Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman			
            
            
            
            
            
            
            
            Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman aims to promote scientific publication on Islam and Muslim culture in its broadest sense covering textual, historical and empirical aspects, both classical/medieval, modern and contemporary periods in the Islamic World and beyond. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman aims to promote scientific publication on Islam and Muslim culture in its broadest sense covering textual, historical and empirical aspects, both classical/medieval, modern and contemporary periods in the Islamic World and beyond. This journal encompasses original research articles based on library and/or empirical research in the field of Islamic studies especially on, but not limited to, eight main topics: (1) the Qur’an and hadith (2) Islamic Law (3) Islamic Theology (Kalam) (4) Islamic Philosophy (5) Islamic Mysticism (Tasawwuf) (6) Islamic Education (7) Islamic Communication and Propogation (Dakwa) and (8) Islamic Politics. It encourages articles that employ a multi-disciplinary approach to those topics. Scholars from any countries and region that are concerned with Islam and its manifestation throughout Muslim history and geography in the Islamic World and beyond can submit their article to Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman and use this open access journal.
            
            
         
        
            Articles 
                315 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            RELEVANSI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM 
                        
                        Abd. Halim Musthafa                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.184                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Sebagai seorang muslim dan sekaligus sebagai seorang warga Negara Republik Indonesia kadang mengalami kegamangan dan bahkan kebingungan dalam menghadapi dua ketentuan hukum yang sama-sama mengatur, disatu sisi peraturan perundang-undangan mengatur keharusan untuk melakukan suatu perbuatan sementara hukum Islam yang diyakininya mengatakan lain atau tidak perlu, lalu timbul pemikiran mana yang harus dipatuhi dan ditaati apakah hukum positif atau hukum Islam. Masih adanya kasus nikah sirri, talak sirri, wakaf sirri dan kadang zakat dan wakaf sirri ini disebabkan antara lain karena adanya dua ketentuan yang berbeda dalam aturannya dan oleh karenanya menimbulkan konsekuensi hukum yang berbeda pula. Hukum positif bersumber pada hasil pemikiran manusia sedangkan hukum syar’i (hukum Islam) bersumber pada wahyu. Sudah ada ikhtiar yang dilakukan untuk mencoba mengkompromikan kedua ketentuan hukum tersebut misalnya dengan cara kompilasi agar ketentuan hukum positif bisa berlaku efektif sekaligus sesuai dengan hukum Islam (syar’i). upaya merelevansikan ini muncul dari semangat dan keinginan umat Islam agar hukum positif yang berlaku juga dianggap hukum syar’i (hukum Islam) sebagai produk dari sebuah Negara yang sudah dihukumi final sebagai Negara yang sah secara fiqih.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            TIJAUAN SOSIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PASAL 7 AYAT 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 
                        
                        Ahmad Badi'                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.187                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal. Inilah salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 ayat 1 dirumuskan. Pada pasal dan ayat ini, diterangkan bahwa pasangan yang boleh melakukan perkawinan adalah jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita berumur 16 tahun. Namun pada realitanya, kendatipun sudah mengikuti undang-undang tersebut, di Kabupaten Kediri pasangan muda menikah yang rentan dengan perceraian meningkat hingga 10 – 20 pasangan. Faktor penyebab utamanya antara lain adalah masalah ekonomi dan kedewasaan kedua pasangan yang tidak lain adalah tujuan dari pembatasan usia nikah tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dan juga atas perubahan sosiologis dan psikologis di masyarakat, kajian ulang terhadap pembatasan usia perkawinan dalam perundang-undangan tersebut penting dilkukan. Dari hasil kajian ini, penulis mengusulkan perubahan pembatasan usia perkawinan yaitu 25 tahun untuk laki-laki dan 22 tahun untuk perempuan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PROFESIONALISME GURU PAI DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH 
                        
                        Abdul Halim Mukhtar                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.188                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Profesionalisme guru menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru, tidak terkecuali bagi guru PAI. Maka dari sini banyak pihak yang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan profesinalisme guru. Namun perlu dicermati ada bebera faktor yang menentukan profesionalisme guru di antaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja. Berdasarkan hal itu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja terhadap profesionalisme. Didapat kepemimpinan kepala sekolah tidak berkontribusi secara langsung terhadap profesionalisme guru PAI, namun iklim kerja memiliki kontribusi. Jika kedua variabel itu dianalisis secara bersama-sama maka keduanya memiliki kontribusi terhadap profesionalisme guru PAI.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KONSEP WARIA DALAM TELEVISI INDONESIA; Sebuah Kajian Dekonstruktif 
                        
                        Sun Fatayati                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.189                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This article explains about shemale (transgender subject) which have negative  images in around of our society. This is because of the society social construction that used to seeing life of transsexual who always synonymous with prostitution. This study explains the deconstruction toward shemale (transgender subject) which is constructed by television’s programs. This study looked at not only the use of media of transgender subject on television, but it also sought to identificate the deconstruction of transgender subject on television’s program. In the fact, the values of Islam considered that being a transgender is a big sin. This study uses a Semiotic theory of Charles Sanders Pierce which cleaves the symbol through a triangle of meaning, they are representament, object, and interpretant. Then, the detail meaning which is gained after it is classified based on the kind of objects such as index icon and symbol.  After we construct it, we will analyze  based on the rules of deconstruction (Binner opposition and Differance) according to Jaqcues Derrida.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            URGENSI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA 
                        
                        Yasin Nurfalah                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.190                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Keluarga dapat disebut sebagai unit dasar serta unsur yang fundamental dalam masyarakat, karena dengan keluarga kekuatan-kekuatan yang tersusun dalam komunitas sosial dirancang di dalamnya. Masa depan anak dalam keluarga sangat tergantung kepada pendidikan, pengajaran dan lingkungan yang diciptakan oleh orang tuanya, dengan demikian orang tua harus mampu menciptakan rumah menjadi lingkungan yang islami dengan menerapkan pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid sangat penting dalam keluarga karena pendidikan tauhid dalam Islam tidak hanya sekedar memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, akan tetapi juga berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku keseharian seseorang. Pendidikan tauhid itu tidak hanya pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta dan Ilah, namun ketauhidan tersebut harus sejalan dengan semua aktivitas seorang hamba, keyakinan tersebut harus diwujudkan melalui ibadah, amal sholeh yang langsung ditujukan kepada Allah SWT tanpa perantara serta hanya untuk Dialah segala bentuk penyembahan dan pengabdian, ketaatan tanpa yang hanya tertuju kepada-Nya syarat
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENDEKATAN SOSIOLOGI DALAM STUDI ISLAM 
                        
                        M. Arif Khoiruddin                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.191                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Kehadiran agama saat ini dituntut untuk terlibat secara aktif dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekedar lambang kesolehan, tetapi secara konsepsional mampu menunjukkan cara-cara yang efektif dalam memecahkan masalah. Tuntunan terhadap agama seperti itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul. Berbagai pendekatan tersebut diantaranya pendekatan teolegis normatif, antropologis, sosiologis, psikologis, historis, kebudayaan dan pendekatan filosofis. Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat difahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Melalui pendekatan sosiologis, agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            POLITIK PENYETARAAN DAYAH DI ACEH 
                        
                        Al Muhajir Muslimin                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.192                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Hubungan antara lembaga pendidikan dan politik bukan sekadar hubungan saling mempengaruhi, tetapi juga hubungan fungsional. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di negara atau daerah. Dayah sebagai lembaga pendidikan tertua di Aceh, telah memainkan perannya dalam membangun negeri ini, mengalami pasang surut dalam legalitasnya. Pasca Tsunami dan MOU Helsinki, dayah “meminta hak” agar tidak lagi dianak tirikan dengan lembaga pendidikan lain yang ada di Aceh. Hasil usahanya, Dayah akhirnya mendapatkan legalitas dari Pemerintah Aceh sebagai lembaga Formal yang disejajarkan dengan pendidikan formal lainya, serta alumninya bisa diterima dibeberapa instansi pemerintah dan swasta, walaupun dengan beberapa persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Aceh yang dibentuk lewat Badan Pembinaan Pendidikan Dayah Aceh (BPPDA). Fenomena sekarang telah menunjukkan bahwa Dayah dan Pemerintah Aceh telah memiliki simbiosis mutualisme antara keduanya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MORAL SOSIAL DALAM PENGAJARAN IPS 
                        
                        Miftahuddin Miftahuddin                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 25 No. 2 (2014): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v25i2.193                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Pengajaran IPS disusun dan disajikan kepada siswa-siswi sebagai bekal untuk kehidupan masa depannya pada waktu mereka itu telah dewasa dan sepenuhnya menjadi anggota masyarakat yang mandiri.Salah satu aspek kehidupan yang sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kini dan masa yang akan datang adalah moral sosial yang merupakan landasan hidup yang diyakini oleh masyarakat Indonesia untuk bertahan terhadap nilai-nilai moral yang dapat merusak kehidupan bangsa.Pengetahuan tentang moral sosial perlu disajikan kepada siswa bersamaan dengan pembahasan prinsip dan konsep tertentu tanpa mempertimbangkannya dengan norma rasional yang menjadi karakteristik pengajaran IPS.Pemikiran rasional dan Penalaran moral sosial merupakan cara berpikir yang dapat saling melengkapi, karena maslah sosial atau masyarakat utamanaya yang menyangkut manusia dengan segala aspek kehidupannya sulit dipastikan gejalanya. Kedua jenis pemikiran dan penalaran itu dapat dilaksanakan bersama-sama sepanjnag penggunaannya berurutan.Pengembangan moral sosial dalam IPS dapat dilakukan oleh guru dengan bermacam cara, antara lain keteladanan dan nasihat atau penghayatan moral yang bertujuan siswa memahami, menghayati dan merasa dirinya terikat oleh moral sosial.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            PENDIDIKAN KEINDONESIAAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS BUDAYA LOKAL 
                        
                        Moh. Turmudi                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 26 No. 1 (2015): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v26i1.197                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Speaking of local cultural values as a cultural product of local communities, their presence at the level of the nation state is getting lost, especially when faced with the challenges of the global community. Indonesia's national culture merely as a formal object, because the object is actually a regional culture material including educational values in the area.That is why in the study of educational thought Indonesia needed an invention of tradition to create a building-type non western scientific education that seeks consciously undertake concrete activities continuing to improve, remodel, renew life system, social order or the state administration that reinforce values.Cultural studies utilizing multidisciplinary studies in cultural perspective. As it is known that the culture has a universal culture of the seven sectors, namely art, system technology, religion, social organization, knowledge systems, economic systems, and languages.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            HYPNOPARENTING DALAM PENDIDIKAN ISLAM 
                        
                        Rifqi Awati Zahara                        
                         Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 26 No. 1 (2015): Jurnal Tribakti 
                        
                        Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.33367/tribakti.v26i1.200                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Kekerasan terhadap anak merupakan sebuah permasalahan yang dihadapi bangsa saat ini. Pola pengasuhan orang tua kepada anak tidak lagi efektif dan memeberikan dampak postitif bagi anak, apalagi dipacu dengan kemajuan teknologi anak menjadi lebih individual dan tidak peduli dengan sekitar. Sampai akhirnya muncul teknik hypnoparenting yang dianggap sebagai strategi yang sangat baik untuk membentuk kepribadian anak ataupun membenahi kebiasaan buruk pada anak. Dan ternyata teknik ini juga sudah sering dilakukan oleh Rasulullah SAW  dan termaktub dalam firman Allah juga Hadits.