cover
Contact Name
Saiful Mustofa
Contact Email
sayfulmuztofa@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sayfulmuztofa@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. tulungagung,
Jawa timur
INDONESIA
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman
ISSN : 19077491     EISSN : 25023705     DOI : -
Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman merupakan jurnal akademik multidisipliner yang diterbitkan oleh Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Epistemé terbit dua nomor setiap tahunnya, pada bulan Juni dan Desember. Artikel yang diterbitkan meliputi kajian Islam yang ditinjau dari berbagai perspektif, mulai dari komunikasi, antropologi, pendidikan, ekonomi, sosiologi, filologi, pendidikan, filsafat dan lain sebagainya. Jurnal ini didedikasikan kepada akademisi, dan pemerhati bidang kajian studi Islam. Artikel yang diterbitkan harus berupa karya orisinal dan tidak harus sejalan dengan pandangan redaksi.
Arjuna Subject : -
Articles 342 Documents
ISLAM KANAN: GERAKAN DAN EKSISTENSINYA DI INDONESIA Nu’ad, Ismatilah A.
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.49-66

Abstract

Menilik dinamika Islam, apalagi dalam konteks keindonesiaan adalah salah satu kegiatan yang menggairahkan. Sebab dalam belantika sejarah perkembangan Islam di Indonesia, khususnya menjelang reformasi sampai sekarang ini telah mengalami berbagai pergulatan. Pascareformasi, secara beruntun muncul banyak sekali gerakan Islam Kanan (MMI, HTI,FPI, gerakan Tarbiyah, Jamaah Tabligh dsb) yang sebelumnya tak berani memunculkan geliatnya. Mereka muncul untuk menawarkan solusi atas krisis multidimensi yang mendera bangsa ini dengan konsep kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Namun dewasa ini, gerakan Islam Kanan sudah mengalami transformasi. Perbedaan yang cukup siginifikan adalah sikap garang dan reaksionernya terhadap pluralitas bangsa Indonesia. Berangkat dari realitas tersebut, dengan berbekal literatur dan pengamatan penulis di lapangan, artikel ini akan menelisik dinamika dan orientasi gerakan Islam Kanan dan bagaimana sepak terjangnya dalam memandang demokrasi di Indonesia dewasa ini.Watch the dynamic of Islam, especially in the Indonesian context is one activity that is exciting. Because in the history of Islam in Indonesia, especially a head of the reforms have been subjected to various struggles until now. Post-reform, Islamic Rights movements (MMI, HTI, FPI, Tarbiyah Movement, Jamaah Tabligh, etc.) that appears. Previously they did not dare bring up existence.They appear to offer a solution to the multidimensional crisis be setting the nation with the concept back to the Qur’an and sunnah. But the Islamic Right movement has transformation today. The significant differences is fierce and reactionary attitude to the plurality of Indonesian. Based on this reality, sourced from literature and the author’s observation in the field, this article will probe the dynamic and orientation Islamic Right movement and how his behavior was in looking at democracy in Indonesia today.
NOMENKLATUR DINAMIKA PEMIKIRAN HUKUM ISLAM Santoso, Lukman
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.67-92

Abstract

Artikel ini akan mengulas tentang nomenklatur dinamika hukum Islam (Islamic Law) yang merupakan hasil dialektika antara syariah dan realitassosial atau ijtihad. Proses ijtihad ini menggiring pada kenyataan adanya proses dialektika pemikiran sekaligus dialektika sosio-kultural sehingga melahirkan para mujtahid yang menumbuhkan keragaman fikih di berbagai tempat. Fikih menjadi sesuatu yang memiliki beragam varian di dalamnya. Ada banyak tawaran yang dimiliki dalam sebuah persoalan hukum. Kajian ini akan menuju konklusi pada bagaimana mekanisme dari metode dan teori yang diterapkan para mujtahid dalam menjawab persoalan umat dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda hingga dewasa ini yang mengalami pasang surut.This article will discuss about nomenklature of Islamic law dynamics that is the result of it between syariah and social reality or ijtihad. This process of ijtihad brings into the reality that there are the processes of dialectic thinking and socio-cultural dialect at once so that it bears mujtahids who needs the diversity of fikihin many places. Fikih becomes the thing that has many variants inside. There are many things to discuss in a legal issues. This study will lead to conclusionson how the mechanism of method and theory applied mujtahid in answering the question of race in a different space and time to today that have ups and downs.
KRITIK TERHADAP SEKULARISASI TURKI: Telaah Historis Transformasi Turki Usmani Mu’ammar, M. Arfan
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.117-148

Abstract

Dalam belantika sejarah, Turkilah negara Islam yang pertama kali mengadopsi konsep sekuler. Runtuhnya Turki Usmani dan berkembangnya arus modernisasi akhirnya menjadikan Turki bermanuver menjadi negara sekuler di bawah kendali Mustafa Kemal Atatürk. Ia beranggapan bahwa hanya dengan konsep sekulerlah Turki bisa bangkit dan menjadi negara maju layaknya Barat. Namun upaya sekularisasi tersebut, lebih tampak sebagai bentuk pemaksaan dari pemerintah rezim, bukan sekularisasi yang tumbuh sebagai suatu konsekuensi dari proses modernisasi seperti di negara-negara Eropa. Oleh karena itu, secara genealogi artikel ini mengkaji proses transformasi Turki Usmani menuju negara sekuler. Lebih tepatnya, telaah kritis terhadap sekularisasi dan modernisasi di Turki serta kritik terhadap usaha-usaha Mustafa Kemal Atatürk dalam ambisi sekularisasinya.Historically, Turkey is an Islamic state which firstly adopted the secular concept.The collapse of the Ottoman Empire and the development of modernization eventually make Turkey maneuvered into a secular state under the control of Mustafa Kemal Atatürk. He thinks that only the secular concept, Turkeycould rise up and become a developed state like the West. But the efforts of secularization, is more visible as coercion of a regime, not secularization growas a consequence of the modernization process as it is in European countries. Therefore, genealogically, this article examines the transformation process ofthe Ottoman Empire to the secular state. More precisely, critical studies of secularization and modernization in Turkey and criticism of the efforts ofMustafa Kemal Atatürk in secularization ambition.
ETOS PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT NU Irawan, R. Andi
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.149-

Abstract

NU adalah ormas Islam terbesar di Indonesia. Keberhasilannya dalam mengemban misi dakwah di tengah masyarakat telah menjadi bukti bahwa NU adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dalam dinamika sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Namun di balik kesuksesannya dalam dimensi sosio-religius itu ternyata berbanding terbalik dengan kondisi kesejahteraan ekonomi masyarakat Nahdliyin khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Meski secara prinsip keorganisasian NU sudah lama merumuskan konsep kesejahteraan ekonomi, akan tetapi secara praktis NU masih terkesan kurang memprioritaskan pemberdayaan dalam sektor ekonomi. Apalagi dalam menghadapi MEA (Masyarakat EkonomiASEAN), strategi dan tindakan NU dalam mengemban amanat untukmeningkatkan kesejahteraan umat haruslah tepat. Ketepatan strategi dan tindakan yang dimaksud tentu tetap berlandaskan pada dimensi keagamaan yang jelas. Beberapa di antaranya sebagaimana dalam al-Qur’an yang menjunjung tinggi etos transformasi (Q.S. 16:125), etos kerja (Q.S. 9: 105),etos intelektual (Q.S. 48: 11), etos sosial (Q.S: 107:1-3), etos moral (Q.S.87: 14-15) dan etos penghargaan (Q.S.99:7). Maka dari itu, artikel ini bertujuan untuk menelisik apa saja faktor penghambat yang menyebabkan NU terkesan lamban dalam peran peningkatan kesejahteraan hidup umat, sekaligus menyuguhkan strategi dan tindakan aplikatif yang jitu sebagai problem solving atas krisis multidimensi yang mendera masyarakat dewasa ini.NU is the largest Muslim organization in Indonesia. Its success in the mission of preaching in the community has become evident that NU can’t be separated in the dynamics of the historical development of the Indonesian. But behind the success in socio-religious dimension it faces a problem about the Nahdliyin’seconomic welfare. Although the principle of organizational NU had long been formulating, but practically NU still less impressed prioritize empowerment in the economic sector. Moreover, in response to MEA (ASEAN Economic Community), a strategy and action NU in undertaking to improve the welfare of the people must be right. Appropriateness of strategies and actions is of course still based on a clear religious dimension. Some of them, as in the Qur’an that up holds the ethos of transformation (Q.S. 16: 125), work ethos (Q.S. 9: 105), intellectual ethos (Q.S. 48: 11), a social ethos (Q.S.107: 1-3 ), moral ethos (Q.S. 87: 14-15) and the ethos of the award (Q.S.99: 7). Therefore, this article is to search for any factors that cause sluggish NU impressed in the role of improving the welfare of people’s lives, as well as presenting a strategy and action applicative sniper as problem solving on the multidimensional crisis that plague society today.
PERAN AGAMA DALAM MULTIKULTURALISME MASYARAKAT INDONESIA Mubit, Rizal
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.163-184

Abstract

Multikulturalisme merupakan pengakuan bahwa beberapa kultur yang berbeda bisa eksis dalam lingkungan yang sama dan menguntungkan satu dan lainnya. Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi. Keragaman Indonesia tidak saja tercermin dari banyaknya pulau yang dipersatukan di bawah satu kekuasaan negara, melainkan juga keragaman warna kulit, bahasa, etnis agama dan budaya. Dalam perspektif sosiologi, agama dipandang sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Agama berkaitan dengan pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh karena itu, perilaku yang diperankan oleh individu ataupun kelompok itu akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya. Perbedaan cara pandang agama dapat menimbulkan fanatisme sempit dan penguncian diri terhadap pandangan lain dalam masyarakat. Maka agama memiliki potensi untuk menimbulkan suatu konflik internal maupun eksternal yang akhirnya dapat merugikan masyarakat itu sendiri.Multiculturalism is an acknowledgment that several different cultures can exist in the same environment and benefit from each other. Indonesia is avery diverse nation is a fact that can’t be denied by anyone. The diversity of Indonesia is not only reflected in the many islands that are united under the authority of the state, but also the diversity of skin color, language, religion and ethnic culture. In the perspective of sociology, religion is seen as a belief system that is embodied in certain social behaviors. Religion deals with human experience, both as individuals and groups. Therefore, the behavior that is played by individuals or groups that would be associated with the belief system of the teachings of their religion. The differences of religious paradigm can lead to narrow fanaticism and exclusivism to another in society. So religion has  the potential to cause an internal and external conflicts could be detrimental to the itself.
ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN PERSPEKTIF KH. HASYIM MUZADI
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.93-116

Abstract

Islam adalah agama rahmat untuk semesta alam. Agama yang telah melewati pelbagai tahapan ujian di dunia, mulai dari ujian zaman jahiliah, hingga zaman teknologi. Posisinya sebagai agama yang merahmati seluruh alam sekaligus sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya menjadikan Islam istimewa. Salah satu tokoh yang mampu melihat dan memetik keistimewaan Islam itu adalah KH. Hasyim Muzadi. Dengan mengusung gagasan Islam Rahmatan lil Alamin, ia berhasil menampilkan wajah Islam yang khas, komprehensif, holistik dan building in Qur’an, dibandingkan istilah Islam Liberal, Islam Progresif, Islam Nusantara dan lain sebagainya. Ada tiga metode yang ia gunakan dalam mengampanyekan konsep tersebut: pendekatan dakwah, pendekatan hukum dan pendekatan politik. Ketiganya, dapat membawa Islam dengan rahmat, damai dan lemah lembut, di negara-bangsayang multi-agama, suku, etnis dan budaya.Islam is the grace religion for the universe. It’s religion has gone through various stages of examination at the world, start from jahiliah era, until theage of technology. The position of Islam as the religion grace on the wholeof nature as well as complement the previous religions makes it special. One of the figures who is able to watch and reap the privileges of Islam is KH. Hasyim Muzadi. By campaigning the idea of Islam Rahmatan lil Alamin, he managed to show the face of Islam typical, comprehensive, holistic and building in the Qur’an, than Liberal Islam, Progressive Islam, Islam Nusantara etc. There are three methods used in the campaign of this concept: dakwah, law and a political approach. The third approach, can carry Islam with grace, peace and gentleness, in the multi-religion nation-state, ethnicity and culture.
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SE-KABUPATEN TULUNGAGUNG S, Susmiyati S
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.1.185-200

Abstract

Program sertifikasi guru di negeri ini telah berlangsung selama sepuluh tahun, dimulai sejak tahun 2005 hingga sekarang. Namun demikian hasilnya belum sesuai dengan harapan untuk mewujudkan guru profesional dengan indikasi masih rendahnya kinerja guru. Rendahnya kinerja guru sekaligus juga menunjukkan masih rendahnya kualitas pendidikan di negeri ini. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru. Dengan menggunakan metode kuantitatif penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah kepemimpinan transformasional dan kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri seluruh Kabupaten Tulungagung? Apakah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan kompetensi manajerialnya secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri seluruh Kabupaten Tulungagung Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulannya adalah kepemimpinan transformasional dan kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri seluruh Kabupaten Tulungagung dan kepemimpinan transformasional serta kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri seluruh Kabupaten Tulungagung.Teacher certification program in this country has been going on for ten years, since its inception in 2005. However, the results were not in line with expectations to achieve a professional teacher with an indication of the low performance of teachers. The low performance of teachers and also showed the low quality of education in this country. By using quantitative methods, this research is trying to answer questions such as, what is the transformational leadership and managerial competencies principals significantly affect the performance of teachers in Madrasah Aliyah Negeri throughout Tulungagung?What is transformational leadership principals and managerial competencies principals simultaneously significant effect on the performance of teachers in Madrasah Aliyah throughout Tulungagung? Based on the results of data analysis concluded both transformational leadership principals and competence managerial principals significantly influence the performance of teachers in Madrasah Aliyah throughout Tulungagung, and transformational leadership and managerial competencies principals simultaneously significant effect on the performance of teachers in Madrasah Aliyah throughout Tulungagung.
MEMPERTIMBANGKAN KONTRIBUSI CHARLES TAYLOR TERHADAP STUDI AGAMA DI INDONESIA Ahmad, Kamaruzzaman Bustamam-
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.2.225-259

Abstract

Artikel ini membahas tentang Charles Taylor, salah satu filsuf dari McGill University, Kanada. Ia telah menghasilkan berbagai karya dalam bidang filsafat, sejarah ide, imajinasi sosial, modernitas, identitas, religi, ilmu kemanusiaan, ilmu sosial, bahasa dan mendapatkan perhatian dari berbagai sarjana di seluruh dunia, kecuali Indonesia. Artikel ini merupakan upaya perdana untuk memperkenalkan karya-karya Taylor, yang hampir semua berbahasa Inggris dan Prancis. Studi bibliografi ini, paling tidak akan memberikan genealogi gagasan-gagasan Taylor. Dalam studi ini dijelaskan siapa saja sarjana yang telah melakukan studi terhadap pemikiran Taylor. Adapun susunan artikel ini adalah biografi intelektual Taylor, karya-karyanya, para penstudi Taylor, dan cuplikan pemikirannya. Akhirnya, ditemukan bahwa karya-karya Taylor merupakan usahanya untuk memberikan peran kembali agama di dalam ruang publik, dimana argumen-argumennya telah banyak mengundang perdebatan di kalangan para sarjana. Paling tidak, artikel ini mampu memberikan masukan bagi para sarjana yang mengkaji Islam di Indonesia, untuk dapat mengunakan model-model argumen yang dilakukan oleh Taylor, dalam memahami religi dalam era kontemporer.This article is about Charles Taylor, a philosopher from McGill University, Canada. He has authored many works in philosophy, history of ideas, social imaginary, modernity, identity, human sciences, social sciences, language, and received many responses from scholars internationally, except Indonesia. This study is an introduction to his works, which are mostly written in English and France. As bibliographical study, this article will map out varieties of Taylor’s ideas in his works. This study listed some of scholars who study Charles Taylor’s thought. Furthermore, this article will examine intellectual biography of Taylor, his works, and works on him by Western scholars. Finally, it argued that his works have taken a step how to integrate the role of religion in public spaces, which is still debated among scholars. Last but not least, this essay will enhance of Muslim scholars in Indonesia to adapt Taylor’s argument in religious in contemporary era.
TURKIC SULTANATES AND FEMALE SOVEREIGN IN ISLAMDOM Wibowo, Hanafi
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.2.261-288

Abstract

The status of women in the Islamdom is a source of frequent criticism. Some Western critics charge that Islam has misogynist tendencies that are often teaches and promoted the inferiority of women in Muslim societies. As a result the debate over female leadership in Islam is a become splinter of the debate on Islam’s views of women in general. The role of Women in Islam, as a political leader is considered a taboo, even sometimes get fierce opposition from a group of people, who interpret the word of God in a veil of monopolistic desires. However, there were numerous women in Islamic history that is capable of being head of state. In the various Arab speaking notes, women have been known as the head of state. In the Sultanate of Delhi, there was Razia Sultan, in Egypt there was Shajarat ad Durr, during Ottoman period, there was Mihrimah Sultan and coincidently, all of them were Turkic origin. The study examines the reason why those women can become leaders within Islamdom. The conclusion, secularism of Islamdom which orchestrated by Turkic Mercenaries, when the institution of Abbasid Caliphate and Sultanate was separated, makes the women are eligible to become sultanah, which consistent with women’s independent nature in Turkic society.Status perempuan di dunia Islam merupakan masalah yang kerapkali diperdebatkan. Beberapa kritikus Barat menuduh bahwa Islam memiliki kecenderungan misoginis yang sering mengajarkan rendahnya posisi perempuan dalam masyarakat Muslim. Akibatnya perdebatan kepemimpinan perempuan dalam Islam selalu mengarah menjadi perdebatan pada pandangan Islam tentang perempuan pada umumnya. Peran perempuan dalam Islam, sebagai pemimpin politik dianggap tabu, bahkan kadang-kadang mendapatkan perlawanan sengit dari sekelompok orang, yang menafsirkan firman Allah sesuai keinginannya sendiri. Namun, ada banyak perempuan dalam sejarah Islam yang mampu menjadi kepala negara. Dalam berbagai catatan berbahasa Arab, perempuan telah dikenal sebagai pemimpin negara. Di Kesultanan Delhi ada Razia Sultan, di Mesir ada Syajarat al Durr, di Turki Usmaniada Mihrimah Sultan dan kebetulan semua dari orang Turki. Artikel ini mengkaji alasan mengapa para perempuan dapat menjadi pemimpin di dunia Islam. Kesimpulannya, sekularisme di dunia Islam yang dilakukan oleh para tentara bayaran Turki mengakibatkan terjadinya separasi antara institusi Kekhalifahan Abbasiyah dan kesultanan yang memungkinkan perempuan untuk menjadi seorang sultanah serta konsisten dengan sifat perempuan yang mandiri dalam masyarakat Turki.
PENANGANAN MANTAN GAFATAR DI KALIMANTAN TENGAH DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI Utomo, Gondo
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2016.11.2.403-433

Abstract

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sempat menimbulkan kehebohan di kalangan masyarakat. Ratusan dan bahkan ribuan anggotanya dari beberapa provinsi diketahui melakukan eksodus ke beberapa provinsi di Kalimantan. Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa Gafatar sesat dan menyesatkan. Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri, Jaksa Agung dan Kementerian Agama juga mengeluarkan keputusan bersama. Sedangkan Kepolisian Republik Indonesia melakukan penindakan hukum terhadap beberapa pemimpin Gafatar. Kementerian Agama melalui jajarannya melakukan sejumlah langkah pembinaan terhadap mantan Gafatar, termasuk di Kalimantan Tengah. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, diketahui bahwa sejumlah Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota di Kalimantan Tengah telah melakukan penyuluhan agama Islam dan pendampingan terhadap mantan Gafatar. Penyuluhan agama Islam dan pendampingan tersebut dapat dilihat dalam perspektif komunikasi. Dalam pandangan komunikasi, penyuluhan dan pendekatan terhadap mantan Gafatar akan akan menghasilkan pemahaman bersama yang menjadi dasar perubahan perilaku. Perubahan perilaku pada mantan Gafatar diharapkan bisa mengembalikan mereka kepada ajaran Islam yang benar dan agar Gafatar tidak berkembang menjadi gerakan fundamentalis Islam radikal yang bisa memunculkan radikalisme agama sebagai awal dari terorisme.Fajar Nusantara Movement (Gafatar) has made social hype in the public recently. Hundreds and even thousands of its members that were from several provinces was known to have made an exodus to the provinces in Kalimantan.The Indonesian Ulama Council (MUI) issued a fatwa stating that the Gafatar organization is heretical and misleading as well. The government through the Ministry of Home Affairs (Kemendagri), the Attorney General (Jaksa Agung) and the Ministry of Religious Affairs (Kemenag) also issued a joint decision. Meanwhile, the Indonesian National Police also conducted legal actions against some Gafatar leaders. The Ministry of Religious Affairs through its staff also conducted a religious program as a teaching step for former members of the Gafatar, including those were in Central Kalimantan. Through a qualitative research method with a case study approach, a number of the offices of Religious Affairs Ministries in districts and cities in Central Kalimantan had conducted a religious counseling program and accompaniment to former Gafatar. Religious counseling and mentoring can be seen in the perspective of communication. In that perspective, counseling and mentoring to ex Gafatar would generate a common understanding that becomes the basic of changes in behavior. The changes in behavior of the former members of Gafatar are expected to restore them to the true Islam teachings and to prevent the growth of Gafatar organization not to grow the radical Islam fundamentalist movement that could lead to religion radicalism as the beginning of terrorism.

Page 8 of 35 | Total Record : 342