cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia" : 12 Documents clear
Analisa Penyebaran Potensi Kekeringan Lahan di Kabupaten Rembang Swastikasari, Martza; Nanulaitta, Natania Frislya
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.30213

Abstract

Kekeringan lahan yang melanda suatu daerah menimbulkan dampak yang besar terhadap produktivitas lahan pertanian. Terjadinya kekeringan ini disebabkan oleh defisit air akibat kurangnya hujan yang jatuh, laju infiltrasi air yang tinggi serta jenis tanaman yang tidak sesuai dengan ketersediaan air.  Untuk meminimalkan dampak yang terjadi akibat kekeringan lahan maka perlu dilakukan antisipasi dengan mengetahui defisit dan surflus air lahan melalui data curah hujan serta kemampuan tanah menahan air (Water Holding Capasity). Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menganalisa penyebaran potensi penyebaran kekeringan di wilayah Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah. Parameter yang didapat yaitu interpretasi dari citra satelit lansat 8 (OLI), data statistik Kabupaten Rembang, dan data curah hujan. Didalam penelitian ini juga penulis menggunakan indeks vegetasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan SAVI (Soil-Adjusted Vegetation Index)yang dapat menghasilkan rata-rata luas wilayah potensi kekeringan di masing-masing kecamatan pada Kabupaten Rembang. Land drought that hit a region has a great impact on the productivity of agricultural land. The occurrence of this drought is caused by water deficit due to lack of falling rain, high water infiltration rate and types of plants that are not in accordance with the availability of water. To minimize the impacts caused by land drought, it is necessary to be anticipated by knowing the deficit and land water surfs through rainfall data and the ability of water holding capasity. Therefore in this study the authors try to analyze the spread of potential spread of drought in rembang district of central java province. The parameters obtained are the interpretation of satellite image 8 (OLI), statistical data of Rembang Regency, and rainfall data. In this study, the authors used the NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) and SAVI (Soil-Adjusted Vegetation Index) vegetation index which can produce the average of drought potential areas in each sub-district in Rembang district.
Kualitas Struktur Tanah di Setiap Bentuklahan di DAS Kaliwungu Adhera Sukmawijaya; Junun Sartohadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.32730

Abstract

Pengelolaan tanah untuk pertanian yang berkelanjutan perlu untuk memeperhatikan 2 hal, yaitu bentuklahan dan tanah. Faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah struktur tanah. Penelitian yang fokus pada bentuklahan, struktur tanah, dan implikasinya pada pengelolan belum pernah dilakukan di DAS Kaliwungu. Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur tanah pada setiap bentuklahan sebagai dasar untuk pengelolaan tanah yang berkelanjutan. Kualitas struktur tanah ditentukan dari observasi profil tanah pada setiap bentuklahan. Identifikasi bentuklahan dilakukan berdasarkan pengumpulan data dari Kendaraan Nirawak. Viusal Evaluation of Subsoil Strucutre (SubVESS) digunakan untuk menentukan kualitas struktur tanah berdasarkan karakteristik struktur tanah. Hasil menunjukkan bahwa area penelitian memiliki kualitas struktur tanah yang baik dengan mayoritas nilai kualitas strutktur tanah yang berkisan antara Ssq 1-3. Tidak diperlukan adanya perubahan dalam pengelolaan tanah pada area kajian.Soil management for sustainable agriculture needs to focus on 2 things, which are landform and soil. Soil factor that needs to be focused on is soil structure. The study that focused on landform, soil structure and its implication on soil management has never been done in Kaliwungu Watershed. This research aims to analyze soil structure on every landform as the basis to determine sustainable soil management. Soil structure quality was determine by soil profile observation on every landform. Unmanned Aerial Vehicle (UAV) photographic data was used to identify each landform. Visual Evaluation of Subsoil Structure (SubVESS) was used to identify the quality of soil structure based on its characteristic. The result shows that study area has a good soil structure quality with the majority of soil layer has a good soil structure quality (Ssq 1-3). There is no need to change in soil management is needed.
Kontribusi PT. Telkom dalam Pengembangan UMKM Perkotaan di Kota Yogyakarta Cika Fauziyah; Tri Kuntoro Priyambodo; Sri Rum Giyarsih
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.36547

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi PT. Telkom dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah perkotaan dan implikasinya terhadap ketahanan wirausaha ekonomi pemuda. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengolahan dan analisis data  dilakukan dengan reduksi data, kategorisasi, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Telkom telah berkontribusi terhadap pengembangan UMKM perkotaan yaitu : memberikan informasi  secara cepat, memberikan akses pasar melalui pameran/promosi, memberikan jangkauan pelayanan yang luas, dan memberikan akses untuk peluang bisnis. Penelitian ini juga menemukan bahwa UMKM perkotaan berimplikasi untuk peningkatkan ketahanan wirausaha ekonomi pemuda dalam hal : memiliki jiwa kreatif dan pantang menyerah, memiliki daya saing yang tinggi, meningkatnya kemandirian ekonomi pemuda, meningkatnya kesempatan kerja, bertambah majunya usaha yang ditekuni pelaku UMKM perkotaan, dan meningkatnya keterampilan pemasaran online pelaku UMKM perkotaan.  This study aimed to determine the contributions of PT. Telkom to the development of urban Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) and their implications in the entrepreneurial resilience of youth economy. This qualitative descriptive research employed in-depth interview, observation, and documentation for data acquisition. The data analysis involved several steps, namely data reduction, categorization, display, and conclusion. The results affirmed several contributions of PT. Telkom to the development of urban MSMEs, namely the provisions of : quick information, access to market through exhibition/promotion, a wide range of services, and  access to business opportunities. This research also found that the urban MSMEs had implications in the entrepreneurial resilience of youth economy. For instance, the application has successfully increased creativity and tenacity, high competitiveness, economic independence, job opportunities by improving the business run by the urban MSMEs, and the online marketing skills of the urban MSMEs.
Analisis MRC untuk Karakterisasi Akuifer Karst di Mataair Mudal, Kabupaten Kuloprogo Afid Nurkholis; Tjahyo Nugroho Adji; Eko Haryono; Ahmad Cahyadi; Wisnu Agung Waskito; Hamzah Fathoni; Ikhwan Arbi Kurniawan; Romza Fauzan Agniy; Aji Dwi Pratama; Dicky Satria; Hendi Fatchurrohman; Igor Yoga Bahtiar
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.38297

Abstract

Akuifer karst memiliki triple porosity yang membuat karakterisasinya sulit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis komponen hidrograf banjir dan membuat Master Recession Curve (MRC) pada akuifer karst yang mengimbuh Mataair Mudal. Data yang digunakan adalah debit aliran dan curah hujan yang tercatat setiap 30 menit pada November 2017 hingga Mei 2018 (6 bulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mataair Mudal memiliki complex discharge regime dengan derajat karstifikasi pada kelas 5,5. Analisis komponen hidrograf banjir menguatkan hasil perhitungan derajat karstifikasi. Waktu menuju puncak banjir (Tlag) yang tergolong cepat (2,5 jam) menunjukkan telah adanya aliran conduit. Perhitungan waktu menuju aliran dasar (Tb) baik secara manual (hidrograf banjir) maupun automatis (MRC) memiliki rerata sekitar 40 jam yang mencerminkan bahwa akuifer karst yang mengimbunya masih baik dalam menyimpan airtanah. Secara keseluruhan, akuifer karst di Mataair Mudal masih didominasi oleh retakan bertipe diffuse, meskipun sudah memiliki retakan bertipe conduit yang cukup berkembangThe objective of this research was to analyze the nature of the flood hydrograph components and create a Master Recession Curve (MRC) to estimate the degree of karstification in Mudal Spring. Discharge and rainfall data were recorded every 30 minutes at time intervals between November 2017 and May 2018. The results show that Mudal Spring has a complex discharge regime with a karstification degree in the class of 5.5. Meanwhile, the time to peak flood (Tlag) which is relatively fast (2.5 hours) shows the existence of conduit flow in the flood event. Calculation of time to baseflow (Tb) has an average of 40 hours which reflects that the karst aquifer was still good in storing groundwater. Overall, karst aquifers in Mudal Spring are still dominated by diffuse type voids, although they already have conduit type voids that are quite developed.
Kondisi hidrologi terkait dengan perubahan penggunaan lahan DAS Bedog Kabupaten Sleman Totok Gunawan; Slamet Suprayogi; Sigit Heru Murti; Raras Endarto; Wikan Jaya Prihartanto; Nur Aziz Widodo
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.40974

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji kondisi Fisik DAS Bedog dalam kaitannya respon DAS terhadap hujan, sebagai dasar untuk restorasi air di DAS Bedog. Tujuan kedua adalah untuk mengkaji jejaring irigasi di DAS Bedog kaitannya dengan adanya rekayasa irigasi. Adapun tujuan ketiga adalah mengkaji seberapa besar kelebihan air di DAS Bedog pada saat musim kemarau. Lokasi penelitian dipusatkan pada DAS Bedog yang berada di Lereng Selatan Gunungapi Merapi yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. DAS ini dipilih karena memiliki fungsi penting sebagai resapan air yang menunjang sumber daya air di daerah bawahannya. Lokasi ini juga dianggap sesuai dengan Rencana Strategis UGM (2012-2017) salah satu prioritas riset menekankan pada masalah Penyelamatan Lingkungan Kritis dan Restorasi Lingkungan Daerah Resapan Air. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji aspek fisik yang ada di DAS Bedog dimana fenomena hidrologi yang ada. parameter fisik lahan dianalisis tumpangsusun dengan Sistem Informasi Geografis untuk mendapatkan besaran-besaran koefisien aliran dan besar debit. Nilai hasil tersebut digunakan untuk analisis jaringan irigasi dan pengarian. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan respon DAS terhadap hujan, data penggunaan lahan 2015 dan 2017 didapatkan nilai koefisien aliran (nilai C) adalah 0,47 dan 0,48. DAS Bedog masih relatif baik untuk menyimpan air yakni mampu menyimpan air hujan sekitar 52% sd 53%. Sistem jejaring irigasi di DAS Bedog, sumber airnya sebagian berasal dari pembendungan Sungai Krasak yang dialirkan ke daerah irigasi DAS Bedog, dan terdapat gabungan pembendungan sungai Krasak dan sungai Bedog yang digunakan untuk air irigasi di DAS Bedog . Terdapat lima Bendung untuk kebutuhan irigasi DAS Bedog. Kelebihan air irigasi di DAS Bedog yang bearsal dari Bendung I, II, Bendung III  dialirkan ke Bendung 4, Bendung V, dan dialirkan ke sungai Bedog bagian setelah digunakan irigasi di wilayah irigasi Pulesari. Bendung IV dialirkan ke DAS Bedog untuk mencukupi air irigasi di wilayah irigasi Blumbang dan kelebihan air irigasi dimasukkan ke Bendung V.
Perbandingan Akurasi Metode Inverse Distance Weighting dan Kriging dalam Pemetaan Kedalaman Muka Airtanah Sadewa Purba Sejati
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.41473

Abstract

Setiap metode interpolasi spasial yang disediakan oleh sitem informasi geografis (SIG) memiliki akurasi yang berbeda. Oleh karena itu pengetahuan terhadap akurasi metode tersebut sangat diperlukan oleh pengguna SIG. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan akurasi metode interpolasi spasial inverse distance weighting (IDW) dan Kriging untuk menghasilkan informasi kedalaman muka airtanah. Penelitian ini menggunakan 65 data primer kedalaman muka airtanah yang diperoleh dengan metode systematic random sampling. Hasil interpolasi setiap metode kemudian dibandingkan tingkat akurasinya, yaitu dengan melihat nilai root mean square error (RMSE) dan persentase kesesuaian sampel validator terhadap model yang dihasilkan. Pengolahan data menunjukkan bahwa model interpolasi terbaik pada metode Kriging diperoleh melalui varian Ordinary Kriging. Metode tersebut menghasilkan model dengan nilai RMSE sebesar 2,98 dan kesesuaian sampel validator sebesar 50%. Sedangkan model interpolasi terbaik pada metode IDW diperoleh melalui parameter power (p) dengan nilai 3. Metode tersebut mengasilkan model interpolasi dengan nilai RMSE sebesar 3,233 dengan kesesuaian sampel validator sebesar 40%. Berdasarkan perbandingan diperoleh kesimpulan bahwa metode Kriging lebih akurat jika dibandingkan dengan metode IDW karena menghasilkan nilai RMSE yang lebih kecil dan persentase kesesuaian sampel validator terdahap model interpolasi lebih besar.  Every spatial interpolation method provided by geographic information system (GIS) has different accuracy. Therefore, it’s very necessary for GIS users to know the accuracy of every method. This study was performed to determine the comparison of accuracy of inverse distance weighting (IDW) and Kriging spatial interpolation methods to produce information on depth to water table. This study used 65 primary data of depth to water table obtained using systematic random sampling method. The interpolation result of the accuracy of every method was compared by assessing root mean square error (RMSE) and percentage of consistency of validator sample with the resulting model. Data processing showed that the best interpolation method of Kriging was Ordinary Kriging variance. The method produced a model with RMSE value of 2.98 and validator sample consistency of 50%. The best interpolation method of IDW method used power (p) parameter with a value of 3. The method produced an interpolation model with RMSE value of 3.233 and validator sample consistency of 40%. Based on the comparison, it was concluded that Kriging method was more accurate than IDW method because it had smaller RMSE value and bigger percentage of validator sample consistency to interpolation model.
Sebaran Potensi Kekeringan Meteorologis di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Bagian Hulu dan Upaya Penanggulangannya Diah Auliyani; Nining Wahyuningrum
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.45534

Abstract

Variabilitas hujan menyebabkan setiap wilayah berpotensi mengalami kekeringan. Waduk Gajah Mungkur telah berkontribusi menanggulangi kekeringan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, namun pengelolaannya menghadapi ancaman pendangkalan akibat erosi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi kekeringan di DAS Bengawan Solo bagian hulu, dan mengidentifikasi penyebab pendangkalan Waduk Gajah Mungkur untuk upaya penanggulangannya. Standardized precipitation index (SPI) dari 93 stasiun hujan menunjukkan nilai bervariasi mulai -2,621 (amat sangat kering) hingga 7,689 (amat sangat basah). Kekeringan meteorologis yang terjadi berdurasi antara 1-7 bulan. Wonogiri merupakan kabupaten yang paling sering terpapar kekeringan. Karena ancaman pendangkalan, pembangunan Waduk Gajah Mungkur menjadi kurang efektif dalam menanggulangi kekeringan yang terjadi. Berdasarkan metode Universal Soil Loss Equation  (USLE), erosi yang terjadi di hulu berperan terhadap pengurangan volume waduk. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga daya tampung waduk adalah pengerukan secara berkala, revegetasi. dan pengolahan lahan yang tepat. Revegetasi dan pengolahan lahan yang tepat dapat dilakukan terutama di daerah dengan tingkat bahaya erosi berat dan sangat sangat berat. Pencegahan pendangkalan waduk ini diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan sumber daya air. Rainfall variability causes every region to experience drought. Gajah Mungkur Reservoir has contributed to the drought prevention in Bengawan Solo Watershed, but its management faces the threat of siltation for soil erosion. This study were aimed to identify potential droughts in the upstream Bengawan Solo Watershed and to identify the causes of siltation in the Gajah Mungkur Reservoir for its prevention efforts. Standardized precipitation index (SPI) of 93 rainfall stations varies from -2,621 (extremely drought) to 7,689 (extremely wet). The meteorological drought duration was between 1 to 7 month. Wonogiri is the most drought-exposed. For the threat of silting, the Gajah Mungkur Reservoir has become less effective in dealing with the drought. Based on the Universal Soil Loss Equation (USLE) method, soil erosion in the upstream contributes to the reduction in reservoir volume. Some efforts that should be done to maintain reservoir capacity are periodic dredging, revegetation. and proper land management. Revegetation and proper land management can be carried out in areas with severe and very severe erosion hazards. Prevention of silting of reservoirs is expected to maintain water resources availability.
Kearifan Lokal Komunitas Sebagai Modal Sosial alam Manajemen Bencana Alam Untoro Hariadi; Suratman Suratman; Totok Gunawan; Armaidy Armawi
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.152 KB) | DOI: 10.22146/mgi.48548

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji kearifan lokal komunitas sebagai modal sosial dalam manajemen bencana alam untuk memperoleh gambaran secara utuh tentang makna substantif dari komunitas, kearifan lokal dan manajemen bencana alam. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif. Terbentuknya komunitas tidak terlepas dari kebutuhan individu untuk berada dalam rasa aman dan memiliki mekanisme pertahanan ketika menghadapi situasi yang membahayakan. Komunitas mengembangkan suatu pengetahuan untuk memahami cara kerja alam, dan kemudian mengikutinya, serta berupaya menghindari apa yang dapat mengancam keselamatan. Kearifan lokal seharusnya dimaknai sebagai pengetahuan komunitas tentang keadaan setempat, atau kearifan setempat, yaitu pengetahuan yang menjawab situasi setempat, yang mana di tempat lain tidak ada. Suatu manajemen bencana alam perlu memperjelas kedudukan komunitas, serta memberi ruang gerak komunitas untuk menggunakan seluruh modal utama yang dimilikinya, yaitu diri (komunitas) dan kearifannya. This study aims to examine the local wisdom of the community as social capital in the management of natural disasters to obtain a full picture of the substantive meaning of the community, local wisdom and management of natural disasters. The research method used is descriptive method with a qualitative approach. The formation of a community is inseparable from the individual's need to be in a sense of security and to have a defense mechanism when facing a dangerous situation. The community develops a knowledge to understand how nature works, and then follows it, and seeks to avoid what can threaten safety. Local wisdom should be interpreted as community knowledge about local conditions, or local wisdom, namely knowledge that answers the local situation, which is not available elsewhere. A management of natural disasters needs to clarify the position of the community, and provide space for the community to use all the main capital they have, namely themselves (the community) and their wisdom.  
Kemampuan Keuangan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten-Kota di Provinsi Jawa Tengah Lutfhi Muta'ali
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.50380

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi keuangan daerah dan kesejahteraan masyarakat, serta mencari pola hubungan dan dimensi spasial serta faktor-faktor penentu dan relasi diantara keduanya sebagai dasar perumusan kebijakan.Dengan analisis kuantitatif, hasil penelitian menunjukkan kondisi tingkat kemandirian keuangan yang cukup dengan kesejahteraan masysrakat yang rendah. Alokasi belanja untuk sosial masih sangat rendah (2%) sehingga sulit diharapkan peningkatan kesejahteraan dari keuangan daerah. Hasil analisis varian menunjukkan tingkat perbedaan keuangan daerah dan kesejahteraan masyarakat antara Kabupaten dan Kota dan juga hubungan erat antara indikator keuangan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi keuangan daerah akan diikuti dengan tingginya kesejahteraan masyarakat. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan masysrakat adalah penerimaan per penduduk (X1), tingkta kemandirian daerah (X2) dan efektivitas belanja pembangunan (X5). Tipologi daerah mengelompok pada Tipe I (keuangan tinggi, kesejahteraan tinggi) dan IV (keuangan rendah dan kesejahteraan rendah) sebanyak  77% dan dijadikan sebagai dasar penentuan prioritas pembangunan. This research aims to identify the local financial potential and the social welfare, and look for patterns of relationships and spatial dimensions as well as determinants and relations between the two as a basis for policy formulation. With quantitative analysis, the results of the study indicate the condition of sufficient level of financial independence with the welfare of the community low. The allocation of expenditure for social affairs is still very low (2%) so it is difficult to expect an increase in welfare from local finances. The results of the analysis of variance indicate the level of local financial disparity and the welfare of the community between districts and cities and also the close relationship between local financial indicators and social welfare. The higher regional finances will be followed by high social welfare. Factors considered to have a significant effect on social welfare are income per population (X1), regional independence (X2) and the effectiveness of development spending (X5). Regional typologies cluster in Type I (high finance, high welfare) and IV (low finance and low welfare) as much as 77% and serve as a basis for determining development priorities
Aplikasi Satellite GEOSAT dan ERS sebagai Metode Alternatif Pengukuran Gravity Ground pada Cekungan Hidrokarbon di Pulau Timur Muhammad Yanis; Marwan Marwan; Nuzul Kamalia
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.50782

Abstract

Graviti merupakan metode awal yang digunakan untuk mempelajari basement pada area potensial hidrokarbon. Pada umumnya metode graviti diukur melalui darat dengan peralatan Scientrex maupun LaCoste & Romberg, teknik ini membutuhkan waktu dan financial yang relative banyak. Padahal secara prinsip pengukuran, metode ini tidak membutuhkan kontak langsung dengan tanah, sehingga dimungkinkan untuk diukur melalui airborne dan satelit. Oleh karena itu untuk mempelajari akurasi data graviti satelit, maka pada penelitian ini data satelit akan dibandingkan dengan pengukuran darat yang telah diakuisisi pada area hidrokarbon di Pulau Timor. Data graviti pengukuran darat telah diakuisisi sejak tahun 1948-1989 oleh beberapa perusahaan minyak, sedangkan graviti satelit yang digunakan berupa Geodetic Satelit (GeoSat) dan European Remote Sensing (ERS) tahun 2011 dengan resolusi 1.85 km/px. Perbedaan waktu pengukuran yang relative jauh dari kedua data tersebut, maka data graviti darat ditransformasikan ke model standar ellipsoid baru dari International Terrestrial Reference Frame ITRF (WGS84).  Data bouger anomali dari kedua data tersebut menunjukkan pola yang relative sama, disisi utara didominasi oleh anomali yang tinggi (90 s/d 185 mGal), sedangkan sisi selatan anomali yang rendah (-75 s/d 90 mGal). Pada beberapa tempat yang diduga terdapat hidrokarbon; ditunjukkan oleh syncline, anticline, rembesan oil dan gas maka data graviti satelit dapat menunjukkan anomali yang kontras dibandingkan dengan graviti pengukuran didarat. Hal ini diakibatkan oleh resolusi data satelit yang bersifat regional dibandingkan dengan graviti darat Gravity is the frontier method used for mapping the basements in hidrokarbon areas. In general, the method is measured from the ground surface using the Scintrex or LaCoste & Romberg instrument, but for a large area the ground gravity is highly cost and financial resources in data observation. In principle, the gravity method does not require direct contact with the ground that will be possible to measure from airborne and satellite. Therefore, we study the accuracy of satellite data that potential used for hidrokarbon investigation. In this research, we compare the satellite data with the ground surveys that have been acquired on the island of Timor. The Ground survey data was acquired from 1948-1989 by several oil companies, while the satellites used is Geodetic Satellites (GeoSat) and European Remote Sensing in 2011 with a resolution of 1.85 km/px. The Ground survey data is transformed into a new ellipsoid standard model from the International Terrestrial Reference Frame ITRF (WGS84), this is due to the difference in measurement time that is relatively far from the two data. Based on the results, it can be shown that the anomaly bouger from both data shows a very similar pattern, where the north side is dominated by high anomalies (90 to 185 mGal) while the southern side of the anomaly is low (-75 to 90 mGal). In some places that are suspected to have hidrokarbons; indicated by syncline, anticline, oil and gas seepage, satellite gravity data can show contrast anomalies compared to ground surveys. This is caused by satellite data resolution which is regional compared to ground survey.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue