekatan, salah satunya dengan “Pendekatan Ekspresif”. Dalam pendekatan ini pengarang dianggap sebagai faktor yang paling penting dalam proses penciptaan suatu karya sastra drama. Pandangan ini  jika ditarik kedalam perancangan Arsitektur, persis memposisikan arsitek sebagai sutradara, karena arsiteklah yang paling bertanggung jawab dalam pengejawantahan alur/ plot cerita hingga  akhirnya hadirlah geometri yang mempunyai jiwa. Kata kunci : Analogi, Dramaturgi, Arsitektur.
KAJIAN TIPOMORFOLOGI KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA DI KOTA MANADO Sonny Tilaar; Octavianus H.A. Rogi; Alvin J. Tinangon
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i3.673

Abstract

Sejumlah premis teoritik menunjukkan bahwa lepas dari tipe struktur ruang kota dan  pertumbuhannya, tipomorfologi suatu kota sangat ditentukan oleh pola pertumbuhan kawasan permukiman, baik yang terencana atau tidak. Problem yang lazim terjadi adalah degradasi kualitas ruang kota akibat perkembangan kawasan permukiman yang tidak terencana. Namun demikian, praktik pengembangan kawasan permukiman terencana tidak jarang juga bermuara pada hadirnya klaster-klaster permukiman yang berkualitas rendah bahkan cenderung kumuh. Penelitian ini mencoba untuk menelusuri lebih lanjut karakteristik tipomorfologi kawasan permukiman terencana di wilayah kota Manado, dalam kaitannya dengan indikasi permasalahan perkotaan yang disinyalir di atas. Secara khusus, penelitian ini berupaya mengidentifisir faktor apa saja yang menentukan perubahan tipomorfologi permukiman terencana di Manado. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 (enam) bulan. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data sekunder adalah data kondisi permukiman di kota Manado secara keseluruhan, khususnya statistik pertumbuhan kawasan permukiman terencana sejak tahun 1975 hingga tahun 2010. Data primer adalah data hasil observasi lapangan dan wawancara, serta citra satelit tentang kondisi salah satu kawasan permukiman terencana di Manado, yaitu Perumahan Alandrew di kecamatan Malalayang, yang dijadikan objek studi kasus, mewakili kategori permukiman dengan target konsumen masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Teknik analisis adalah analisis deskriptif, yaitu menganalisis langsung keadaan obyek studi melalui uraian, pengertian, ataupun eksplanasi terhadap variabel yang terukur maupun tidak. Sebagai kesimpulan, hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pertumbuhan jumlah lokasi dan luas lahan permukiman terencana di Manado menunjukkan trend positif; (2) Secara periodik rasio okupansi lahan per unit rumah trendnya meningkat; (3) Delineasi kawasan permukiman terencana cenderung tidak beraturan dan ditentukan oleh batas legal penguasaan lahan pihak pengembang, serta batas fisik alamiah lahan efektif; (4) Aksesibilitas kawasan umumnya berupa akses tunggal, dengan sirkulasi keluar masuk kawasan yang berciri kuldesak; (5) Rencana tapak kawasan lazim dikembangkan dengan konsep dasar optimasi daya dukung lahan melalui upaya grading, dengan tatanan grid yang sumbu-sumbu orientasinya bersesuaian dengan arah kelandaian lahan serta delineasi kawasan; (6) Blok perkavlingan lazim dibedakan atas tipe unit hunian dan kavlingnya. Blok dengan kualitas terbaik biasanya ditempatkan dekat dengan akses kawasan atau di jalur jalan utama, sementara blok kavling dengan kualitas terendah menempati zona-zona “terdalam”; (7) Ragam tipologi unit hunian biasanya terdiri dari minimal 3 varian tipe, mulai dari tipe terkecil hingga yang terbesar; (8) Tipologi infrastruktur standar yang disediakan meliputi prasarana jalan, drainase, listrik dan air bersih. Sarana publik standar yang disediakan adalah ruang terbuka publik dan lahan untuk pengembangan sarana peribadatan; (9) Morfologi kawasan terutama teridentifikasi melalui perubahan fisik unit hunian, figure ground kawasan dan kondisi lingkungan terbangun sekitar kawasan; (10) Morfologi unit hunian adalah dalam hal perubahan luas lantai, pola denah, kualitas konstruksi dan fasade juga per-pagar-an; (11) Dari aspek figure ground, perubahan yang lazim adalah peralihan dominasi void ke solid secara gradual, yang menyiratkan peningkatan rasio penutupan lahan oleh bangunan; (12) Perubahan kondisi lingkungan sekitar terlihat melalui figure ground yang meningkat kuantitas elemen solidnya pada beberapa lokasi di luar delineasi kawasan. Key words : permukiman terencana, tipologi, morfologi
PENGARUH BISING LALU LINTAS UDARA BANDARA SAM RATULANGI TERHADAP KENYAMANAN PENGHUNI PERUMAHAN DI SEKITARNYA - Suryono; Luther Betteng; Faizah Mastutie
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 3 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i3.675

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pengaruh bising lalu-lintas pesawat terbang bandar udara Sam Ratulangi, terhadap rasa nyaman dan rasa aman para penghuni permukiman disekitarnya perumahan: CBA, Griya 4, dan Permata Klabat. Obyek penelitian tersebut dipilih karena jarak dari Bandar udara Sam Ratulangi relatif dekat, sekitar 300 meter hingga 4.000 meter dan berada satu garis lurus dengan landasan pacu, sehingga permukiman tersebut patut diduga terkena dampak negatif penting dari bising yang bersumber dari aktifitas take off dan landing pesawat udara. Adapun metoda penelitian yang digunakan: pertama, Observasi yakni pemetaan letak bandara dan tiga lokasi perumahan, data penerbangan, kedua adalah pengukuran bising obyektif, yaitu bising latar belakang dan kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan pengukuran subyektif yakni dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisener untuk mendapatkan tanggapan responden, perihal rasa nyaman dan rasa aman para penghuni. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa rasa nyaman dan aman secara obyektif dan subyektif, terdapat perbedaan yang cukup signifikan, untuk rekomendasi guna mengantisipasi dampak negatif dari bising bagi pihak terkait antara lain: penghuni, pengembang dan pemerintah sebagai pembuat dan pengontrol kebijakan Kata kunci: bising, gangguan rasa nyaman, aman dan antisipasi

Page 5 of 26 | Total Record : 251