cover
Contact Name
Suriana
Contact Email
suriana0568@gmail.com
Phone
+6285396691601
Journal Mail Official
biowallacea@uho.ac.id
Editorial Address
alan H.E.A. Mokodompit, Kampus Baru, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo Kendari
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
BioWallacea Journal of Biological Research
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 23556404     EISSN : 26856360     DOI : https://doi.org/10.1234/1234
Core Subject : Health, Agriculture,
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) telah memiliki ISSN 2355-6404 (print) dan ISSN 2685-6360 (online) yang merupakan salah satu jurnal nasional dan diterbitkan oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo. Jurnal ini fokus pada ilmu biologi dan serumpun. Jurnal BioWallacea menerima naskah-naskah terbaik dari penulis yang bersifat asli hasil penelitian maupun telaah (review). Naskah ditulis dengan baik untuk setiap topik berkaitan dengan biologi yang berkembang saat ini serta bidang-bidang lain, termasuk: Penelitian Ekologi Fisiologi Ekofisiologi Taksonomi Botani Zoologi Mikrobiologi Biologi Laut Ilmu terapan berkaitan dengan ilmu Biologi seperti Bioteknologi, Biokimia, dan Biologi Sel serta Molekuler. Penelitian yang berkaitan isu lingkungan, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea" : 10 Documents clear
STUDI BIOMASSA LAMUN (Enhalus acoroides L.) DAN (Halodule pinifolia) BERDASARKAN KEDALAMAN AIR LAUT DI PANTAI DESA TANJUNG TIRAM SULAWESI TENGGARA Lisdawati Lisdawati; Sitti Wirdhana Ahmad; Laode Siwi
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.312 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5878

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomassa dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kandungan biomassa lamun Enhalus acorroides L. dan Halodule pinifolia berdasarkan kedalaman air laut di Pantai Desa Tanjung Tiram. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2018. Penelitian ini bersifat eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik pengamatan dengan menggunakan metode purposif sampling berdasarkan kedalaman perairan yaitu kedalaman 1 meter, 2 meter dan 3 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan biomassa lamu Enhalus acorroides L. yang terdapat pada kedalaman 1 m total biomassa 316,73 g/m2, kedalaman 2 m total biomassa 197,56 g/m2 dan kedalaman 3 m total biomassa 38,26 g/m2. Kandungan biomassa jenis lamun Halodule pinifolia pada kedalaman 1 m total biomassa 1,6 g/m2, kedalaman 2 m total biomassa 2,97 g/m2 dan kedalaman 3 m total biomassa 0,25 g/m2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kandungan biomassa lamun Enhalus acorroides L. dan Halodule pinifolia pada Perairan Pantai Desa Tanjung Tiram yaitu substrat, kandungan bahan organik (KOT), intensitas cahaya, suhu, salinitas dan kekeruhan. Kata kunci : Biomassa, Enhalus acorroides L. dan Halodule pinifolia ABSTRACT This study aims to determine the biomass and environmental factors that influence the seagrass biomass content of Enhalus acorroides L. and Halodule pinifolia based on the depth of sea water in Tanjung Tiram Village Beach. This research was conducted during June-August 2018. This research was explorative. Sampling area were carried out at three points by observation using purposive sampling method depth water depth of 1 meter, 2 meter and 3 meter. The biomass was estimated in the plot, while enviromental factors that influence the seagrass biomass content of Enhalus acorroides L. and Halodule pinifolia in Tanjung Tiram Village Beach are substrate, nutrient content (KOT), light intensity, temperature, salinity and turbidity. The results showed that Enhalus acorroides L biomass contained at a depth of 1 m total biomass of 316.73 g/m2, depth of 2 m total biomass of 197.56 g/m2 and depth of 3 m total biomass of 38.26 g/m2. Biomass content of Halodule pinifolia seagrass at a depth of 1 m total biomass of 1.6 g / m2, depth of 2 m total biomass of 2.97 g/m2 and a depth of 3 m of total biomass of 0.25 g / m2. Keywords: Biomass, Enhalus acorroides L. and Halodule pinifolia
KEANEKARAGAMAN COLEOPTERA DAN ARANEIDA PERMUKAAN TANAH PADA BERBAGAI KONDISI SANITASI KEBUN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN KOLAKA TIMUR Agung Yuswana; Terry Pakki; Mariadi Mariadi
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.627 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5873

Abstract

AbstrakPenelitian Keanekaragaman Coleoptera dan Araneida di ekosistem Perkebunan Kakao Rakyat Kabupaten Kolaka Timur telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 – Juni  2015. Tujuannya untuk mengevaluasi kepadatan relatif dan keanekaragaman Coleoptera dan Araneida permukaan tanah. Pengambilan sampel dilakukan di empat kondisi sanitasi kebun yang berbeda, yaitu tanpa sanitasi (TS), sanitasi bersih (SB), sanitasi pohon (SP), dan sanitasi lahan/seresah (SS), dengan luas masing-masing kebun sebesar satu hektar. Penelitian bersifat deskriptif - kuantitatif, dengan metode purposive, dan pengambilan sampel melalui penangkapan langsung dengan tangan, umpan serangga, dan perangkap. Hasilnya, dari ordo Coleoptera diperoleh enam famili yaitu Scarabaeidae, Scolytidae, Staphylinidae, Nitidulidae, Hydrophilidae, Dermestidae dan dari ordo Araneida juga diperoleh enam famili yaitu Salticidae, Thomisidae, Araneidae, Lycosidae, Arachnidae, dan Oxyopidae. Kepadatan relatif tertinggi ordo Coleoptera terdapat di kebun sanitasi bersih, yaitu famili Scolytidae 34,20%, dengan indeks keragaman -0,16. Kepadatan relatif tertinggi dari ordo Araneida juga terdapat di kebun sanitasi bersih yaitu famili Lycosidae 5,20% dengan indeks keragaman -0,018. Kata kunci : Kepadatan relatif, Indeks keanekaragaman, Coleoptera, Araneida  AbstractThe research diversity of Coleoptera and Araneida on the ground of Cocoa smallholder Plantation at East Kolaka was held in October 2014 - June 2015. The objective is to evaluate the relative density and diversity of Coleoptera and ground Araneida. Sampling was carried out in four different gardens sanitary conditions, i.e. without sanitation (TS), clean sanitary (SB), tree sanitary (SP), and land sanitary (SS) with each garden area of one hectare. The study was descriptive, using purposive sampling through direct capture by hand, insect baits and traps. The result, of the order coleoptera obtained six families (Scarabaeidae, Scolytidae, Staphylinidae, Nitidulidae, hydrophilidae, Dermestidae) and six families are Salticidae, Thomisidae, Araneidae, Lycosidae, Arachnidae, dan Oxyopidae of the order Araneida. In the cocoa field with clean sanitation, the highest relative density of the order coleoptera exhibited by the family Scolytidae 34.20%, with a diversity index -0.16 and the highest relative density of the order araneida exhibited by the familiy Lycosidae 5.20% with a diversity index -0.018. Keywords: Relative density, Diversity index, Coleoptera, Araneida
STRUKTUR POPULASI DAN KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA GASTROPODA (Telescopium telescopium) DI KAWASAN MANGROVE TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI Gusni Sri Ningsih; Analuddin Kangkuso; Nasaruddin Nasaruddin
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.188 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5879

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi dan kandungan logam berat gastropoda (Telescopium telescopium) di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2018. Lokasi pengambilan sampel penelitian terletak pada mangrove yang tumbuh di Sungai Lanowulu dan Roraya di TNRAW. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampel. Penelitian ini menggunakan plot kuadrat ukuran 1 m2 diletakkan di setiap stasiun. Jumlah individu dari T. telescopium dihitung berat dan panjangnya. Selain itu, kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di dalam daging T. telescopium dihitung menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Struktur populasi T. telescopium ditentukan dengan analisis histogram, distribusi ukurannya ditentukan dengan analisis koefisien variasi (CV). Hasil penelitian menunjukkan struktur populasi gastropoda membentuk kurva normal dengan ukuran kecil. Kandungan logam Pb dan Cd di dalam sedimen dan air laut dari Sungai Roraya lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan Sungai Lanowulu, disisi lain, kandungan logam berat Pb dan Cd dalam daging T. telescopium tidak berbeda signifikan. Dengan demikian, kandungan logam berat Pb dan Cd pada air laut, sedimen dan daging T. telescopium di sungai Lanowulu dan sungai Roraya berada di atas baku mutu sesuai dengan Kepmen LH. No. 51. 2004. Kata kunci: Gastropoda, Mangrove, Logam Berat, TNRAW. ABSTRACTThis study aims todetermine the population structure and heavy metals contents of gastropods (Telescopiumtelescopium) living in RawaAopaWatumohai National RAWN Park. This research was conducted from January until March 2018. The sampling location of research was in mangroves grown along the Lanowulu and Roraya rives at RAWN Park. This research uses purposive sampling method.  This study used the plot quadrate of 1 m2 widethat placed in each station. The number of individuals of.T. telecopium was counted, while their fresh weight and length of T.telescopiumwere measured. In addition, the content of heavy metals of Lead (Pb) and Cadmium (Cd) into meat of T. telescopium were measured by using Atomic Absorption spectroscopy (AAS) in Laboratory at Faculty of Fisheries andMarine Science at Halu Oleo University. The population structure of T. telescopium was determined by histrogram analysis, its size distribution was determined by coefficient of variation (CV) analysis. The results showed that population structure of gastropods was normal curve with small ranges of size distribution. The content of Pb and Cd into sediment and sea water of Rorayariver were significantly higher as compared than that in Lanowulu river. On the other hand, the content of heavy metals Pb and Cd into meat of T. telescopium was not significantly different. However, the heavy metals contents of Pb and Cd into sea water, sediment and meat of T. telescopiumboth in Lanowuluand Roraya riverswere above the quality standard according to Ministry of Environment No. 51/LH/2004. Keywords : Gastropods, mangroves, Lanowulu and Roraya rivers, heavy metals, Rawa Aopa Watumohai National Park
NILAI EKONOMI PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENUJU ZERO WASTE PRODUCTION Muhammad Arief Dirgantoro; Robiatul Adawiyah
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.454 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5875

Abstract

Abstrak            Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan nilai ekonomi dengan pemanfaatan limbah kelapa sawit menuju Zero Waste Production.  Satu hektar kelapa sawit, setiap tahunnya menghasilkan 25 ton tandan buah segar (TBS) padahal yang menjadi minyak dan inti sawit hanya sekitar 25%, dengan demikian 19 ton dari TBS akan menjadi limbah. Dengan semakin gencarnya isu lingkungan maka diperlukan pemanfaatan dan pengendalian limbah industri kelapa sawit yang ramah lingkungan agar dapat memberikan nilai tambah dan mengurangi biaya yang pada akhirnya memberikan keuntungan bagi berbagai pihak, baik pihak perkebunan, pabrik, masyarakat dan lingkungan. Konsep 3R (Reuse, Recyle dan Recovery) akan mendorong setiap penghasil limbah untuk menjadikan limbahnya memiliki nilai ekonomis dan menguragi biaya. Pemanfaatan limbah kelapa sawit dapat mengurangi biaya produksi listrik, briket arang, bahan baku pulp, pakan ternak, dan menghemat biaya pupuk. Kata kunci : nilai ekonomi, pemanfaatan, limbah, isu lingkungan, konsep 3R                      (Reuse, Recyle  dan Recovery)  Abstract             This paper aims to outline the economic value of the use of palm oil waste towards Zero Waste Production. One hectare of oil palm, annually produce 25 tonnes of fresh fruit bunches (FFB), whereas the oil and palm kernel only about 25%, so 19 tonnes of FFB would be a waste. With the developed environmental issues will require the use and control of industrial waste environmentally friendly palm oil in order to provide added value and reduce costs, which in turn provide benefits to various parties, both the plantations, factories, communities and the environment. The concept of 3R (Reuse, Recycle and Recovery) will encourage each waste generator to make the waste has economic value and reduces costs. Utilization of oil palm waste can reduce the production cost of electricity, charcoal, pulp raw materials, animal feed, and saves the cost of fertilizer. Keywords: economic value, utilization, waste, environmental issues, the concept                  of 3R (Reuse, Recycle and Recovery)
PERAN TANAMAN BENGKUANG (Pachyrrhizuz erosus L.) DALAM MENDUKUNG SISTEM PERTANIAN ORGANIK Robiatul Adawiyah; Terry Pakki
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.261 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5880

Abstract

Abstrak               Tantangan pertanian ke depan adalah peningkatan produksi pertanian, kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintetik/kimia (anorganik).  Sistem pertanian organik merupakan salah satu solusi yang diajukan untuk diterapkan pada sistem pertanian di masa yang akan datang.  Sistem pertanian organik adalah sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia/sintesis (anorganik).  Pemanfaatan pupuk organik dan pestisida nabati dalam usaha pertanian akan mengurangi resiko pencemaran lingkungan, meningkatkan efisiensi pemupukan, serta menekan pengaruh negatif dari penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintesik/kimia (anorganik).  Prinsip dalam sistem pertanian organik adalah adanya keseimbangan siklus hara dan kesuburan tanah serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.  Untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memenuhi kebutuhan pupuk organik di dalam menjaga keseimbangan siklus hara, serta mengurangi penggunaan pestisida nabati, peran legum seperti bengkuang (Pachyrrhizuz erosus L.) perlu dikaji lebih mendalam. Tanaman bengkuang sangat potensial dalam mendukung diterapkannya sistem pertanian organik karena; biomassa yang banyak dan mengandung nitrogen yang tinggi (3.42% - 3.51%), kemampuan hidup yang sangat luas di berbagai kondisi lahan karena bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dan Bradyrhizobium dalam menambat nitrogen (N2) udara dan bersimbiosis dengan cendawan mikoriza (AMF) yang dapat membantu penyerapan unsur hara terutama fosfor.  Selain itu, kecuali umbi, bagian tanaman lainnya terutama pada biji bengkuang mengandung metabolit sekunder seperti rotenon yang bersifat insektisida.  Dengan demikian maka bengkuang ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik dan sebagai insektisida nabati dalam mendukung sistem pertanian organik. Kata Kunci: bengkuang(Pachyrrhizuz erosus L.), legum, rotenon, sistem pertanian organik Abstract                The challenge of agriculture in the future is to increase agricultural production, environmental sustainability and public health as a result of increasing population and public awareness of the negative effects caused by the use of inorganic fertilizers and chemical/ synthetic pesticides. Organic farming system is one of the solutions proposed to be applied to agricultural systems in the future. Organic farming system is an agricultural cultivation system that relies on natural materials without using synthetic/chemicals (inorganic). Utilization of organic fertilizers and pesticides in agricultural businesses will reduce the risk of environmental pollution, improve fertilization efficiency, and reduce the negative effects of the use of inorganic fertilizers and chemical/synthetic pesticides. The principle in organic farming systems is the balance of nutrient cycling and soil fertility and integrated pest and disease control. To improve soil fertility and meet the needs of organic fertilizer in maintaining the balance of nutrient cycles, and reduce the use of synthetic chemical pesticides, the role of legumes such as yam bean (Pachyrrhizuz erosus L.) needs to be studied more deeply. Yam bean plants are very potential in supporting the implementation of organic farming systems because; a lot of high and nitrogen containing biomass (3.42% - 3.51%), a very broad life ability in various land conditions because it is symbiotic with Rhizobium and Bradyrhizobium bacteria in fixing nitrogen (N2) air and symbiosis with mycorrhizal fungi (AMF) which can help absorption of nutrients, especially phosphorus. Especially in jicama seeds contain secondary metabolites such as rotenone which are insecticides. Thus, this yam bean can be used as an organic fertilizer and as a organic/vegetable insecticide in supporting organic farming systems. Keywords: Yam bean (Pachyrrhizuz erosus L.), legumes, rotenon, organic farming systems
PENGARUH STATUS LENGAS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SEMANGKA LOKAL Dedi Erawan; Tresjia C. Rakian
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.782 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5860

Abstract

Abstract                Watermelon fruit is favored because of its sweet and fresh fruit flavor, but in the market it is often found the taste of watermelon that is less sweet (tasteless). The sweet taste of watermelon is much influenced by environmental conditions, especially climate factors (rainfall). Generally fruit produced from areas with high rainfall often produces a less sweet taste. This study aims to determine the effect of soil moisture status on the growth and production of local watermelons. This study was compiled based on a Randomized Block Design (RBD) with 3 replications. The treatment given is soil moisture status, consisting of 4 levels, namely: L1 = KAT 100% of field capacity, L2 = KAT 80% of field capacity, L3 = KAT 60% of field capacity and L4 = KAT 40% of field capacity.  Observation data were analyzed using variance (F test) 5% real level and continued with further BNT test at the 5% test level. The results showed that soil moisture status and potassium fertilizer dosage had a significant effect on plant height at 4, 6 da, 8 weeks after planting and gave a significant effect on leaf area at 6 weeks of age. Keywords: Soil moisture, Watermelon. Abstrak            Buah semangka disukai karena rasa buahnya yang manis dan segar, namun dipasaran sering dijumpai rasa buah semangka yang kurang manis (tawar). Rasa manis buah semangka banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, terutama factor iklim  (curah hujan).  Umumnya buah yang dihasilkan dari daerah dengan curah hujan tinggi sering menghasilkan rasa yang kurang manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status lengas tanah terhadap pertumbuhan dan produksi buah semangka lokal. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 kali ulangan.  Perlakuan yang diberikan adalah status lengas tanah,  terdiri dari 4 taraf yaitu : L1 = KAT 100% dari kapasitas lapang, L2 = KAT 80% dari kapasitas lapang, L3 = KAT 60% dari kapasitas lapang dan L4 = KAT 40% dari kapasitas lapang,  Data pengamatan dianalisa dengan menggunakan sidik ragam (uji F)  taraf nyata 5% dan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT pada taraf uji 5%.  Hasil penelitian menunjukan bahwa status lengas tanah dan dosis pupuk kalium memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 6 da, 8 minggu setelah tanam dan memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun pada umur 6 minggu.   Kata Kunci : Lengas Tanah, Semangka
UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN SEREH (Andropogon nardus) DAN BIJI MAHONI (Swietenia macrophylla) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti Amirullah Amirullah; Nurhayu Malik; Eis Nurhiliya
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.074 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5876

Abstract

ABSTRAK              Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak tanaman sereh (Andropogon nardus), biji mahoni (Switenia macrophylla) dan kombinasi keduanya terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti. Larva nyamuk Aedes aegypti untuk sampel adalah larva hasil rearing F2 yang diperoleh dengan ovitrap dari wilayah Kelurahan Kambu yang merupakan wilayah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Penelitian ini dilakukan di laboratorium Zoologi, FMIPA UHO, Kendari. Ekstrak tanaman sereh (Andropogon nardus) dan ekstrak biji mahoni (Switenia macrophylla) masing-masing dengan konsentrasi 1,5% dan 3,0% dan 4.5%. kombinasi kedua jenis ekstrak tersebut dipaparkan selama 24 jam untuk melihat mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti. Pengumpulan data dilakukan dengan menghitung mortalitas larva Aedes aegypti dalam setiap jam pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan dengan ekstrak biji mahoni (Switenia macrophylla) konsentrasi 4,5% menyebabkan mortalitas larva mencapai 100%, sedangkan ekstrak sereh (Andropogon nardus) konsentrasi 4,5% menyebabkan mortalitas larva tertinggi (98%) dalam 24 jam pemaparan. Pada kombinasi ekstrak tanaman sereh (Andropogon nardus) dan biji mahoni (Switenia macrophylla) dengan konsentrasi masing-masing 3.0% +3.0% dan  4,5%+4.5% menyebabkan mortalitas larva mencapai 100%. Berdasarkan WHO (2009), perlakuan ekstrak tanaman sereh (Andropogon nardus) dan ekstrak biji mahoni (Switenia macrophylla) dengan konsentrasi tersebut efektif sebagai larvasida untuk larva Aedes aegypti. Kata kunci: Mortalitas, larva Aedes aegypti, ekstrak sereh (Andropogon nardus), ekstrak biji mahoni (Switenia macrophylla). ABSTRACT This study aims to determine the effect of sereh grass extract (Andropogon nardus), mahogany seeds (Switenia macrophylla) and a combination of both of them to the mortality of Aedes aegypti mosquito larvae. Aedes aegypti mosquito larvae for the sample were rearing F2 larvae obtained by ovitrap from the Kambu Village area which was an endemic area of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). This research was conducted at the Zoology laboratory, FMIPA UHO Kendari. Lemon grass extract (Andropogon nardus) and mahogany seed extract (Switenia macrophylla) each with a concentration of 1.0% and 3.0% and a combination of the two types of extract were exposed for 24 hours to see the mortality of Aedes aegypti mosquito larvae. Data collection was done by calculating the mortality of Aedes aegypti larvae in each observation hour. The results showed that treatment with mahogany seed extract (Switenia macrophylla) concentration of 4.5% caused larval mortality to reach 100%, while lemongrass extract (Andropogon nardus) concentration of 4.5% caused the highest larval mortality (98%) in 24 hours of exposure. The combination of lemongrass extract (Andropogon nardus) and mahogany seeds (Switenia macrophylla) with a concentration of 3.0%+3.0% and 4.5% + 4.5% caused larval mortality to reach 100%. Based on WHO (2009), the treatment of citronella extract (Andropogon nardus) and mahogany seed extract (Switenia macrophylla) at that concentration were effective  as larvacidal for larval Aedes aegypti mosqouitoes. Keywords: Mortality, Aedes aegypti, Plant Extracts of Lemon Grass (Andropogon nardus), Mahogany Seed Extract (Switenia macrophylla)
KANDUNGAN KARBON SERASAH DAUN KUMA (Palaquium luzoniense) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG NANGA-NANGA PAPALIA SULAWESI TENGGARA Clara Sesilia Mekuo; Sitti Wirdhana Ahmad; Muhsin Muhsin
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.779 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5864

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon serasah daun Kuma (Palaquium luzoniense Vid.) di kawasan Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan menentukan 3 stasiun pengambilan sampel berdasarkan pengamatan ketersediaan tumbuhan Kuma (Palaquium luzoniense Vid.) dengan ketinggian yang berbeda yakni Titik I (ketinggian ±223 mpdL), Titik II (ketinggian ±246 mdpL) dan Titik III (ketinggian ±276 mdpL). Pengambilan serasah daun Kuma (Palaquium luzoniense Vid.) dilakukan secara purposive sampling. Kandungan karbon diperoleh dengan cara mengalikan nilai kadar karbon dan nilai biomassa serasah daun. Hasil perhitungan kandungan karbon sebesar 5501,565 gr/m2/bulan. Kata kunci: Kuma (Palaquium luzoniense Vid.), Serasah Daun, Kandungan Karbon, Hutan Lindung Nanga-Nanga   Abstract This study aimed to determine the carbon content of Kuma leaf litter (Palaquium luzoniense Vid.) in Nanga-Nanga Papalia Protected Forest area at Kendari Southeast Sulawesi. This study was an exploration research by determined three station sampling based on observation of availability Kuma (Palaquium luzoniense Vid.) species  with differet hight s.i.e first point (altitude of ± 223 mpdL), second point (altitude of ± 246 mdpL) and third point (altitude ± 276 mdpL). Sampling of  Kuma leaf litter (Palaquium luzoniense Vid.) used purposive sampling. The carbon content is obtained by multiplying %carbon content and biomass values. The result showed that carbon content of Kuma leaf litter (Palaquium luzoniense Vid.) of 5501.565g / m2 / mont. Keywords:  Kuma (Palaquium luzoniense Vid.), Leaf Litter, Carbon Content, Nanga-Nanga Papalia Protected Forest
INDENTIFKASI JENIS TUMBUHAN DI LOKASI PERTAMBANGAN NIKEL PT. CMMI (CAHAYA MODERN METAL INDUSTRI) KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA Indrawati Indrawati; Sri Ambardini; Harmonika Nyiliantri
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.471 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5877

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh di lokasi pertambangan nikel PT. CMMI (Cahaya Modern Metal Industri) Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Prosedur penelitian dimulai dengan penetapan lokasi penelitian, kemudian dilanjutkan koleksi tumbuhan dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan. Penelitian dilakukan dengan metode jelajah pada 3 stasiun pengamatan (stasiun I, stasiun II dan stasiun III). Hasil penelitian teridentifikasi 51 jenis tumbuhan yang tergolong dalam divisi Spermatophyta dan Pteridophyta. Divisi Spermatophyta terdistribusi dalam kelas Dicotyledoneae sebanyak 15 suku, kelas Monocotyledoneae sebanyak 2 suku, Divisi Pteridophyta terdistribusi dalam kelas Pteridopsida sebanyak 2 suku, yaitu Polypodiaceae dan Schizaeaceae. Stasiun I ditemukan sebanyak 40 jenis, stasiun II ditemukan sebanyak 15 jenis dan stasiun III ditemukan sebanyak 32 jenis. Kata Kunci : Identifikasi, Tumbuhan,Tambang nikel, PT. CMMI ABSTRACTThe purpose of this research was to find out the species of plants that grow in the nickel mining location of PT CMMI (Modern Light Metal industry) Konawe district, Southeast Sulawesi. Study Procedure begins with the determination of the area of research, collections of plants dan identification of plant species. Results of the study identified 51 species of plants that are classified indivisins Spermatophyta and Pteridophyta. The Divisio Spermatophyta distributed  class Dicotyledoneae 15 family and the class Monocotyledoneae 2 family. The Divisin Pteridophyta distributed in class Pteridopsida as much as 2 family, Schizaeaceae and Polypodiaceae. The station I found as much as 40 species, station II found as much as 15 species and station III found as much as 32 species.Keyword : Identification, Plant, Nickel mine , PT. CMMI
STUDI ETNOBIOLOGI TENTANG PEMANFAATAN TUMBUHAN RURUHI (Syzygium polycephalum Merr.) DI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA Nanang Trisna Dewi; Adi Karya
BioWallacea : Jurnal Penelitian Biologi (Journal of Biological Research) Vol 5, No 2 (2018): Biodiversitas Wallacea
Publisher : University of Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.943 KB) | DOI: 10.33772/biowallacea.v5i2.5874

Abstract

AbstrakEtnobotani merupakan ilmu botani yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode penelitian ini menggunakan Metode deskriptif (kualitatif) untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Metode pengambilan data dengan cara terjun langsung ke lapangan atau masyarakat Kota Kendari.Pengambilan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi gambar. Hasil  penelitian  menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan Ruruhi sangat beragam, diantaranya adalah dijadikan sebagai bahan bangunan sebesar (0,024%), kayu bakar sebesar (0,061%), obat-obatan sebesar (0,049%), bahan makanan (0,35%), penghias kebun (0,11%), penghasil buah (0,39%) dan pewarna alami (0,012%).Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah batang berjumlah sembilan orang, daun berjumlah 30 orang, bunga berjumlah dua orang, akar berjumlah satu orang orang dan buah berjumlah 82 orang. Kata kunci: Etnobotani, Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) dan Pemanfaatannya Abstract Ethnobotany is a botanical science that studies the use of plants in the daily needs and customs of ethnic groups. This study aims to determine the public perception about utilization of Ruruhi Plants (Syzygium polycephalum Merr.) in Kendari City, Southeast Sulawesi. This research uses descriptive method (qualitative) to obtain the full image of a matter according to the human perspective studied. Methods of data collection by way of going directly to the field or the people of Kendari City. Retrieving data using interview techniques and image documentation. The results showed that community perceptions about the use of Ruruhi plants were very diverse, including building materials (0.024%), firewood (0.061%), medicines (0.049%), food ingredients (0.35%), garden decoration (0.11%), fruit producers (0.39%) and natural dyes (0.012%). Plant organs that are utilized are nine people in stem, 30 in leaves, two in flowers, one person in roots and 82 people. Keywords: Ethnobotany, Ruruhi Plants (Syzygium polycephalum Merr.) and Utilization

Page 1 of 1 | Total Record : 10