cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia" : 6 Documents clear
Analisis Komparatif Kondisi Sosial Ekonomi Transmigran Jati Bali dengan Transmigran Abenggi di Kabupaten Konawe Selatan Ariono Ariono; Hadi Sabari Yunus; Su Ritohardoyo
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.495 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13331

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan sampel lokasi penelitian terdiri dari lokasi transmigrasi Jati Bali Kecamatan Ranometo dan lokasi transmigrasi Abenggi Kecamatan Landuno. Desa Jati Bali ditempati warga transmigran yang berasal dari Bali, sedangkan Desa Ahenggi berasal dari Jawa Barat. Penelitian mi bertujuan untuk (1) mengkaji kondisi sosial ekonomi transmigran Jati Bali dan Abenggi (2) mengkaji faktor-faktor yang berperan terhadap perbedaan kondisi sosial ekonomi transmigran Jati Bali dan Abenggi.Metode penelitian yang digunakan adalah survei lapangan dengan pengambilan data secara sampling serta analisis data sekunder. Penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling. Jumlah sampel keseluruhan sebanyak 200 sampel, pada setiap desa diwakili 100 rumah tangga transmigran. Analisa dilakukan secara kualitatif dengan tabel frekuensi dan label silang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi di lokasi penelitian berbeda. Organisasi kemasyarakatan, integrasi dan kontak sosial berjalan sesuai dengan kondisi budaya masing-masing. Kecenderungan tingkat pendidikan kepala keluarga transmigran Jati Bali dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi (88 persen) lebih haik daripada transmigran Ahenggi (26 persen). Pendapatan rumah tangga transmigran Jati Bali berada kisaran satu sampai dua juta rupiah perbulan 47 persen, transmigran Abenggi (53 persen) hanya berpendapatan dibawah satu juta. Kualitas rumah transmigran Jati Bali 53 persen dalam kategori baik, transmigran Abenggi hanya 13 persennya. Transmigran Jati Bali 70 persen memiliki harta lebih dari empat juta rupiah, transmigran Ahenggi 52 persen hanya memiliki harta kurang dari dua juta rupiah. Transmigran Jati Bali 38 persen mengalami perluasan lahan, Abenggi mengalami pengurangan lahan menjadi kurang dari satu hektar (31 persen). Transmigran Jati Bali (81 persen) bermata pencaharian di sektor perdagangan dan jasa, transmigran Abenggi 59 persen bermata pencaharian di sektor pertanian. ABSTRACT This study took place within the WakatobiRegency Southeast Sulawesi Province. Sampling locations consisted of transmigration sites in Bali Jati Subdistrict Ranometo and transmigration sites Abenggi Landuno District. Bali Jati village occupied by citizens of transmigrants from Bali, while the Village Ahenggi come from West Java. This research aims to (1) examine the socio-economic conditions and Abenggi Balinese transmigrants Teak (2) examine the factors that contribute to differences in socio-economic conditions and Abenggi Bali Teak transmigrants. The research method used was a field survey with a sampling of data retrieval and analysis of secondary data. Determination of the samples was done by simple random sampling. The number of total samples of 200 samples, at each village represented 100 households. Conducted a qualitative analysis with cross-frequency table and labels. Results showed that socio-economic conditions in different research sites. Social organization, integration and social contacts run in accordance with their respective culture conditions. The tendency of the education level of household heads Teak Balinese transmigrants with middle and high education level (88 percent) more than transmigrants Ahenggi Haik (26 percent). Revenue from Jati Bali households in the range of one to two million rupiah per month 47 per cent, transmigrants Abenggi (53 percent) income just under one million. Quality Teak Balinese transmigrants house 53 per cent in either category, only 13 percent of transmigrants Abenggi. Teak Balinese transmigrants 70 percent have more wealth than four million, 52 percent of transmigrants Ahenggi only own property less than two million dollars. Teak Balinese transmigrants 38 percent major land expansion, land Abenggi decrease to less than one hectare (31 percent). Transmigrants Jati Bali (81 percent) livelihood in trade and services sector, 59 percent of transmigrants Abenggi livelihood in the agricultural sector. 
Pengaruh Aktivitas Masyarakat terhadap Kerusakan Hutan Mangrove di Rarowatu Utara, Bombana Sulawesi Tenggara Wa Alimuna; Sunarto Sunarto; Sigit Heru Murti
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.305 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13332

Abstract

ABSTRAK Hutan mangrove penting keberadaannya karena memberikan fungsi ekologi dan fungsi ekonomis bagi kehidupan masyarakat pesisir. Kerusakan hutan mangrove yang terjadi bersumber dari perilaku masyarakat untuk membuka lahan tambak, budidaya perikanan, dan penebangan liar karena semakin besarnya permintaan terhadap produksi kayu. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengkaji tingkat kerusakan hutan mangrove; 2) mengkaji aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kerusakan hutan mangrove; 3) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas masyarakat terhadap kerusakan hutan mangrove; 4) mengkaji peran serta masyarakat dalam mengelola hutan mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan tabel silang, kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui perhitungan INP (Indeks Nilai Penting) diketahui bahwa jenis vegetasi mangrove yang mendominasi dan memiliki peranan penting pada hutan mangrove di Desa Watumentade adalah jenis Bruguiera gymnorrhiza (tingkat semai (92,21), tingkat sapihan (87,98), dan tingkat pohon (139,84)), dan di Desa Tunas Baru adalah jenis Rhizophora mucronata (tingkat semai (67,52), tingkat sapihan (73,52), dan tingkat pohon (80,88)). Aktivitas masyarakat yang mempengaruhi terjadinya kerusakan hutan mangrove meliputi kegiatan pertambakan, dan penebangan liar yang digunakan sebagai kayu bakar dan bahan bangunan. Faktor-faktor kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi ativitas masyarakat meliputi pendidikan formal, pengetahuan, dan pendapatan masyarakat. Faktor tingkat pendidikan, pengetahuan (fungsi dan manfaat hutan mangrove, kerusakan hutan mangrove, dan pencegahan kerusakan hutan mangrove), dan pendapatan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat dalam bentuk penggunaan lahan pertambakan yang menyebabkan kerusakan terhadap hutan mangerove. Peranserta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove ditujukan oleh tindakan pencegahan kerusakan hutan mangrove, pada tingkat sedang (41,67%). ABSTRACT Presence of mangrove forest is very necessary because it serve ecological and economical functions to beach inhabitants’ life. Mangrove forest was damaged as result of inhabitants’ behavior to open embankment area, fishing, and illegal logging due to big demand for wood products. Objectives of research were (1) to study damage rate of mangrove forest; (2) to study inhabitants’ activity affecting damage of mangrove forest; (3) to study factors having effects of inhabitants’ activity on damage of mangrove forest; (4) to study roles of inhabitants in cultivating the mangrove forest. Methods used in this research were survey methods through interview using questionnaires. Data were analyzed by using cross-tables, the results were analyzed descriptively. Results of research indicated that, from calculation of INP (Important Value Index), it was known that types of mangrove vegetation dominating and having important role in mangrove forest in Watumentade Village were types of Bruguiera gymnorrhiza (rate of seedling (92.21), rate of sapling (87.98), and rate of trees (139.84)); and in Tunas Baru Village were types of Rhizophora mucronata (rate of seedling (67.52); rate of sapling, (73.52); and rate of trees (80.88)). Inhabitants’ activity affecting damage of mangrove forest included activity of embankment, and illegal logging used as firewood and building materials. Factors of social-economic condition affecting inhabitants’ activity included formal education, knowledge, and inhabitants’ income. Factors of educational level, knowledge (function and benefit of mangrove forest) and income affected inhabitants’ activity in uses of embankment area were causing damage of mangrove forest. Inhabitants’ role in cultivating mangrove forest was aimed by mangrove forest damage prevention at medium rate (41.67%). 
Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana di Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe Budiman Budiman; Kasto Kasto
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.561 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13333

Abstract

ABSTRAK Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana  Di Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe. Tesis, Pascasarjana Studi Ilmu Kependudukan. Universitas Gadjah Mada.  Salah satu  upaya yang telah dan terus dilakukan oleh pemerintah dalam pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas adalah mengendalikan jumlah penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk melalui program keluarga berencana. Kecamatan Unaaha sebagai pusat ibu kota Kabupaten Konawe memiliki jumlah pasangan usia subur (PUS) tahun 2007 sebanyak 3.511 dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 2.363 (67,30%)  sedangkan tahun 2008 PUS berjumlah 3.624 dengan jumlah peserta KB aktif 2.688 (74,17% ). Data tersebut menunjukkan jumlah peserta KB aktif di Kecamatan Unaaha cukup tinggi. Namun, secara  empiris belum diketahui apakah tinggihnya kepesertaan KB aktif di Kecamatan ini diikuti pula dengan peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh provider. Untuk mengkaji Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana  Di Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe, sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan tehnik penelitian survey. Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dalam analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif dengan program SPSS 12.0 for windows. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik demografis akseptor seperti umur, pendidikan dan pekerjaan mempengaruhi penilaian  akseptor terhadap kualitas pelayanan di Kecamatan Unaaha. Adapun gambaran utuh  pandangan akseptor tentang kualitas pelayanan Keluarga Berencana di Kecamatan Unaaha berdasarkan enam elemen pengukuran menunjukkan bahwa pertama, pilihan terhadap metode kontrasepsi umumnya merupakan keputusan yang diambil sendiri oleh akseptor, baik berkaitan dengan unsur-unsur pilihan pribadi, metode yang disediakan dan ditawarkan oleh petugas, kecocokan metode dan tujuan pemakaiannya. Kedua,  kualitas informasi yang diberikan oleh provider masih sangat rendah, hal ini ditandai banyaknya keluhan dari akseptor menyangkut informasi KB terutama menyangkut jenis  kontrasepsi yang akan mereka gunakan. Ketiga, kemampuan teknis provider masih sangat rendah, hal ini ditandai  masih banyaknya  keluhan dari akseptor menyangkut pelayanan Keluarga Berencana. Keempat, hubungan interpersonal antara provider dan akseptor menurut pandangan akseptor belum terjalin secara baik. Hal ini dibuktikan masih adanya akseptor yang memilih berkonsultasi tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan kepada dukun ketimbang kepada petugas kesehatan. Kelima, kunjungan tindak lanjut (kontrol) meskipun dirasakan penting oleh akseptor, namun umumnya mereka tidak menganggap sebagai kebutuhan yang rutin untuk dilakukan, kontrol dilakukan apabila dirasakan ada keluhan-keluhan serius yang timbul selama memakai kontrasepsi.  Keenam. Ketepatan pemberian layanan menurut pandangan akseptor masih kurang baik, hal ini disebabkan karena walaupun ratio jumlah petugas dan akseptor sudah mencukupi, namun seringkali ada petugas yang tidak masuk, sehingga menyebabkan pelayanan tidak berjalan lancar dan tepat waktu. ABSTRACT The Quality of Family Planning Service in Unaaha Subdistrict, Konawe District. Thesis. Postgraduate Study in Demography. Gadjah Mada University.  One of the efforts continuously sought by government in the development of demography and quality small family is to control the number of population and improve the quality of life through the Family Planning Program. Unaaha Subdistrict as the capital of Konawe District has significant numbers of spouse with sexually productive age in 2007 (3,511) and of active acceptors in the Family Planning 2,363 (67.30%), while in 2008 the former was 3,624 and the latter was 2,688 (74.17% ). The data indicates that the number of acceptors in the Family Planning in Unaaha Subdistrict was relatively high. However, it is not empirically recognized whether or not the high level of active participation in the program is necessarily followed also by the increased quality of the Family Planning service delivered by health providers. This study is to find out the quality of Family Planning Service in Unaaha Subdistrict, Konawe District. It uses a quantitative method with data collected by applying a survey technique. Data collected are then analyzed using a descriptive technique assisted by the SPSS software for Windows version 12.0. Result of the study indicates that geographical characteristics of acceptors, such as age, education, and occupation influenced their assessment on the quality of Family Planning service in Unaaha Subdistrict. Moreover, the comprehensive picture of the acceptors’ view on the quality of Family Planning service in Unaaha Subdistrict could be known also based on six measuring elements. These were, first, contraception selection method was generally a private decision taken by the acceptors with respect to personal choice, methods provided and offered by health personnel, the match of method and objective of use. Second, information quality provided by health provider was still very low indicated by the fact that there were still many complaints from acceptors related to information on Family Planning, particularly on the kinds of contraception they will use. Third, technical capacity of health provider was still very low, marked by the fact that there were still many complaints from acceptors related to Family Planning services. Forth, according to acceptors, interpersonal relationship between provider and acceptors was not established well. It could be seen from the fact that there were many acceptors that chosen to consult with local traditional healer than with health personnel on the contraception they will use. Fifth, although acceptors felt follow-up visit as very important, they did not generally considered it as a routine something need to do. In this case, control should be done if serious complaints resulted from the use of contraception was found. And, sixth, according to acceptors, the availability of the health provider was low due to the fact that despite sufficient number of the health personnel they did frequently not attend the office and it in turn caused the Family Planning Program unable to be performed well and timely.
Analisis Gerakan Massa untuk Evaluasi Kerusakan Saluran Induk Kalibawang Kabupaten Kulonprogo Dwi Retnowati Narsuka; Sujali Sujali; Bakti Setiawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.417 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13329

Abstract

ABSTRAK Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan kawasan hutan Gunung Merapi adalah dengan melalui pembentukan sebagai taman nasional yang berfungsi lengkap meliputi fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) sebagian besar merupakan masyarakat petani dan peternak yang mempunyai ketergantungan akan sumber daya hutan yang mempengaruhi persepsi masyarakat akan keberadaan taman nasional. Pengelolaan taman nasional memerlukan peranserta masyarakat dimana telah terdapat keterikatan yang kuat dalam hubungan sosial budaya dan ekonomi antara masyarakat dan keberadaan hutan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui 1) tingkat pengetahuan masyarakat tentang TNGM, 2) persepsi masyarakat tentang TNGM  3) peranserta masyarakat dalam pengelolaan TNGM serta 4) mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi serta jarak tempat tinggal dengan batas TNGM terhadap persepsi dan tingkat peran serta masyarakat dalam pengelolaan TNGM.Subyek penelitian ini adalah 120 Kepala Keluarga di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pengambilan sampel secara systematic random sampling. Kuesioner dipakai sebagai alat bantu untuk mengukur tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tingkat persepsi dan tingkat peranserta. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji korelasi variabel-variabel penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan TNGM, 44,2% dari responden dalam kategori sedang dan 48,3% dari responden dalam kategori tinggi. Apabila dirinci dalam 3 isu utama pengetahuan maka pengetahuan masyarakat mengenai status dan manfaat mayo­ritas dalam kategori sedang (50%), pengetahuan mengenai kondisi TNGM mayoritas tinggi (56,7%) dan mengenai pengelolaan mayoritas tinggi (54,2%). Tingkat persepsi masyarakat mengenai pengelolaan TNGM (dirinci dalam tiga isu utama: mengenai status dan manfaat, kondisi TNGM dan pengelolaan TNGM) dalam kategori sedang atau cukup positif (74,2%). Analisis persepsi menunjukkan tingkat pengetahuan berpengaruh positif terhadap persepsi masyarakat (r=0,406, p=0.000, p<0,05). Peranserta masyarakat dalam pengelolaan TNGM, mayoritas dalam tingkat sedang (74,2%). Analisis peranserta menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (r = 0,290, p=0.001, p<0,05) dan jarak tempat tinggal dengan batas taman nasional berpengaruh positif terhadap tingkat peranserta masyarakat (r=0,193, p=0,035, p<0,05). ABSTRACT The government policy in the forest area management is by forming the forest area of Mount Merapi as a National Park, being one of conservation areas with comprehensive functions, including the protection of life supporting system, the conservation of the diverse species and ecosystem, and the sustainability use of natural resources. The surrounding neighbourhood of Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) consists of farmers with their rice-fields and farms, having dependency to natural resources available in the TNGM. These dependency too contributes to the public perception on the existence of TNGM. The operation of TNGM should pay attention to residents' necessity as the conservation objective demands the participation of public living around the TNGM, who have close social, cultural, and economic relationship with the forest. The objectives of this research are to identify 1) the public’s knowledge of the determination and management of TNGM (Mountain Merapi National Park), 2) the level of residents’ perception on the management of TNGM, 3) identify the level residents’ parti­cipation on the management of TNGM, and 4) the correlation between education level, knowledge level, economic level, and  the distance between residence to the boundary of TNGM to the perception and participation level of TNGM management.The subject of this research consists of 120 households in Umbulharjo Village, Cangkringan Sub-district, Sleman Regency. The methodology used was the survey research-method with systematic-random sampling technique. Ques­tionnaires were used as tools to record the family’s economic capacity and to measure the level of knowledge, perception, and participation. The correlation between research variables was tested using descriptive analysis technique and correlation test.Results of this research show the category for knowledge level, 44,2% of population at average category and 48,3% of population at high category. Detailed into three aspects, the dominant level of public’s knowledge was average on the status and advantages of TNGM (50%), high on the condition of TNGM (56.7%), and high on the management of TNGM (54.2%). Peoples’s perception level about the management of national park (detailed in three main issues, the people’s perception about the status and advantages of TNGM, the condition of TNGM and the management of TNGM) is in average category or adequately positive (74,2%). Perception analysis shows that knowledge level (r = 0,406, p = 0.000, p<0,05) give positive influence to the people’s perception of TNGM. People’s participation in the management of TNGM is majority in medium participation level (74.2%). Participation analysis shows that knowledge level (r=0,290, p=0.001, p<0,05), and distance between residence to the national park borders give positive influence to participation level (r = -0,193, p=0.035, p<0.05).
Pola Penghidupan Masyarakat di Daerah Perdesaan pada Strata Rumahtangga yang Berbeda Kationo Udin; Lutfi Muta’ali; Andri Kurniawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.647 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13335

Abstract

ABSTRAK Penelitian pola penghidupan di daerah perdesaan perlu dilakukan mengingat daerah perdesaan merupakan bagian integral dari wilayah pembangunan yang perlu mendapat perhatian pemeritah melalui berbagai kebijakan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam konteks pembangunan daerah perdesaan. Untuk itu penelitian ini bertujuan mengkaji (1) strategi penghidupan rumahtangga dan (2) faktor penentu, serta (3) menyusun arahan pengembangan strategi penghidupan yang efektif pada tiap strata ekonomi rumahtangga dalam rangka peningkatan pendapatan di lokasi penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Karang Jaya Kabupaten Buru dengan unit penelitian pada strata rumahtangga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuisioner dan wawancara dalam pengambilan data. Dengan adanya strata rumahtangga maka Teknik sampel menggunakan stratifield random sampling dengan penentuan besar sampel secara proportional. Jumlah sampel strata ekonomi lemah 65 rumahtangga, strata ekonomi menengah 34 rumahtangga dan strata ekonomi kuat 6 rumahtangga. Analisa data dilakukan secara kua ntitatif dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabel silang serta dilengkapi dengan indepth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strata rumahtangga ekonomi lemah sebagian besar menerapkan strategi pemanfaatan sumberdaya rumahtangga untuk meningkatkan hasil pertanian. Sementara strata rumahtangga ekonomi menengah menerapkan strategi pemanfaatan sumberdaya rumahtangga, diversifikasi pekerjaan dan optimalisasi hasil pertanian. Strata rumahtangga ekonomi kuat lebih fokus pada strategi investasi modal usaha. Adapun yang menjadi faktor penentu dalam penerapan strategi di atas adalah modal fisikal dan modal finansial yang berbeda dari segi dominasi kepemilikan pada tiap strata ekonomi. Untuk itu perlu adanya pengembangan strategi yang lebih efektif melalui peningkatan keahlian/ketrampilan anggota rumahtangga, membentuk kelompok tani/usaha kecil, memanfaatkan lahan kering, melakukan diversifikasi dan ekstensifikasi pertanian, serta meningkatkan modal usaha melalui peningkatan akses terhadap lembaga keuangan. ABSTRACT Research about livelihood pattern in rural area need to be conducted considering that rural area is an integral part of developing area which should get attention from government through any rural empowering policy in the context of rural area development. Therefore, this research aims to study in depth about livelihood strategy of households and the determining factor, and also recommend the development direction in order to increase people income in this research area. This research chose Karang Jaya village in Buru County as research location with research unit at household level. Research method used in this research was survey method using questionnaire and interview to collect data. Sampling technique used is this research was stratifield random sampling with proportional determination of sample quantity. Total sample of low economy level are 65 households, middle economy level are 34 households, and high economy level are 6 households. Data analysis undertaken by qua ntitative analysis using frequency table and cross table equipped with in depth interview. Result of this research shows that households with low economy level applied utilization of household resources strategy to increase farming result. While households with middle economy level applied utilization of household resources strategy, work diversification and optimization of farming result. On the other hand, households with high economy level focused on strategy of fund investment for their own business. Determining factor in applied those strategies were different fiscal and financial capital ownership at every economy level. Because of that, more effective strategy development through improvement of skills/craftsmanship of household member, establishment of farmer group/micro business, utilization of dry lands, diversification and extensive of agriculture, and increase capital for business by way of improving access to financial foundation were needed.
Klasifikasi Pohon Keputusan untuk Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Kota Semarang Menggunakan Citra Landsat TM/ETM+ Like Indrawati; Hartono Hartono; Sunarto Sunarto
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1274.449 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13330

Abstract

ABSTRAK Kota Semarang masih berkembang pesat. Dengan jumlah penduduk sekitar 1.434.025 jiwa (BPS, 2006) yang tinggal di kota, kota ini bisa disebut kota metropolitan. Pertumbuhan penduduk Kota Semarang sejak tahun 1994 ketika ekspansi ke 16 daerah kabupaten menunjukkan perbaikan. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan lahan yang lebih tinggi, sehingga konversi lahan pertanian menjadi nonpertanian akan meningkat. Untuk yang terakhir, data dari jarak jauh-merasakan memainkan peran penting yang memberikan informasi terbaru untuk penggunaan lahan. Hal ini harus didukung oleh canggih metodologi pengolahan gambar seperti otomatis klasifikasi spektral. Penelitian ini mencoba untuk membandingkan dua algoritma klasifikasi Landsat TM digital / ETM + adalah classifier kemungkinan dan keputusan pohon maksimum, akurasi tertinggi berikutnya digunakan untuk studi perubahan penggunaan lahan di Kota Semarang. Penggunaan lahan klasifikasi yang diterapkan memiliki berbeda dua-tahap detail untuk skala 1: 250.000 (tingkat I) dan 1: 100.000 (level II). Hasil ini pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan peta klasifikasi pohon keputusan pada akurasi keseluruhan dan Kappa Indeks lebih tinggi dari penggunaan lahan peta hasil maximun klasifikasi kemungkinan dan penggunaan lahan klasifikasi tingkat I memiliki akurasi yang lebih baik daripada penggunaan lahan klasifikasi tingkat II. Akurasi tingkat I klasifikasi di peta tahun 1994, untuk klasifikasi kemungkinan maksimum yang diperoleh adalah 54,14% yang memiliki indeks Kappa adalah 0,4822, dan akurasi untuk klasifikasi pohon keputusan adalah 66,34% dengan indeks Kappa 0,6256. Akurasi peta tahun 2002 untuk klasifikasi kemungkinan maksimum yang diperoleh adalah 75,12% yang memiliki indeks Kappa 0713, dan keputusan klasifikasi pohon akurasi 81,46% yang memiliki indeks Kappa 0787. Pada peta tahun 2006 untuk klasifikasi kemungkinan maksimum yang diperoleh adalah akurasi keseluruhan 78,05% yang memiliki indeks Kappa 0,7641 dan keputusan klasifikasi pohon akurasi 82,45% yang memiliki indeks Kappa 0805. Perubahan penggunaan lahan di Kota Semarang menginstruksikan turunnya perkebunan dan lahan pertanian dan meningkatnya penyelesaian dan industri. ABSTRACT The  Semarang  City  is  still  growing  rapidly.   With  total  population  of approximately 1,434,025 people (BPS, 2006) who lived in the city, this city can be called a metropolitan city. Growth of Semarang City population since 1994  when expansion into 16 district areas showed improvement. This condition caused the need of  land higher, so that the conversion of agricultural into nonagricultural land will increased. For the latter, remotely-sensed data plays an important role which provide updated information for land use. This is must be supported by the advanced of image processing methodology such as automated   spectral  classification. This study attempted to compare two classification algorithm of digital Landsat TM/ETM+ is the maximum likelihood and decision tree classifier, the next highest accuracy used for the study of land use change in the Semarang City. Land use classification which was applied has different two-stage of the detail for scale of 1 : 250.000 (level I)  and 1 : 100.000 (level II). This  result  on  this  study indicate  that  the  landuse  map  of  decision  tree classification  on overall accuracy and Kappa Index was higher than landuse map of result maximun likelihood classification and land use classification of level I   have accuration which better than land use classification of level II. The accuracy of level  I classification at map year 1994, for maximum likelihood classification obtained is 54,14%  that  have  Kappa  index  is  0,4822,  and  the  accuracy  for  decision  tree classification is 66,34% with Kappa index 0,6256. The accuracy of map year 2002 for maximum likelihood classification obtained is 75,12% that have Kappa index 0,713, and for decision tree classification accuration of 81,46% that have Kappa index 0,787. At map year 2006 for maximum likelihood classification obtained  is overall accuration of 78,05% that have Kappa index 0,7641 and for decision tree classification accuration of 82,45% that have Kappa index 0,805. Change of land use in Semarang City instruct the  descent  of  plantation  and  agricultural  land and increasing  of  settlement  and industrial.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue