cover
Contact Name
Cynthia Erlita Virgin Wuisang
Contact Email
cynthia.wuisang@unsrat.ac.id
Phone
+6281340240129
Journal Mail Official
mmatrasain@unsrat.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Unsrat, JL Kampus Unsrat, Bahu Manado 95115
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Media Matrasain
ISSN : 18581137     EISSN : 27231720     DOI : https://doi.org/10.35792/matrasain
Journal of Media Matrasain publishes research results, critical studies/analysis, innovative ideas/thoughts and the results of design works in the fields of architecture and urban planning.
Articles 251 Documents
NEW METAPHOR IN ARCHITECTURE (METAFORA BARU/TERKINI DALAM ARSITEKTUR) Stendri Sinadia; Deddy Erdiono
MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 3 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v8i3.340

Abstract

ABSTRAK“New Metaphor”(Metafora Baru/Terkini) dalam arsitektur sebagai strategi pendekatan perancangan yang Baru/Terkini dengan maksud dapat menghasilkan sebuah desain rancangan Arsitektur yang representatif dan tereksplorasi dengan baik, suatu rancangan yang ditinjau dari segi bentuk maupun fungsinya serta mempunyai ciri khas tertentu sebagai suatu rancangan arsitektur yang bergaya “New Metaphor”(Metafora Baru/Terkini) itu sendiri, sehingga dapat juga menjadi salah satu identitas yang menarik ketika “New Metaphor”(Metafora Baru/Terkini) menyampaikan pesan lewat karyanya, Kiasan dari Metafora Baru/Terkini yang diambil ini adalah sebuah karya rancangan baru yang dikembangkan setelah metafora, rancangan yang mengambil bentuk-bentuk/hubungan antara alam dan manusia, yang lebih fungsional, yang secara filosofis memiliki titik temu dengan objek perancangan arsitektur, rancangan yang berdasarkan atau memakai elemen alam secara keseluruhan, dimana ini akan menjadikan suatu strategi desain yang saling mendukung.Kata kunci : “New Metaphor”(metafora baru/ terkini), alam, manusia dalam arsitektur
FENG SHUI DALAM ARSITEKTUR Teguh Rohman Hakim; Frits O. P. Siregar
MEDIA MATRASAIN Vol. 8 No. 3 (2011)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v8i3.341

Abstract

ABSTRAKFeng Shui merupakan salah satu Ilmu tentang tata bangunan yang menyarankan manusia dan alam hidup harmonis dan sejalan. Pengrusakan dan bencana akan terjadi bila tidak ada keselarasan.Dasar ilmu Feng Shui diterapkan melalui pemahan tentang teori Yin dan Yang yang mana teori Yin dan Yang menjelaskan tentang hakekat keseimbangan serta ketergantungan antara satu dengan yang lain serta aplikasi yang dijelaskan melalui media warna hitam, putih yang saling mempegaruhi. Selain itu teori dasar lima unsur yaitu air, kayu, api, logam, tanah yang diterapkan melalui pencocokan elemen agar mendapatkan kebahagiaan dalam penerapan ilmu Feng Shui terhadap bangunan. Serta berbagai kasus yang dijelaskan sebagai landasan pembangunan.Kata kunci : Feng Shui, Aplikasi
MENGUNGKAP MAKNA METAFORIK KARYA TADAO ANDO : AUDITORIUM ‘TELUR’ INAMORI, UNIVERSITAS KAGOSHIMA – JEPANG Deddy Erdiono
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.656

Abstract

Pembacaan ekspresi metaforik karya arsitektur dapat dilakukan oleh setiap orang dengan latar belakang yang berbeda, sesukanya sesuai dengan pengalaman masing-masing. Sehingga makna metaforik yang diperolehnyapun menjadi variatif, sekalipun tidak sama dengan makna yang ingin disampaikan oleh arsiteknya (Charles Jencks : ‘The Language of Post Modern’, 1991). Ekspresi metaforik karya arsitektur yang terlalu formal dan eksplisit dalam pengungkapan maknanya, seringkali dianggap dangkal, karena sangat jelas dan mudah dibaca oleh setiap orang. Sifatnya yang langsung seakan tidak perlu melalui proses pemikiran lebih lanjut, sehingga yang demikian ini dianggap tidak menyisakan ruang bagi imajinasi untuk berkembang (Robert Venturi : ‘Complexity and Contradiction in Architecture, 1966). Oleh karenanya, pembacaan dan pencarian makna metaforik suatu karya arsitektur harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya dilacak dari tampilan visual yang kasat mata saja, tetapi juga dari ‘passion of design’ sang arsitek yang sifatnya non fisik/abstrak. Kata kunci : ekspresi metaforik, makna metaforik, ‘passion of design’.
ATMOSPHERES - PARAMETER DESAIN PETER ZUMTHOR DALAM ARSITEKTUR Jean S. P. Langi; Alvin J. Tinangon
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.657

Abstract

Paper ini merupakan buah pikir dalam menanggapi pesatnya perkembangan Arsitektur serta fenomena-fenomena yang muncul di dunia Arsitektur; dengan tujuan untuk dapat membuka wawasan serta membawa pemahaman yang hakiki terhadap Arsitektur serta mengetahui bagaimana seharusnya kita ber-Arsitektur. Penulisan ini membahas tentang 9 atmosfir desain arsitektur dari Peter Zumthor, yakni: The Body of Architecture, Material Compatibility, The Sound of a Space, The Temperature of Space, Surrounding Objects, Tension Between Interior and Exterior, Levels of Intimacy, dan Light on Things. Kesembilan aspek desain ini merupakan parameter yang digunakan Peter Zumthor dalam mendesain ruang dan bangunan arsitektural. Metode yang digunakan dalam mengkaji penulisan ini adalah dengan mengambil 3 objek arsitektural karya Peter Zumthor, kemudian dianalisis keterkaitannya dengan kesembilan atmosfir desain.Hasil dari pembahasan kemudian dijabarkan dalam suatu strategi implementasi tematik dimana kesembilan atmosfir desain tersebut diimplementasikan pada elemen–elemen yang ada pada konsep desain arsitektur.Kata kunci: Peter Zumthor, atmosfir desain, implementasi tematik Paper ini merupakan buah pikir dalam menanggapi pesatnya perkembangan Arsitektur serta fenomena-fenomena yang muncul di dunia Arsitektur; dengan tujuan untuk dapat membuka wawasan serta membawa pemahaman yang hakiki terhadap Arsitektur serta mengetahui bagaimana seharusnya kita ber-Arsitektur. Penulisan ini membahas tentang 9 atmosfir desain arsitektur dari Peter Zumthor, yakni: The Body of Architecture, Material Compatibility, The Sound of a Space, The Temperature of Space, Surrounding Objects, Tension Between Interior and Exterior, Levels of Intimacy, dan Light on Things. Kesembilan aspek desain ini merupakan parameter yang digunakan Peter Zumthor dalam mendesain ruang dan bangunan arsitektural. Metode yang digunakan dalam mengkaji penulisan ini adalah dengan mengambil 3 objek arsitektural karya Peter Zumthor, kemudian dianalisis keterkaitannya dengan kesembilan atmosfir desain. Hasil dari pembahasan kemudian dijabarkan dalam suatu strategi implementasi tematik dimana kesembilan atmosfir desain tersebut diimplementasikan pada elemen–elemen yang ada pada konsep desain arsitektur. Kata kunci: Peter Zumthor, atmosfir desain, implementasi tematik
EKSPRESIONISME SEBAGAI PENDEKATAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Surijadi Supardjo
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 1 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i1.658

Abstract

Ekspresionisme sebagai aliran dalam seni memiliki paham: “Art is an expression of human feeling” atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Perintis aliran ini Benedeto Croce (1866-1952) menyatakan:  “Art is expression of impression” atau seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan, yaitu sebagai aliran yang berusaha melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan kearah suasana emosional seniman seperti kesedihan, kekerasan, atau tekanan batin yang berat. Pelukisan obyek secara ekspresionis mengizinkan baik bentuk maupun warnanya diubah sehingga menunjang suasana yang dimaksudkan, dari pada menurut realitas yang semestinya. Arsitektur ekspresionisme merupakan gerakan untuk mencapai cita-cita yang kompleks. Yang dicirikan sebagai irasional, emosional, antropomorfik, romantik dan monumental. Gerakan ini kerap diyakini sebagai ide ruang, dimana bagian-bagian utama dari komposisi arsitektural biasanya terdiri dari masa bangunan yang sifatnya sentral, dominan dan menjulang. Kata kunci: Ekspresi,  Emosional, Irasional.
BLOBITECTURE Sgerlen M. Tunas; Johanes Van Rate
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.660

Abstract

Blobitecture merupakan eksplorasi bentuk dari gaya arsitektur organik yang menjadi salah satu gaya dalam desain arsitektur dengan bentukan yang organik, tampak hidup, berbentuk aneh seperi gumpalan. yang menggunakan alat bantu perangkat lunak komputer dalam penyempurnaan kualitas desain. Blobitecture menjadi salah satu strategi pendekatan perancangan yang dapat menghasilkan sebuah rancangan arsitektur yang representatif dan tereksplorasi dengan baik, yang ditinjau dari segi bentuk maupun fungsinya serta ciri khas tertentu sebagai suatu rancangan arsitektur. Kata Kunci : Blobitecture, eksplorasi bentuk
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR Stenly Yerli Taaluru; Frits O. P. Siregar
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.661

Abstract

Material merupakan salah satu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari arsitektur. Material mampu mendefinisikan ruang, membentuk karakter bangunan hingga mampu membawa pengguna bangunan pada tingkat pengalaman puitis. Material dengan demikian merupakan salah satu medium dalam menghadirkan pengalaman arsitektur. Pengalaman arsitektur ialah berbicarakan tentang bagaimana arsitektur dialami secara nyata melalui pengalaman sensoris kesatuan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan. Kecenderungan gerakan arsitektur modern yang lebih menyukai penggunaan material untuk menghasilkan efek abstraksi yang imaterial, dan di sisi lain arsitektur post-modern yang menjadikan sistem tanda dan informasi sebagai pengalaman arsitekturalnya mengarahkan kita pada keadaan dimana arsitektur seolah jauh dari sesuatu yang nyata, dan pula menciptakan pengalaman arsitektur yang hanya pada tingkatan persepsi visual semata. Ekpresi material dapat menjadi medium hadirnya pengalaman arsitektur yang menyeluruh, dimana pengalaman tersebut tidak sekedar pengalaman persepsi visual dari indera penglihatan, namun merupakan suatu kesatuan pengalaman antara indera penglihatan, peraba, pendengaran dan penciuman, yang pada akhirnya menjadikan arsitektur tidak hanya dapat dilihat tapi lebih dari itu dapat dialami. Kata kunci : ekspresi, material, pengalaman arsitektur
ANIMASI DALAM TECHNO PARK Marcovani Wowor; Linda Tondobala
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.662

Abstract

Sekarang ini teknologi komputer berkembang dengan sangat pesat, sehingga sering muncul pepatah “orang yang tidak mengerti teknologi adalah orang yang ketinggalan zaman”. Salah satu teknologi komputer yang populer dan terus berkembang saat ini adalah teknologi animasi. Animasi sendiri sebenarnya merupakan ciptaan manusia yang bersifat menghibur sekaligus mendidik bagi manusia dimana biasanya dituangkan dalam bentuk gambar yang terlihat seperti hidup dan memiliki karakter  sendiri yang mudah diserap/dimengerti anak-anak, karena sasaran utama dari animasi sendiri pada awalnya adalah anak-anak. Baru kemudian berkembang meluas ke semua kalangan. Dalam perkembangannya animasi mulai digunakan dalam dunia arsitektur terutama untuk kepentingan mempresentasikan hasil perancangan dengan menggunakan program komputer seperti autoCAD, 3D max, skechup, archiCAD dll. Seiring  dengan perkembangan teknologi pada bangunan maka animasi tidak hanya digunakan untuk presentasi hasil rancangan  saja tapi mulai diterapkan nyata pada bangunan. Hal tersebut biasanya  untuk menarik minat masyarakat mengunjungi bangunan tersebut. Contohnya adalah pembuatan gambar-gambar animasi sebagai pengganti cat dinding bangunan untuk menarik minat pengunjung, penggunaan hologram atau  karakter animasi tertentu  pada bangunan, dibuatnya bangunan theme park dan area bermain atau pendidikan  yang menyajikan animasi seperti simulasi 3d, robot ataupun hologram animasi. Dan yang mulai berkembang dan populer saat ini adalah techno park. Techno park sendiri mirip dengan theme park hanya bedanya  techno park menggunakan teknologi lebih futuristik dan tidak hanya diperuntukan untuk hiburan atau pendidikan tetapi lebih luas lagi techno park mencakup kedua fungsi untuk pendidikan dan hiburan. Pada makalah ini materi yang akan diangkat adalah penggunaan/penerapan animasi dalam techno park itu sendiri. Kata kunci: Animasi, Teknologi, Theme Park
IMPLEMENTASI ALIRAN SENI EKSPRESIONISME DALAM KARYA ARSITEKTUR Monica D. Sakul; Deddy Erdiono
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.663

Abstract

Pada awal abad ke 20, muncul bentuk-bentuk seni rupa baru dan konsep-konsep seni rupa yang menentang nilai-nilai tradisi masa lampau. Salah satu aliran seni yang muncul adalah Ekspresionisme. Ekspresionisme juga didefinisikkan sebagai kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dari dalam yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedy.  Eskpresionisme dibagi pada 2 masa. Ekspresionisme I merupakan suatu gerakan yang melekat pada cita rasa cita rasa irasional dalam diri manusia. Gerakan ini dipengaruhi oleh arsitek-arsitek modern Avant Garde yang menerapkan aliran futurisme dan memiliki keterkaitan dengan aliran Suprematisme dan Konstruktivisme Rusia dimana kedua aliran ini sama-sama membahas tentang ruang irasional serta material yang digunakan dalam bangunan mempunyai kemiripan. Selanjutnya muncul aliran Ekspresionisme II yang menjadi cikal bakal dari arsitektur modern baru. Aliran ini muncul karena terjadi konflik dalam Ekspresionisme. Dalam ekspresionisme II ini, bangunan-bangunannya sudah mulai menerapkan menggunakan material-material pabrikan serta mulai menerapkan paham-paham arsitektur modern yakni Form Follow Function, Less is More, Ornament is a Cryme dan lain sebagainya. Setelah arsitektur modern, kemudian muncul juga aliran Post Modern yakni dekonstruksi yang juga memiliki hubungan dengan ekspresionisme. Kata kunci : Arsitektur, Ekspresionisme
IMPLEMENTASI KONSEP “FOLDING” DALAM RANCANGAN FASADE BANGUNAN / ARSITEKTUR Mareike Runtu; Sonny Tilaar
MEDIA MATRASAIN Vol. 9 No. 2 (2012)
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35792/matrasain.v9i2.664

Abstract

Fasade bangunan yang baik merupakan suatu kesatuan desain antara atap, dinding serta terintegrasi dengan denah ruang dan struktur yang ada di dalamnya. Untuk bisa menyatukan elemen-elemen tersebut maka dipakai berbagai macam konsep perancangan yang bisa menjadi dasar ide atau pemikiran dalam merancang. Salah satunya dengan konsep “Folding” atau melipat, menekuk suatu bidang sehingga mendapatkan sebuah fasade bangunan. Sebagai bahan dasar dari pembuatan ide digunakan kertas atau bahan lain yang bisa dilipat dengan mudah. Kreatifitas dalam membuat dan menjadikan kertas itu suatu bentuk yang menarik akan sangat mempengaruhi bentuk fasadenya nanti. Folding Architecture merupakan suatu proses menghasilkan bentukan dalam desain arsitektur yang pada intinya bereksperimen untuk menghasilkan suatu bentuk konfigurasi melalui suatu proses. Penerapannya ke dalam perancangan arsitektur menggunakan metode “borrowing” yakni meminjam karakter kertas dan mentransformasikannya kedalam sebuah bentuk melalui proses lipat, potong, tekan dll. Peminjaman karakter kertas dipakai sebagai media dalam membuat bentukan, karena sifat kertas yang mudah dilipat dan ditekuk. Setiap proses lipatan itu bertransformasi menjadi sebuah bentuk yang hasilnya tidak terduga sebelumnya. Itu disebabkan karena Folding bersifat spontan dan tidak memiliki cara yang terikat dalam memproses sebuah bentuk. Setiap bentukan yang dihasilkan pasti akan berbeda walaupun prosesnya sama. Dari bentukan inilah yang nantinya akan diolah menjadi suatu desain arsitektur. Kata kunci: Fasade, Folding Architecture

Page 4 of 26 | Total Record : 251