cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Teknologi Pertambangan
ISSN : 24424234     EISSN : 29863910     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 160 Documents
KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA PT. CITRA TOBINDO SUKSES PERKASA KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI Genta Dwi Pramana; Anton Sudiyanto; Indah Setyowati; Indun Titisariwati
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Citra Tobindo Sukses Perkasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang terletak di Jalan Muara Tembesi KM 41, desa Bukit Paranginan, Kecamatan Mandiangan, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Sistem penambangan yang digunakan oleh PT. Citra Tobindo Sukses Perkasa adalah sistem tambang terbuka. Kegiatan pengupasan overburden pada saat ini dilakukan dengan menggunakan backhoe Volvo EC460BLC dan diangkut menggunkan articulated dump truck  Volvo A40F menuju lokasi penimbunan. Jarak angkut terjauh dari lokasi penambangan menuju ke lokasi penimbunan adalah 900 meter.Permasalahan yang terjadi pada saat ini adalah belum tercapainya target produksi pengupasan overburden sebesar 150.000 BCM/bulan. Produksi nyata dari kombinasi antara alat gali-muat dan alat angkut saat ini sebesar 109.952,00 BCM/bulan, sehingga masih terdapat kekurangan sebesar 40.048,00 BCM/bulan. Hal ini disebabkan rendahnya waktu kerja efektif sebagai akibat dari hambatan-hambatan yang ada sehingga menyebabkan efisiensi kerja alat yang rendah serta kondisi kerja dan jalan angkut yang kurang baik yang ada di lokasi penambangan.Upaya yang dapat dilakukan agar target produksi pengupasan overburden dapat tercapai ada beberapa alternatif. Alternatif pertama yaitu perbaikan waktu edar yang dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi yang ada di lapangan, seperti memperbaiki pola pemuatan, memperlebar kondisi jalan angkut dan memperbaiki tempat kerja alat. Alternatif kedua yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap waktu kerja efektif.Setelah dilakukan perbaikan alternatif I yaitu perbaikan waktu edar maka didapat kemampuan produksi sebesar 135.850,699 BCM/bulan, namun hasil tersebut belum mencapai target produksi pengupasan overburden yang telah ditetapkan. Alternatif kedua yang dapat dilakukan yaitu peningkatan waktu kerja efektif, sehingga kemampuan produksi menjadi 132.694,296 BCM/bulan dan masih belum dapat memenuhi target produksi pengupasan overburden yang telah ditetapkan. Alternatif III yang dilakukan yaitu melakukan perbaikan terhadap waktu edar  dan peningkatan waktu kerja efektif dari alat. Setelah dilakukan perbaikan tersebut didapat kemampuan produksi sebesar 150.015,943 BCM/bulan dan telah dapat memenuhi target produksi pengupasan overburden yang ditetapkan.Kata Kunci : Target produksi, waktu edar, gali-muat
RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BIJIH NIKEL DI BUKIT CHEEROKE PT. ANTAM. (Persero) Tbk UBPN SULAWESI TENGGARA KECAMATAN POMALAA KABUPATEN KOLAKA I Made Dermawan Mega Putra; Waterman Sulistyana Bargawa; Indah Setyowati
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT Antam (Persero).Tbk UBPN Sultra adalah badan usaha milik Negara yang bergerak di sektor pertambangan dan pengolahan bijih nikel yang  memiliki wilayah IUP yang berlokasi di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. PT Antam Tbk mempunyai beberapa front penambangan, salah satunya Bukit Cheeroke. Sistem penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka dengan metode open cast. Bijih nikel yang ditambang mempunyai kadar Ni >1,8%. Endapan bijih nikel pada Bukit Cheeroke mempunyai kadar Ni >1,8% berada di daerah yang relatif datar sehingga diperlukan metode penambangan yang tepat sesuai dengan keadaan endapan bijih nikel dengan kemajuan penambangan per bulan sampai dengan mine out.Desain yang dibuat untuk mencapai target produksi 1600 ton/hari di Bukit Cheeroke harus memperhatikan kondisi endapan bijih nikel tersebut. Dimensi penambangan direncanakan sesuai dengan rekomendasi PT Antam Tbk yaitu: tinggi jenjang 6 m, lebar jenjang 3 m dengan single slope 60o.Berdasarkan data cadangan yang diperoleh dari blok model didapat cadangan 153.755 ton dengan kadar Ni 1,8% dengan umur tambang selama 5 bulan dengan metode penambangan yang digunakan adalah open pit secara selektif. Hasil rancangan pada bulan pertama sebesar 26.734 ton dengan waste 40.443 ton. Selanjutnya pada bulan kedua bijih nikel yang tertambang sebesar 32.747 ton dengan waste yang terbongkar 39.970. Pada bulan ketiga bijih nikel yang tertambang sebesar 33.175 ton dengan waste yang terbongkar 38.413 ton. Pada bulan keempat bijih nikel yang tertambang sebesar 32.677 dengan waste yang terbongkar 36.843 ton dan pada bulan kelima bijih nikel yang terbongkar sebesar 28.422 ton dengan waste yang terbongkar 38.223 ton.Berdasarkan perhitungan dimensi jalan diperoleh lebar jalan angkut adalah 5m untuk jalan lurus dengan nilai cross slope 1,72° dan 9m untuk jalan tikungan dengan nilai superelevasi 0,0395m/m dengan kebutuhan alat perbulan 2 alat gali dengan 9 alat angkut .Setelah dilakukan rancangan desain penambangan pada bukit cheeroke didapat bahwa mampu memenuhi target produksi yang telah ditetapkan, disarankan untuk terus melakukan evaluasi kadar blok model dengan realisasi lapangan agar kadar bijih nikel yang ditambang sesuai dengan kadar blok modelKata Kunci : Nikel, Rancangan Teknis, PT. ANTAM
PENENTUAN ZONASI PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL NON LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BLORA BAGIAN SELATAN PROVINSI JAWA TENGAH Dodi Bagus Widodo; Budiarto Budiarto; Abdul Rauf
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Blora (bagian selatan), Provinsi Jawa Tengah memiliki sumberdaya mineral bukan logam dan batuan cukup besar, sehingga perlu dilakukan zonasi perizinan pertambangan mineral bukan logam dan batuan untuk membantu pemerintah maupun investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Blora.Sumberdaya yang diteliti pada penelitian ini adalah pasirbatu, batugamping, dan gypsum. Mineral Pasir Batu, Batugamping dan Gypsum yang berada di Kabupaten Blora berada pada Kecamatan Cepu, Kec Randublatung, Kec Kedungtuban, Kec Jati, Kec Kradenan. Dengan total sumberdaya :  Pasir Batu : 2.199.000 m³  Batugamping : 99.960.000 m³  Gypsum : 4.820 m³Pada Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan Mineral Pasir Batu, Batugamping dan Gypsum pada Kabupaten Blora dilakukan dengan cara pertampalan (overlay). Adapun sektor-sektor terkait yang dapat di lakukan dengan cara pertampalan (overlay) ini berjumlah 11 parameter yaitu Ketinggian lahan, Kemiringan lahan, Rawan Bencana, Ketebalan tanah penutup, Air Tanah, Sungai dan Bangunan, Mata Air dan Peresapan Air, Hutan dan Perkebunan, Pariwisata, Pemukiman, Penggunaan Lahan Pertanian.Kemudian akan dibahas potensi sumberdaya pasirbatu, batugamping, dan gypsum pada daerah mana saja di Kabupaten Blora bagian selatan. Selanjutnya akan dibahas pula penentuan secara umum mengenai peraturan – peraturan dalam penambangan sumberdaya tersebut. Lebih jauh lagi akan dibahas mengenai teknik penambangan pada masing-masing sumberdaya dengan spessifik daerha masing – masing. Kata Kunci : Zonasi, mineral bukan logam dan batuan, Kabupaten Blora.
KAJIAN GEOTEKNIK TERHADAP RANCANGAN PENAMBANGAN BATUBARA BAWAH TANAH METODE SHORTWALL DI CV. ARTHA PRATAMA JAYA, KECAMATAN MUARA JAWA,KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Faisal Akbar Putra; Singgih Saptono; Peter Eka Rosadi
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

CV. Artha Pratama Jaya (CV. APJ) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang berlokasi di Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Hasil eksplorasi lanjutan tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat seam batubara yang prospek untuk ditambang secara tambang bawah tanah. Metode penambangan yang diterapkan oleh CV. APJ adalah metode shortwall dengan sistem mundur (retreating). Penambangan batubara dengan metode shortwall memiliki resiko yang besar terhadap keruntuhan atap lubang bukaan dan panel penambangan. Dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan suatu kajian geoteknik terhadap kestabilan lubang bukaan (main incline shaft (MIS), main vent shaft (MVS), dan panel entries), kestabilan pillar (chain pillar dan barrier pillar), dan sistem penyangga yang digunakan.Parameter material properties didapat dari hasil pengujian laboratorium terhadap batuan utuh (intact rock). Analisis kestabilan lubang bukaan menggunakan metode elemen hingga (FEM) dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb (1779). Geometri MIS dan MVS berbentuk tapal kuda dengan geometri lebar 3 m, tinggi 2,8 m, jari-jari lengkungan 1,5 m. Panel entry terdiri dari main gate dan tail gate dengan bentuk trapezoidal, dengan ukuran lebar atas 2 m, lebar bawah 3 m, dan tinggi 3 m. Hasil analisis MIS secara keseluruhan dikategorikan aman (FK>1,5), hanya pada dinding kanan FK 1,5 kritis. MVS secara keseluruhan dikategorikan aman (FK>1,5), hanya pada atap (roof) FK 1,12 failure. Main gate untuk ketiga level penambangan secara keseluruhan aman (FK>1,3), hanya pada bagian dinding kanan dan kiri  FK failure disebabkan karena terjadi undercut pada lapisan batubara. Tail gate untuk ketiga level penambangan seluruhnya dikategorikan aman (FK>1,3). Karena terdapat beberapa bagian yang failure, maka disarankan menggunakan penyangga untuk memperkuat lubang bukaan dan mengantisipasi keruntuhan.Analisis chain pillar menggunakan rumusan Obert dan Duvall (1967), dan Bienieawski (1983). Hasil analisis chain pillar didapat lebar chain pillar (Wp) minimum dan faktor keamanan tiap level, yaitu level 1 (5,94 m dan FK 1,65), level 2 (6,97 m dan FK 1,34), dan level 3 (7,01 m dan FK 1,34). Secara keseluruhan lebar chain pillar yang digunakan oleh CV. APJ adalah 9 m dan berdasarkan nilai FK dikategorikan aman (FK>1,3). Analisis barrier pillar menggunakan rumusan Ashley (1930). Hasil analisis didapat lebar minimum level 1 (52,4 m), level 2 (57,3 m), dan level 3 (58,2 m). Lebar barrier pillar yang digunakan CV. APJ untuk seluruh level 40 m, kondisi tidak aman sehingga lebar barrier pillar harus disesuaikan dengan hasil analisis.Hasil analisis penyangga kayu menggunakan kayu kelas I jenis Ulin tegangan geser dan lentur yang dianalisis tidak melebihi yang diizinkan yaitu 66 kg/cm2 dan 660 kg/cm2.  Analisis penyangga rigid steel arches menghasilkan nilai section modulusW sebesar 34 cm3 dengan menggunakan spesifikasi GI 70 profile I-beams DIN 21541 dengan nilai Wx sebesar 35,7 cm3, maka dapat dikategorikan aman.Kata kunci : Pillar,  lubang bukaan, dan faktor keamanan
PENYELIDIKAN GEOMAGNET UNTUK PENDUGAAN BIJIH BESI PT BERKAH ALAM SEMESTA DI DESA BANA KECAMATAN BONTOCANI, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN Winda Winda; Herianto Herianto; Untung Sukamto
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Berkah Alam Semesta (PT. BAS) melakukan eksplorasi guna mengetahui keberadaan bijih besi di daerah izin usaha pertambangan yang dimiliki. Metode yang dapat memberikan gambaran lokasi penyebaran terdapatnya bijih besi secara tidak langsug yaitu menggunakan metode geofisika. Bijih besi adalah benda logam yang memiliki sifat kemagnetan sehingga metode geofisika yang paling cocok digunakan adalah Geomagnet  Penyelidikan dengan menggunakan geomagnet bermanfaat untuk mengetahui keberadaan benda magnetik di bawah permukaan bumi dengan menangkap intensitas magnetik total.Tujuan Penelitian ini adalah mendapatkan data anomali magnetik dari setiap lintasan pengukuran yang telah diukur, sehingga dapat menduga penyebaran bijih besi pada daerah tersebut.Pengambilan data Geomagnet menggunakan Magnetometer G-816 dan GEM SYSTEM 19-T dan pengolahan data menggunakan dan pengolahan data menggunakan program surfer 10 dan Magpick untuk mengetahui penyebaran bijih besi serta program Mag2dc untuk estimasi kedalaman bijih besi.Setelah di lakukan pengambilan, pengolahan dan interpretasi data maka dapat diketahui . Lintasan yang dianggap prospek untuk diteliti lebih lanjut dengan metode geolistrik adalah lintasan S9,T1,L berada di sebelah Barat lokasi penelitian dan lintasan M,N,O,P berada di sebelah Timur Laut lokasi penelitian. Hal ini bisa dilihat pada peta penampang anomali magnetik. Hasil dari pengolahan menggunakan program mag2dc kedalaman bijih besi diperkirakan pada kedalaman 40-50m dari permukaan.KataKunci  :Geofisika, Geomagnet, software ; surfer 10, magpick, dan mag2dc
KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG BATUBARA DI PIT SMALL PT. PIPIT MUTIARA JAYA SITE BEBATU, PROVINSI KALIMANTAN UTARA Endra Setiawan; Hasywir Thaib Siri; Bambang Wisaksono; Sahat Hutahean
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilakukan di PT. Pipit Mutiara Jaya yang berlokasi di Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Utara. Kegiatan Penambangan Batubara di PT. Pipit Mutiara Jaya menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode strip mine. Sistem penyaliran yang digunakan adalah mine dewatering. Sumber air berasal dari air hujan dan air limpasan dibiarkan mengalir masuk kedalam sumuran, kemudian dikeluarkan dengan cara pemompaan. Saat musim hujan di PT. Pipit Mutiara Jaya  sering terjadi genangan dan luapan air di lantai dasar tambang dikarenakan volume air hujan dan air limpasan yang masuk kedalam lokasi tambang cukup besar namun volume sumuran tidak cukup untuk menampung air yang masuk. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap sistem penyaliran tambang yang ada.Berdasarkan analisis data curah hujan tahun 2005-2014, diperoleh curah hujan rencana sebesar 127,94 mm/hari, intensitas curah hujan sebesar 44,36 mm/jam dengan periode ulang hujan 3 tahun dan resiko hidrologi 86,83 %. Lokasi penambangan PT. Pipit Mutiara Jaya dibagi menjadi 3 Daerah Tangkapan Hujan (DTH) yaitu DTH I = 0,49 km², DTH IIA = 1,14 km², DTH IIB = 0,83 km², dengan total debit air yang masuk ke Sumuran Pit Small sebesar 3,194 m3/detik. Total debit air yang dapat dialihkan atau yang masuk ke Sumuran Utama  sebesar 9,19  m3/detik. Terdapat  1 saluran terbuka untuk mencegah air limpasan tidak masuk ke dalam Pit Small. Debit air limpasan yang masuk kesaluran terbuka 1 adalah 3,07 m3/detik. Dimensi saluran terbuka dibuat berdasarkan rumus Manning dengan dimensi saluran sebagai berikut:Saluran Terbuka 1           : h = 1,4 m; b = 1,4 m; B = 2,7 m; a =  1,4 m d = 1,2 m Volume sumuran dihitung berdasarkan selisih jumlah air yang masuk dan debit pemompaan. Sumuran Pit Small menggunakan 1 pompa KSB type LCC – H 200 – 610 dengan debit 500 m3/jam dan volume sumuran 21.244,5 m3. Sumuran Utama menggunakan pompa Sykes model HH 160 iSS dengan debit 400 m3/jam.Kata Kunci: Dewatering, Daerah Tangkapan Hujan (DTH), Air Limpasan, Manning.
KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK EVALUASI RANCANGAN PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI DINDING TIMUR PIT ARAREN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA Pandu Wibawa; Raden Hariyanto; Bagus Wiyono
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Tambang Tondano Nusajaya (PT.TTN) merupakan perusahaan tambang emas di Kabupaten Minahasa Utara dan Kotamadya Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Sistem penambangan yang diterapkan adalah tambang terbuka dengan metode penambangan open pit. PT. TTN merencanakan untuk membuka pit baru yaitu Pit Araren dengan rancangan lereng keseluruhan berjumlah 16 lereng tunggal, kemeringan lereng keseluruhan 51° dan tinggi lereng keseluruhan  235 m. Rancangan lereng tersebut belum dilakukan analisis geoteknik, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi rancangan lereng dengan analisis geoteknik. Data untuk melakukan analisis diperoleh dengan melakukan karakterisasi massa batuan pada inti bor hasil pengeboran geoteknik. Massa batuan konglomerat termasuk weak rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 5-25 MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu fair rock dengan nilai RMR 50. Massa batuan andesit termasuk medium strong rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 25-50 MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu fair rock dengan nilai RMR 60. Massa batuan basaltic andesite termasuk strong rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 50-100 MPa dan masuk ke dalam batuan kelas II yaitu good rock dengan nilai RMR 64.Hasil analisis kestabilan lereng keseluruhan desain awal menggunakan metode elemen hingga menghasilkan nilai faktor keamanan sebesar 1,44. Hal ini menunjukan lereng keseluruhan desain awal tidak aman karena memiliki nilai faktor keamanan  < 1,5, sehingga perlu dilakukan rancangan ulang. Perancangan ulang merekomendasikan rancangan lereng keseluruhan dengan jumlah 19 lereng tunggal, kemiringan lereng keseluruhan 44° dan tinggi lereng keseluruhan 236 m. Hasil analisis kestabilan lereng yang direkomendasikan menggunakan metode elemen hingga menghasilkan nilai faktor keamanan sebesar 1,61. Nilai tersebut dinyatakan aman karena memiliki nilai faktor keamanan > 1,5.Antisipasi pergerakan terhadap lereng sebelum mengalami kelongsoran dilakukan dengan pemantauan secara instrumentasi yaitu penerapan peralatan dan elektronik. Pemantauan yang direkomendasikan adalah pemantauan dengan menggunakan alat instrumentasi ekstensometer.Kata Kunci : Massa Batuan, Nilai Kuat Tekan Uniaksial, Metode Elemen, Kestabilan Lereng
KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI ALAT GALI-MUAT & ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGUPASAN TOPSOIL DI STOCKPILE PT. KALTIM PRIMA COAL KALIMATAN TIMUR Bentrovolta Bentrovolta; Inmarlinianto Inmarlinianto; Abdul Rauf
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Sistem penambangan yang digunakan oleh PT. KPC adalah sistem tambang terbuka (surface mining).Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (topsoil) pada saat ini dilakukan di stockpile pit Bendili. Material hasil Pengupasan topsoil tersebut diangkut menuju ke kancil dump dengan menggunakan 1 unit alat muat yaitu backhoe Komatsu PC-750 dan dikombinasikan dengan 6 alat angkut Articulated dump truck yaitu : 2 unit dump truck Volvo A35E/A35F, 2 unit dump truck Hungry board dan CAT A35E/A35F, dan 2 unit dump truck CAT 740. Jarak angkut terjauh dari lokasi penambangan menuju ke dumping point  1400 m.Kegiatan Pengupasan topsoil PT. KPC di pit Bendili mengunakan rangkaian kerja alat Gali-muat (backhoe) dan alat angkut (articulated dump truck) untuk memindahkan topsoil dari stockpile  menuju kancil dump  dengan sasaran produksi nyata pengupasan topsoil saat ini hanya 206.525 BCM/bulan, sehingga masih kekurangan terdapat kekurangan produksi sebesar 4.375 BCM/bulan.Upaya yang dilakukan agar target ptroduksi dapat tercapai yaitu melakukan perbaikan jalan di loading point, dengan penambahan jumlah curah pada bucket dapat mengakibatkan bertambahnya beban pada bak articulted dump truck sehingga dapat mengakibatkan amblasan di jalan loading point yang menjadi hambatan yang mempengaruhi produksi untuk itu perlu dilakukan perbaikan agar dapat mengurangi hambatan yang mempengaruhi produksi, kemudian upaya selanjutnya yaitu mengurangi hambatan-hambatan yang dapat di hindari sehingga waktu kerja efektif meningkat dan efisiensi kerja meningkat pula setelah dilakukan perhitungan produksi pengupasan meningkat untuk alat angkut menjadi 209.425,30 BCM/bulan, sehingga target produksi yang di inginkan perusahaan sebesar 211.000 BCM/bulan belum tercapai, upaya selanjutnya dengan penambahan jumlah curah, perkiraan perhitungan produksi alat angkut setelah penambahan jumlah curah yaitu 249.566,44 BCM/bulan, sehingga target produksi tercapai.Kata Kunci : Sasaran produksi, loading point, waktu kerja efektif, penambahan jumlah curah
OPTIMALISASI PRODUKSI FINISHED COAL DENGAN MENGURANGI DOWN TIME PADA CRUSHING PLANT DI PT. TRUBAINDO COAL MINING, MELAK, KAB. KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR Rendy Julianto William; Dwi Poetranto; Eddy Winarno
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Trubaindo Coal Mining (PT. TCM) merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Indo Tambangraya Megah Group (ITMG) sebagai perusahaan tambang batubara yang terletak di Kecamatan Melak, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur. PT. Trubaindo Coal Mining telah mengoperasikan crushing plant sebagai tempat proses peremukan batubara hasil penambangan untuk menghasilkan finished coal.Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, down time pada bulan Januari sampai Maret 2013 (kuartal pertama) yaitu 647,84 jam dengan total produksi finished coal sebesar 1.773.918 ton. Berdasarkan data sampling dari laboratorium masih banyak terdapat batubara yang berukuran lebih dari 50 mm hasil peremuk kedua. Metode yang digunakan untuk mencari faktor – faktor penyebab down time ini dengan menggunakan pemantauan pada proses produksi finished coal dan untuk hasil peremukan kedua dilakukan analisa ukuran produk batubara dari dari data sampling untuk menentukan setting peremuk yang baru.Dari hasil pengamatan dilapangan maintenance time merupakan down time terbesar yaitu 289,89 jam (44,75%), idle time merupakan down time terbesar kedua yaitu 284,3 jam (43,88%) dan delay time sebesar 73,65 jam (11,37%). Untuk analisa distribusi ukuran batubara hasil peremukan kedua agar tidak terdapat batubara yang berukuran lebih besar dari 50 mm didapatkan setting 21 sampai 38 mm dari hasil analisa 9 data dari 3 kualitas batubara dan masih terdapat perlakuan terhadap finished coal di mine stockyard.Untuk mengoptimalkan produksi finished coal, dapat dilakukan dengan cara menggunakan setting terbaru untuk peremuk kedua. Setting terbaru antara 21 sampai 38 mm menghasilkan batubara yang lolos screen 50 mm. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menerapkan setting 28 mm untuk 3 kualitas batubara. Setting 28 mm ini merupakan nilai yang keluar pada 9 data analisa ukuran produk peremuk kedua dan setting ini tidak menghasilkan batubara dengan ukuran yang lebih besar dari 50 mm. Sedangkan untuk mengurangi down time dapat dilakukan dengan cara pengumpanan secara kontinu, mengurangi waktu perbaikan dikarenakan kerusakan unit, dan mengatasi masalah logam yang masuk ke unit peremuk.Kata kunci : Crushing Plant, Down time, Finished Coal, Setting
KAJIAN RADIUS AMAN ALAT GALI MUAT TERHADAP FLYROCK PELEDAKAN PADA PIT 4500 BLOK 12 PT TRUBAINDO COAL MINING KUTAIBARAT KALIMANTAN TIMUR Arif Usman; Sudarsono Sudarsono; Indah Setyowati
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. TCM (Trubaindo Coal Mining) merupakan perusahaan tambang batubara yang terletak di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Pembongkaran lapisan overburden dilakukan dengan metode pengeboran dan peledakan dengan radius jarak aman untuk alat 300 m dan jarak aman manusia 500 m. Seiring dengan kemajuan penambangan, luas pit menjadi lebih sempit serta lokasi peledakan yang banyak dan menyebar pada Pit 4500 Blok 12. Kondisi tersebut mengakibatkan perpindahan alat muat terlampau jauh ketika dilakukan evakuasi sebelum peledakan dilakukan. Oleh karena itu, jika pada kondisi saat ini akan dilakukan penurunan radius jarak aman terhadap alat, maka diperlukan kajian terhadap flyrock dari kegiatan peledakan tersebut apakah radius aman tersebut dapat dikurangi atau tetap seperti keadaan saat ini. Penelitian dilakukan dengan menghitung lemparan flyrock terjauh dari lokasi peledakan baik secara teoritis maupun aktual di lapangan. Pengambilan data dilakukan sebanyak 13 kali pada kondisi lubang ledak basah dan 11 kali pada kondisi lubang ledak kering. Berdasarkan dari pengambilan data tersebut didapatkan lemparan flyrock terjauh secara teoritis menurut Adrian J. Moore dan Alan B. Richard pada lubang ledak basah, face burst: 177,49 m, cratering: 374,98 m, sedangkan pada lubang ledak kering, face burst: 141,53 m, cratering: 70,93 m. Lemparan aktual di lapangan didapatkan lemparan batuan terjauh pada kondisi lubang ledak basah: 277,18 m sedangkan pada kondisi lubang ledak kering: 96,96 m. Berdasarkan data tersebut maka diperlukan peninjauan kembali pada kondisi lubang ledak basah jika akan dilakukan penurunan radius jarak aman alat. Untuk mendekati lemparan batuan aktual pada pit 4500 blok 12 maka dilakukan rekomendasi isian dan stemming berdasarkan teori skala pengisian (scaled depth of burial) dari Livingston (1956) yang dikembangkan oleh PT. Orica Mining Service dan prediksi kontrol flyrock berdasarkan Adrian J. Moore & Alan B. Richard (2005). Sesuai teori tersebut, maka didapatkan range pada lokasi lubang ledak kondisi basah sebagai berikut: • Kedalaman 3 m, isian 0,5-0,8 m dan stemming 2,2 – 2,5 m. • Kedalaman 4 m, isian 1,5-1,7 m dan stemming 2,3 – 2,5 m. • Kedalaman 5 m, isian 2,5-2,7 m dan stemming 2,3 – 2,5 m. • Kedalaman 6 m, isian 3,3 m dan stemming 2,7 m. • Kedalaman 7 m, isian 3,8 m dan stemming 3,2 m. • Kedalaman 8 m, isian 4,5 m dan stemming 3,5 m. Berdasarkan dari rekomendasi dan pendekatan tersebut, maka didapatkan lemparan batuan secara teoritis pada kondisi lubang ledak basah, face burst: 24,61 m, cratering: 77,84 m dan lemparan batuan aktual terjauh pada saat trial: 80,7 m sehingga rekomendasi jarak aman evakuasi alat gali muat dapat diturunkan menjadi 200 m.Kata kunci: Peledakan, Flyrock, Scaled Depth of Burial, Penurunan Jarak Aman Alat.

Page 3 of 16 | Total Record : 160