Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING Saptono, Singgih; Hariyanto, Raden; Thaib Siri, M.Sc, Ir. H. Hasywir; Wahyudi, M. Dadang
PROMINE Vol 2, No 1 (2014): PROMINE
Publisher : Jurusan Teknik Pertambangan FT UBB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5.687 KB)

Abstract

Keberadaan air pada batuan dapat mempengaruhi sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik dan karakteristik kuat geser batuan.Pada operasi penambangan, baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena perubahan sifat mekanik tersebut dapat menyebabkan penurunan faktor keamanan baik pada lereng maupun terowongan tambang.Penurunan faktor keamanan ini dapat menyebabkan terjadinya longsoran ataupun runtuhan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, terancamnya keselamatan jiwa serta kerugian dari segi ekonomi dan waktu.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh air terhadap kohesi dan sudut gesek dalam yang berdampak pada kekuatan geser batuan.Contoh batuan berupa batugamping diambil dari lokasi penambangan batugamping di daerah Dusun Diran Desa Sidorejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Uji geser langsung dilakukan pada contoh batugamping dengan tiga kondisi yaitu kondisi jenuh,natural dan kering, pada contoh batugamping yang telah dipatahkan (uji geser sisa).Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa peningkatan kadar air pada batugamping menyebabkan nilai kohesi sisa dan sudut gesek dalam sisa hasil uji geser langsung mengalami penurunan. Penurunan nilai kohesi sisa dan sudut gesek dalam sisa hasil uji geser langsung disebabkan karena adanya penambahan kandungan air yang menyebabkan ikatan antar partikel pada batugamping akan melemah seiring dengan meningkatnya kadar air yang terkandung pada batugamping.Kata kunci : Kohesi, Sudut Gesek Dalam, Kuat Geser
VISUALISASI RESPON MASSA BATUAN TERKEKARKAN TERHADAP DAMPAK PEMBEBANAN Rianse, Mohammad Suriyaidulman; Saptono, Singgih; Alfat, Sayahdin
Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.486 KB)

Abstract

Massa batuan dilihat dari sisi makro dan mikro merupakan material heterogen dan media diskontinu. Bila diberi tekanan, massa batuan terkekarkan akan memberi respon berupa penjalaran retakan (crack propagation). Penjalaran retakan dapat diamati melalui ekperimen uji kuat tekan batuan dan hasil ekperimen dapat dimodelkan melalui simulasi dengan metode numerik. Tujuan penelitian ini adalah memvisualisasikan penjalaran retakan pada massa batuan terkekarkan dengan investigasi pemodelan numerik. Berdasarkan investigasi melalui pemodelan numerik diketahui bahwa ketika intensitas kekar massa batuan meningkat, pola retakan dan kerusakan yang ditimbulkan pada massa batuan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Perambatan retakan akan berhenti ketika mencapai permukaan kekar yang sudah ada sebelumnya (retakan awal).The rock mass viewed from the macro and micro sides is heterogeneous material and discontinuous media. When under pressure, the mass of the rock that is dispersed will respond in the form of crack. Crack propagation can be observed through rock compressive strength test experiments and the results of experiments can be modeled through simulations with numerical methods. The purpose of this study is to visualize the crack propagation in excised rock masses by numerical modeling investigations. Based on investigations through experimental and numerical modeling, it is known that when the mass density of rock masses increases, crack patterns and damage caused to rock masses become wider and deeper. Cracks propagation will stop when they reach a pre-existing muscular surface (initial crack).  
ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA QUARRY TANAH LIAT MLIWANG BARAT BLOK I3 PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk, TUBAN, JAWA TIMUR Bartolomeus Windyaldi Saksono; Sudarsono Sudarsono; Singgih Saptono; Barlian Dwinagara
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, terletak di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada penambangan lereng lempung Mliwang Blok I3. Metode penambangan yang digunakan pada tambang Mliwang Blok I3 adalah metode quarry. Analisis dilakukan karena adanya longsor yang terjadi pada lereng di daerah Mliwang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan longsoran yang terjadi di Mliwang, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya ketidakstabilan lereng, dan memberikan rekomendasi dan usulan teknik yang berguna untuk mengantisipasi terjadinya longsor.Analisis ketidakstabilan lereng dilakukan menggunakan metode Bishop Simplified. Data masukan yang digunakan berupa kohesi, sudut gesek dalam, dan bobot isi yang diperoleh dari pengujian sampel tanab di Laboratorium Mekanika Tanah. Penentuan faktor keamanan minimum menggunakan pedoman Departemen Pekerjaan Umum yaitu >1,35 untuk lereng tunggal serta >1,5 untuk lereng keseluruhan.Analisis dilakukan terhadap lereng aktual. Berdasarkan nilai FKnya ditemukan ketidakstabilan lereng tunggal pada jenis material lempung A pada kondisi jenuh yaitu 1,12. Sedangkan pada lereng keseluruhan nilai FKnya juga belum aman yaitu 1,307 pada kondisi kering dan 0,527 pada kondisi jenuh.Hasil analisis menyimpulkan lonsgoroan yang terjadi adalah longsoran busur. Faktor-faktor penyebab ketidakstabilan lereng adalah faktor geometri lereng dan kadar air yang tinggi pada lereng. Lereng harus diperbaiki geometrinya dan dilakukan penanganan terhadap kadar air pada lereng.Rekomendasi lereng yang aman untuk lereng keseluruhan didapatkan pada geometri lereng dengan tinggi 3 meter, lebar 3 meter, sudut kemiringan 15° pada lereng tunggal, dan sudut kemiringan 12° pada lereng keseluruhan.  Sedangkan untuk Penanganan yang dilakukan dengan pembuatan horizontal drain hole dan dipasangkan pipa penyaliran lalu dialirkan pada (trenching) atau saluran air yang telah dibuat. Agar lereng lebih stabil dan kuat dilakukan penanaman dan pembuatan teras bangku untuk mengurangi erosi pada lereng.Kata kunci: Analisis Ketidakstabilan Lereng, Quarry, Lempung 
ANALISIS PENGARUH VARIASI BEBAN NORMAL TERHADAP PARAMETER KUAT GESER LANGSUNG PADA BATU TUFF DI KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rahmatyo Gilang Trilaksono; Singgih Saptono; Eddy Winarno; Barlian Dwinagara
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : UPN Veteran Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kegiatan penambangan, khususnya penambangan yang menerapkan sistem tambang terbuka, kemantapan lereng merupakan suatu aspek penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan target produksi dan faktor keamanan. Desain lereng yang baik adalah desain lereng yang dapat mencapai target produksi dan memiliki faktor keamanan yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh desain lereng yang baik maka perlu memperhatikan karakteristik massa batuan. Faktor penting dalam karakteristik massa batuan terkait perancangan lereng yakni faktor intrinsik batuan diantaranya kohesi (c) dan sudut gesek dalam ().Nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam () didapatkan dari hubungan persamaan regresi linier tegangan geser dari berbagai variasi beban normal hasil uji kuat geser langsung. Kekuatan geser batuan pada uji kuat geser langsung dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor intrinsik berasal dari batuan tersebut yakni nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam () sedangkan faktor ekstrinsik salah satunya adalah tegangan normal yang diberikan pada uji kuat geser langsung.Batas pemberian tegangan normal maksimum pada uji kuat geser langsung telah dilakukan pada penelitian terdahulu yakni 12,5% (Saptono, 2012), 20% (Grasseli, 2001), dan 15% (Ladanyi dan Archambault, 1970) dari kuat tekan uniaksial. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian pada uji kuat geser langsung dengan memvariasikan pemberian beban normal sehingga didapatkan batas maksimum tegangan normal yang masih diijinkan pada batu tuff lokasi penelitian serta menentukan pemberian beban normal optimum pada uji geser langsung batu tuff lokasi penelitian dengan menghubungkan kriteria Mohr & Coulomb terhadap kriteria Hoek-Brown.Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diketahui bahwa batu tuff hasil penelitian memiliki nilai kuat tekan uniaksial rata-rata conto batu tuff sebesar 4370 kPa, sedangkan untuk uji kuat geser langsung pada beban normal (0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2) kN masing masing didapatkan tegangan geser sebesar (670,59; 931,97; 1335,36; 1474,89; 1460,68; 1547,17) kPa pada kondisi peak dan (353,59; 527,68; 923,24; 1090,44; 1080,43; 1190,99; 1152,98) kPa pada kondisi residu. Untuk nilai intrinsik batu tuff pada uji kuat geser langsung dengan menggunakan variasi beban normal (0,2; 0,4; 0,6) kN, (0,4; 0,6; 0,8) kN, (0,6; 0,8; 1,0) kN dan (0,8; 1,0; 1,2) kN menghasilkan kohesi masing-masing variasi beban normal (315,21; 453,88; 1158,70; 1297,50) kPa dengan sudut gesek dalam (69,40; 64,45; 27,96; 17,41)o pada kondisi peak, sedangkan pada kondisi residu didapatkan nilai kohesi (35,94; 21,79; 700,7; 848,97) kPa dan sudut gesek dalam (66,19; 65,31; 33,53; 23,41)o.Berdasarkan hasil analisis dari uji kuat geser langsung yang telah dilakukan, terjadi peningkatan tegangan geser yang tidak signifikan ketika beban normal yang diberikan melebihi 0,8 kN. Sedangkan untuk faktor intrinsik batuan terjadi kecenderungan peningkatan yang signifikan pada nilai kohesi batuan dan penurunan yang signifikan pada sudut gesek dalam ketika beban normal yang diberi lebih besar 0,8 kN atau pada pengujian dengan luas permukaan geser conto 15,65 cm2 maka n sebesar 511,18 kPa. Hal ini membuktikan bahwa untuk uji kuat geser langsung pada batu tuff batas pemberian beban normal 0,8 kN atau 511,18 kPa atau ±12,5% dari kuat tekan uniaksial batu tuff lokasi penelitian yakni 4370 kPa, sehingga hasil penelitian Saptono (2012) mengenai pemberian tegangan normal yang masih diijinkan sebesar 12,5% dari kuat tekan uniaksialnya sangat sesuai untuk diterapkan pada pengujian kuat geser langsung pada batuan tuff lokasi penelitian.Berdasarkan grafik kesesuain antara Mohr & Coulomb dengan Hoek-Brown dan nilai kohesi dan sudut gesek dalam batu tuff lokasi penelitian, maka peneliti merekomendasikan untuk pemberian beban normal optimum pada uji kuat geser langsung pada batu tuff lokasi penelitian yakni (0,4;0,6;0,8) kN.Kata Kunci : Sistem Tambang Terbuka, Faktor Keamanan, Uji Kuat Geser Langsung, dan Beban Normal.
KAJIAN GEOTEKNIK TERHADAP RANCANGAN PENAMBANGAN BATUBARA BAWAH TANAH METODE SHORTWALL DI CV. ARTHA PRATAMA JAYA, KECAMATAN MUARA JAWA,KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Faisal Akbar Putra; Singgih Saptono; Peter Eka Rosadi
Jurnal Teknologi Pertambangan Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Teknologi Pertambangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

CV. Artha Pratama Jaya (CV. APJ) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang berlokasi di Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Hasil eksplorasi lanjutan tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat seam batubara yang prospek untuk ditambang secara tambang bawah tanah. Metode penambangan yang diterapkan oleh CV. APJ adalah metode shortwall dengan sistem mundur (retreating). Penambangan batubara dengan metode shortwall memiliki resiko yang besar terhadap keruntuhan atap lubang bukaan dan panel penambangan. Dengan adanya permasalahan tersebut diperlukan suatu kajian geoteknik terhadap kestabilan lubang bukaan (main incline shaft (MIS), main vent shaft (MVS), dan panel entries), kestabilan pillar (chain pillar dan barrier pillar), dan sistem penyangga yang digunakan.Parameter material properties didapat dari hasil pengujian laboratorium terhadap batuan utuh (intact rock). Analisis kestabilan lubang bukaan menggunakan metode elemen hingga (FEM) dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb (1779). Geometri MIS dan MVS berbentuk tapal kuda dengan geometri lebar 3 m, tinggi 2,8 m, jari-jari lengkungan 1,5 m. Panel entry terdiri dari main gate dan tail gate dengan bentuk trapezoidal, dengan ukuran lebar atas 2 m, lebar bawah 3 m, dan tinggi 3 m. Hasil analisis MIS secara keseluruhan dikategorikan aman (FK>1,5), hanya pada dinding kanan FK 1,5 kritis. MVS secara keseluruhan dikategorikan aman (FK>1,5), hanya pada atap (roof) FK 1,12 failure. Main gate untuk ketiga level penambangan secara keseluruhan aman (FK>1,3), hanya pada bagian dinding kanan dan kiri  FK failure disebabkan karena terjadi undercut pada lapisan batubara. Tail gate untuk ketiga level penambangan seluruhnya dikategorikan aman (FK>1,3). Karena terdapat beberapa bagian yang failure, maka disarankan menggunakan penyangga untuk memperkuat lubang bukaan dan mengantisipasi keruntuhan.Analisis chain pillar menggunakan rumusan Obert dan Duvall (1967), dan Bienieawski (1983). Hasil analisis chain pillar didapat lebar chain pillar (Wp) minimum dan faktor keamanan tiap level, yaitu level 1 (5,94 m dan FK 1,65), level 2 (6,97 m dan FK 1,34), dan level 3 (7,01 m dan FK 1,34). Secara keseluruhan lebar chain pillar yang digunakan oleh CV. APJ adalah 9 m dan berdasarkan nilai FK dikategorikan aman (FK>1,3). Analisis barrier pillar menggunakan rumusan Ashley (1930). Hasil analisis didapat lebar minimum level 1 (52,4 m), level 2 (57,3 m), dan level 3 (58,2 m). Lebar barrier pillar yang digunakan CV. APJ untuk seluruh level 40 m, kondisi tidak aman sehingga lebar barrier pillar harus disesuaikan dengan hasil analisis.Hasil analisis penyangga kayu menggunakan kayu kelas I jenis Ulin tegangan geser dan lentur yang dianalisis tidak melebihi yang diizinkan yaitu 66 kg/cm2 dan 660 kg/cm2.  Analisis penyangga rigid steel arches menghasilkan nilai section modulusW sebesar 34 cm3 dengan menggunakan spesifikasi GI 70 profile I-beams DIN 21541 dengan nilai Wx sebesar 35,7 cm3, maka dapat dikategorikan aman.Kata kunci : Pillar,  lubang bukaan, dan faktor keamanan
ROCK MASS CLASSIFICATION FOR SEDIMENTARY ROCK MASSES IN INDONESIA COAL MINING AREAS Singgih Saptono; M. Rahman Yulianto; Vega Vergiagara; Herry Sofyan
Techno LPPM Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogayakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The stability of rock slopes is important for the safety of personnel and equipment in the open pit mine. Slope instability and failure occur due to many factors such as adverse slope geometry, geological discontinuities, weak or weathered slope material due to weather influences. External loads such as high rainfall and seismicity could play an important role in slope failure. For this reason, a precise classification of rock mass is needed for the basis of determining technical policy. Rock slopes in open pit coal mining areas, especially in Indonesia, are characterized by applying various rock mass classification systems, such as Rock Mass Rating (RMR) and Geological Strength Index (GSI), because the study area comprises well exposed rock formations. In the RMR system, there are five main parameters viz. Uniaxial Compressive Strength (UCS) of rocks, Rock Quality Designation (RQD), spacing of discontinuity, discontinuity conditions, and groundwater conditions were considered. In this paper, several rock mass classification systems developed for the assessment of rock slope stability were evaluated with the condition of rock slopes in the tropics, especially Indonesian region, particularly in sedimentary rocks in the open pit coal mining area in order to get the corrected GSI equation used to characterize rock slopes based on quantitative analysis of rock mass structure and surface conditions of discontinuities.
ROCK MASS RATING AND GEOLOGICAL STRENGTH INDEX OF ROCK MASSES OF INDONESIA COAL MINING AREAS Singgih Saptono; M. Rahman Yulianto; Vega Vergiagara; Herry Sofyan
Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) Vol 1, No 1 (2020): Peran Digital Society dalam Pemulihan Pasca Pandemi
Publisher : Jurusan Teknik Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractRock slope stability is important for the safety of personnel and equipment in open pit mines. Slope instability and failure occurs due to many factors such as adverse slope geometries, geological discontinuities, weak or weathered slope materials. External loads such as high rainfall and seismicity can play an important role in slope failure. For this reason, it is necessary to classify the rock mass accurately against a rock mass as the basis for determining the technical policy of the rock mass. Rock slopes in open-pit coal mining areas, especially in Indonesia, are characterized by applying various rock mass classification systems, such as the Rock Mass Rating (RMR) and Geological Strength Index (GSI), because the study area consists of well exposed rock formations. In the RMR system, there are five main parameters namely. Uniaxial Compressive Strength (UCS) of rocks, Rock Quality Designation (RQD), discontinuity distances, discontinuity conditions, and groundwater conditions are considered. In this paper, several rock mass classification systems developed for the assessment of rock slope stability are evaluated against rock slope conditions in the tropics, namely the Indonesian region, especially in sedimentary rocks in coal-open mining areas. So that the corrected GSI equation is obtained which is used to characterize rock slopes based on the quantitative analysis of the rock mass structure and the surface conditions of the discontinuity.Keywords : RMR, GSI, UCS, Rock, Quality, DesignationStabilitas lereng batuan penting untuk diperhatikan bagi keselamatan personel dan peralatan di tambang terbuka. Ketidakstabilan dan kegagalan lereng terjadi karena banyak faktor seperti geometri lereng yang merugikan, diskontinuitas geologis, material lereng yang lemah atau lapuk akibat pengaruh cuaca. Beban eksternal seperti curah hujan yang tinggi dan kegempaan dapat memainkan peran penting dalam kegagalan lereng. Untuk itu diperlukan klasifikasi massa batuan secara tepat terhadap suatu massa batuan sebagai dasar penentuan kebijakan teknis terhadap massa batuan tersebut. Lereng batuan di daerah tambang terbuka batubara khususnya di Indonesia, dikarakterisasi dengan menerapkan berbagai sistem klasifikasi massa batuan, seperti Rock Mass Rating (RMR) dan Geological Strength Index (GSI), karena daerah penelitian terdiri dari formasi batuan yang terekspos dengan baik. Dalam sistem RMR, terdapat lima parameter utama yaitu. Uniaxial Compressive Strength (UCS) dari batuan, Rock Quality Designation (RQD), jarak diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, dan kondisi air tanah dipertimbangkan. Dalam makalah ini, beberapa sistem klasifikasi massa batuan yang dikembangkan untuk penilaian stabilitas lereng batuan dievaluasi terhadap kondisi lereng batuan pada daerah tropis yaitu wilayah Indonesia, khususnya pada batuan sedimen di wilayah tambang terbuka batubara. Sehingga didapatkan persamaan GSI terkoreksi yang digunakan untuk mengkarakterisasi lereng batuan berdasarkan analisis kuantitatif struktur massa batuan dan kondisi permukaan dari diskontinuitas.Kata Kunci : RMR, GSI, UCS, Rock, Quality, Designation 
ANALISIS STABILITAS TEROWONGAN DANGKAL PADA TANAH LUNAK Putri Nova Haryu Dhanti; Singgih Saptono
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2019: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v1i1.99

Abstract

ABSTRAK Pada lima tahun terakhir ini banyak pembangunan yang dilakukan di Indonesia khususnya pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan sarana Mass Rapid Transportation (MRT) berupa terowongan di Jakarta, dan berapa terowongan jalan raya dan terowongan jalur kereta api. Hal ini menjadi tantangan bagi para pembuatan terowongan di Indonesia. Tantangan tesebut adalah membuat terowongan jalan raya dan kereta api pada tanah lunak khususnya lempung dan pada kedalaman yang dangkal. Hal ini perlu perhatian khusus, disebabkan oleh sifat lempung yang memiliki sifat swelling dan serta penggalian terowongan tersebut pada kedalamanan kurang dari 100 m. Pendekatan kekuatan batuan sudah tidak dapat digolongan sebagai batuan karena pada umumnya menurut meterial lempung digolongkan sebagai tanah, sehingga teori elastistas sudah tidak berlaku lagi. Pendekatan yang diusulkan untuk analisis stabilitas  pada terowongan di batuan lempung  adalah berperilaku swelling sesuai dengan kandungan mineral penyusunnya yaitu montmorilonit. Untuk itu analisis stabiltas diperlukan parameter swelling. Pada Analisis dengan perilaku sewlling ini menggunakan metode elemen hingga (Phase2, Rocscience). Dengan pendekatan perilaku Swelling dalam  analisis stabilitas terwongan akan lebih mendekati dengan sifat material yang ada di terowongan. Kata kunci: swelling, metode elemen hingga, stabilitas, terowongan  ABSTRACT In the last five years a lot of development has been carried out in Indonesia, especially infrastructure development, such as the construction of Mass Rapid Transportation (MRT) facilities in the form of tunnels in Jakarta, and how many road tunnels and railroad tunnels. This is a challenge for tunnels in Indonesia. The challenge is to build road and rail tunnels on soft soil, especially clays and at shallow depths. This needs special attention, due to the nature of the clay which has swelling properties and the excavation of the tunnel in the depth of less than 100 m. Rock strength approach can no longer be classified as rock because in general according to clay meterial classified as soil, so the theory of electricity is no longer valid. The proposed approach for the stability analysis of tunnels in clay rock is to behave swelling according to its constituent mineral content, montmorillonite. For this reason, stability analysis requires swelling parameters. In this analysis with sewlling behavior using the finite element method (Phase2, Rocscience). With the Swelling behavior approach in the tunnel stability analysis it will be closer to the material properties in the tunnel. Key words : Swelling, Finite Element Method, Stability, Tunnel 
PENERAPAN METODE Q-SLOPE DALAM PENILAIAN STABILITAS LERENG ALAMI Andesta Granitio Irwan; Danu Mirza Reky; Singgih Saptono
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2020: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.138

Abstract

Metode analisis lereng menggunakan Q-slope dalam penilaian stabilitas suatu lereng sudah digunakan dalam lima tahun terakhir untuk memberikan rekomendasi sudut aman penggalian suatu lereng secara cepat dan efisien dengan menggunakan persamaan empirik. Penerapan metode ini dilakukan pada dua lokasi lereng breksi andesit alami dengan kondisi batuan lereng 1 fresh tanpa adanya longsoran dan kondisi lereng 2 sudah mengalami pelapukan serta adanya kenampakan longsoran blok baji.  Metode pengambilan data dilakukan pemetaan diskontinuitas pada lereng menggunakan garis bentangan dan pengambilan sampel batuan untuk pengujian sifat fisik dan mekanik batuan serta penilaian secara deskriptif untuk mendapatkan parameter input persamaan empirik Q-slope dengan validasi nilai faktor keamanan metode elemen hingga. Hasil plotting data pada grafik Q-slope menunjukkan rekomendasi sudut lereng Q-slope pada lokasi 1 lebih curam (85o) dibandingkan lereng aktual (30o) dengan kondisi lereng stabil, sedangkan sudut lereng rekomendasi Q-slope lokasi 2 lebih landai (68o) dibandingkan sudut lereng aktual di lapangan (79o) dengan kondisi lereng semi-stabil dan tidak stabil. Metode kesetimbangan batas dengan simulasi sudut lereng Q-slope dan sudut lereng aktual menunjukkan nilai faktor keamanan (SRF) lereng kedua lokasi penelitian yaitu lokasi 1 dengan sudut lereng aktual yaitu 3,3 dan Q-slope yaitu 2,11, sedangkan faktor keamanan (SRF) lokasi 2 yaitu 1 untuk sudut lereng aktual dan 1,17 untuk Q-slope. Hasil analisis metode Q-slope memberikan hasil yang relatif cepat dalam analisis lereng dengan metode numerik sebagai validasi menunjukkan keselarasan yang lebih kuantitatif dalam analisis faktor keamanan stabilitas suatu lereng.
VISUALISASI RESPON MASSA BATUAN TERKEKARKAN TERHADAP DAMPAK PEMBEBANAN Mohammad Suriyaidulman Rianse; Singgih Saptono; Sayahdin Alfat
Jurnal Sumberdaya Bumi Berkelanjutan (SEMITAN) Vol 1, No 1 (2019): Prosiding
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/p.semitan.2019.844

Abstract

Massa batuan dilihat dari sisi makro dan mikro merupakan material heterogen dan media diskontinu. Bila diberi tekanan, massa batuan terkekarkan akan memberi respon berupa penjalaran retakan (crack propagation). Penjalaran retakan dapat diamati melalui ekperimen uji kuat tekan batuan dan hasil ekperimen dapat dimodelkan melalui simulasi dengan metode numerik. Tujuan penelitian ini adalah memvisualisasikan penjalaran retakan pada massa batuan terkekarkan dengan investigasi pemodelan numerik. Berdasarkan investigasi melalui pemodelan numerik diketahui bahwa ketika intensitas kekar massa batuan meningkat, pola retakan dan kerusakan yang ditimbulkan pada massa batuan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Perambatan retakan akan berhenti ketika mencapai permukaan kekar yang sudah ada sebelumnya (retakan awal).The rock mass viewed from the macro and micro sides is heterogeneous material and discontinuous media. When under pressure, the mass of the rock that is dispersed will respond in the form of crack. Crack propagation can be observed through rock compressive strength test experiments and the results of experiments can be modeled through simulations with numerical methods. The purpose of this study is to visualize the crack propagation in excised rock masses by numerical modeling investigations. Based on investigations through experimental and numerical modeling, it is known that when the mass density of rock masses increases, crack patterns and damage caused to rock masses become wider and deeper. Cracks propagation will stop when they reach a pre-existing muscular surface (initial crack).  
Co-Authors Alfat, Sayahdin Andesta Granitio Irwan Ardya Pramesti Putri Arindry Aryanti, Dian Eka Astika Putri Roshinta Azizi, Masagus Ahmad Azkiya, Ahmad Azkal Bagus Wiyono, Bagus Barlian Dwi Nagara Barlian Dwinagara Bartolomeus Windyaldi Saksono Cahyadi, Tedy Agung D Haryanto Danu Mirza Reky Doli Jumat Rianto Dwi Yolanda Sumbung Eddy Winarno Eddy Winarno Edy Nursanto Faisal Akbar Putra Frampton, Samantha Michelle Fresly Widodo Malau Gabriel Ranteallo Gunawan Nusanto Hariyadi, Sundek Hasywir Thaib s Hasywir Thaib Siri Hendra Rezkie Herry Sofyan Herry Sofyan Herry Sofyan Horman, Juanita R. Ilep Prengki Ilyasa, Muhammad Wildan Indun Titisariwati Indun Titisariwati, Indun Ir. H. Hasywir Thaib Siri, M.Sc, Ir. H. Hasywir Ira, Nurmaya Putri Kevin Bagaskara Kurniawan Kurniawan Kurniawan Kurniawan Kurniawati, Savani Larasingati, Margaret Aubrey Linggasari, Shenny Lusantono, Oktarian Wisnu M. Dadang Wahyudi M. Dadang Wahyudi, M. Dadang M. Rahman Yulianto M. Rahman Yulianto Metboki, Matilda Misdiyanta, Partama Nurkhamim Parissing, Vinsentia Peter Eka Rosadi Putri Nova Haryu Dhanti Raden Hariyanto Raden Hariyanto, Raden Rahmatyo Gilang Trilaksono Ramadhan, Muhammad Raflie Resa Risal Pradita Rianse, Mohammad Suriyaidulman Rianto, Doli Jumat Ridho Kresna Wattimena Rika Ernawati Risaldi Hidayat S Koesnaryo S Koesnaryo S. Koesnaryo S. Koesnaryo Santika Adi Pradhana Sari B Kusumayudha Sari Bahagiarti Kusumayudha Shenny Linggasari Simarmata, Bestian Parnan Siwidiani, Indri Lesta Stefanus Jagad Sudarsono Sudarsono Tien Veny Vera Vega Vergiagara Vega Vergiagara Vergiagara, Vega Wawong Dwi Ratminah, Wawong Dwi Winda Winda Yulianto, M. Rahman