cover
Contact Name
Dinia R Dwijayanti,
Contact Email
biotropika@gmail.com
Phone
+62341-575841
Journal Mail Official
biotropika@gmail.com
Editorial Address
Departemen Biologi FMIPA UB, Jalan Veteran, 65145, Malang, Jawa Timur
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Biotropika
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 23027282     EISSN : 25498703     DOI : 10.21776/ub.biotropika.
Biotropika: Journal of Tropical Biology invites research articles, short communication, and reviews describing new findings/phenomena of biological sciences in tropical regions, specifically in the following subjects, but not limited to biotechnology, biodiversity, microbiology, botany, zoology, biosystematics, ecology, and environmental sciences.
Arjuna Subject : -
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 4 (2014)" : 22 Documents clear
UJI TOKSISITAS AKUT BIOPESTISIDA PADA Bellamya javanica, v.d Bush 1884 DAN Lymnaea rubiginosa, Michellin 1831 Agung Willy Pramana, Ida IDewa; Samino, Setijono
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.244 KB)

Abstract

ABSTRACT Acute toxicity test is one method of pre-clinical trials are used to determine the degree of toxicity of a compound within 24 Hours. Biopesticides are a natural pesticide products made ​​from plants. The purpose of this study was to determine the acute toxicity value of biopesticides against Bellamyâ javanica, v.d Bush 1884  and Lymnaea rubiginosa, Michellin 1831 with quantitative measurement using LC50 with a span of 24, 48, 72, and 96 hours. The study was conducted in a laboratory scale with a completely randomized factorial design, using a series of six concentrations and three replicates for each species. LC50 analysis using probit analysis. The results of this study indicate LC50 values ​​for B. javanica, v.d Bush 1884 at observation time 24 hours, 48 hours, 72 hours, and 96 hours is 38.418%, 18.820%, 11.817% and 6.637% and LC50 values ​​for L. rubiginosa, Michellin 1831 at observation time 24 hours, 48 hours, 72 hours, and 96 hours is 6.704%, 4.513%, 3.451%, and 1.307%. Keywords : Biopesticides, Abiotic factors, LC50,  Acute toxicity
UJI TOKSISITAS AKUT BIOPESTISIDA PADA Bellamya javanica, v.d Bush 1884 DAN Lymnaea rubiginosa, Michellin 1831 Ida IDewa Agung Willy Pramana; Setijono Samino
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Acute toxicity test is one method of pre-clinical trials are used to determine the degree of toxicity of a compound within 24 Hours. Biopesticides are a natural pesticide products made ​​from plants. The purpose of this study was to determine the acute toxicity value of biopesticides against Bellamyâ javanica, v.d Bush 1884  and Lymnaea rubiginosa, Michellin 1831 with quantitative measurement using LC50 with a span of 24, 48, 72, and 96 hours. The study was conducted in a laboratory scale with a completely randomized factorial design, using a series of six concentrations and three replicates for each species. LC50 analysis using probit analysis. The results of this study indicate LC50 values ​​for B. javanica, v.d Bush 1884 at observation time 24 hours, 48 hours, 72 hours, and 96 hours is 38.418%, 18.820%, 11.817% and 6.637% and LC50 values ​​for L. rubiginosa, Michellin 1831 at observation time 24 hours, 48 hours, 72 hours, and 96 hours is 6.704%, 4.513%, 3.451%, and 1.307%. Keywords : Biopesticides, Abiotic factors, LC50,  Acute toxicity
Etnobotani Jamu Gendong Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang Rahmy Ayu Wulandari; Rodliyati Azrianingsih
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)  jenis ramuan jamu gendong yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat serta khasiatnya, (2) jenis-jenis tanaman yang digunakan dalam pembuatan jamu gendong, serta (3) profil dan persepsi konsumen jamu gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Metode yang digunakan yaitu dengan wawancara semi terstruktur pada 30 produsen jamu gendong dan seorang tokoh masyarakat sebagai key informant. Terdapat 10 jenis ramuan jamu gendong di Desa Karangrejo yaitu, Beras kencur, Kunyit asam, Sinom, Cabe puyang, Pahitan, Kunci suruh, Kudu laos, Uyup-uyup/Gejahan, Temulawak, dan Sari rapet. Terdapat 22 spesies tanaman yang digunakan sebagai bahan jamu gendong yang diklasifikasikan dalam 14 familia. Masyarakat tetap gemar mengonsumsi jamu gendong, baik dari anak-anak sampai orang tua, karena jamu gendong masih dipercaya khasiatnya dan aman dikonsumsi. Oleh sebab itu, kebudayaan minum jamu tetap dilestarikan dalam rangka untuk melestarikan warisan budaya dan keragaman hayati lokal.   Kata Kunci : Etnobotani, Etnofarmakologi, Malang, Obat Herbal, Tanaman Obat  
Pengaruh Ekstrak Daun Polyscia Obtusa Dan Elephantopin Scaber.L Terhadap Sel B220+ Dan TER 119+ Mencit Balb/C Bunting yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypimurium Ainun Fadhilah; Muhammad Sasmmito Djati
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh  ekstrak  daun  Elephantopus scaber,L dan Polyscias obtusa terhadap sel B220+ dan TER 119+ mencit (Mus musculus) bunting. Mencit (Mus musculus) dikelompokkan menjadi  kontrol K1 : mencit diberikan injeksi Salmonella tanpa diberi hasil ekstraksi. Sedangkan perlakuan terbagi menjadi 2 berdasarkan perbandingan ekstrak daun PI : Polyscias obtusa (PO) : Elephantopus scaber (ES) 0%:100% dan PII : Polyscias obtusa (PO) : Elephantopus scaber (ES) 50%:50%.  Setelah aklimasi selama 7 hari, mencit dikawinkan dengan metode monogami, dan umur 7 hari kebuntingan diinjeksi  Salmonella thyphimurium secara intraperitoneal.  Pembedahan dilakukan 2x yaitu hari ke 14 dan 18. Mekanisme pembedahan didislokasi leher, dibedah dan diisolasi organ bone marrow untuk dianalisa sel B220 danTER 119. Selanjutnya dilakukan analisa flowcytometri, dan analisa statistika menggunakan One way ANOVA. Hasil percobaan yang dilakukan menunjukaan bahwa  perlakuan I  dan Perlakuan II   terhadap sel B220+ bila dibandingkan dengan kontrol tidak menunjukkan adanya perbedaan yang  nyata, ekspresi Sel B220+ tertinggi terlihat pada perlakuan II hari ke 18. Ekspresi sel TER119 untuk perlakuan I dan II tidak menunjukkan perbedaan yang nyata bila dibandingkan dengan kontrol, hasil tertinggi dimiliki oleh kontrol hari ke 14. Kata kunci:  B220+, Elephantopus scaber L , Polyscias obtusa , Salmonella ,TER 119+
Uji Potensi dan Identifikasi Berdasarkan Sekuen ITS Kapang Antagonis Pengendali Kapang Patogen Tanaman Apel di Perkebunan Apel Gabes Lely Shohihati; Suharjono Suharjono
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Apel (Malus sylvestris Mill) sebagai ciri khas Kota Batu produksinya mengalami penurunan yang disebabkan oleh serangan kapang patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi dan identifikasi isolat kapang antagonis dalam menghambat pertumbuhan kapang patogen tanaman apel dari perkebunan apel di Gabes Kota Batu Jawa Timur. Tahapan penelitian meliputi isolasi kapang antagonis dan kapang patogen tanaman apel, skrining kapang antagonis, uji antagonis dengan metode dual culture berdasarkan Rancangan Acak Kelompok, dan identifikasi kapang antagonis secara molekular. Hasil skrining didapatkan kapang antagonis isolat OK14, OK23,  FO1, dan FO14 memiliki potensi penghambatan secara berurutan 38,0; 52,4; 50,0; dan 49,7 % terhadap kapang patogen AN5.2. Isolat OK14, OK23, dan FO13 memiliki potensi penghambatan secara berurutan 39,3; 41,8; dan 83,2 % terhadap kapang patogen AN3.2. Isolat OK23 merupakan antagonis potensial terhadap kapang patogen AN5.2 diidentifikasi sebagai Aspergillus fumigatus. Kata kunci: antagonis, dual culture, kapang, molekular, patogen
ETHANOL EXTRACTS OF PROPOLIS (EEP) AGAINST LYMPHOCYTE ACTIVATION CELLS IN HEALTHY MICE (Mus Musculus) BALB/C Emi Rohmawati; Muhaimin Rifa'i
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Propolis is a substance like glue formed by honey bees from resin of plant which has the ability to stimulate immune system. The purpose of this study is to determine the ethanol extract of propolis on the activity of lymphocytes in healthy Balb/c mice and to asses the optimum dose administration of EEP for lymphocyte activation in Balb /c mice. Methods: mice was aclimate for two weeks, mice control without treatment EEP and a other was treated with EEP dependent dose, dose  1 (50 mg/ kgBW),  dose 2 (100 mg/kgBW), and dose 3 (200 mg/kgBW). Spleen was isolated and to find out the amount of lymphocyte we analyzed with flow cytometry. Parameter measured in this experiment is quantitative by measuring relative number of T cells that consist of CD4+CD62L+, CD4+CD62Lˉ, CD8+CD62L+, dan CD8+CD62Lˉ. Then data was analyzed by SPSS 16.0 software for windows with ANOVA test and advanced by Tukey test and Gomes-Howell with an interval 0.05 is used. The result showed that ethanol extract of propolis can activate CD4 T cells so that CD4 T cell lost CD62L molecule and turned into T cells CD4+CD62Lˉ. Ethanol extract of propolis can enhance proliferation of naïve type of CD8 T cell, so that the number of T cell memory (TCM) decreased. Dose of 100 mg/kgBW of ethanolic propolis extract spatially act as immunostimulant for CD4+CD62Lˉ activation, while the dose of 200 mg/kgBW act as  immunosuppressant in the same cells. Key words: T cell activation,  propolis, Balb/c  mice.
Perkembangan sel T CD4 dan CD62L pada Organ Spleen Mencit yang diinfeksi Salmonella typhimurium setelah pemberian Ekstrak Ethanol Daun Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber Nida Asif; Muhammad Sasmito Djati
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Polyscias obtusa dan Elephantopus scaber merupakan tanaman yang memiliki kemampuan Immunomodulator. Penelitian menggunakan dua tanaman obat ini secara bersama diharapkan dapat diketahui manfaat sinergis antara kedua tanaman obatini. Penelitian ini dilakukan menggunakan hewan coba mencit Balb/C Musmusculus yang diinfeksi dengan bakteri Salmonella typhi (dosis 108). Treatment diberikansecara oral dari ekstrak etanol daun Tapak liman dan Kedondong laut dengan perbandingan dosis antara kedua yaitu (0%:100%; dan50%:50%) dengan dosis awal Elephantopus scaber dan Polyscias obtuse sebesar 50mg/KgBB. Pembedahan dilakukan pada hari ke-14 dan ke-18 setelah dilakukan injeksi. Sel limfosit diisolasi dari organ spleen, dianalisa dengan flowcitometry dan dianalisa hasil dengan one way ANOVA menggunakan SPSS 16.0 dan dilanjutkan uji Tukey. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak etanol daun Kedondong laut dan Tapak liman menurunkan jumlah relative sel TCD4+ secara signifikan yaitu sebesar 6,29% dibandingkan kontrol positif 18,9%, dan dibandingkan dengan pemberian ekstrak daun tapak liman saja tidak menurun secara signifikan yaitu sebesar 9.22% hal tersebut menunjukkan adanya efek imunosupresan dari Tapak liman dan Kedondong laut yang diberikan bersamaan. Jumlah relative sel T CD62L+ menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan pada perlakuan pemberian ekstrak etanol daun Kedondong laut dan Tapak liman yaitu sebesar 14,19% dibandingkan kontrol yaitu 5,35%, dan menurun pada perlakuan pemberian tapak liman saja, hal ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak etanoldaun Kedondong laut dan Tapak liman mempengaruhi proliferasi sel naive
Optimization of Neuron cells Maturation and Differentiation Choirunil Chotimah; Fatchiyah Fatchiyah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit neurodegenerasi adalah penyakit yang menyerang sel otak dan sumsum tulang belakang dengan mematikan selnya. Salah satu penyakit neurodegenerasi adalah HAD yang prevalensinya sekarang meningkat sekitar 37 %. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan penelitian untuk mencari obat yang dapat mencegah atau mengobati penyakit ini, salah satunya dalam bidang kultur jaringan dan sel hewan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis waktu optimal pertumbuhan kultur neuron otak tikus (Rattus norvegicus) dan tahapan diferensiasi morfologi sel neuron otak tikus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisolasi sel neuron fetus tikus yang berumur 18-19 hari dan ditumbuhkan secara in vitro (MEM+10%FBS+3%Penstrep). Hasil yang didapatkan adalah pertumbuhan sel neuron yang optimal terdapat pada hari kedelapan. Diferensiasi morfologi sel neuron dimulai pada hari ke-1 dengan morfologi sel berupa neuroblast apolar (berbentuk bulat), hari ke-2 morfologi sel neuron berupa neuroblast bipolar (sudah terbentuk akson dan dendrit), pada hari ke-3 sampai hari ke-14 sel sudah matang, dengan morfologi sel yaitu neuron bipolar, piramidal dan multipolar. Sel neuron yang matang mengalami optimalisasi pada hari ke-10.Kata kunci : diferensiasi, kultur neuron, morfologi neuron, pertumbuhan sel neuron.
Amplifikasi Enhancer Gen Renin C-5312T pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Aditya Kurniawan; Widodo Widodo
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi, keadaan tekanan darah sistole lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg, merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengamplifikasi enhancer gen renin pasien hipertensi di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang yang di dalamnya terdapat SNP C-5312T. Pengambilan DNA dari sel darah putih pasien hipertensi menggunakan kit Purelink® Genomic DNA Kits – Invitrogen. Selanjutnya DNA yang sudah diekstraksi dilakukan PCR (Polymerase Chain Reaction). Selanjutnya dilakukan PCR dengan primer yang digunakan adalah primer forward 5’-GTAGTGCCATTTTTAGGAAC-3’ dan primer reverse yaitu 5’-AACACCAAAGCAGGCTTAA-3’. Produk PCR diuji secara kualitatif pada gel agarosa 1,5%. Hasil PCR yang diperoleh menunjukkan bahwa amplifikasi enhancer gen renin memiliki panjang pasangan basa sebesar 254 bp. Kata Kunci: Hipertensi, PCR, Renin
Diversitas Arthropoda Tanah Di Area Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang Jr sulthan ardillah; Amin Setyo Leksono; Luchman Hakim
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ranu Pani is damaged areas ecosystem, so restoration activities are integrated to aspects of the ecosystem biotic and abiotic components are required. The important factor to succeed the restoration is land health. Arthropods has a very important role for the ecosystem, either directly or indirectly. The role of arthropods on ecosystems such as pollinators, decomposers, predators, parasitoids and bio-indicators. The aim of this study were to determine the type of soil arthropods found in Ranu Pani land restoration and to determine their roles in Ranu Pani and to determine the diversity index of soil arthropods in Ranu Pani. The method used in this research was Falltrap Pit (Bottle trap). Arthropods put in a bottle that has been filled with a solution of 70 % alcohol. Arthropods were identified in the laboratory. Arthropods from Ranu Pani restoration land was 916 specimens, consisting of 13 family. Three orders of arthropods with the largest number were Orthoptera (49.59 %), Amphipoda (44.17 %), Opiliones (6.23 %). Important value index (INP) of family land arthropods in the first year were Talitridae (72.658 %), Gryllidae (31.995 %), Acrididae (53.379 %) and larvae of Noctuidae (16.092 %). The dominant family in the second year were Talitridae (48.935 %), Gryllidae (73.057 %), Carabidae (23.769%) and Oxyopidae (14.147 %). The air temperature and the lower the light intensity could increased the abundance of soil arthropods. The Shannon-Wiener index of the second year location was lower (H '= 1.899) compared to the first year location (H' = 2.523). Key words: Arthropods, ecological indicators, community structure, restoration area.

Page 2 of 3 | Total Record : 22