cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bangkalan,
Jawa timur
INDONESIA
AGRIEKONOMIKA
ISSN : 23019948     EISSN : 24076260     DOI : -
AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1: April 2016" : 10 Documents clear
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN USAHA SKALA MIKRO (MICRO ENTERPRISE) KUB BAJRAH GUNAH KLAMPIS BANGKALAN PADA PRODUK TERASI, PETIS DAN KERUPUK IKAN Dwi Ratna Hidayati
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1467

Abstract

Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun. Seiring dengan hal tersebut, potensi bahan baku perikanan yang sedemikian besar mendorong tumbuhnya usaha-usaha pengolahan makanan berbahan dasar ikan terutama usaha skala mikro kecil menengah, khususnya di wilayah-wilayah sentra penghasil perikanan seperti di kecamatan Klampis. Salah satu Kelompok Usaha Bersama (KUB) skala mikro yang mengusahakan produk berbasis hasil perikanan adalah KUB “Bajrah Gunah” yang berlokasi di Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan yang memproduksi petis, terasi dan kerupuk ikan. Namun demikian,usaha skala mikro (micro enterprise) seringkali terkendala berbagai permasalahan terutama dibidang pemasaran, apalagi dalam kondisi harus bersaing dengan perusahaan skala menengah ataupun industri skala besar lainnya. Komunikasi pemasaran merupakan kata kunci strategis untuk memainkan peran produk lokal agar bisa berkembang oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh usaha skala mikro KUB Bajrah Gunah. Metode analisis yang digunakan adalah SWOT analysis yang datanya diperoleh hasil Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang harus dilakukan adalah perbaikan label sebagai sarana komunikasi dan promosi terhadap pelanggan, Perluasan jejaring, model serta saluran komunikasi pemasaran untuk membidik target konsumen yang lebih luas melalui penambahan media komunikasi pemasaran selain handphone, seperti web dan blog, serta pembuatan sarana promosi lainnya seperti leaflet, banner serta ikut serta dalam jejaring pameran yang lebih luas, branding yang kuat dengan label yang lebih marketable, perbaikan kemasan yang sesuai bagi seluruh produk yang ada, pelatihan secara kontinu  serta berjenjang dari pihak terkait serta plang papan nama KUB di dekat jalan utama untuk menginformasikan keberadaaan KUB Bajrah Gunah.
Fisheries Recources Status of Rasbora (Rasbora sp) in Rawa Pening, Semarang, Central Java: Bioeconomic Analysis Nopisari, Dian Ayunita NN. Dewi
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1342

Abstract

Rasbora (Rasbora sp) is natural resources which have potency to catch in Rawa Pening Swamp. Total production of rasbora was 11,930 kg in 2014. The research objectives to analyzed rasbora bioeconomic status with Maximum Sustainable Yield (MSY), Maximum Economic Yield (MEY), and Open Access (OA) indicators in Rawa Pening. Bioeconomic analysis for Rasbora used Gordon-Schaefer Model. Primary data obtained with census and the total respondents were 31 gillnet fishers. Primary data were gillnet efforts, price and cost of rasbora fishing. Secondary data used Rasbora (Rasbora sp) production for 10 years from 2003-2012. The result of Gordon-Schaefer model for Maximum Sustainable Yield produced of rasbora (CMSY) of 44,100 kg/year with fishing efforts (EMSY) 21,000 efforts/year. The Maximum Economic Yield status (CMEY) 35,916.08 kg/year with effort maximum (EMEY) of rasbora 11,953 efforts/year. Meanwhile, limitation of the rasbora production in Open Access Equilibrium (COAE) was 43,000 kg/year and effort maximum (EOAE) 23,766 efforts/year. Rasbora resources in Rawa Pening status is in underfishing condition.
PEMASARAN TERNAK DOMBA DI PASAR HEWAN PALASARI KABUPATEN INDRAMAYU B. Wibow; S. Rusdiana; U. Adiati
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1468

Abstract

Penelitian dilakukan di Pasar hewan Palasari Indramau Jawa Barat, penentuan data dilakukan dengan metoda survey lapang dipasar hewan, pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap 10 pedagang kecil, 10 pedagang besar, 10 calo ternak domba dan konsumen ternak domba, data primer dan data skunder dianalisis secara diskriptif dan kuantitatif. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui rantai pemasaran ternak domba di pasar hewan Palasari Indramayu. Hasil Penelitian rantai pemasaran ternak domba mempunyai 3 (tiga) mata rantai hingga pada konsumen akhir, pada masing-masing mata rantai memiliki margin pemasaran tersendiri, yaitu rantai pemasaran I, II dan III, masing-masing rantai pemasaran menentukan nilai share, dengan keuntungan yang berbeda, diperoleh rantai pemasaran I pedagnag kecil nilai share sekitar 2%/ekor, rantai pemasaran II pedagang besar nilai share sekitar 2%/ekor dan rantai pemasaran III para calo nilai share sekitar 1,5%/ekor. Rantai pemasaran I pedagang kecil nilai jual ternak domba jantan dewasa awal sekitar Rp 2.300.000/ ekor dan nilai jual akhir pada konsumen sekitar Rp 2.476.815/ ekor, dengan peningkatan nilai harga sekitar Rp 128.813.38/ekor, rantai pemasaran II pedagang besar nilai jual ternak domba jantan dewasa awal sekitar Rp 2.392.920/ekor dan nilai jual akhir pada konsumen sekitar Rp 2.428.813,8/ekor, dengan peningkatan nilai harga sekitar Rp 128.813.38/ekor dan rantai pemasaran III calo nilai jual ternak domba jantan dewasa awal sekitar Rp 2.346.000/ekor dan nilai jual akhir pada konsumen sekitar Rp 2.428.813,8/ekor, dengan peningkatan nilai harga sekitar Rp 35.893,8/ekor.
SEJARAH PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT AGRARIS AKIBAT PEMBANGUNAN WADUK DI BANJARNEGARA, JAWA TENGAH Kuntoro Boga Andri
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1021

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui sejarah dari pengaruh perubahan lingkungan ekologis pada masyarakat agraris yang terjadi akibat pembangunan waduk. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Hasil dari penelitian memperlihatkan pembangunan proyek PLTA Panglima Besar Soedirman telah merubah secara mendasar masyarakat agraris serta budaya pertanian di lokasi penelitian. Hilangnya lahan berarti juga merubah lahan usaha bagi mereka. Mereka yang beralih mata pencaharian ke sektor perikanan dihadapkan banyak kendala. Perkembangan sektor perdagangan dan jasa sangat dipengaruhi oleh situasi desa yang ada. Perubahan juga mengakibatkan memudarnya lembaga tradisional yang biasa hidup dalam masyarakat agraris. Juga terjadi degradasi dalam birokrasi Desa dan perubahan tipe ekonomi keluarga dari basis ke tipe upahan. Anggota keluarga yang tadinya memiliki sikap familinisme kuat berubah ke individualisme. ABSTRACTThe study was conducted to observe the history of the effect of environmental change toward an agrarian community as a result from the dam construction. This study used qualitative method, which present the descriptive data of the observed people and the societies. It was revealed the dam development had a significant effect of the change of agriculture communities in the studied area.  Most people, moved from the agricultural to fisheries and service sector. Some problems occurred in the community that change their occupation to the fisheries sector as well as the trading and the service sectors uncertainly. The changed also ensuring losts of the agricultural institution as well as degradation and declining on the activities of village bureaucracy. There were a transformation of the family income type from the basis type to be the hired worker type, and relationship from familial type to be individual type. 
KAJIAN KETERKAITAN PRODUKSI, PERDAGANGAN DAN KONSUMSI SAYURAN HIDROPONIK UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI KONSUMSI DI KOTA PALEMBANG Muhammad Arbi
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1359

Abstract

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung dengan pelaku usaha budidaya sayuran dengan sistem hidroponik berdasarkan tuntutan daftar pertanyaan yang diajukan meliputi identitas pengusaha, proses pemasaran/perdagangan. Sementara pengambilan sampel untuk konsumen dilakukan dengan metode penarikan sampel kemudahan, yaitu sampel diambil berdasarkan kemudahan bagi peneliti dengan cara mewawancarai konsumen yang sedang membeli sayuran hidroponik. Operasional teknis wawancara dilakukan satu per satu, satu konsumen selesai menjawab semua pertanyaan baru mewawancarai responden lainnya. Dalam hal ini peneliti menetapkan responden untuk dijadikan sampel sebanyak 40 konsumen. Data sekunder merupakan data-data yang mendukung penelitian yang akan  melengkapi data primer. Lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive sampling), sedangkan sampel penelitian ditetapkan dengan metode Cluster sampling. Pada daerah contoh ini diambil masing-masing 1 pengusaha tanaman sayuran organik dengan sistem hidroponik. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana peta sebaran produksi tanaman sayuran hidroponik dan mengkaji bagaiman peta perdagangan sayuran hidroponik serta untuk mengethui  karakteristik konsumen sayuran hidroponik di Kota Palembang. Hasil penelitian menunjukkanbahwa  jumlah pengusaha sayuran  hidroponik di Kota Palembang saat ini jumlahnya masih cukup terbatas dan belum tersebar secara merata di setiap wilayah sehingga hal ini berpengaruh terhadap jumlah produksi dan permintaan pasar. Terdapat dua pengusaha sayuran hidroponik yang masih aktif diantaranya di  PPLH-Unsri Kecamatan Ilir Barat I  dengan produksi jumlah rata-rata produksi sebanyak 1.6 ton/tahun dan di Kediaman Bapak Adie Alqodri di Kecamatan Ilir Timur I dengan jumlah rata-rata produksi 3,3 ton/tahun. Sementara untuk mekanisme pemasaran  produk sayuran hidroponik dilakukan dengan cara promosi lewat media internet, selebaran, dan dengan mengikuti ajang pameran. Selain itu pemasaran sayuran dilakukan dengan cara kerjasama dengan pihak supermarket diantarnya carrefur, hypermart, dan diamond serta ada juga konsumen yang datang sendiri ke tempat
TINGKAT KONSISTENSI PEMUDA TANI TERHADAP TRANSFORMASI SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Eri Yusnita Arvianti; Asnah Asnah; Anung Prasetyo
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1035

Abstract

Sebagai salah satu daerah di propinsi Jawa Timur yang menyumbang devisa terbesar di Indonesia melalui pengiriman TKI di luar negeri adalah kabupaten Ponorogo. Fenomena tersebut menyebabkan adanya permasalahan tata keruangan wilayah maupun sosiologi pedesaan .Hal ini memberikan dampak pada pergeseran mata pencaharian dari petani menjadi bukan petani. Salah satu wilayah yang mengalami perubahan menjadi perkotaan adalah di lima desa Kabupaten Ponorogo yaitu Mojorejo, Kemuning, Siwalan, Babadan, Demangan  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi pemuda tani terhadap mata pencahariannya di Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode survey. Data yang dikumpulkan diperoleh melalui teknik wawancara dengan para pemuda tani yang tersebar di lima desa di Kecamatan kota Ponorogo.Teknik analisis datanya menggunakan purposive sample dengan mengambil 60 sampel. Kemudian mendeskripsikan konsistensi pemuda tani dengan cara skoring. Selanjutnya diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu kelas tidak konsisten, kurang konsisten, dan konsisten. Di Kabupaten Ponorogo terdapat 38.3% pemuda tani tidak konsisten (23pemudatani).Pemuda yang tidak konsisten di dominasi oleh para pemuda tani yang penguasaan lahannya sempit (1.200m2), pendapatan dari hasil kegiatan pertanian rendah ( Rp. 10.000.000,00 per tahun) dan mengelola lahan yang dimiliki oleh investor. Sementara itu terdapat 25% (15pemuda tani) kurang konsisten yang didominasi oleh para pemuda tani yang memiliki pekerjaan lain di luar pertanian dan bukan penduduk asli. Sedangkan pemuda tani yang konsisten 36,7% (22pemuda tani) yang didominasi oleh para pemuda yang kepemilikan lahannya luas (2.000m2), pendapatan tinggi ( Rp. 15.000.000,00 per tahun) dan merupakan penduduk asli. ABSTRACTAs one of the areas in the province of East Java, which accounts for the largest foreign exchange in Indonesia through sending workers in a foreign country is Ponorogo. The phenomenon led to problems of spatial planning regions and rural sociology. It is an impact on the livelihoods of farmers shifting to non-farmers. One area that has been changed into an urban village is in five Ponorogo is Mojorejo, Myrtle, Siwalan, Babadan, Demangan This study aims to determine the consistency of farm youth to livelihood in Ponorogo. This study used survey method. The data collected was obtained through interviews with youths techniques farmers in five villages in the district town of Ponorogo. Data analysis technique using purposive sample by taking 60 samples. Then describe the consistency of farm youth by means of scoring. Further classified into three classes, namely inconsistent, less consistent, and consistent.  In Ponorogo contained 38.3% farm youth inconsistent (23 young farmer). Youth who do not consistently dominated by the young peasant land tenure narrow (1.200m2), income from agricultural activities is low (Rp. 10,000,000.00 per year) and manage land owned by the investor. Meanwhile there is a 25% (15 young farmer) less consistently dominated by the young farmers have other jobs outside the agricultural and non-indigenous. While young farmer consistent 36.7% (22 young farmers) are dominated by young men who vast land holdings ( 2.000m2), high incomes ( Rp. 15,000,000.00 per year) and the original inhabitants.
AN INTEGRATED APPROACH OF INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) AND ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) IN DEVELOPING INSTITUTIONAL SYSTEM OF THE BEEF CATTLE INDUSTRY Rimbun Sumarsono
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1207

Abstract

This study is aimed to knowing Structuring the sub element of Institutional System of Beef Cattle Industry, The methods used for data collection is by distributing questionnaires, interviews with experts and literature studies. Results of questionnaires and interviews with experts used to construct a hierarchy of election strategy Beef Cattle industry development. Preparation of hierarchy elections industrial development strategy Beef Cattle using AHP technique The formulation of a model institutional system Beef Cattle industry development with key elements in the element's goal is to realize a strong institutional element is the need for government support, elements of the perpetrator is a trader. While the key elements in the benchmarks is the increasing diversification of products Beef Cattle, element of constraint is the weak institutional system, lack of government support for industrial development Beef Cattle and the lack of guidance to the Breeders. For elements of the desired changes to the industrial development Beef Cattle is the formation of an independent group of cattle at the planting site Beef Cattle
PERILAKU KONSUMSI SUSU CAIR MASYARAKAT DI DAERAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN (MILK CONSUMPTION BEHAVIOR OF URBAN AND RURAL COMMUNITIES) Wahyu Dyah Prastiwi; Hery Setiyawan
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.996

Abstract

The relationship between socio-economic factors, preference, and comparison of fluid milk consumption behavior between urban and rural consumers were explored in this study. The respondents were housewives or adult family member who responsible for food shopping. Respondents had positive perception of product characteristics and attributes. Socio-economic variables namely income, education level and family size found significantly have relationship with fluid milk consumption behavior. Product characteristics and attributes found significantly correlated with fluid milk consumption behavior. This research found highly significant difference (p0.01) of fluid milk consumption behavior between urban and rural respondents. This paper underlined that fluid milk producers should maintain the continuity and quality of their products. The government should improve their role in the mechanism of controlling and supervising the quality of fluid milk and give guarantee in the stability of price and equal distribution in all urban and rural areas.
KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN FINASIAL USAHA RUMAH TANGGA BRIKET BIOMASSA DARI KULIT NIPAH DENGAN TEMPURUNG KELAPA Martanto Martanto
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1321

Abstract

Nipah merupakan salah satu tanaman  didaerah pasang surut. Di Indonesia terdapat Sekitar tujuh juta hektar (7 Ha)  tanaman Nipah. Pemanfaatan kulit nipah  sampai saat ini belum maksimal. Penelitian ini mencoba membuat briket arang dengan campuran arang kelapa. Metode pernelitian ini menggunakan eksperimen untuk pembuatan briket kulit nipah dan metode kuantitatif tehadap nilai ekonomisnya Dari hasil penelitian didapat kadar air 9,2 % ,kadar abu 3,51 % dan kadar zat menguap  2,62 %. Hasil penelitian tersebut layak dan kulaitasnya hampir sama dengan batu bara muda. Dari perhitungan analisa finansial perhitungan NPV, IRR, Payback period  B/C ratio adalah masing-masing menghasilkan nilai masing-masing adalah 8.843.001, 41 %, 3 tahun 7 bulan dan  2,04. Sehingga usaha briket arang dari kulit nipah dengan tempurung kelapa sangat layak untuk dijadikan usaha skala rumah tangga
ANALISIS DINAMIKA KELOMPOK TANI NELAYAN DI PESISIR KOTA BONTANG Gusti Haqiqiansyah
Agriekonomika Vol 5, No 1: April 2016
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v5i1.1288

Abstract

This purpose of research is to assess the level of dynamics farmer group of fishermen at Coastal in Bontang. Collected  data with survey methods, namely direct observation and interviews with respondents. Respondents were taken as many as 30 people who are members of farmer groups of fishermen. The data obtained were processed, tabulated and analyzed descriptively and using scoring techniques. The results showed that from the aspect of group dynamics analysis that the scores achieved relatively high, with the average score achieved by 89.85 (scores range from 75.1 to 97.5) .This suggests that groups of fishermen are relatively dynamic, meaning fellow members of farmers fishermen able to foster good cooperation.

Page 1 of 1 | Total Record : 10