Journal of Contemporary Indonesian Art
Journal of Contemporary Indonesia Art is a scientific journal that contains the results of research or creation on contemporary art related to Indonesia. Contemporary art is defined as the latest art phenomenon. Art includes a wide variety of fine arts such as painting, sculpture, graphics, ceramics, comics, New media art, as well as other forms of art, including types that have not been categorized. The limitation is that the work is more concerned with aesthetic value than functional value. The term Indonesia refers to works of art that are related to Indonesia.
Articles
108 Documents
NARASI SIMBOLIK RELIEF “MANUSIA INDONESIA” KARYA SUDJOJONO DI EKS BANDARA KEMAYORAN, JAKARTA PUSAT
Julia Dwi Yanti
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v6i2.5090
Relief ‘Manusia Indonesia’ karya Sudjojono merupakan salah satu relief beton pertama di Indonesia yang dibuat atas prakarsa Bung Karno pada zaman pra-kemerdekaan Indonesia. Tema dan ide relief ‘Manusia Indonesia’ tersebut dirancang oleh S. Sudjojono pada dinding ruang tunggu VIP di Bandara pertama Indonesia, Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat. Hakikat seni dalam pemikiran Sudjojono dengan konsep jiwa ketok pun Sudjojono tuangkan pada sebuah relief yang diberi judul “Manusia Indonesia” pada tahun 1957. Narasi simbolik yang ada pada relief ‘Manusia Indonesia’ karya Sudjojono ini menceritakan tentang kearifan lokal dan kekayaan alam bangsa Indonesia. Melalui observasi dan pengamatan yang mendalam, ditemukan beberapa fakta bahwasanya Sudjojono ingin merepresentasikan jati diri bangsa Indonesia di mata dunia melalui figur-figur maupun simbol yang ada di dalam rangkaian relief beton tersebut. Kearifan lokal pada relief tersebut ditandai dengan beberapa simbol yang mewakili pakaian adat masyarakat Indonesia kala itu, budaya, flora, maupun fauna yang ada. Kekayaan alam Indonesia juga digambarkan dengan ilustrasi aktivitas penambangan dan wilayah maritime Indonesia. Seiring berjalannya waktu, bandara yang dahulunya pernah menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia ini, kini sudah beralih fungsi menjadi sebuah bangunan tua yang tidak terurus lagi. Begitu pun dengan relief-relief yang ada di dalamnya.Kata kunci: Sudjojono, relief, bandara kemayoran, narasi, simbolik.
Pemanfaatan Media Plexiglas Sebagai Media Pada Karya Monoprint
Sigit Purnomo;
I Gusti Ngurah Tri Marutama
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v6i1.3490
Monoprint termasuk dalam seni modern dan bukan termasuk seni tradisional sertaberada di luar seni grafis konvensional, karena monoprint merupakan upaya seniman untuk“menaikkan” kelas seni grafis, karena monoprint hanya dicetak 1 x cetakan. Dan denganteknik monoprint akan didapatkan ekslusivitas karya seni grafis. Memang dalam seni grafisdalam berkarya diharuskan untuk digandakan.Monoprint dalam perkembangannya tidak hanya dicetak di atas kertas tetapi juga diataskanvas. Monoprint di atas kanvas pernah booming secara market di tahun 2000an.Berbagai inovasi dilakukan untuk mengejar kebaharuan dalam berkarya, termasuk dalamteknik monoprint. Teknik monoprint yang pada umumnya dicetak di atas kanvas dan kertasperlu diganti pada media yang lebih fleksibel. Pemilihan teknik Monoprint di atas mediapleksiglas dengan kolase limbah kertas dan plastik sangat cocok baik secara teknis maupunsecara visual. Monoprint bukan hanya karya seni rupa saja tetapi bisa juga digunakansebagai suvenir. Monoprint dengan media pleksiglas memiliki berbagai keuntungan, salahsatunya karya bisa dibawa ke luar negeri dengan catatan karya tidak besar-besar, aman,tidak mudah rusak. Monoprint dengan media pleksiglas juga menggunakan kolase bahan-bahan limbah bisa sebagai alternatif karya-karya yang peduli lingkungan, karenamenggunakan bahan bahan limbah.Kata kunci: Monoprint, Pleksiglas, Kolase.
APRESIASI PADA FILM MENUMBUHKAN RASA EMPATI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
Raka Adityatama
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v6i2.5113
Banyak metode pembelajaran yang terdapat pada dunia seni terhadap kehidupan, penekanan pada makna akan suatu hal yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda–beda. Film merupakan salah satu sarana dalam pembelajaran dan pemberitahuan informasi melalui seni. Untuk melihat kemungkinan tersebut diperlukan perasaan dan kepekaan dalam menonton film, kepekaan manusia terhadap kegembiraan atau kesedihan yang terbawa saat menonton film. Merasa masuk atau berada pada posisi pemeran dalam film menjadikan salah satu sudut pandang untuk merasakan apa yang menjadi topik cerita yang akan berdampak pada dunia nyata. Penggarapan film yang mana sama halnya dengan seni grafis harus melalui banyak proses untuk menuju imajinasi atau gambaran yang telah dibuat dan ditentukan. Memahami beberapa adegan yang menjadi ketertarikan untuk dapat diapresiasi kembali dengan gambar karakter dan dapat diaplikasikan ke dalam seni grafis. Kata kunci: Film, Empati, Seni Grafis
Memoar Penyakit Mental dalam Seni Lukis
Elisa Faustina
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v7i1.5273
Sepanjang sejarah seni, telah banyak seniman yang berkarya seni dari pengalaman penyakit mentalnya. Penyakit mental sendiri berarti ketidakmampuan individu untuk beraktivitas karena gangguan signifikan klinis secara psikologis. Gejala penyakit mental seringkali tidak terdeteksi sebab kerap kali tersamarkan sebagai imajinasi bagi seniman. Di sisi lain, karya seni menjadi perekam akan pengalaman hidup pembuatnya. Memoar penyakit mental divisualisasikan dalam lukisan dengan warna-warna berintensitas tinggi dan bentuk-bentuk ganjil. Bentuk dan objek yang disajikan bersifat nanar dan ambigu, dengan kecenderungan surealistik. Untuk menyuarakan kelimbungan yang dialami dalam penyakit mental. Lukisan akan lebh banyak membawakan suasana dalam karya. Sebab penyakit mental sendiri adalah pengalaman yang tidak jelas batas-batasnya. Penyakit mental masih memiliki stigma dalam masyarakat. Lewat karya lukis, konflik internal dalam kehidupan seseorang dapat didiskusikan. Lukisan menjadi salah satu media pembebasan bagi nilai-nilai konvensional. Pengemasan ide dan gagasan secara kreatif melalui nilai-nilai estetika, memberikan pandangan dan pengalaman baru bagi audiens agar dapat menghargai mereka dengan penyakit mental.
HUBUNGAN PERSONAL BRANDING PERUPA DENGAN ARTIST MERCHANDISE DALAM PROSES BERKARYA
Ifthinan Juanitasari
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v6i2.5091
Penelitian yang berjudul Hubungan Personal Branding Perupa Dengan Artist Merchandise Dalam Proses Berkarya bertujuan untuk mengetahui: (1) pemahaman personal branding perupa di Yogyakarta, (2) keterkaitan personal branding dalam pengelolaan artist merchandise, (3) karya perupa diapresiasi dalam bentuk artist merchandise, serta personal branding yang baru-baru ini dilakukan seniman lewat media sosial. Berbicara tentang seniman hari ini, tidak hanya bekerja sebagai pembuat produk dan memproduksinya, tetapi juga menjual dirinya. Hal ini disebut juga personal branding, personal branding merupakan proses pembentukan kesan (image) yang ditetapkan dalam pikiran orang lain tentang individu kelompok atau organisasi. Artist merchandise juga berperan dalam usaha personal branding seniman, karena image karyanya dapat diaplikasikan pada media lain. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berupa wawancara dan observasi langsung ke seniman dan media sosialnya. Populasi dalam penelitian ini adalah perupa yang berdomisili di Yogyakarta yang aktif berpameran dan membuat karyanya pada media lain selain media konvensional dengan berkolaborasi dengan brand lain, serta dua seniman yang memutuskan berkarya bersama pada media konvensional maupun non konvensional atau yang disebut dengan duo artist, yaitu Ronald Apriyan dan juga Rara Kuastra (Tempa). Hal tersebut diteliti untuk memberikan gambaran bahwa artist merchandise di Yogyakarta banyak digemari. Kata kunci: Profesi Seniman, Personal Branding, Artist Merchandise
KEHIDUPAN FAUNA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI PATUNG
Endri Cahyono
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v6i1.4722
Kehidupan keanekaragaman tidak terlepas dari lingkungan merupakan konsep yang tidak asing apabila dikaitkan dengan persoalan sumber daya bumi, khususnya makhluk hidup.Kehidupan binatang yang sekarang ini dengan pertumbuhan manusia yang destruksi, sehingga kehidupanya mulai terkesampingkan dari area hijau, juga dalam kondisi alam yang tidak menentu. Dampak dari kondisi tersebut adalah adanya bencana dan kejadian- kejadian alam yang tidak wajar seperti hujan es juga banyaknya binatang yang mati, yang terjadi di beberapa daerah dan menjadi pemberitaan media cetak maupun elektronik. Perubahan kondisi lingkungan menjadi pemicu terjadinya kegelisahan yang merangsang munculnya ide penciptaan dalam karya seni patung.Kata Kunci: Fauna, Lingkungan, Seni
Transformasi Material Kertas dalam Penciptaan Karya Seni Lukis
Widi Pangestu Sugiono
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v7i1.5259
Seni dapat menjadi sebuah identitas yang mencakup persoalan personal, sosial maupun kultural. Pertanyaan-pertanyaan seputar seni adalah sebuah paham modernisme yang mempertanyakan “apa itu seni’’ yang dikenal juga sebagai filsafat seni atau estetika. Pertanyaan mendasar tersebut mengakibatkan dinamika sejarah seni untuk terus membuat manifesto jawaban yang kemudian dipertanyakan kembali. Dengan kata lain definisi seni dalam subjektifitas penulis adalah media antara nilai-nilai dalam kehidupan yang meliputi kode-kode estetika yang dapat berkaitan dengan konteks kultural lalu dikomunikasikan secara simultan yang dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah karya seni. Karya seni memiliki otonomi artistiknya sendiri untuk menegaskan makna penting subjek seniman dalam menciptakan karya seni. Penulis menggunakan material kertas dengan proses mentransformasikan serat menjadi kertas yang memiliki bentuk baru, penggunaan kertas sebagai idiom berkarya bertujuan untuk memahami tentang relasi dan ekspansi medium, terutama pada perkembangan seni lukis.
HIPOKRIT SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
Mario Viani
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v5i1.5085
Hipokrit adalah sifat kepura-puraan dan kemunafikkan diri yang ber- dampak buruk bagi lingkungan sosial. Peri hal konsepsi dari hipokrisi dijabarkan dalam bentuk visual pada tugas akhir mengenai hal-hal yang menyangkut sisi-sisi gelap dari manusia dalam hal ini merujuk pada kepura–puraan dan kemunafikkan dalam mencapai segala ses- uatu yang diinginkanya tanpa peduli dampak buruk bagi lingkungan- ya, yang diekspresikan ke dalam karya lukis. Dalam merumuskan tentang sifat hipokrisi ke dalam sebuah bentuk karya seni akan digambarkan sebagai seseorang yang bertopeng, Topeng menjadi simbol untuk seseorang yang menyembunyikan karakter aslinya dibalik topeng yang dikenakannya. Hal ini dilihat dari pengertian-pengertian hipokrisi yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya di mana seorang yang selalu menyimpan keburukan hati dan menampilkan kebaikan, kereligiusan, kebijaksaan dalam bersosial. Melihat hal tersebut maka diperlukan pemahaman tentang topeng yang akan dihadirkan ke dalam sebuah karya, sehingga tidak merusak makna luhur yang sudah tertanam selama ini.Kata kunci: Hipokrit, munafik, karya lukis, bentuk visual
Paradoks Bunuh Diri Sebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Grafis
Aminuddin M Abdullah
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v7i1.5276
Rasa empati terhadap peristiwa kemanusiaan menjadi latar belakang ide penciptaan karya seni grafis. Kemudian ketakutan-ketakutan penulis terhadap kematian yang seolah-olah segera menjumpai setiap harinya. Banyak pihak yang mendapat keuntungan dari peristiwa tersebut tetapi mereka tidak merasa jika mereka sedang diuntungkan. Jika di suatu tempat terjadi peristiwa bunuh diri, maka bisa dipastikan akan banyak orang atau masyarakat yang menyaksikan. Terlebih lagi media, pastilah media tersebut akan memberitakan dengan sangat intens. Media akan memberitakan tragedi tersebut dengan gestur yang sepertinya sedih dan seakan berempati. Padahal jika diteliti lebih dalam, para awak media tersebut justru mendapatkan pundi-pundi uang dari hasil pemberitaan tragedi tersebut. Bentuk yang naturalistik dan figuratif serta simbol-simbol yang menggambarkan paradoks di setiap tragedi yang terjadi. Serta pegunungan, pepohonan yang menjadi setting pemandangan pada setiap karya menggambarkan suasana pedesaan yang masih asri.
VISUALISASI SATWA LANGKA DI TENGAH KERUSAKAN HUTAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS
Ade Jaslil Putra
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24821/jocia.v6i2.5088
Satwa langka dalam seni lukis, merupakan perwujudan imajinasi tentang kehidupan satwa langka yang diungkapkan dalam bidang dua dimensi dengan memperhatikan komposisi, warna, tekstur, bentuk, bidang dan ruang. Tujuan dari penulisan karya Tugas Akhir adalah untuk mewujudkan lukisan dalam mengolah dan mengeksplorasi sekaligus mengekpresikan momen estetis yang direspon dari satwa langka. Rasa ketertarikan terhadap hewan yang melatar belakangi penulis memilih satwa langka sebagai ide penciptaan karya seni lukis. Dalam hal ini penulis merasa tidak akan kekurangan ide dalam menciptakan karya yang didukung oleh rasa sedih terhadap hewan langka karena pemburuan liar. Selain tertarik untuk berusaha menangkap sisi lainnya dari setiap pengamatan penulis terhadap satwa. Visualisasi karya yang akan penulis ciptakan adalah dalam bentuk surealistik, dengan teknik yang memfokuskan objek hewan langka dengan ekpresi sedih, bingung dan panik karena kerusakan hutan yang terjadi pada saat ini. Pengolahan obyek satwa langka yang dikombinasikan dengan obyek lain sebagai pesan yang ingin disampaikan kepada penikmat dan juga masyarakat agar peduli terhadap masalah kerusakan hutan yang berakibat punahnya ekosistem alam khusus satwa langka, sehingga dengan begitu mereka dapat ikut berperan serta mendukung melestarikan hutan sebagi tempat tinggal para satwa langka Kata Kunci: satwa langka, seni lukis, surealis.