cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN
ISSN : 19799594     EISSN : 25415492     DOI : 10.21831
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 11 No. 2 (2018): September-November" : 7 Documents clear
Pemetaan kompetensi teknologi informasi dan komunikasi (tik) guru pada dimensi pedagogik Herliani, An an; Wahyudin, Dinn
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.533 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.19825

Abstract

Kompetensi TIK diharapkan dapat menjadi penopang bagi peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional bagi seorang guru. Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi TIK guru pada dimensi pedagogik yang dapat dijadikan rujukan dalam perancangan program peningkatan kompetensi guru oleh lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan. Melalui pendekatan Penelitian Desain dan Pengembangan (Design and Development Research) dengan merujuk pada kerangka kerja kompetensi TIK untuk guru yang dikembangkan oleh UNESCO (UNESCO ICT Competency Framework for Teachers). Hasil penelitian telah memetakan kompetensi TIK yang dapat dicapai oleh guru melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan secara berjenjang dalam tiga level kompetensi yang dilengkapi dengan deskripsi kompetensi pada setiap levelnya.Mapping information and communication technology (ICT) competency for teachers from the  pedagogic dimensionICT competence is expected to be a support for the improvement of pedagogical and professional competence for a teacher. This study aims to develop teacher's ICT competence on the pedagogic dimension that can be used as a reference in the design of teacher competency improvement programs by education and training providers. Through the Design and Development Research approach by referring to the ICT competency framework for teachers developed by UNESCO. The research results have mapped the competence of ICT that can be achieved by teachers through Continuous Professional Development in three levels of competence with a description of competence at each level.
Implementasi kurikulum montessori bernafaskan islam pada pendidikan anak usia dini "rumah bermain padi" di kota Bandung Julita, Dina; Susilana, Rudi
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.05 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.24201

Abstract

Metode Montessori diyakini sebagai salah satu metode yang efektif dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) karena menerapkan pembelajaran yang berpusat pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran implementasi kurikulum mencakup alasan atau rasional dari pengimplementasian kurikulum, proses perencanaan, strategi pembelajaran, penataan lingkungan siapan, penilaian, dan respon guru terhadap faktor-faktor pendukung dan penghambat. Penelitian menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penggalian data dilakukan dengan teknik diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Keabsahan data dilakukan menggunakan triangulasi sumber, metode, dan teori. Hasil penelitian menunjukkan a) Rumah Bermain Padi mengimplementasikan kurikulum berlandaskan asas filosofis, historis, sosiologis, dan psikologis: b) proses perencanaan melalui tahap observasi-penentuan tujuan belajar-perancangan-revisi-pengesahan; c) strategi pembelajaran merupakan representasi dari landasan kurikulum, strategi yang tidak direncanakan merupakan manifestasi dari kurikulum aktual maupun tersembunyi, dan strategi ditetapkan guru melalui proses adaptasi dan berdasarkan diagnosis; d) guru melakukan penataan lingkungan siapan pada semua tahap implementasi kurikulum, guru merupakan bagian dari lingkungan siapan, dan penataan lingkungan dilakukan antar guru dengan cara kerja sama, dan guru menata lingkungan siapan untuk memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak; e) Penilaian dilakukan guru berdasarkan pengamatan, penilaian dilakukan untuk mengevaluasi hasil belajar dan untuk mendapatkan dasar pertimbangan perencanaan pembelajaran selanjutnya, dan Kepala PAUD berperan sebagai pengawas pada proses penilaian; f) Respon guru dalam menghadapi faktor-faktor pendukung dan penghambat menunjukkan bahwa implementasi kurikulum merupakan interaksi sosial. Upaya guru dalam mengatasi hambatan dengan memanfaatkan faktor pendukung menghasilkan kolaborasi guru yang terjadi secara formal dan informal.The implementation of islamic montessori curriculum at "rumah bermain padi" preschool in BandungThe Montessori methods is widely believed to be one of the effective methods in early childhood and care education (ECCE) because it implements child-centered learning. The purpose of this study was to obtain an overview of the implementation of the curriculum including the reason or rationale of implementing the curriculum, planning process, learning strategies, prepared environment, assessment, as well as teachers' responses to supporting and inhibiting factors. The study used a case study method with qualitative approach. Data was gathered through focus group discussion, depth interviews, observation and document study techniques. Data validation was done using triangulation of sources, methods, and theories. The results of the study showed that a) Rumah Bermain Padi implemented the curriculum based on philosophical, historical, sociological, and psychological bases: b) the planning process was carried out through stages: observation "” determining of the learning objectives "” designing – revising - validating; c) learning strategies used were representations of the curriculum foundation, unplanned strategies were manifestations of actual and hidden curriculum, and the strategies were determined by the teachers through a process of adaptation and based on diagnosis; d) the teachers conducted environmental management at all stages of curriculum implementation, the teachers were part of the prepared environment, and the environmental arrangement was carried out among teachers, and the teachers arranged the prepared environment to facilitate all aspects of child development; e) The assessments were carried out by the teachers based on observations; they were undertaken to evaluate the learning outcomes and to get a basis for consideration of further learning planning; and the headmaster acted as a supervisor in the assessment process; f) The teachers' response in dealing with supporting and inhibiting factors showed that the implementation of the curriculum was a social interaction. Teachers' efforts in overcoming obstacles by utilizing supporting factors brought about teachers' collaboration formally and informally.
Evaluasi terhadap implementasi lintas minat dalam kelompok peminatan di sma/ma kecamatan Lembang Riafadilah, Anggi; Dewi, Laksmi
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.229 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.19831

Abstract

Kurikulum 2013 yang berlaku di Indonesia, memuat lintas minat yang tujuannya untuk memberikan wadah bagi peserta didik dalam memperluas pilihan minat dan bakat di luar pilihan minat sesuai dengan minat-bakatnya, dan kemampuan akademik yang mempertimbangkan nilai raport, nilai ujian nasional, serta rekomendasi guru bimbingan konseling di SMP atau MTs. Berdasarkan studi pendahuluan, pelaksanaan lintas minat ini belum efektif. Maka dari itu, peneliti mengevaluasi implementasi lintas minat dalam kelompok peminatan di SMA dan MA yang ada di Kecamatan Lembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan lintas minat dalam kelompok peminatan di SMA dan MA yang ada di Lembang belum sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh kemendikbud. Ketidaksesuaian tersebut dalam hal proses pemilihan mata pelajaran dalam lintas minat. Sekolah menentukan mata pelajaran apa yang akan peserta didik dapatkan, padahal seharusnya peserta didik sendiri lah yang harus memilih mata pelajaran dalam lintas minat tersebut. Hal ini berimbas pada hasil belajar peserta didik. Faktor yang menyebabkan implementasi lintas minat tidak sesuai dengan pedoman kemendikbud diantaranya adalah jumlah guru, jumlah peserta didik, juga sarana dan prasarana yang terbatas.Evaluation of the implementation of electives in interest groups in sma/ ma in the district of Lembang2013 curriculum in Indonesia, contains a cross-section of interests who aim to provide a platform for learners in expanding choice of interest and talent outside the selection of interest in accordance with the interest-his talent, and academic ability who are considering the value of report cards, national examinations, as well as recommendations for guidance counseling teacher in junior high or MTS. Based on preliminary studies, the implementation of the cross-interest has not been effective. Therefore, researchers are evaluating the implementation of the cross-interest in peminatan group in high school and MA that is in the Sub District of Lembang. Data collection techniques in the study was an interview and documentation study. The results of this research is the implementation of the cross-interest in the interest group in high school and MA are there in the Lembang has not been in accordance with the guidelines made by the kemendikbud. The discrepancy in terms of the process of the selection of subjects in the traffic of interest. The school determines the subjects what will the learners get, when it should learners themselves who have to choose subjects in the interest of cross. This imposes the learning results of learners. The factors that led to the implementation of the cross-interest does not comply with the guidelines of kemendikbud including the number of teachers, the number of learners, as well as limited facilities and infrastructure.
Evaluasi implementasi kurikulum muatan lokal bahasa daerah dan pendidikan lingkungan hidup Ferdianto, Vidy Binsar; Rusman, Rusman
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.091 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.19542

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang tingkat efektifitas pelaksanaan muatan lokal dari aspek konteks, masukan, proses, dan produk. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian evaluasi yang menunjukan prosedur dan proses pelaksanaan kurikulum muatan lokal pada tingkat SMA. Penelitian ini menganalisis efektifitas masing-masing komponen dari model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product). Studi dilakukan kepada 30 orang guru muatan lokal dan 170 peserta didik dari kelas X dan XI. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama. Efektifitas pelaksanaan muatan lokal dilakukan dengan merubah skor mentah yang didapat dari kuesioner menjadi T-skor.  Skor tersebut kemudian dianalisis menggunakan model Glickman. Hasil penelitian menunjukan secara umum pelaksanaan muatan lokal untuk Bahasa Daerah dan pendidikan lingkungan hidup sudah berjalan dengan baik, namun terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan terutama dari aspek input dan process. Khusus untuk pendidikan lingkungan hidup diperlukan kebijakan baru dan sosialisasi dari pemerintah daerah agar penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup dapat lebih baik. Evaluation the implementation of local content curriculum of local languange and enviromental educationThis study aimed to describe the level of effectiveness of the implementation of the local content of the aspects of context, input, process, and product. This study included in the evaluation study that shows procedures and processes local curriculum at the high school level. This study analyzes the effectiveness of each component of the evaluation model CIPP (Context, Input, Process, and Product). The study was conducted for 30 teachers of local content and 170 students from class X and XI. Data were collected using questionnaires as the main instrument. The effectiveness of the implementation of the local content achieved by converting raw scores obtained from the questionnaire into a T-score. The score was then analyzed using a model Glickman. The results showed the general implementation of local content for local language and environmental education has been going well, but there are some things that need to be improved, especially from the aspect of input and process. Especially for environmental education needed socialization and new policies from local governments to the implementation of environmental education can be better.
Profil kemandirian belajar mahasiswa bimbingan dan konseling Sukirman, Dadang
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.157 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.19748

Abstract

Kurikulum pada kelas inklusif dikembangkan dengan mengikuti kebutuhan dan kondisi masing-masing anak. Dengan demikian kurikulum yang digunakan adalah kurikulum modifikasi dan sebagai perwujudan sekolah ramah anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi kurikulum pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif terkait aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan pendidikan inklusif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, dan pendekatan kualitatif yang dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Bandung. Penggalian data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa a) sekolah pertama belum melakukan penyelarasan kurikulum, sedangkan sekolah kedua sudah melakukan penyelarasan kurikulum dengan cara melakukan asesmen-mengembangkan program pembelajaran individual-diskusi dengan orang tua, guru kelas, dan kepala sekolah; b) kedua sekolah melakukan penyesuaian pelaksanaan pembelajaran pada pemberian materi dan evaluasi hasil belajar. Sekolah pertama, pada pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru kelas sepenuhnya. Sekolah kedua, pelaksanaan pembelajaran dipimpin oleh guru kelas, namun bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang menerima materi di bawah kelas, saat pembelajaran dibimbing oleh guru pendamping khusus; c) evaluasi pembelajaran dilakukan dengan penyesuaian tingkat kesulitan pertanyaan, jumlah soal, dan cara menjawab pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. d) dukungan pimpinan, rekan sejawat dan orang tua murid sangat dirasakan, sedangkan beberapa faktor yang menghambat adalah masih terdapat kebijakan yang belum komprehensif, masyarakat yang belum paham, perencanaan penyelarasan kurikulum yang belum di supervisi, sarana dan prasarana yang kurang memadai. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah pemerintah melakukan sosialisasi kebijakan keseluruh pelaksana kebijakan, memperhatikan kompetensi sumber daya manusia, serta melakukan supervisi implementasi pendidikan inklusif, memberikan aturan jelas terkait dokumentasi kurikulum pendidikan inklusif.Curriculum implementation in inclusive schoolsThe curriculum in inclusive classes is developed by following the needs and conditions of each child, thus the curriculum used is a modified curriculum and the realization of a child-friendly school. This study aims to look at the implementation of the curriculum in schools providing inclusive education related to aspects of planning, implementing and evaluating learning as well as supporting factors and obstacles to the implementation of inclusive education. This research was conducted using descriptive methods, and a qualitative approach that was carried out in two public elementary schools providing inclusive education in the city of Bandung. Researcher collect data using interview, observation and document study techniques. The results is a) the first school had not yet conducted curriculum alignment, while the second school had aligned the curriculum with developing individual education program, by step, assement-individual learning program-discussion the program with parents, class teachers, and principal. b) the implementation of learning in these two schools has made adjustments to the provision of content and evaluation of learning outcomes. The first school, in the implementation of classroom learning is carried out by class teacher fully. The second school, the implementation of learning is led by the class teacher, but for students with special needs who receive the material under the class, when learning is guided by a special mentoring teacher. c) Learning evaluation is adjusted to the level of difficulty of the question, number of questions, and how to answer questions is modified by looking at students' abilities. d) Support of the leaders, peers and parents is very felt, while some factors that hinder are that there are still policies that are not comprehensive, people who do not understand, the document of modified curricula have not been supervised, inadequate facilities and infrastructure. The recommendation from the results of this study is that the government disseminates policies to all policy implementers, paying attention to the competence of human resources, as well as supervising the implementation of inclusive education, providing clear rules regarding inclusive education curriculum documentation.
Analisis kebutuhan pengembangan kurikulum pelatihan kompetensi mice bagi guru smk usaha perjalanan wisata Pamuji, Gita Mahardika; Hernawan, Asep Herry
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.325 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.19528

Abstract

MICE (Meeting, Incentive, Conference dan exhibition) merupakan kompetensi di bidang pengaturan even. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan atas kesenjangan kompetensi guru SMK dalam Kompetensi MICE. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi MICE yang dibutuhkan, materi yang sesuai dengan kompetensi, bagaimana strategi pembelajarannya dan bagaimana melakukan evaluasinya. Guna dikembangkan menjadi desain kurikulum pelatihan kompetensi MICE bagi guru yang sesuai dengan kebutuhan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode Design and Development Research. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara kepada praktisi, dosen/widyaiswara, serta pejabat pengelola pelatihan, angket yang disebarkan kepada guru SMK Pariwisata, studi literatur dan studi dokumentasi. Hasil penelitian, didapatnya kompetensi MICE yang sesuai dengan kebutuhan, SKKNI dan KKNI, terdiri dari kompetensi; 1) Menyeleksi Venue Kegiatan, 2) Mengatur pendaftaran tamu dalam suatu acara, 3) Menangani Keramaian, 4) Bekerjasama dengan Kolega dan Pelanggan, 5) Mengikuti Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan, 6) Mengelola Kegiatan Sponsorship, Materi disesuai dengan kompetensi tersebut dan strategi pembelajaran menggunakan; discovery learning, problem based learning dan project based learning. Penilaian dilakukan terhadap 3 ranah yaitu; sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dari temuan data penelitian ini, guna meningkatan kompetensi MICE guru SMK, perlu dikembangkan desain kurikulum pelatihan kompetensi MICE bagi Guru SMK. Needs analysis to develop training curriculum of mice competence for tourism vocational teachersMICE (Meeting, Incentive, Conference, and exhibition) is a competence in setting an event. This study is a preliminary study on vocational teacher competencies gaps in MICE. The purpose of this study was to determine the competence of MICE required, the material, learning process and how to perform the evaluation. In order to develop a curriculum for teachers training in MICE. The study used a qualitative approach using the Design and Development Research. Data collection techniques using interviews with practitioners, lecturers, and training manager. A questionnaire distributed to Tourism vocational school teachers, literature and documentation study. The results, gained competencies in accordance with the requirements of SKKNI and KKNI, consisting of; 1) Selecting event Venue, 2) Crowd handling, 3) setting Event registration, 4) Following the Health, Safety, and Security procedure, 5) Manage Event Sponsorship, 6) Working with Colleagues and Customers. Materials adapted to these competencies and instructional strategies to use; discovery learning, problem-based learning and project-based learning. An assessment conducted on three domains; attitudes, knowledge, and skills. From the findings of the data, in order to increase MICE competence of Tourism vocational teachers, need to be developed a training curriculum design for vocational teachers in MICE competency.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh guru di sekolah penerima universal service obligation (USO) Yanuarti, Rica; Rusman, Rusman
Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): September-November
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.678 KB) | DOI: 10.21831/jpipfip.v11i2.19441

Abstract

Di Indonesia terdapat 122 kabupaten yang termasuk kategori wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T). Wilayah tersebut harus dipastikan mendapat akses pendidikan yang setara dengan wilayah lainnya. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam program Universal Service Obligation (USO) untuk pendidikan di wilayah 3T. Meskipun paradigma pendidikan saat ini fokus pada peserta didik, namun kualitas guru selaku sumber daya utama pendidikan harus terjamin. Penelitian bertujuan untuk menginvestigasi sejauh mana pemanfaatan TIK dan akses internet, oleh guru di sekolah penerima USO. Metode yang digunakan adalah survei penyebaran angket kepada guru di sekolah USO, ditambah studi dokumentasi. Data dihasilkan dari 141 orang guru responden kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa mayoritas responden guru (82.9%) sudah menggunakan alat bantu mengajar berbasis TIK. Walaupun sebagian besar bahan ajar responden belum berbasis internet. Pemanfaatan internet untuk pembelajaran semakin diminati, termasuk penggunaan media sosial. Kompetensi TIK yang dimiliki guru sangat mempengaruhi persepsi dan praktek pemanfaatan internet untuk pembelajaran. Hasil dari penelitian ini adalah perlunya fasilitasi dan sinergi secara sistemik agar pemanfaatan TIK di sekolah USO semakin meluas. Rekomendasi untuk riset selanjutnya adalah disarankan mengambil responden dan korelasi data yang lebih besar agar hasil penelitian dapat digeneralisasi. Utilization of information and communication (ICT) by teachers in universal service obligation (USO) schoolsThere are 122 regencies in Indonesia that belonging to the category of disadvantaged, frontier, remoted (3T) regions. Those regions should be accessed to education equivalent to other regions. One of the government's efforts is to integrate information and communication technology (ICT) within education in 3T regions named Universal Service Obligation (USO) programme. Although the current educational paradigm focuses on learners, the quality of teachers as the primary resource of education should be assured. The study attempt to investigate the effectiveness of ICT and internet access utilization, by teachers at USO schools. The method used was distributing questionnaires to survey teachers in USO schools, supplemented by documentary studies. Data generated from 141 respondent and analyzed descriptively. The results show that the majority of the respondent (82.9%) have used ICT-based teaching aids. Although most of the teaching materials have not been internet based. Utilization of the internet for learning increasingly in demand, including the use of social media. ICT competencies of teachers greatly affect the perception and practice of internet utilization for learning. The result of this research is the need for systemic facilitation and synergy to widespread the ICT utilization in USO schools. Recommendation for further research, it is advisable to take the more respondent and correlate the bigger data so that the research result can be generalized.

Page 1 of 1 | Total Record : 7