cover
Contact Name
Moh. Nur Ichwan, M.A., Ph.D.
Contact Email
-
Phone
+62274515856
Journal Mail Official
jurnal.dakwah@uin-suka.ac.id
Editorial Address
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah
ISSN : 14115905     EISSN : 26141418     DOI : https://doi.org/10.14421/jd
Jurnal Dakwah memuat berbagai artikel yang mendiskusikan tentang dakwah, baik secara normatif maupun historis. Diterbitkan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, dua nomor setiap tahun. Redaksi menerima tulisan tentang berbagai persoalan yang terkait dengan dakwah dalam berbagai aspeknya. Isi tulisan yang dimuat tidak harus sejalan atau pun mencerminkan pandangan redaksi.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 1 (2015)" : 8 Documents clear
PENGALAMAN KOMUNIKASI PENYANDANG OLIGODAKTILI DI KAMPUNG ULUTAUE, BONE, SULAWESI SELATAN Sulaeman, Sulaeman; Putuhena, Muh. Ihwan F.
Jurnal Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.9 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16107

Abstract

Oligodaktili merupakan kelainan bentuk organ fisik pada jemari tangan dan atau jemari kaki sejak lahir. Penelitian ini berkaitan dengan bagaimana penyandang oligodaktili di Kampung Ulutaue Desa Mario Kecamatan Mare Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan, mengkonstruksi makna kelainan dialami dan bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang normal di lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berdasarkan pada perspektif konstruksi sosial dan interaksi simbolik dengan metode penelitian wawancara mendalam dan pengamatan partisipan untuk memperoleh data di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti mengenai komunikasi mereka dengan orang lain, peneliti telah mengembangkan tipologi konstruksi makna berhubungan dengan pengalaman komunikasi. Penyandang oligodaktili sebagai subjek dan dianggap memiliki kelainan fisik berbeda dengan orang lain, kutukan sebagai penyebab kelainan fisik, dan kelainan fisik sebagai anugerah dari Allah SWT. Subjek mendapatkan diskriminasi dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Orang normal memperlakukan mereka dengan menciptakan kesulitan dalam beraktivitas untuk bertahan hidup, kebebasan, dan marginalisasi dalam lingkungannya dari penderitaan dialami.
MCDONALDISASI DAKWAH MASYARAKAT PINGGIRAN Farihah, Irzum
Jurnal Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.22 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16102

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ragam metode dakwah dan pendekatan sosiologis dalam teori McDonaldisasi guna melihat aktifitas Dakwah Jurusan Dakwah dan Komunikasi di Kampung Argopuro Hadipolo Kudus tersebut. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan indept interview. Dengan tipe observasi “participant as observer” yaitu peneniti menjadi bagian dari proses pembelajaran dan dakwah di Kampung Argopuro. Wawancara mendalam dilakukan kepada anak pembelajaran di TPQ al-Muhajirin, beberapa warga Argopuro, dan para mahasiswa yang melaksanakan Dakwah di TPQ al-Muhajirin. Pada tahap analisis data, peneliti menggunakan tahapan collection, reduction, display dan verification. Alasan menggunakan analisis ini karena adanya klasifikasi data, yaitu pertama, input dalam hal ini adalah subjek yang terlibat dalam Dakwah. Kedua, proses yang berhubungan dengan pembelajaran dan dakwah. Ketiga, out put berkaitan dengan eksistensi dan konsistensi dakwah di masyarakat Argopuro. Pendekatan dakwah pada penelitian ini menggunakan teori McDonaldisasi dari George Ritzer yang terdiri dari empat prinsip yaitu: Pertama, efficiency (efisiensi) dalam mempelajari ilmu agama cukup di lingkungan Argopuro yang satu lokasi (satu RT) dengan tempat tinggal mereka, tanpa harus pergi ke TPQ lain. Kedua, calculability (daya hitung), ketika mengikuti pembelajaran di TPQ lain, yang didapatkan hanya pengetahuan Agama Islam. Sedangkan di TPQ al-Muhajirin akan mendapatkan ilmu Agama dan pengetahuan umum. Ketiga, predictability (daya prediksi) bahwa “ngaji” maupun les yang dilaksanakan di Argopuro sama halnya dengan “ngaji ” di TPQ lainnya, dan keempat control, menyampaikan syiar Islam pada masyarakat pinggiran (Argopuro) perlu menggunakan metode dan media yang inovatif sehingga mereka masih terus tertarik mengikuti “ngaji”. Selain itu, masyarakat Argopuro perlu dipublikasikan melalui media teknologi, sehingga masyarakat akan lebih mengenal dan memperhatikan masyarakat Argopuro.
SMS TAUHIID SEBAGAI LAYANAN PESAN AGAMA Moch Fakhruroji
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.297 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16108

Abstract

SMS Tauhiid merupakan layanan pesan dakwah yang dapatdiakses melalui SMS dan dapat diakses secara gratis yang merupakan salah satu terobosan dakwah berkenaan dengan perkembangan media. Sebagaimana media lainnya, SMS memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan utama yang dimiliki oleh SMS adalah keterbatasan jumlah karakter. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tentang apresiasi para jamaah (pelanggan) terhadap layanan SMS Tauhiid. Untuk mencapai tujuan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode studi kasus sehingga tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi atas kasus lain yang mungkin memiliki keserupaan di tempat lain. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagai media dakwah, SMS Tauhiid diapresiasi secara positif oleh pelanggan sebagai jamaah dan memiliki nilai guna bagi pengalaman keberagamaan merekasehari-hari.
DAKWAH BERBASIS MULTIKULTUR (Paradigma dan Strategi Tokoh Agama Dalam Membangun Harmoni Antar Iman Di Kendari) Muhammad Alifuddin
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.112 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16103

Abstract

Kajian tentang hubungan antar agama di Kendari belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Fokus masalah yang akan ditelaah adalah respon dan paradigma tokoh agama Kendari terhadap keragaman etnik dan agama, serta bagaiamana strategi dakwah yang mereka kembangkan dalam upaya memelihara harmoni antar iman. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan dan sikap tokoh agama di Kendari terhadap keberagaman etnik dan agama, secara umum mengacu pada paradigma hormat mengormati dan saling menghargai. Bila ditilik lebih dalam, respon mereka terhadap keberagamaan pihak lain berada pada tataran inklusif hegemonistik sebagaiman yang disebutkan oleh Ninian Smart. Yaitu perspektif yang memandang agama lain memiliki sisi kebenaran, namun mereka tetap memprioritaskan pada agama yang dianutnya. Atau dalam perspektif Mukti Ali masuk dalam kategori agree in disagreement. Bila ditilik dari materi-materi dakwah yang disampaikan oleh para tokoh agama di hadapan objek dakwah telah mengindikasikan adanya peranan para tokoh agama di daerah ini dalam memelihara hubungan harmonis antarumat beragama.
DAKWAH BAGI PSK DI LOKALISASI LORONG INDAH PATI, JAWA TENGAH Fatma Laili Khoirun Nida
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.127 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16104

Abstract

Salah satu bentuk dinamika kehidupan seksualitas yang terus bergejolak adalah prostitusi. Fenomena ini juga terjadi pada para wanita pekerja seks yang terkonsentrasi di lokasisasi LI (lorong indah) Kabupaten Pati. Memilih pekerjaan melacur bagi mereka adalah solusi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut yang memposisikan kualitas hidup mereka buruk sehingga menghambat perkembangan aspek kebermaknaan hidup dalam diri mereka. Dari penelitian lapangan ini diperoleh kesimpulan bahwa pertama: bahwa setiap manusia tentu memiliki kebutuhan akan makna dalam hidupnya. Kedua; salah satu kemampuan yang hampir dimiliki oleh tiap individu adalah berwirausaha. Ketiga; Mengembangkan kegiatan dakwah melalui penguatan motifasi berwirausaha bagi masyarakat marginal seperti pada perempuan PSK akan lebih efektif jika da’i memahami betul kebutuhan psikis mereka yang diantaranya kebutuhan untuk hidup bermakna.
INTERNALISASI NILAI ISLAM MELALUI KEBIJAKAN PUBLIK (Studi terhadap Dakwah Struktural Program Bandung Agamis) Tata Sukayat
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.757 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16105

Abstract

Dakwah Struktural melalui Program Bandung Agamis mencerminkan bahwa internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama bisa dilakukan oleh pemerintah pada wilayah publik tanpa labelisasi shari’at Islam secara formal seperti pendapat kelompok integralis, dan tidak juga memisahkan agama dengan negara seperti pendapat kalangan sekularis. Hal itu memperkuat pendapat paradigma simbiotik dalam relasi agama dan negara, seperti diungkapkan hasil kajian sebelumnya yaitu: al-Mawardi dalam al-Ahkâm al-Sultâniyah wa al-Wilâyah al-Dîniyah; al-Ghazali dalam al-Tibr al-Masbûk fî-al-Nasîhat al-Mulûk, Kimiyât al-Sa’âdah, dan al-Iqtis}âd fî al-‘Itiqâd; Fazlurrahman, dalam The Islamic Concept State dan Islam and Modernity; dll. Juga membuktikan lemahnya pendapat:1). Kalangan sekularistik yang menyatakan bahwa agama tidak memiliki hubungan dengan Negara; dan 2). Kalangan integralistik yang menyatakan bahwa agama dan negara harus menyatu.Penelitian ini sejalan dengan pendapat Fazlurrahman, dalam Islam and Modernity, bahwa yang terpenting adalah terwujudnya masyarakat muslim bukan negara Islam dan Munawir Sadjali dalam Islam dan Tata Negara, bahwa paradigma simbiotik merupakan alternatif yang kompromis antara integralistik dengan sekularistik, serta hasil penelitian Jose Casanova dalam Public Religions in the Modem World, bahwa agama secara empirik dihubungkan dengan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan. Pendekatan penelitian ini adalah menganalisis Kebijakan Program Bandung Agamis (pada periode 2003 sampai 2010) yang sekaligus dijadikan sebagai data primer.
TRADISI HAROA (Dakwah Islam Dalam Masyarakat Marginal Muslim Buton) Nurdin Nurdin
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.986 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16106

Abstract

Artikel ini mengkaji dakwah islam yang dilakukan oleh masyarakat marginal Muslim Buton melalui tradisi haroa. Tradisi ini dilakukan mulai dari rumah-rumah warga, mesjid dan rumah pejabat. Pada tradisi ini diyakini dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat muslim marginal Buton tentang pentingnya dakwah karena tradisi ini dilakukan pada setiap hari besar islam. Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Mahrudin yang mengangkat judul tentang Tradisi Haroa dalam kaitannya dengan resolusi konflik. Kalau penelitian sebelumnya menjadikan tradisi haroa sebagai resolusi konflik, maka penelitian ini menjelaskan bahwa tradisi haroa dapat pula dijadikan media dakwah dalam masyarakat. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan etnografi, hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi ini telah melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi kegenerasi masyarakat muslim marginal Buton berikutnya, karena sampai saat ini tradisi haroa ini masih dilakukan setiap memasuki hari-hari besar islam sehingga keberlangsungan ajaran islam beserta pemeluknya dari generasi kegenerasi berikutnya tidak terputus. Tradisi haroa dalam pemahaman masyarakat marginal buton telah memberikan manfaat yang sangat besar dalam pemahaman keagaman karena melalui acara ini orang yang tidak pernah mendengarkan ayat-ayat suci alqur'an dengan tradisi ini dapat langsung mendengarkan ayat suci al qur’an yang di bacakan oleh Imam, lebe dan Modhi. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak pernah shalat melalui tradisi haroa masyarakat marginal buton dalam menghadiri haroa berpenampilan menarik seperti memakai kopiah, sarung dan baju muslim. Oleh karena itu, melalui tradisi haroa masyarakat muslim pesisir Buton dapat diajak untuk melestarikan nilai-nilai islam dari generasi-kegenerasi, sehingga keberlangsungan islam di Buton sampai saat ini masih terjaga dengan baik.
POLA DAKWAH PADA 'MASYARAKAT SUKU TERASING' DI KALIMANTAN SELATAN Zulfa Jamalie
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.379 KB) | DOI: 10.14421/jd.2015.16101

Abstract

Dakwah memiliki ruang lingkup yang luas. Karenanya, aktivitas dakwah tidak terbatas hanya pada sekelompok orang atau kawasan tertentu saja, tetapi bersifat menyeluruh. Salah satu kelompok masyarakat marginal yang patut untuk diperhatikan dakwah adalah masyarakat suku terasing yang dalam konteks lain terkadang disebut juga sebagai masyarakat daerah terpencil, masyarakat adat, atau masyarakat lokal. Diperlukan strategi atau pola dakwah yang berbasis kepada pemahaman dan karakteristik masyarakat lokal, sebab kehadiran dakwah bagi mereka diyakini tentu sangat diperlukan. Tidak hanya untuk memberikan perncerahan secara rohani (keagamaan), akan tetapi juga pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan hidup. Data menunjukkan bahwa di Kalimantan Selatan, sedikitnya terdapat 32.506 jiwa atau 7.724 KK (Kepala Keluarga) yang hidup terasing sehingga tahun 1990-an. Angka ini kemudian menurun pada tahun 2001, menjadi 5.724 KK. Mereka tersebar di delapan daerah, yakni Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Laut dan Kotabaru. Keterasingan hidup masyarakat terpencil tersebut disertai dengan tiga permasalahan utama, yakni perambahan hutan, sosial budaya, dan pemilikan tanah. Di samping itu keterasingan kehidupan mereka ditandai pula oleh kondisi kesehatan yang masih rendah atau tradisional, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat buta huruf yang masih tinggi, kurang gizi, tempat tinggal tak layak dan lingkungan yang tidak sehat, komunikasi dan kurangnya interaksi sosial dengan masyarakat yang lain, serta lemahnya tingkat pemahaman, penghayatan dan kehidupan beragama. Dalam konteks demikian, menarik untuk dipertanyakan, siapa masyarakat suku terasing dimaksud dan bagaimana pola dakwah terhadap mereka? Inilah yang hendak diuraikan dan menjadi pembahasan utama dalam tulisan ini.

Page 1 of 1 | Total Record : 8