cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Ketahanan Nasional
ISSN : 08539340     EISSN : 25279688     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 27, No 2 (2021)" : 7 Documents clear
Persepsi Siswa Sekolah Menengah Atas di Purwokerto terhadap Gelombang Budaya Korea (Korean Wave) dan Implikasinya bagi Ketahanan Budaya Daerah Tunjung Linggarwati; Arief Bakhtiar Darmawan; Renny Miryanti
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.63536

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatkan untuk memupuk ketahanan budaya daerah adalah unsur penghayatan terhadap kesenian lokal. ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatkan untuk memupuk ketahanan budaya daerah adalah unsur penghayatan terhadap kesenian lokal. 
Urgensi Pendidikan Multikultural pada Masyarakat Homogen Demi Menjaga Ketahanan Negara Bangsa (Studi Kasus Video Viral Pemakaian Jilbab di SMK di Padang) Rika Febriani; Atri Waldi; Narwastuyati P. Mbeo
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.65419

Abstract

ABSTRAKArtikel ini membahas tentang urgensi pendidikan multikultural pada masyarakat yang relatif homogenserta peranan negara dalam menjamin kebebasan warga negaranya. Studi kasus yang digunakan dalam artikel iniadalah video viral pemaksaan berjilbab di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Padang yang terjadi pada awal tahun 2021. Peristiwa ini melahirkan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yang menetapkan bahwa Pemerintah Daerah dan sekolah tidak boleh mewajibkan maupun melarang penggunaan seragam dan atribut keagamaan di sekolah. Keputusan ini dianggap bernuansa sekuler oleh berbagai pihak. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan apakah konsep sekuler di Indonesia harus menghapuskan agama dalam kehidupan publik? Usaha untuk menjawab pertanyaan ini pertama-tama ditempuh dengan melakukan penelaahan terhadap teori sekularisme Charles Taylor dalam bukunya A Secular Age. Taylor melihat bahwa agama dalam masyarakat sekuler juga dapat menjadi toleran terhadap segala macam keyakinan agama yang dipilih oleh warga negaranya. Sementara itu, untuk sumber sekunder, berbagai informasi relevan dihimpun dari berbagai artikel berita tentang video viral di SMKN Padang dan Perda Syariah yang berlaku di Kota Padang semenjak tahun 2005. Riset ini menggunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan teknik wawancara terstruktur dan metode literature review. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pembaruan perspektif terkait sekularisme di Indonesia sebagaimana ditawarkan Taylor melalui analisisnya terhadap masyarakat Barat dalam kurun 500 tahun terakhir. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memperlihatkan pentingnya pendidikan multikultural pada masyarakat homogen seperti Sumatera Barat dalam rangka memperkuat ketahanan negara bangsa
PROBLEMATIKA, POLA, DAN STRATEGI PETANI DALAM MEMPERSIAPKAN REGENERASI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ratih Ineke Wati; Subejo Subejo; Yuhan Farah Maulida
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.65568

Abstract

Pada banyak negara berkembang termasuk Indonesia, secara umum sektor pertanian kurang populer karena generasi muda menilai sektor ini memiliki skala usaha sangat kecil, dijalankan secara konvensional, sulit memperoleh akses pembiayaan, lemah terhadap akses perlindungan, dan terbatas dalam layanan penyuluhan dan pendampingan. Namun demikian, usaha pertanian pada berbagai sub-sektor memiliki karakteristik yang berbeda yang nampaknya juga menjadi isu penting dalam proses regenerasi petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika, pola, dan strategi petani mempersiapkan regenerasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengkajian fenomena regenerasi petani dilakukan di tiga komoditas yang berbeda, yaitu komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sleman, komoditas hortikultura di Kabupaten Kulon Progo, dan komoditas perkebunan di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Informan adalah petani senior dan petani muda di ketiga lokasi penelitian. Hasil penelitianmenujukkan bahwa (1) problematika dalam proses regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalahperubahan kondisi iklim dan cuaca, sulitnya permodalan di bidang pertanian, rendahnya dorongan dari orang tua, citra buruk petani, alih fungsi lahan, petani sebagai pekerjaan sampingan, serta pertumbuhan sektor industri dan pariwisata yang lebihmenjanjikan bagi generasi muda; (2) pola regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalahdenganmelibatkan anak petani dalam proses budidaya sehingga mereka memiliki bekal dalam bertani serta mewariskan lahan sawah atau lahan kering kepada anak dengan pembagian sama rata; (3) strategi dalam mendukung regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dengan menanam berbagai komoditas dan mengusahakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, mengembangkan pasar yang menguntungkan dan berkelanjutansecara berkelompok, meningkatkan kemampuan petani muda melalui pendidikan dan pelatihan, serta mendukung figur petani muda berprestasi sebagai role model yang dapat memotivasi petani muda lainnya.
Implementasi Sikap Bela Negara Guna Mewujudkan Ketahanan Pribadi (Studi di KB-TKIT Bintang Qur’an di Boyolali) Halimah Rachmadany
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.66741

Abstract

ABSTRACT The success of state defense education at an early age is crucial for the formation of personal resilience.Problems that appear (1) how is the implementation of state defense education for early childhood in kindergarten?;(2) what are the factors that support and hinder the educational process of defending the state in kindergarten?;dan (3) what is the effectiveness of state defense education to realize personal resilience?. The location of theresearch was carried out at TKIT Bintang Qur’an Boyolali using descriptive qualitative research methods withHuberman analysis techniques. The results showed that the implementation of state defense education for childernaged 5-6 years at TKIT Bintang Qur’an has been running systematically and realistically in accordance with theinstitution’s goals, namely to create a generation that faithful, pious, has noble character, has good character andhas personal resilience. In the implementation of state defense education, there are supporting and inhibiting factors,child development abilities, environment, facilities and infrastucture, exemplary attitudes of educators as well ascollaboration programs with parents and the learning strategies used. The effectiveness of state defense educationcan be seen from the characteer of the students at TKIT Bintang Qur’an who have a sense of love for the homelandas evidences by implementing behavior in accordanc with Pancasila, childern are able to sing national and regionalsongs, like various cultures that exist in Indonesia. Has empathy and tolerance, is accustomed to doing activitiescooperatively and mutual cooperation, has self confidence and the spirit of a leade   
Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa Rusnaini Rusnaini; Raharjo Raharjo; Anis Suryaningsih; Widya Noventari
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.67613

Abstract

The dynamics of social, national and state life continue to develop along with the development of phenomena, science, and technology. Nowadays, national problems continue to appear in the form of various phenomena that can be said to be actual, but clichéd. In the world of education, recently, for example, several viral news have appeared in the mass media and social media about problems that can be said to be clichés, namely intolerance. News or news about the issue of intolerance, for example, is a recorded conversation between the Principal of SMKN 2 Padang and a student's parents regarding the issue of uniforms for students to wear headscarves even though they are not Muslim. It can be said that this problem is not a new problem, because a few years ago there was also a problem that was essentially the same, only in a different context, namely the prohibition of the use of the hijab in several schools in the province of Bali. Then several other problems also emerged, such as the news about the case of a teacher at SMAN 58 Ciracas, East Jakarta who intervened in the election of the OSIS chairman, as well as what happened at SMAN 6 Depok which had gone viral on social media regarding the same issue, namely the problem of selecting the OSIS chairman. All of these problems are about intolerance. However, there are not a few other problems that occur in the world of primary and secondary education such as problems of radicalism and bullying. These problems are considered as a violation of the values of Pancasila. Therefore, the Ministry of Education and Culture continues to strive to prepare and implement appropriate policies to overcome these various problems. One of the efforts made is by initiating the "Profil Pelajar Pancasila", an ideal profile of Indonesian students, of course according to Pancasila. The purpose of this study is to find out more about the "Profil Pelajar Pancasila", and what its implications are for students' personal resilience. The method used in this study is a qualitative method. The results of the study indicate that the profile referred to in the "Profil Pelajar Pancasila are noble, independent, critical reasoning, creative, mutual cooperation and global diversity. The Ministry of Education and Culture in the idea of a student profile has conveyed what are the indicators of the "Profil Pelajar Pancasila". This profile is an indicator used to measure how the criteria for Indonesian students are in accordance with Pancasila, which was initiated by the Ministry of Education and Culture's Character Strengthening Center. In his study of the "Profil Pelajar Pancasila" which contains characters that refer to Pancasila, it has implications for students' personal resilience, where the Pancasila Student Profile directs students to become individuals with character in accordance with Pancasila which is summarized in a "Profil Pelajar Pancasila".
Persepsi Generasi Milenial Terhadap Manfaat Mengikuti Program Pendidikan Pranikah Bagi Ketahanan Keluarga (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta) Shinta Dewi Novitasari
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.68418

Abstract

Era milenial telah memengaruhi perubahan sosial secara cepat dan mengharuskan setiap generasi muda perlu dibekali dengan perencanaan masa depan yang matang. Hal ini tidak terlepas dari cara pandang generasi milenial dalam memaknai sebuah pernikahan. Pernikahan merupakan langkah awal dalam membentuk keluarga baru dan sebagai salah satu hal yang dapat memengaruhi tatanan fungsi sosial. Keberhasilan dalam membangun rumah tangga berimplikasi pada keberhasilan di dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketahanan keluarga merupakan pijakan awal dalam membangun ketahanan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi generasi milenial terhadap manfaat mengikuti program pendidikan pranikah serta pengaruhnya bagi ketahanan keluarga.Penelitian ini merupakan kajian dengan menggunakan metode campuran yaitu penelitian yang menggabungkan metode kuantitatif di atas kualitatif. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah pendidikan pranikah sebagai variabel bebas, serta ketahanan keluarga sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data menggunakan alat ukur angket atau kuesioner yang dianalisis secara kuantitatif yaitu dengan teknik analisis regresi berganda menggunakan bantuan program SPSS dan dilakukan metode wawancara untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam. Responden penelitian ini adalah 125 orang yang merupakan generasi milenial berstatus suami atau istri dan pernah mengikuti program pendidikan pranikah, serta tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima, yaitu persepsi generasi milenial terhadap manfaat mengikuti program pendidikan pranikah terbukti memiliki pengaruh positif terhadap ketahanan keluarga, di mana semakin tinggi nilai persepsi generasi milenial terhadap manfaat mengikuti program pendidikan pranikah maka semakin tinggi pula ketahanan keluarganya.
Strategi Transformasi Sosial Komunitas Prenjak Tapak dalam Penguatan Ecological Citizenship Terhadap Ketahanan Lingkungan Daerah Kota Semarang Shoim Mardiyah; Darto Wahidin; Kaelan Kaelan; Armaidy Armawi
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.68756

Abstract

ABSTRAK Ecological citizenship sebagai bentuk pemahaman dan implementasi keterlibatan warga negara dalam menjaga lingkungan hidupnya tidak akan terwujud tanpa adanya transformasi sosial yang mengawali. Penguatan ecological citizenship sejatinya sangat diperlukan demi mendukung terwujudnya suatu ketahanan lingkungan daerah. Penelitian ini dilakukan di Dusun Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Pendekatan yang digunakan yakni kualitatif dengan bentuk data yang bersifat deskriptif. Informan ditentukan secara purposive sampling yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan dokumentasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya strategi yang dilakukan Komunitas Prenjak Tapak untuk mentransformasi masyarakat sekitar. Transformasi yang terjadi selama ini berbentuk transformasi lingkungan dan transformasi mindset masyarakatnya. Saat ini Komunitas Prenjak Tapak tengah menghadapi para investor yang akan menanamkan investasinya di lahan sekitar area konservasi mangrove. Adapun kepedulian Pemerintah Daerah Kota Semarang saat ini lebih memihak kepada para investor. Padahal mangrove sangat dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan lingkungan Kota Semarang yang telah dikenal dengan banjir robnya setiap tahunnya

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 2 (2025) Vol 31, No 1 (2025) Vol 30, No 3 (2024) Vol 30, No 2 (2024) Vol 30, No 1 (2024) Vol 29, No 3 (2023) Vol 29, No 2 (2023) Vol 29, No 1 (2023) Vol 28, No 3 (2022) Vol 28, No 2 (2022) Vol 28, No 1 (2022) Vol 27, No 3 (2021) Vol 27, No 2 (2021) Vol 27, No 1 (2021) Vol 26, No 3 (2020) Vol 26, No 2 (2020) Vol 26, No 1 (2020) Vol 25, No 3 (2019) Vol 25, No 2 (2019) Vol 25, No 1 (2019) Vol 24, No 3 (2018) Vol 24, No 2 (2018) Vol 24, No 1 (2018) Vol 23, No 3 (2017) Vol 23, No 2 (2017) Vol 23, No 1 (2017) Vol 22, No 3 (2016) Vol 22, No 2 (2016) Vol 22, No 1 (2016) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 3 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 2 (2015) Vol 21, No 1 (2015) Vol 21, No 1 (2015) VOL. XXI, NO. 1 APRIL 2015 Vol 20, No 3 (2014) Vol 20, No 2 (2014) Vol 20, No 1 (2014) Vol. XX, No. 3, Desember 2014 VOL. XX, NO. 2, AGUSTUS 2014 VOL. XX, NO. 1, APRIL 2014 Vol 19, No 3 (2013) Vol 19, No 2 (2013) Vol 19, No 1 (2013) VOL. XIX, NO. 3, DESEMBER 2013 VOL. XIX, NO. 2, AGUSTUS 2013 VOL. XIX, NO. 1, APRIL 2013 Vol 17, No 3 (2012) Vol 17, No 2 (2012) Vol 17, No 1 (2012) Vol 16, No 3 (2011) Vol 16, No 2 (2011) Vol 16, No 1 (2011) Vol 15, No 3 (2010) Vol 15, No 2 (2010) Vol 15, No 1 (2010) Vol 14, No 3 (2009) Vol 14, No 2 (2009) Vol 14, No 1 (2009) Vol 13, No 3 (2008) Vol 13, No 2 (2008) Vol 13, No 1 (2008) Vol 12, No 3 (2007) Vol 12, No 2 (2007) Vol 12, No 1 (2007) Vol 11, No 3 (2006) Vol 11, No 2 (2006) Vol 11, No 1 (2006) Vol 10, No 3 (2005) Vol 10, No 2 (2005) Vol 10, No 1 (2005) Vol 9, No 3 (2004) Vol 9, No 2 (2004) Vol 9, No 1 (2004) Vol 8, No 3 (2003) Vol 8, No 2 (2003) Vol 8, No 1 (2003) Vol 7, No 3 (2002) Vol 7, No 2 (2002) Vol 7, No 1 (2002) Vol 6, No 3 (2001) Vol 6, No 2 (2001) Vol 6, No 1 (2001) Vol 5, No 3 (2000) Vol 5, No 2 (2000) Vol 5, No 1 (2000) Vol 4, No 3 (1999) Vol 4, No 2 (1999) Vol 4, No 1 (1999) Vol 3, No 3 (1998) Vol 3, No 2 (1998) Vol 3, No 1 (1998) Vol 2, No 3 (1997) Vol 2, No 2 (1997) Vol 2, No 1 (1997) Vol 1, No 1 (1996) More Issue