cover
Contact Name
Khamsil Laili
Contact Email
khamsillaili@gmail.com
Phone
+6287866203050
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Religion, Social,
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan" : 8 Documents clear
Substansi Budaya Santheka Hasil Panen Jagung Masyarakat Errabu Terhadap Guru Dan Kiai laili, khamsil; Nur Lailah; Romzi Jazuli
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Culture is a phonomenon that repeating happen and phonomenon which a long times, so that culture is not true but expressly and accepted with realization and consciousness, so all 0of society in the place, territory and area. Culture can be develop and can be disappear that existence, so develop and is not develop that culture defend to hope society toward culture it. In order to still belong to spirit for culture will be permanent. So, society have not to apathetic respect toward culture that culture certainly will not experience to develop will be never. Like society errabu village which take care of protect and santheka culture develop to result corn harvest toward teachers. Something doing and be develop because errabu soceity and scient respect which be long to teacher and kiai to except it culture is developing in errabu society as appriciation form toward teacher and kiai have educated sincere and teached children society errabu village with hope scient with be teached by teacher and kiai to every errabu society chidren will be came blessed scient and be used with can be willing from Allah SWT. Budaya merupakan peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang dan disengaja dalam waktu yang lama, terjadinya bukan karena kebetulan namun karena disengaja dan diterima serta dilakukan dengan penuh kesadaran oleh seluruh masyarakat yang berada di suatu tempat, daerah, dan wilayah. Budaya dapat dikembangkan,dapat dibuang bahkan ditiadakan eksistensinya. Maka berkembang dan tidaknya suatu budaya tergantung pada gereget masyarakat setempat terhadap keberadaan budaya tersebut. Kalau masyarakat setempat masih memiliki semangat mengembangkan budaya tersebut maka keberadaan budaya itu akan terus dilestarikan dan dikembangkan. Jika masyarakat sudah apatis tidak respek terhadap suatu budaya maka tentunya kebudayaannya tidak akan mengalami perkembangan bahkan akan tiada. Seperti masyarakat Desa Errabu yang melestarikan dan mengembangkan budaya santheka hasil panen jagung terhadap guru. Hal ini dilakukan dan dikembangkan karena masyarakat Errabu menghormati keilmuan yang dimilki oleh sang guru dan kiai, selain itu budaya ini berkembang di masyarakat Errabu sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa beliau guru dan kiai yang telah ikhlas mendidik dan mengajar putra-putri masyarakat Desa Errabu dengan harapan ilmu yang diajarkan guru dan kiai kepada setiap putra-putri masyarakat Errabu akan menjadi ilmu barokah dan manfaat serta mendapat Ridha dari Allah SWT.
Muhammad Saw. dan Peradaban Umat (Analisis Ketokohan dan Kepemimpinan Rasulullah) Sulaiman, Rusydi
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muhammad, Saw. adalah tokoh besar yang menggagas sejarah Islam. Nabi yang agung tersebut sangat dikagumi oleh berbagai kalangan, tak terkecuali non-muslim. Siapapun mengakui kebesaran dan keagungan Muhammad, Saw. melebihi ketokohan nabi-nabi lain sebelumnya. Tulisan ini secara spesifik membahas tentang ketokohan dan kepemimpinan Muhammad, Saw. dalam realitas sejarah Islam, merujuk kepada sumber-sumber terkait berupa kitab, buku dan literatur lain. Muhammad Saw. tidak sekedar muballigh (the preecher), tetapi negarawan (the stateman) yang menggetarkan Jazirah Arab bahkan dunia—disebut juga sebagai,”The spiritual leader”. Muhammad Saw. adalah nabi akhir yang telah mengimplementasikan prinsip kebebasan agama dan toleransi beragam serta koeksistensi sosial sesuai ajaran Islam. Piagam Madinah misalnya merupakan fakta sejarah atas realisasi kebebasan berpikir dan kebebasan agama serta toleransi beragama dalam Islam yang diwariskan oleh Nabi Agung, yaitu Muhammad, Saw. Ide baru tentang sistem pemerintahan dan bentuk-bentuk lembaga politik negara sebagai produk peradaban, selanjutnya terjadi pada periode khalifah empat, disebut “al-Khulafaa’ al-Raasyiduun” yang berlangsung pemerintahanya selama tiga puluh tahun (632-661 M) Muhammad, PBUH. is a great figure who initiated the history of Islam. The great Prophet is greatly admired by various circles, not least non-Muslim. Anyone recognizes the greatness and majesty of Muhammad, PBUH. surpassing the prophecies of other prophets before. This paper specifically discusses the character and leadership of Muhammad, PBUH. in the reality of Islamic history, refers to related sources, such as: kitab, books and other literature. Muhammad, PBUH. Not just muballigh (the preecher), but also the statesman that shakes the Arabian Peninsula even the world-is called, "The spiritual leader". Muhammad, PBUH. is the final prophet who has implemented the principle of religious freedom and tolerance as well as social coexistence according to Islamic teachings. Medina Charter for example is a historical fact on the realization of freedom of thought and freedom of religion and religious tolerance in Islam inherited by the Great Prophet, namely Muhammad, PBUH. The new idea of ​​the system of government and the forms of state political institutions as a product of civilization, subsequent to the period of the four caliphs, is called "al-Khulafaa 'al-Raasyiduun" which lasted for thirty years (632-661 CE)
Tradisi Dakwah Nahdlatul Ulama (Nu) di Indonesia Ulum, Miftahul
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam sejarah NU, organisasi yang pertama kali didirikan para ulama-pesantren(sebelum kelahiran NU pada tahun 1926) bukanlah Nahdlatul Muslimin,melainkan Nahdlatul Wathon (Kebangkitan Bangsa, 1916). Karena berada dalamkonteks kolonialisme, maka ulama-ulama pesantren tidak lagi mengedepankankekelompokan Islam yang bersifat terbatas, melainkan suatu kebangkitan bangsademi perjuangan mengusir penjajahan. Nahdlatul Wathon sebagai pusatpergerakan kemerdekaan ini kemudian diperkuat dengan pendirian NahdlatutTujjar (Kebangkitan Pedagang) yang merupakan upaya para ulama untukmembangun kemandirian ekonomi masyarakat, vis a vis kolonialisme. NahdlatutTujjar kemudian menjadi perjuangan praksis pada level ekonomi, di sampingperjuangan pada level kebangsaan melalui Nahdlatul Wathon. Badan Otonom NUadalah Perangkat Organisasi NU yang berfungsi membantu melaksanakankebijakan NU khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertuntu.Yaitu : Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, IPNU, IPPNU, Jam‟iyan AhliThariqah al Mu‟tabaroh an Nahdliyah, JQH (Jamiyatul Quro‟ wal hufadz),Pergunu (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama), dan ISNU (Ikatan Sarjana NahdlatulUlama).
Epistemologi Pengembangan Pemikiran Islam Menurut Muhammad Abid Al-Jabiry Tohari, Amin
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era globalisasi masa kini umat Islam sedunia secara otomatis bersentuhan denganbudaya dan keyakinan yang berbeda-beda. Dunia pemikiran Islam pasca kodifikasi (tadwin)terhadap karya-karya ilmiah terutama ilmu-ilmu keislaman abad 2/3 H-7/8M hingga kinimerupakan cermin sekaligus manifestasi dari sejarah panjang pergulatan para sarjana muslimbaik dalam bidang: filsafat, teologi, ideologi, hukum, medis, serta bidang-bidang lain hasilpengembangan sains.Fokus Persoalan aliran epistemologi modern yang dimotori oleh Descrates adalahmempertentangkan secara tegas antara dunia “subyek dan obyek”, Ciri utama adalah menekankanpada “kenyataan”, bahwa manusia dapat merasa yakin-mengalami keraguan sekalipun itu adalah:keberadaan dirinya sendiri. Sedangkan Muhammad Abid al-Jabiry mengharap perlu membangunmetodologi tersendiri terhadap tradisi Islam (turath Arab).maka al-Jabiry membuat proyek besardan ambius (Naqd al-Aql al-Araby), tegasnya al-Jabiry ingin mengungkapkan kecenderunganepistemologi yang berlaku dikalangan bangsa Arab Islam, yakni bayani, irfani, dan burhani.
Konsep Dasar Uin Maliki Malang Dalam Mencetak Generasi Qur’ani Berbasis Ulul Albab Ma'arif, A.Syamsul
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemahaman Islam yang mendalam akan membawa pengikutnya kepadarahmatan lil alamin, pun begitu juga sebaliknya pemahaman Islam yang dangkal akanmengantarkan pengikutnya kepada aliran-aliran yang salah. Oleh karena itu, perluadanya sebuah wadah/lembaga yang bisa membentengi umat Islam dari paham-pahamyang menyesatkan.Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan LembagaIslam dibawah naungan Kementerian Agama yang bertugas sebagai Universitas Islamyang menggabungkan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Lulusan dariUniversitas ini diharapkan memiliki empat jiwa ULUL ALBAB, yakni (1) KedalamanSpiritual, (2) Keagungan Akhlak, (3) Keluasan Ilmu, dan (4) Kematangan Profesional.Dengan keempat jiwa ini, peneliti yakin bahwa UIN Maliki Malang telah menjadikanlulusannya sebagai umat Islam yang rahmatan lil alamin.Tujuan dari penulisan artikel ini adalah (1) mendeskripsikan pemahaman dasarterkait Islam Nusantara, Islam Moderat dan Islam Toleran, (2) mendeskripsikan usahausahanyata UIN Maliki Malang dalam membentengi lulusannya sebagai generasirahmatan lil alamin. Instrumen yang diperlukan dalam penulisan artikel ini adalah (1)wawancara, (2) observasi dan (3) dokumen terkait.
Mendambakan Pendidik Profesional: Analisis SWOT Hafid, Abdul
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ternyata waktu yang terus bergerak tidak akan pernah membuat keringsetiap diskusi tentang dunia Pendidikan. Banyak hal yang ditawarkan dalammateri tersebut. Salah satunya yang menarik untuk dibahas adalah tentangpendidik profesional. Bahasan ini akan mendiskusikan sejauh mana kedudukanpendidik dalam al-Qur’an dan Hadis atau pendapat- pendapat ulama ? Apa sajapersyaratan yang harus ditempuh seorang pendidik untuk menjadi prosesional ?Sikap dan peran apa saja yang harus dimiliki pendidik dalam menjalankan tugasmulia setiap hari ?Sebagai pendidik dituntut untuk mempersiapkan diri dengan seperangkatpengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai,dan diaktualisasikan dalam tugas mulia sehari-hari dalam sekolah atau kampusdengan berbagai materi untuk memepersiapkan peserta didik memasukikehidupan masyarakat secara luas dan paripurna. Di dalam agama Islam, pendidikmendapatkan posisi sebagai orang terhormat. Pendidik dihormat karenaprofesinya senantiasa dalam proses menyampaikan ilmu dan pengetahuan yangakan dimiliki peserta didiknya.
Sejarah Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Nusantara ( Surau, Meunasah, Pesantren dan Madrasah ) Mukhlis, Abdul
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lembaga-lembaga pendidikan islam ada seiring dengan penyebaranIslam itu sendiri, lembaga semisal Pondok Pesantren di Jawa, Surau di Sumatera( Minangkabau ), Meunasah di Aceh dan Madrasah Islam modern yang menyebardi seluruh nusantara merupakan suatu fenomena-fenomena yang meniscayakanadanya dinamika lembaga-lembaga pendidikan Islam yang pada suatu kurunwaktu tertentu menjadi suatu lembaga pendidikan yang menjadi menjadiprimadona di masanya, akankah lembaga-lembaga Islam semisal PondokPesantren dan Madrasah menjadi lembaga pendidikan Islam yang tetapbereksistensi ataukah ada model lembaga pendidikan lain yang lebihmengakomodasi peradaban dan kebudayaan dunia Islam.
Menyemai Dakwah dengan Kajian Sastra (Menoreh Pena Dalam Kajian Warisan Budaya Hukum dan Kearifan Lokal Ke-Indonesiaan) Diponegoro, Moh. Hatta
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 1 No. 01 (2017): Al-Iman Jurnal keislaman dan kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam paradigma seni sastra dan Islam, konsep baku seni sastra dalam perspektif Islam belum disepakati secara menyeluruh. Hal tersebut disebabkan karena adanya perdebatan dan kontroversi yang tidak pernah tuntas tentang seni sastra dalam perspektif Islam. Di satu sisi sebagian besar orang muslim mengatakan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan, apalagi melarang seni sastra. Menurut Sayyed Hosen Nasr, sastra menjadi kajian penting untuk memahami hubungan antara seni dan spiritualitas Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan pada firman Tuhan yang diwahyukan sebagai kitab suci, maka sastra menempati posisi yang utama dan istimewa di antara berbagai bentuk seni yang ada di hampir seluruh masyarakat Islam. Mereka yang menerima seni dan sastra akan menunjukkan dengan penuh semangat berbagai dalil baik aqliyah: bahwa al-Quran sendiri mengandung nilai artistik yang sangat tinggi, histories: bahwa hingga kini tilawah al-Quran dan khat atau kaligrafi tersebar luas, maupun naqliyah: semacam hadis yang mengatakan bahwa Allah itu indah dan menyukai keindahan. Akan tetapi di sisi lain sejarah menjadi saksi bahwa umat Islam belum pernah memiliki lembaga sekecil apapun yang secara formal dan sistematis guna melakukan kajian tentang seni secara utuh. Karena itulah hingga sekarang kita belum memiliki konsep yang mapan dalam bidang ini, baik secara filosofis, teoritis, praktis maupun apresiatif. In the paradigm of literary arts and Islam, the basic concepts of literary art in an Islamic perspective have not been agreed upon as a whole. It is caused by the debate and controversy that is never complete about the literary arts in an Islamic perspective. On the one hand most Muslims say that Islam is not contradictory, moreover forbid literary art. According to Sayyed Hosen Nasr, literature is an important study to understand the relationship between art and Islamic spirituality. Because the teachings of Islam are based on the word of God that was revealed as a holy book, so the literature occupies a primary and special position among the various forms of art that exist in almost all Islamic societies. They who accept art and literature will show with enthusiasm a variety of good propositions, they are aqliyah: that the al-Quran contains a very high artistic value, history: that until now the recitations of the al-Quran and khat or calligraphy are widespread, and naqliyah: a kind of hadis said that God is beautiful and loves beauty. But on the other hand history became witness that Muslims have never had the institution that is formally and systematically to study of art as a whole. That's why until now we do not have an established concept in this field, both philosophically, theoretically, practically and appreciatively.

Page 1 of 1 | Total Record : 8