cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia" : 6 Documents clear
Kajian Status Trofik Sebagai Dasar Strategi Penataan Lingkungan di Telaga Merdada Anindya Kusumawati; Langgeng Wahyu Santosa; Suwarno Hadisusanto
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.861 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13338

Abstract

ABSTRAK Telaga Merdada adalah sebuah danau kaldera di dataran tinggi Dieng. Jumlah besar vegetasi antara tanah dan air dihilangkan untuk ekspansi pertanian, terutama untuk pertanian kentang. Aplikasi pupuk di pertanian kentang di telah intensif digunakan. Kegiatan yang berlebihan ini mengekspos ekosistem air tawar di Danau Merdada, yang mengakibatkan eutrofikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi lingkungan dari Merdada Lake, menentukan negara tropik, dan mengusulkan strategi pengelolaan lingkungan di wilayah Merdada Lake untuk mengontrol negara tropik. Sampel dikumpulkan pada tanggal 1 Agustus 2009. -3rd Lima titik sampling dalam Merdada Lake dikumpulkan di berbagai kedalaman. Pada setiap titik pengambilan sampel, transparansi air, Clorophyll-a, DO, pH, suhu, diukur. Lebih lebih, dinamika hara air dan sedimen yang diamati. Negara tropik ditentukan dengan menggunakan indeks Carlson dan OECD. Parameter kualitas tanah sekitarnya Merdada Lake diamati, termasuk topografi, permeabilitas, tekstur, struktur, dan kedalaman kolom tanah. Negara trofik dari Merdada Lake menurut konsentrasi nutrisi dan air transparansi menunjukkan bahwa Merdada Lake telah di tingkat hipertrofi, namun sehubungan dengan konsentrasi Clorophyll-dalam badan air, Merdada Lake masih dalam tingkat oligotrophic. Hasil ini menunjukkan bahwa Merdada Lake berada dalam kondisi tidak sehat. Konsentrasi tinggi nutrisi di Merdada Lake dapat menyebabkan ganggang mekar sehubungan dengan peningkatan transparansi air. Strategi yang diusulkan untuk mengurangi nutrisi di Merdada Lake adalah dengan aerasi dan penghapusan sedimen harus dipertimbangkan. Strategi yang diusulkan pengelolaan lingkungan untuk mengontrol eutrofikasi di jangka panjang adalah untuk mengelola wilayah cekungan luar dan danau riparian dengan pendekatan abiotik, biotik dan budaya. Lebih lebih, perencanaan penggunaan lahan, seperti penggunaan lahan zonasi, sehubungan dengan danau daya dukung dan peraturan pokok telah dilaksanakan.  ABSTRACT Telaga  Merdada  is  a  caldera  lake in  Dieng  plateau.  Large  amount  of vegetation  between  land  and  water  is  eliminated  for  agricultural  expansions, primarily for potatoes farming. Fertilizer application in potatoes farming on has been   intensively   used.   This   excessive   activities   are   exposing   freshwater ecosystems in Merdada Lake, which result in eutrophication. The objectives of this research were to study environmental condition of Merdada Lake, determine trophic state, and to propose the environmental management strategies in the region of Merdada Lake to control the trophic state. The samples were collected on 1st –3rd August 2009. Five sampling points within Merdada Lake were collected in various depth. At each sampling points, water transparency, clorophyll-a, DO, pH, temperature, were measured. More over, nutrient dynamics of water and sediment were observed. Trophic state was determined  by  using  Carlson index and OECD.  Parameters  of  soil  quality surrounding Merdada Lake were observed, including topography, permeability, texture, structure, and depth of soil column.Trophic state of Merdada Lake according to concentration of nutrient and water transparency shows that Merdada Lake has been in the hypertrophic level, however with respect to concentration of clorophyll-a in water body, Merdada Lake still in oligotrophic level. This results demonstrated that Merdada Lake were in unhealthy condition. High concentration of nutrient in Merdada Lake could lead  to  algae  bloom  with  respect  to  increasing  of  water  transparency.  The proposed  strategy to reduce nutrient  in  Merdada  Lake  are  by  aeration  and sediment removal have to be considered. The proposed strategy of environmental management to control eutrophication in long term is to manage the outer basin region and riparian lake by abiotic, biotic and cultural approach. More over, land use planning, such as land use zonation, with respect to lake carrying capacity and principal regulation have to be implemented.
Sistem Perdagangan Risiko Bencana dalam Pengelolaan Banjir Antar-Wilayah Sakinah Fathrunnadi Shalihati; Mohammad Pramono Hadi; Margaretha Widiyastuti
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.798 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13339

Abstract

ABSTRAK Tujuan diteliti ini adalah: 1) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan mutlak antara daerah menurut kabupaten / kota di Bengawan Solo DAS tahun 2007, (2) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko banjir pada tahun 2007 di wilayah dalam administratif di Bengawan Solo Daerah Aliran Sungai , 3) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis keseimbangan risiko perdagangan bencana spasial dalam pengelolaan banjir antar-wilayah di Bengawan Solo DAS. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Aspek perbedaan mutlak antar-daerah dan ketinggian wilayah diambil sebagai data. Data berdasarkan perbedaan mutlak aspek antar-daerah (nilai positif) adalah pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto per kapita. Data yang didasarkan pada daerah ketinggian (nilai negatif) yang Images SRTM, frekuensi banjir dan hasil dari kerugian banjir. Untuk menganalisis neraca perdagangan dari risiko banjir dengan menganalisis hasil nilai-nilai positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan mutlak di antar-wilayah administratif dalam Bengawan Solo Daerah Aliran Sungai tahun 2007 menjadi yang parameter dilakukan dengan menganalisis hasil penilaian kemampuan daerah berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan produk daerah gros domestik nilai kapita per dalam manajemen sumber daya, sedangkan analisis risiko banjir Tahun 2007 menjadi adalah parameter dilakukan dengan menganalisis hasil dari kemampuan daerah yang memiliki potensi banjir berisiko tinggi atau tidak memiliki potensi banjir berisiko tinggi. Perbedaan mutlak di daerah antar analisis risiko banjir administrasi dan wilayah menghasilkan risiko wilayah banjir shceme dari perdagangan memisahkan menjadi dua shemes; subsidi penerima dan pemasok hulu / hilir, di mana hulu dan hilir dapat complet tanpa batas topografi pertimbangkan. ABTRACT The objectives of this researched are: 1) To identify and to analyze absolute difference between areas according to regency/municipality at Bengawan Solo Watershed year 2007, (2) To identify and to analyze flood risk in 2007 on region within  administratively at  Bengawan  Solo  Watershed,  3)  To  identify  and  to analyze  balance  of  risk  of  disaster  trading  spatial  within  inter-region  flood management at Bengawan Solo Watershed. This research employs descriptive analyses methods. Data was analyzed in qualitative and quantitive. Aspects of absolute differences inter-regions and region altitude  were  taken as  data.  Data  based  on absolute  differences  inter-regions aspects (positive value) were economic growth and regional product domestic gross per capita. Data that is based on regions altitude (negative value) were SRTM Images,flood frequencies and result of flood losses. To analyze balance of trade of flood risk with analyze result of positive and negative values.,The results show that absolute difference in inter-regions administratively within Bengawan Solo Watershed year 2007 become is parameter conducted by analyzing the result of region capability assessment based on economic growth and regional product domestic gross percapita value within resource management,  whereas  flood  risk  analysis  of year  2007  become  is  parameter conducted by analyzing the result of region capability that have high risk flood potential or doesn’t have high risk flood potential. Absolute difference in inter- regions administrative and region flood risk analysis produce shceme region flood risk  of  trading  it  separates  into  two  shemes;  subsidy  receiver  and  supplier upperstream/downstream,  where  upperstream  and  downstream  can  complet without topographical boundary consider.
Keanekaragaman dan Pola Komunitas Hutan Mangrove di Andai Kabupaten Manokwari Onasius Pieter Matan; Djoko Marsono; Su Ritohardoyo
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1304.964 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13340

Abstract

ABSTRAK Dalam upaya mempertahankan kelestarian hutan mangrove, informasi tentang potensi sumberdaya mangrove sangat diperlukan sebagai data dasar bagi perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan  hutan  mangrove.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  komposisi  jenis, keanekaragaman dan pola komunitas di hutan mangrove Andai, Kabupaten Manokwari. Areal  penelitian dibagi menjadi 2 bagian oleh sungai Andai, dimana bagian pertama terdiri dari 6 releve dan bagian kedua 7 releve.   Pada setiap releve dibuat petak pengamatan untuk tingkat semai, pancang dan pohon.  Data yang dicatat meliputi jenis, jumlah, diameter, tinggi, serta data parameter lingkungan. Data dianalisis dengan menghitung indeks nilai penting, menentukan pola pengelompokkan komunitas dengan metode ordinasi 2 dimensi, dan menghitung nilai indeks keanekaragaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis pada tingkat semai terdiri dari 31 jenis mangrove (19 jenis mangrove sejati, 12 jenis mangrove ikutan). Tingkat   pancang terdiri dari  29 jenis mangrove (18 jenis mangrove sejati, 11 jenis mangrove ikutan). Tingkat pohon terdiri dari 30 jenis mangrove (20 jenis mangrove sejati dan 10 jenis mangrove ikutan). Mangrove sejati meliputi 7 family. Sedangkan mangrove ikutan meliputi 13 family.  Dominasi jenis mangrove pada tingkat semai yaitu Bruguiera parviflora (INP=481.71), pada tingkat pancang  didominasi  jenis  Rhizophora  apiculata  (INP  =  903.27)  dan  pada  tingkat  pohon didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata (INP=664.91).  Pola pengelompokkan komunitaspada  tingkat  semai,  pancang  dan  pohon  terbagi  menjadi  3  (Tiga)  kelompok  komunitas. Sedangkan faktor lingkungan yang memiliki hubungan signifikan dengan pola pengelompokkan komunitas di tingkat semai, pancang   dan pohon pada masing-masing releve adalah tekstur tanah (lempung, debu, pasir), salinitas tanah dan air, pH tanah, bahan organik, P tersedia, K tersedia dan Ca. Nilai indeks keanekaragaman menunjukkan bahwa  nilai terendah terdapat pada releve 2 sedangkan nilai tertinggi ada pada releve 3.   Namun secara keseluruhan nilai indeks keanekaragaman sedang  untuk setiap  tingkatan  pertumbuhan pada semua releve.  Nilai tersebut menunjukkan bahwa  perkembangan ekosistem  pada hutan mangrove Andai tergolong sedang. ABSTRACT In an effort to maintain the sustainability of mangrove forests, information about the potential  of  mangrove  resources  are  needed  as  basic  data  for  management  planning  and utilization of mangrove forests. This study aims to determine species composition, diversity and community patterns in mangrove forest, the Regency of Manokwari. Research area is divided into 2 parts by the river, where the first part consists of  6 releve and the second part 7 releve. In each releve plot observations made for the level of seedlings, saplings  and  trees.  The  data  recorded  includes  species,  number,  diameter,  height,  and environmental  parameters  data.  Data  were  analyzed  by  calculating  the  index  key  value, determine the pattern of community grouping with a 2-dimensional ordination methods, and calculate the value of diversity index. The results showed that the composition of species at the seedling level consists of 31  species  of  mangrove  (19  true  mangrove  species,  12  species  of  mangrove  follow-up). Saplings level consists of 29 species of mangrove (18 true mangrove species, 11 species of mangrove follow-up). Tree level consists of 30 species of mangrove (20 true mangrove species and 10 mangrove species follow-up). True mangrove cover 7 family. While mangrove follow-up includes 13 family. Dominance of mangrove seedlings at the level of Bruguiera parviflora (IVI = 481.71), at the saplings level Rhizophora apiculata dominated (IVI = 903.27) and at the tree level dominated by Rhizophora apiculata (IVI = 664.91). Community grouping pattern at the level of seedlings, saplings and trees were divided into 3 (three) groups of the community. While environmental factors have a significant relationship with patterns of community-level grouping of seedlings, saplings and trees in each releve was the soil texture (clay, dust, sand), soil and water salinity, soil pH, organic matter, available P, K is available and Ca. Diversity index value indicates that the lowest values found in releve 2 while the highest value on releve 3. But overall diversity index values are for each level of growth in all releve. Value  indicates  that  the  development  of  the  mangrove  forest  ecosystem  classified  at  the medium.
Analisis Vegetasi Hutan Rawa Gambut Pascakebakaran di Wilayah Desa Sebangau dan Desa Taruna Jaya Reri Yulianti; Djoko Marsono; Tukidal Yunianto
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.718 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13341

Abstract

ABSTRAK Kebakaran  merupakan  salah  satu  penyebab  kerusakan  hutan  tropis  di Indonesia. Kerusakan yang berlangsung selama kebakaran hutan bersifat eksplosif artinya terjadi dalam waktu relatif cepat dan areal yang luas. Salah satu tipe dari ekosistem hutan hujan tropis adalah hutan rawa gambut. Tujuan dari penelitian ini adalah  (1)  mengkaji  komposisi  jenis,  (2)  mengkaji  keanekaragaman  jenis,  (3) mengkaji  distribusi  jenis,  (4)  mengkaji  asosiasi  jenis  (5)  mengkaji  persentase ketidaksamaan komunitas vegetasi di hutan rawa gambut bekas kebakaran tahun 1997, 2002, dan 2006.Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009 di wilayah Desa Kalampangan Kecamatan Sebangau dan Desa Taruna Jaya Kecamatan Jabiren Raya Kalimantan Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat petak ukur dan kemudian melakukan identifikasi jenis. Titik-titik sampel ditentukan dengan metode random sampling dengan cara undian. Semua jenis dalam petak ukur dicatat nama, diukur   diameter   batang   serta   jumlahnya   dan   dikelompokkan   sesuai   tingkat pertumbuhannya. Hasil   penelitian   adalah   1)   Ditemukan   8   jenis   vegetasi   antara   lain Cratoxylon  arborescens,  Combretocarpus  rotundatus,  Timmonius  wallichianum, Acroychia  porteri,  Acacia  auriculiformis,  Xylopia  fusca,  Ilex  macropylla,  dan Diospyros  hermaproditich.  2)  Keanekaragaman  pada  hutan  rawa  gambut  bekas kebakaran  sangat  rendah.  3)  Jenis  Cratoxylon  arborescens  dan  Combretocarpus rotundatus mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih baik dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Hal ini terlihat dari INP kedua jenis vegetasi yang memiliki nilai INP tertinggi. 4) Asosiasi yang diperlihatkan oleh banyak jenis (tingkat pertumbuhan pohon, tiang, pancang, semai) pada hutan rawa gambut bekas kebakaran adalah asosiasi  positif  yang  artinya  seluruh  spesies  lebih  sering  terdapat  bersama-sama daripada sendiri-sendiri (bebas satu sama lain), dan mempunyai daya gabung dengan yang lainnya. 5) Berdasarkan persentase ketidaksamaan komunitas sebesar 55%, untuk tingkat semai dan pancang terbagi ke dalam tiga kelompok. Pengelompokan dapat terjadi karena lokasi yang berdekatan, frekuensi kebakaran, dan kesamaan faktor lingkungan. ABSTRACT Fire are one of the cause of tropical forest damaged in Indonesia. The damaged that occurs during the forest fire is explosive since it is happen in a quick moment and cover a broad area. One of the types of a tropical rain forest ecosystem is   peat swamp forest. The purpose of this research namely : 1) Studying species composition,  2)  Studying  species  diversity,  3)  Studying  species  distribution,,4) Studying association, dan 5) Studying percentage disimilarity community species of vegetation of post fired in peat swamp forest in 1997, 2002, and 2006. The research was carried out from May until June 2009 in Kalampangan Village  Subdistrict  Sebangau  and  Taruna  Jaya  Village  Subdistrict  Jabiren  Raya Central Kalimantan. Collecting data was done by making plot of land measuring then doing the identification of type. The sample points were determined by random sampling method. All types in plot of land measuring were named, measured the trunks including the numbers and then grouped according to level of growing.The result of this research are 1) There are eight types of vegetation found; Cratoxylon  arborescens,  Combretocarpus  rotundatus,  Timmonius  wallichianum, Acroychia  porteri,  Acacia  auriculiformis,  Xylopia  fusca,  Ilex  macropylla,  dan Diospyros hermaproditich, 2) The diversity of a post-fired in peat swamp forest was low,  3)  Figured  out  the  ability  of  Cratoxylon  arborescens and Combretocarpus rotundatus to regenerate better yet compared with the other types. This is viewed from two types of vegetation INP that had the high INP score. 4) The association is viewed by variety of types [level of tree growth, poles, sapling, seedling] to post fired of peat swamp forest–positively          association means all species more often gathered than apart (free one each other), and had the ablitity to gathered with others.5)  Base  on  fifty  five  percentage  disimilarity  community,  there  are  three  group community of sapling and seedling. Grouping to be able occur because nearness location,  fire frequency, and the same environment factor.
Kajian Potensi Air Rawa Dan Kearifan Lokal Sebagai Dasar Pengelolaan Air Rawa Yomoth Sebagai Sumber Air Bersih Di Distrik Agats Kabupaten Asmat Provinsi Papua Sri Sapti Hamdaningsih; Chafid Fandeli; Muhammad Baiquni
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.832 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13336

Abstract

ABSTRAK Ruang  terbuka  hijau  di  sekitar  kawasan  perkotaan  yang  semakin berkurang  akan menyebabkan meningkatkan konsentrasi karbondioksida dan menurunnya konsentrasi oksigen di udara. Agar kondisi tersebut tidak terjadi atau setidaknya dapat terimbangi maka diperlukan luasan ruang terbuka hijau yang cukup agar jum­lah vegetasi penyerap karbon sebanding dengan jumlah zat- zat pencemar udara sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah  (1) menganalisis kebutuhan hutan kota di Kota Mataram un­tuk  menjaga  kualitas  lingkungan  sekarang  dan  lima  tahun  mendatang, (2) menganalisis  besarnya  kemampuan  berbagai  jenis  vegetasi  hutan  kota  dalam mengurangi akumulasi karbon di udara dan (3) menyajikan sebaran hutan kota yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan konsep tata ruang. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Hutan Kota/Ruang Terbuka Hijau Kota Mataram yang berupa taman kota dan median jalan. Metode penelitian yang  digunakan  adalah  deskriptif  kuantitatif,  sampel  diambil  secara  purposif (purposive sampling) dimana data diambil pada titik -titik tertentu yang dianggap menarik. Pengamatan dilakukan pada petak ukur berukuran 10 x 10 m. Semua jenis  pohon  yang  ma­suk dalam  petak  ukur  dicatat  jenis,  diameter,  tinggi  dan dipangkas salah satu ran­tingnya untuk kemudian dianalisis berat keringnya dalam rangka menghitung biomassa agar diketahui tingkat penyerapan karbonnya. Hasil penelitian ini adalah (1) berdasarkan pertimbangan kebutuhan oksigen pada manusia, ternak dan ken­daraan bermotor,  maka kebutuhan luasan Hutan  Kota/Ruang  Terbuka  Hijau  di  kota  Mataram  pada  tahun  2008  sebesar 3.996,76  Ha,  sedangkan  untuk  li­ma  tahun  mendatang  yaitu  pada  tahun  2013 meningkat  menjadi  4.981,18  Ha,  (2)  luasan  Ruang  Terbuka  Hijau  di  Kota Mataram  saat  ini  ±  61.839,93 m2atau sekitar6,18 Ha sangatlah kurang bila dibandingkan dengan kebutuhan luasan Hutan Kota/Ruang Terbuka Hijau yang didasarkan pada kebutuhan oksigen tersebut dan (3) banyaknya karbon dioksida (CO2)  yang diserap dalam per­satuan luas ton/Ha pada penelitian ini terbesar terdapat pada plot V yaitu se­besar 14,895 ton/Ha dan terendah pada plot VI sebesar 3,771 ton/Ha. Me­ngingat kurangnya luasan Hutan Kota/Ruang Terbuka Hijau yang tersedia, maka diperlukan penambahan luasan dengan pendistribusian lokasi yang disesuaikan dengan pola tata ruang yang ada. ABSTRACT A  decreasing open  green  space  in  urban  areas  will  stimulate  Carbon dioxide’s concentration and on the other hand it will reduce the concentration  of Oxygen in the atmosphere. To prevent this condition or to maintain stability of air quality,  the  total  of  open  green  space  in  urban  areas  should  meet  minimum requirement, thus vegetation will be able to absorb Oxygen in equal amount of pollutants in the air to maintain the environmental quality. Research objectives are (1) to analyze the optimal requirement of urban forest in Mataram city in order to maintain the current and the next five years of environmental quality  (2). to analyze  the  capacity of  varied  urban  forest’s  vegetations in reducing  the accumulation of CO2  in the air. (3) to present   the proportion of urban forest in line with the spatial planning concept. Research was conducted around open green space in Mataram city which include city park  and  road median. Research method used is descriptive qualitative. Sample is determined  purposively  in  which  data collected  from interested and selected points. Observation was conducted on plot 10 x 10 m. All vegetation within plot areas was identified in terms of species, diameter, height and then cut of the branch to analyze the dry matter (biomass) and to identify the degree of the carbon sequestration. The research presents (1).based on minimum need of human, cattle and vehicles on the availability of Oxygen in the air, the requirement of open green space in Mataram for 2008 is about 3.996, 76 ha, while for the next five years (2013) increase about 4.981,16 ha. (2) the total of open green space in Mataram is 61.839,93 ha or about 6,18 ha in which  this figure is under minimum requirement compared  to the need of open green space based on the need of oxygen  (3) plot V shows the highest absortion of Carbon dioxide per ton/ ha (14,895 ton.ha) while plot VI presents the lowest (3,772 ton.ha). Considering the total of open green space is still under minimum requirement, it is recommended to increase the areas of urban green forest which incorporated city spatial planning.
Analisis Gerakan Massa untuk Evaluasi Kerusakan Saluran Induk Kalibawang Kabupaten Kulonprogo Deasy Arisanty; Djati Mardiatno; Jamulya Jamulya
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.533 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13342

Abstract

ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis karakteristik gerakan massa pada setiap bentuk lahan di Saluran Induk Kalibawang, terutama pada jenis, properti, jumlah dan distribusi spasial berdasarkan aspek morfologi dan morfogenesis, 2) untuk menganalisis faktor penyebab dan faktor pemicu untuk setiap gerakan massa di Saluran Induk Kalibawang, 3) untuk mengevaluasi jenis kerusakan di Saluran Induk Kalibawang untuk setiap gerakan massa berdasarkan morphoarrangement. Penelitian ini menggunakan metode survei ini sedangkan tipe bentuk lahan yang digunakan untuk menentukan sampel. Analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk analisis data. Kedua aspek morfologi dan morfogenesis digunakan untuk akuisisi data. Data morfologi terdiri dari stepness lereng, bentuk lereng, dan kembali kelas lief (topografi). Data morfogenesis terdiri dari tekstur tanah, solum tanah, drainase tanah, indeks cole, pelapukan batuan, stratigrafi batuan, sendi pada batuan dasar, rembesan, penggunaan lahan dan pengelolaan lahan. Akhirnya, morphoarragement yang digunakan untuk menganalisis saluran distribusi kerusakan. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat jenis dari geneses dari bentang alam, yaitu bentuk lahan denudasional, bentuk lahan solutif, bentuk lahan struktural dan bentuk lahan fluvial. Jenis-jenis gerakan massa di daerah penelitian adalah geser rotasi, slide translasi, creep dan jatuh. Ada 18 peristiwa slide rotasi dan 4 peristiwa slide translasi dalam bentuk lahan denud ational dengan pola tersebar. Ada 9 peristiwa merinding dalam bentuk lahan struktural dengan pola tersebar. Akumulasi bahan dari jenis slide rotasi dapat menghancurkan saluran dinding, dan ditemukan 6 peristiwa kerusakan dalam bentuk lahan denudasional. Merinding menyebabkan retakan pada saluran dinding, di mana ia ditemukan 9 peristiwa retak dalam bentuk lahan struktural. Bahan berkualitas tinggi dan perbaikan intensif kerusakan melibatkan partisipasi masyarakat dapat mencegah kerusakan pada Saluran Induk Kalibawang. ABSTRACT The aims of this research are  1) to analyze mass movement characteristics on each landform in Saluran Induk Kalibawang, especially on its type, property, amount and spatial distribution based on morphology and morphogenesis aspects, 2) to analyze the causal factor and the triggering factor for every mass movement in Saluran Induk Kalibawang, 3) to evaluate type of damage in Saluran Induk Kalibawang for every mass movement based on morphoarrangement. This  study  used  survey  method  while  the  landform  type  is  used  to determine the samples. The qualitative and quantitative analyses are used for data analysis.  Both  morphological  and  morphogenesis  aspects  are  used  for  data acquisition. Morphology data consist of slope stepness, slope form, and re lief class (topography). Morphogenesis data consist of soil textures, soil solum, soil drainage, cole index, rock weathering, rock stratigraphy, the joints on the bedrock, the seepage, the land use and  land management. Finally, the morphoarragement is used to analyze damage channel distribution. This research shows that there are four types of the geneses of landforms, i.e. the denudational landform, the solutional  landform, the structural landform and the fluvial landform. The types of mass movements in the research area are rotational  slide,  translational  slide,  creep  and  fall. There  are  18  events  of rotational slides and 4 events of translational slides within denud ational landform with dispersed pattern. There are 9 events of creeps within structural landform with dispersed pattern. The material accumulation of the type rotational slides can destroy wall channel, and it is found 6 events of damage within the denudational landform. Creeps cause cracks on wall channel, where it is found 9 events of cracking  within  structural  landform. High  quality  material  and  the  intensive repair of damages involving the community participation can prevent damages on Saluran Induk Kalibawang.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue