cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Gizi Mikro Indonesia
ISSN : 20865198     EISSN : 23548746     DOI : -
Core Subject : Health,
Media Gizi Mikro Indonesia (Indonesian Journal of Micronutrient) is a scientific journal published periodically by the Center for Research and Development of Iodine Deficiency Disorders (BPP GAKI), regularly twice a year. A paper published in the form of text / article the results of research and development, the results of scientific analysis of secondary data, a summary of the current topics in the field of Micronutrients. Editor receives manuscripts / articles, both from researchers at BPP GAKI and outside. The journal has been accredited Indonesian Institute of Sciences (LIPI).
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017" : 8 Documents clear
SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS INSTRUMEN SKRINING HIPOTIROID UNTUK DIAGNOSIS HIPOTIROID PADA ANAK BATITA DI DAERAH ENDEMIK GAKI Yusi Dwi Nurcahyani; Donny Kristanto Mulyantoro; Prihatin Broto Sukandar; Mohamad Samsudin; Nur Ihsan
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.224 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.520

Abstract

Latar Belakang. Penemuan kasus dan pengobatan dini hipotiroid pada anak batita sangat penting karena keterlambatan hal tersebut menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologis yang menetap. Penegakan diagnosis hipotiroid lebih akurat dengan pemeriksaan laboratorium, tetapi akan mahal dan kurang praktis jika di lakukan di lapangan. Instrumen skrining hipotiroid dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendeteksi hipotiroid pada anak batita. Instrumen seharusnya mudah, murah, dan memberikan hasil diagnostik yang dapat diandalkan. Tujuan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sensitifitas dan spesifisitas instrumen skrining hipotiroid. Metode. Penelitian observasional dengan desain uji diagnostik ini dilakukan di kabupaten Magelang, Wonosobo, Temanggung, Purworejo, Situbondo dan Jember, selama 10 bulan. Variabel yang dianalisis adalah 26 gejala hipotiroid pada anak batita. Baku emas berdasarkan pemeriksaan laboratorium kadar TSH dan fT4. Analisis untuk mendapatkan nilai sensitifitas dan spesitifitas dilakukan tabulasi silang dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil. Nilai sensitivitas dan spesifisitas instrumen skrining hipotiroid (ISH) dengan cut off >5 dibandingkan dengan baku emas rendah (Se 26,3, Sp 90,3; area under curve (AUC) 58,3%). Kekuatan hubungan antara skor ISH dengan cut off >5 dibandingkan baku emas adalah OR 3,329 (1,621-6,835; 95% CI). Uji multivariat mengoreksi probabilitas anak batita yang mempunyai skor ISH >5 untuk menjadi hipotiroid 2,253 (1,011-5,022 95% CI) dan terjadi peningkatan area under the curve (AUC) menjadi 70%. Kesimpulan. Instrumen skrining hipotiroid pada anak batita kurang sensitif dan kurang spesifik untuk mendiagnosis hipotiroid.
PERLUKAH WANITA HAMIL MENDAPAT SUPLEMENTASI IODIUM ? Donny Kristanto Mulyantoro
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.745 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.523

Abstract

ABSTRAK Perlindungan wanita hamil dari kekurangan iodium merupakan salah satu kebijakan perbaikan gizi di Indonesia. Kekurangan iodium pada wanita hamil selain berdampak buruk pada ibu juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin terutama organ otak. Di Indonesia saat ini, sumber utama asupan iodium berasal dari konsumsi ikan laut dan garam konsumsi beriodium. Akan tetapi tidak semua wanita hamil dapat dengan mudah mendapatkan iodium yang cukup selama kehamilannya. Data proporsi penduduk Indonesia yang mengonsumsi ikan laut sebesar 42,6% dengan rerata konsumsi ikan laut per orang per hari sebesar 25,5 gram. Garam beriodium sesuai SNI mensyaratkan mengandung 30 ppm iodium (KIO3). Dengan perkiraan konsumsi garam beriodium 10 gram per orang per hari, wanita hamil hanya mendapatkan 178 µg iodium dari kebutuhan yang dianjurkan sebesar 250 µg per hari. Bukti empiris menunjukkan bahwa rata – rata konsumsi garam di Indonesia sekitar 5 – 8 gram per orang per hari sehingga asupan iodium harian wanita hamil semakin jauh berkurang dari kebutuhan. Keadaan ini diperberat dengan cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium cukup mengandung iodium selama lebih dari 3 dekade hanya berkisar 60% sampai <80%. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi rumah tangga mengonsumsi garam beriodium cukup berdasarkan hasil tes cepat sebesar 77,1% (target >90%). Sedangkan indikator kecukupan asupan iodium menunjukkan bahwa median ekskresi iodium urin (EIU) wanita hamil di perkotaan dan perdesaan di Indonesia 163 µg/L (adekuat 150 – 249 µg/L), mendekati batas batas bawah (marjinal). Oleh karena itu, suplementasi iodium pada wanita hamil sebagai alternatif sementara untuk memenuhi kebutuhan iodium wanita hamil perlu dipertimbangkan untuk menggunakan dosis harian 150 µg per hari.
PENINGKATAN NILAI HEMOGLOBIN, MCV, MCH, DAN FERITIN PADA KASUS ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN RAMUAN JAMU DI KLINIK SAINTIFIKASI JAMU HORTUS MEDICUS Tofan Aries Mana; Danang Ardiyanto; Saryanto Saryanto
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.155 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.604

Abstract

ABSTRAK Latar belakang. Anemia defisiensi besi merupakan masalah defisiensi nutrien yang banyak terjadi di seluruh dunia terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Permasalahan anemia ini disebabkan oleh kurangnya zat besi di dalam tubuh. Jamu memiliki potensi sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan anemia defisiensi besi. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan parameter subjek dengan anemia setelah diberi jamu di Klinik Saintifikasi Jamu. Penelitian ini diharapkan menjadi solusi untuk anemia defisiensi besi selain penggunaan tablet penambah darah. Metode. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental pre-post test design. Sebanyak 35 subjek diintervensi selama 28 hari dengan jamu yang terdiri dari 5 gram daun bayam merah, 10 gram herba tapak liman dan 15 gram rimpang temulawak. Khasiat jamu dinilai dari perubahan rerata nilai Hb, serum feritin, dan TIBC. Keamanan ramuan dinilai berdasarkan kadar SGPT, SGOT, ureum, dan kreatinin sebelum dan sesudah intervensi. Hasil. Adanya kenaikan nilai Hb yang signifikan (p=0,000) pada akhir intervensi bila dibandingkan awal intervensi menjadi 11,09. Serum feritin, MCV, MCH mengalami kenaikan yang signifikan (p=0,000) pada hari ke-28. Kadar TIBC turun menjadi 336,51 μg/dL sehingga ada perbedaaan yang signifikan (p=0,000) pada hari ke-28. Nilai SGPT (18,77 μ/L) dan SGOT (18,89 μ/L) subjek pada hari ke-28 masih dalam rentang normal. Nilai ureum (22,90 μ/L) dan kreatinin (0,75 μ/L) pada hari ke-28 masih berada pada nilai normal. Kesimpulan. Ramuan Jamu dapat meningkatkan nilai Hb, MCV, MCH, dan feritin pada pasien di Klinik Saintifikasi Jamu
Front Matter Vol 8 No 2 Juni 2017 mgmi managerxot
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.214 KB)

Abstract

Back Matter Vol 8 No 2 Juni 2017 mgmi managerxot
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.504 KB)

Abstract

KANDUNGAN IODIUM DALAM KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI DAERAH PEGUNUNGAN DAN PANTAI Hastin Dyah Kusumawardani; M Arif Musoddaq; Candra Puspitasari
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.893 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.998

Abstract

Latar belakang. Iodium merupakan mikronutrien penting dan dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Manusia tidak dapat membuat iodium dalam tubuhnya, tetapi harus mendapatkan dari luar tubuh melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman. Makanan merupakan kontributor utama asupan iodium. Analisis kandungan iodium dalam bahan makanan dapat memberikan informasi tentang variasi asupan iodium dalam diet seseorang. Tujuan. Untuk mengetahui kandungan iodium dalam bahan makanan di berbagai area geografis. Metode. Penelitian ini dilakukan di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Wonosobo, yaitu di Kecamatan Kertek, Selomerto, Garung dan Kejajar mewakili daerah dataran tinggi dan pegunungan serta Kabupaten Bantul yaitu di wilayah Kecamatan Sanden, Kretek, Piyungan dan Dlingo mewakili daerah dataran rendah dan pantai. Metode penelitiannya dengan mengambil sampel bahan makanan dari bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di lokasi penelitian dan hidup di lokasi tersebut. Dari tiap-tiap kecamatan diambil bahan makanan dari golongan sayuran, serealia, umbi, ikan, telur dan unggas, tanah dan air yang diambil langsung dari lokasi penelitian. Sampel bahan makanan kemudian dipreparasi dengan menggunakan microwave digestive, selanjutnya dianalisis secara duplo dengan metode spektrofotometri. Hasil. Kandungan iodium dalam bahan makanan di daerah pegunungan berbeda dengan daerah pantai, akan tetapi tidak berbeda antara dataran tinggi dan dataran rendah. Kandungan iodium bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan bervariasi, dengan kisaran antara 0,73-4,09 µg/g. Susu dan daging sapi mempunyai kandungan iodium tertinggi, 9.89±3.78 µg/g dan 9.2±9.14 µg/g. Kandungan iodium dalam telur antara 0,97-1,98 µg/g. Ikan air tawar mengandung iodium 0,42-1,13 µg/g. Daging unggas mengandung iodium sebanyak 0,69-2,97 µg/g. Tanah di lokasi penelitian mengandung iodium 0,41-4,11 µg/g, sedangkan kandungan iodium dalam air antara 0-23,36 µg/L. Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan kandungan iodium dalam bahan makanan berbeda-beda menurut letak geografisnya, dan bervariasi meskipun dalam golongan bahan makanan yang sama.
GOOD HOUSE-KEEPINGDI IKM GARAM BERYODIUM MELALUI PENERAPAN PENCUCIAN GARAM BERTINGKAT UNTUK MENJAGA KESTABILAN KIO3DAN PEMENUHAN KADAR NaCl Nilawati Nilawati; Marihati Marihati
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.897 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.999

Abstract

Latar Belakang. Good House Keeping (GHK) atau pengelolaan internal yang baik bermanfaat untuk mengefisiensikan pemakaian bahan baku, air dan energi melalui perencanaan produksi secara maksimal. Penelitian ini bertujuan menerapkan GHK melalui inovasi teknologi sistem pencucian bertingkat untuk mendapatkan rasio pencucian antara bahan baku dan air yang digunakan untuk pencucian garam dengan rasio terendah. Pencucian berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa impuritis sehingga nantinya garam yang telah dicuci untuk dijadikan garam konsumsi beriodium dapat meningkat kadar NaCl-nya dan terjaga stabilitas KIO3 selama penyimpanan. Metode. Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama adalah proses pencucian garam bahan baku mengunakan larutan garam 180 Be dengan variabel ke-satu adalah sistem pencucian satu tingkat dan tiga tingkat, serta variabel ke-dua rasio berat garam yang dicuci berbanding pemakaian larutan pencuci (1:2) , (1:3) , (1:5) dan (1:7). Tahap kedua adalah proses iodisasi dengan pengamatan waktu penyimpanan garam beriodium selama 0, 1, 2, dan 3 bulan. Hasil. Good House Keeping melalui pencucian garam tiga tingkat dapat meningkatkan NaCl garam rata-rata dari bahan baku 85,20 persen menjadi 88,35 persen untuk pencucian satu tingkat dan 96,78 persen untuk pencucian tiga tingkat. Rasio 1:3, merupakan perlakuan terbaik. Berat garam yang diperoleh setelah pencucian satu tingkat adalah 77,13 persen dan tiga tingkat 81,45 persen, jadi kehilangan garam pada pencucian satu tingkat adalah 22,87 persen dan tiga tingkat 18,55 persen. Kandungan KIO3 selama masa penyimpanan 3 bulan untuk pencucian satu tingkat adalah 48,4 ppm menjadi 41,0 ppm sedangkan tiga tingkat adalah 48,2 ppm turun menjadi 43,0 ppm. Jadi kehilangan KIO3 pada pencucian satu dan tiga tingkat masing-masing 15,3 persen dan 10,8 persen. Kesimpulan. Hasil penerapan GHK melalui inovasi pencucian bertingkat diperoleh hasil bahwa kadar NaCl garam pada sistem pencucian tiga tingkat lebih tinggi dibanding satu tingkat. Garam pencucian sistem satu tingkat belum memenuhi persyaratan SNI 01-3556-2010 sedangkan tiga tingkat sudah sesuai. Kehilangan garam pada pencucian sistem tiga tingkat lebih kecil dibandingkan pencucian satu tingkat.
MODEL ANALYSIS, DESIGN, DEVELOPMENT, IMPLEMENTATION, EVALUATION (ADDIE) UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASI PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Asih Setyani; Leny Latifah; Cati Martiyana; Slamet Riyanto
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1697.017 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.1001

Abstract

Latar Belakang. Analisis kebutuhan pada tahapan awal pengembangan media menunjukkan bahwa masyarakat Desa Pulosaren membutuhkan penyuluhan tentang GAKI yang didukung oleh media yang menarik, mudah dimengerti, awet, dan murah terutama bila menggunakan swadana masyarakat. Tahapan pengembangan media dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan ADDIE. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media edukasi penanggulangan GAKI yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Pulosaren. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengembangan media menggunakan model ADDIE. Metode pengumpulan data menggunakan FGD dan wawancara mendalam. Informan terdiri dari kepala dusun, tokoh pemuda, tokoh agama, kader, anggota PKK di wilayah Desa Pulosaren, Kepala Desa Pulosaren, dan Bidan Desa Pulosaren, serta pemangku kepentingan di lingkup Pemda Kabupaten Wonosobo. Hasil. Hasil FGD dengan masyarakat media edukasi yang dibutuhkan berupa buku saku dan lembar balik. Media tersebut diharapkan terbuat dari kertas tebal, berwarna, tidak mudah basah, dan bentuk tulisan dari komputer. Informasi yang dimuat dalam media adalah: pengertian iodium, daerah berpotensi kekurangan iodium, bahan makanan di daerah sekitar yang cukup iodium, akibat kekurangan iodium, kelompok penduduk rawan kekurangan iodium, bagaimana mencegah GAKI, penghambat penyerapan iodium, pengertian garam beriodium, cara memilih, menyimpan, dan menggunakan garam beriodium yang baik, serta cara mengetahui kualitas garam beriodium. Pada tahap implementasi dan evaluasi didapatkan masukan dari masyarakat berupa penambahan ukuran tulisan, penyederhanaan istilah, dan penambahan ilustrasi gambar pada beberapa bagian. Tampilan dengan lebih banyak gambar daripada tulisan lebih mudah dipahami oleh masyarakat Kesimpulan. Model ADDIE dapat dipergunakan untuk pengembangan media edukasi berupa buku saku dan lembar balik untuk penanggulangan GAKI di Desa Pulosaren.

Page 1 of 1 | Total Record : 8