cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC
Published by Universitas Bakrie
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 58 Documents
MENGANALISIS KESIAPAN INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN DAN PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN GLOBAL BERBASIS INTERNET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Riwanto, Agus
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Politik
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.955 KB)

Abstract

Utilization of information technology, media and internet-based communications have changed the behavior of the global community and civilization.The world is now flooded with information that is fast, accurate and perfect. The crimes accelerating adverse financial, social, cultural and political. Cybercrimes can be categorized as an extraordinary crime because it has crossed the state border. Cybercrimes prevention can not be done using ordinary legal models only (conventional), but also by a special law design (cyberlaw). Indonesia has had Act 11 of 2008 on Information and Electronic Transactions. (UU ITE). This study examines and learn more on this cybercerimes prevention policies based on UU ITE. Is the model of the arrangement was in accordance with the principles of the theory of criminalization policies and efforts to what should be done so that UU ITE can be effectively enforced, when compared with the setting cybercrimes committed several countries. The method used is a socio-legal research, legal research that combines science, law and social science (interdisciplinary) With the approach of the principles / legal purposes. Data obtained from secondary data, literature (library recearch). It was found that, setting criminalization is harmonization with the model adopted set forth in the Convention on Cybercrimes, but do not provide specific about pornography and child exploitation. Then the model is to make special rules. ITE Law does not regulate the matter of crime of Phishing and Spamming. The sanctions pidanya still adhered to the classical model (classic school), reflected by the still imposing sanctions of imprisonment and fines and other sanctions are no alternatives. Criminalization policy in UU ITE is not in accordance with the theories of criminal policy is still multiple interpretations and ambiguous, not in accordance with the principles of the model law adopted in the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). This law is contrary to the Criminal Code in addition also contrary to the human rights aspects and in granting sanction differ from the prevalence of crime in the setting of a specific nature (lex), like the Election Law, the Child Protection Law, Law on Corruption, the Law Narkoba.Desain criminal policy in this ITE Law can not be effective, especially when compared with the setting cybercrimes committed several countries, namely Azerbaijan, Beylorusia, Georgia, Hungary, Kazakhstan, Latvia, Peru and Russia were put, criminal social work, fines and revocation of certain rights as a way of giving sanctions on crime cybercrimes. In order UU ITE is to be effective then forwards the criminal politics cybercrmes Indonesia needs to adopt the models in these countries. Keywords: Prevention and Law Enforcement, Cybercrimes, ITE Act. Pemanfaatan teknologi informasi, media dan komunikasi berbasis internet telah mengubah perilaku masyarakat maupun peradaban global. Dunia kini dibanjiri informasi yang cepat, akurat dan sempurna. Kejahatannyapun mengalami percepatan yang merugikan finansial,sosial, budaya dan politik. Kejahatan berbasis internet (cybercrimes) dapat dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crimes) karena telah melintasi batas negara (transnational crimes).Penanggulangan cybercrimes tidak dapat dilakukan dengan menggunakan model hukum biasa (konvensional), melainkan dengan melakukan desian hukum khusus (cyberlaw).Indonesia telah memiliki Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (UU ITE). Penelitian ini mengkaji dan mendalami tentang kebijakan penanggulangan kejahatan cybercerimes ini berdasarkan UU ITE. Apakah  model pengaturannya telah sesuai dengan asas-asas dalam teori kebijakan kriminalisasi dan upaya apa yang harus dilakukan agar UU ITE ini dapat efektif ditegakan, bila dibandingkan dengan pengaturan cybercrimes yang dilakukan beberapa negara. Metode yang digunakan adalah penelitian sosio-legal, yakni penelitian hukum menggabungkan ilmu hukum dan ilmu sosial (interdisipliner).Dengan pendekatan asas-asas/tujuan hukum. Data diperoleh dari data sekunder berupa data kepustakaan (library recearch). Ditemukan hasil bahwa, pengaturan kriminalisasinya menganut model harmonisasi dengan kriminalisasi yang diatur dalam Convention on Cybercrimes, namun tidak mengatur secara tegas soal pornografi dan eksploitasi anak. Kemudian modelnya adalah dengan membuat aturan lex specialis. UU ITE ini tidak mengatur soal kejahatan Phising dan Spamming. Adapun pemberian sanksi pidanya masih menganut model klasik (classic school), dicerminkan dengan masih menjatuhkan sanksi pidana penjara dan denda dan tidak menyediakan alternatif sanksi lain. Kebijakan kriminalisasi dalam UU ITE tidak sesuai dengan teori-teori kebijakan kriminal masih multitafsir dan ambigu, tidak sesuai dengan asas model law yang dianut dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). UU ini selain bertentangan dengan KUHP juga bertentangan dengan aspek HAM dan dalam pemberian sanksinya berbeda dari kelaziman dalam pengaturan kejahatan yang bersifat khusus (lex specialis), seperti UU Pemilu, UU Perlindungan Anak, UU Korupsi, UU Narkoba.Desain kebijakan kriminal dalam UU ITE ini tidak dapat berlaku secara efektif, terutama bila dibandingkan dengan pengaturan cybercrimes yang dilakukan beberapa negara, yakni Azerbaijan, Beylorusia, Georgia, Hungaria, Kazakstan, Latvia, Peru dan Rusia yang menempatkan, pidana kerja sosial, denda dan pencabutan hak-hak tertentu sebagai cara memberikan sanksi pada tindak kejahatan cybercrimes. Agar UU ITE ini dapat berlaku efektif maka ke depan politik kriminal cybercrmes Indonesia perlu mengadopsi pada model di negara-negara tersebut. Kata Kunci: Penanggulangan dan Penegakan Hukum, Kejahatan Internet, UU ITE.
POSISI INDONESIA PADA KERJA SAMA ENERGI REGIONAL DALAM MEMASUKI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN STUDI KASUS: ASEAN POWER GRID Harefa, Atika Octavia; Badaruddin, Muhammad
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Politik
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.433 KB)

Abstract

ASEAN Power Grid merupakan sebuah kerja sama interkoneksi listrik ASEAN yang telah diamanatkan pada tahun 1997 di bawah Visi ASEAN 2020. Selain itu, percepatan pembangunan ASEAN Power Grid juga dicantumkan dalam cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN menuju 2015. ASEAN menyadari bahwa energi memiliki peranan penting dalam medukung aktivitas ekonomi, termasuk listrik. Namun, sampai pada tahun 2015 realisasi pembangunan ASEAN Power Grid masih belum mengalami kemajuan yang signifikan. Sebagai pengguna energi terbesar di ASEAN dan aktivitas ekonomi serta industri yang terus berkembang, kerja sama ASEAN Power Grid ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Di Indonesia belum ada ASEAN Power Grid yang sudah selesai terinterkoneksi, namun proyek interkoneksi listrik tersebut sedang dalam konstruksi sebesar 600 MW yang akan menghubungkan Sumatra dengan Malaysia, dan sebesar 230 MW yang akan menghubungkan Kalimantan dengan Serawak. Adapun interkoneksi yang akan mengubungkan Batam – Singapura, serta Singapura – Sumatera yang masing-masing sebesar 600 MW masih dalam tahap perencanaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau kembali posisi Indonesia pada kerja sama enerhi regional demi mempersiapkan diri dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Indonesia, melalui HAPUA, telah berupaya dalam melakukan realisasi atas komitmen perwujudan ASEAN Power Grid. Namun, oleh karena adanya kendala, maka realisasi ASEAN Power Grid di Indonesia cenderung bergerak lambat. Adapun pola kerja ASEAN Power Grid, yaitu melibatkan ASEAN sebagai institusi supra nasional, investor sebagai aktor non negara, dan negara anggota ASEAN sebagai aktor negara. Keywords: Kerjasama Energy Regional, ASEAN Power Grid, Masyarakat Ekonomi ASEAN
DIPLOMASI EKONOMI KADIN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI 2011 - 2012 Redjeki, Rr. Eko Setyowati
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Politik
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.331 KB)

Abstract

Diplomasi ekonomi merupakan media yang paling dominan dan menjadi salah satu kunci utama keberhasilan negara-negara berkembang dalam memanfaatkan peluang dari globalisasi ekonomi Perekonomian Global ditandai dengan makin tingginya intensitas hubungan antara aktor-aktor hubungan international , baik state aktor maupun non state aktor . Sebagaimana perluasan aktor dalam hubungan international , aktifitas ekonomi juga mengalami perluasan pelaku dengan semakin dominannya pelaku swasta . Bahkan merekalah yang sering disebut sebagai aktor utama dibalik aktifias ekonomi negara .Telah tumbuh kesadaran yang semakin luas untuk menerapkan diplomasi multijalur untuk bekerjasama dan mencapai kepentingan negara.  Oleh karenanya maka setiap negara berusaha untuk memperbesar sumber daya ekonominya melalui diplomasi dengan cara – cara damai. Penggunaan kekuatan ekonomi  melalui non state aktor dalam mendukung kebijakan luar negeri juga semakin banyak dijumpai. Organisasi Internasional  Kamar Dagang dan Industri   ( Kadin ) memberi perhatian besar bagi kegiatan yang mendorong perekonomian. Kadin Provinsi Jawa Tengah turut berbenah menopang dalam kapasitas perannya sebagai mitra pemerintah , fasilitator, promotor dan juga terlibat dalam proses pengambilan kebijakan terkait bisnis di Indonesia .  . Kata Kunci : Multitrack Diplomasi Ekonomi , Non State Actor Economic diplomacy media is the most dominant and became one of the key for developing countries in exploiting the opportunities of economic globalization Global economy is marked by the increasing intensity of the relationship between the actors of international relations, both state actors and non-state actors. As the expansion of actors in international relations, economic activity is also undergoing expansion with the increasingly dominant actors private actors. In fact, they are often referred to as the main actor behind the country's economic activity is. Growing awareness of the increasingly widespread for implementing multipath diplomacy to work together and achieve the interests of the state. Therefore, each country seeks to increase the economic resources through diplomacy in a way - the way of peace. The use of economic power through non-state actors in support of foreign policy is also increasingly common. International Organization Chamber of Commerce and Industry (Kadin) gave great attention to activities that stimulate the economy. Chamber of Commerce of Central Java province helped improve the capacity sustain its role as the government's partner, facilitator, promoter and is also involved in policy decisions related to business in Indonesia. , Keywords: Multitrack Diplomacy Economy, Non State Actor
PEDAGANG KAKI LIMA DAN PENGEMBANGAN KOTA ANALIASA KEBIJAKAN PENGELOLAAN PASAR MALAM PKL KOTA JAKARTA DAN KUALA LUMPUR Pamungkas, Bani
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Politik
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1179.883 KB)

Abstract

Pedagang Kaki Lima merupakan suatu fenomena global dari aktivitas ekonomi informal di kawasan perkotaan tanpa terkecuali kota-kota di kawasan ASEAN. Dalam visi ASEAN membangun Masyarakat Ekonomi bersama, sektor informal turut menjadi salah satu topik bahasan yang juga ingin dikembangkan. Jakarta dan Kuala Lumpur merupakan kota yang menyandang predikat ibukota dari 2 (dua) Negara pendiri ASEAN. Permasalahan Pedagang Kaki Lima terjadi pula di kedua Kota tersebut. Keduanya memiliki kebijakan yang kurang lebih sama namun berbeda ditingkat implementasi. Artikel ini merupakan studi komparasi kebijakan publik yang membandingkan kebijakan mengenai satu bidang kajian terfokus yang ada pada 2 (dua) kota yang berbeda (Gupta 2012). Komparasi difokuskan pada kasus pengelolaan Jakarta Kaki Lima Night Market dan Lorong TAR Night Market di Kuala Lumpur, dengan mengikursertakan analisa terhadap dokumen kebijakan terkait dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan (Junevičius & Puidokas 2015). Selain muatan kebijakan dari kedua kota tersebut yang dibandingkan, terdapat 2 (dua) aspek implementasi kebijakan yang menjadi instrument perbandingan yaitu kondisi dalam pelaksanaan dan variasi dari skala kegiatan Pasar Malam PKL. Teknik penggalian data menggunakan kajian literatur (literature review) dan pengamatan (observation). Hasil data yang terkumpul kemudian dideskripsikan, dibandingkan dan dianalisa. Kata Kunci: PKL, sektor informal, pasar malam, kolaborasi.
THE ROLE OF INDONESIA IN ASEAN UNDER JOKOWI’S PRO-PEOPLE DIPLOMACY Andika, Muhammad Tri
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Politik
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.894 KB)

Abstract

2016 is the very important moment for ASEAN, particularly ASEAN will be economically integrated under ASEAN Economic Community framework. Certainly this would be a challenge for all ASEAN members, including Indonesia. In making AEC could produce more benefit for the members, inevitably it needs more active role from state in the region. However, it seems interesting case for Indonesia when this situation linked with the current foreign policy. Under Jokowi’s administration, he promoted “down to earth diplomacy” or also known as “pro-people diplomacy”. It seems this policy will mostly be inward-looking paradigm compared with his predecessor who emphasized strengthened role of Indonesia in the region.  Against this background, this article explores the role of Indonesia in ASEAN under a new and inward-looking president. How Indonesia should take significant presence in ASEAN under Jokowi’s “down to earth diplomacy”? What are the most likely challenges for Indonesia in dealing with ASEAN that would arise under this new situation? This article suggests that Jokowi’s administration should take careful action in defining pro-people diplomacy in order to avoid signaling a wrong message to other ASEAN members, otherwise the Jokowi’s new paradigm will easily misunderstood in the region. Keywords : Jokowi, Foreign Policy, Pro-People Diplomacy
PERAN RADIO REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI PENYAMBUNG ASPIRASI MASYARAKAT DI DAERAH PERBATASAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nur A. Dwi Putri, Nur A. Dwi
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Komunikasi, Budaya dan Media
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.308 KB)

Abstract

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia adalah merupakan salah satu media yang sangat berperan penting dalam menyampaikan informasi,penyambung aspirasi masyarakat, serta sebagai sabuk pengaman informasi terutama di daerah perbatasan seperti provinsi kepulauan riau di bandingkan media lainnya. Hal ini disebabkan karena masih minimnya infrastruktur di daerah perbatasan dan masih belum berdaulatnya wilayah udara republik Indonesia khusunya untuk wilayah sekitar provinsi kepulauan riau. Oleh karena itu diharapkan pemerintah lebih memperhatikan RRI di wilayah perbatasan Karena mengingat yang dihadapi RRI di daerah perbatasn bukanlah radio biasa namun Radio-radio asing yang memiliki teknologi yang canggih dan memiliki daya pancar yang luas dan tentunya pemerintah pusat harus terus berusaha untuk mengambil alih wilayah kedaulatan udara republik Indonesia agar RRI dapat leluasa untuk menjalankan perannya sebagai sabuk pengaman informasi. Kata Kunci : Peran RRI, Perbatasan Kepulauan Riau
IMPLEMENTASI INTEGRATED CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY COMMUNICATIONS DI KEBUN RAYA BALI Studi Kasus Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Kebun Raya Bali MUNTADLIROH, MUNTADLIROH
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Komunikasi, Budaya dan Media
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.567 KB)

Abstract

Inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama baik perusahaan swasta, BUMN, maupun instansi pemerintah yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Langkah penting yang menentukan keberhasilan program CSR adalah ketepatan pemilihan strategi komunikasi. Kebun Raya “Eka Karya” Bali sebagai instansi pemerintah yang menjalankan inisiatif CSR program pendidikan lingkungan hidup bagi sekolah-sekolah di Provinsi Bali menggunakan strategi Integrated Corporate Social Responsibility Communications dengan mengintegrasikan tujuan Corporate Public Relations (CPR) dan Marketing Public Relations (MPR). CSR program pendidikan lingkungan hidup Kebun Raya “Eka Karya” Bali ini dikomunikasikan sesuai konsep bauran komunikasi pemasaran Philip Kotler yang terdiri dari: iklan, promosi penjualan, penjualan pribadi, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung. Fenomena ini diteliti menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif yang menekankan pada keunikan kasus, mengingat di Indonesia masih sedikit instansi pemerintah yang merintis inisiatif CSR menggunakan strategi Integrated CSR Communications. Efektifitas strategi Integrated CSR Communications di Kebun Raya “Eka Karya” Bali dapat dilihat dari opini stakeholder yang terbangun untuk menjadikan Kebun Raya “Eka Karya” Bali sebagai poros pendidikan lingkungan hidup di wilayah Bali, dan terbentuknya komitmen publik untuk melakukan kunjungan berkelanjutan ke Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Kata kunci: Integrated Corporate Social Responsibility Communications, Program Pendidikan Lingkungan, Kebun Raya “Eka Karya” Bali. The Corporate Sosial Responsibility should be the responsibility of governments, companies, and state enterprises. Communication strategy determines the success of CSR program. Bali Botanical Garden as a government agency runs the CSR in the form of an environmental education program for students in Bali. CSR at Bali Botanical Garden is run using an Integrated CSR Communications strategy which integrates the objectives of Corporate Public Relations (CPR) and Marketing Public Relations (MPR). Environmental education programs at Bali Botanical Gardens are communicated using the marketing communications mix concept created by Philip Kotler. The concept consists of a five way communication that is advertising, sales promotion, public relations, personal selling, and direct marketing. This phenomenon is studied using a qualitative case study method, which focuses on the uniqueness of the case because the government agencies in Indonesia which implements an Integrated CSR Communications strategy is still limited. The effectiveness of this strategy can be seen from the opinion of stakeholders who awoke to make the Bali Botanical Gardens as a center of environmental education programs in Bali, and the public commitment to visit the gardens continuously. Key words: Integrated Corporate Social Responsibility Communications, Environmental education programs, Bali Botanical Garden.
HAK BURUH DALAM LINGKARAN KOMUNIKASI DAN KONSUMSI KONTEMPORER Djanarko, Indri
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Komunikasi, Budaya dan Media
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.368 KB)

Abstract

Buruh adalah faktor penting dalam pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertujuan untuk kesejahteraan konsumsi buruh. Buruh bukanlah kelompok nomor dua karena mereka adalah produsen dan konsumen sekaligus. Pada masa Orde Baru, Hubungan Industrial Pancasila (HIP) muncul untuk menjembatani komunikasi buruh, namun masih belum sesuai hingga saat ini. Serikat buruh pun dinyatakan sebagai simbol perwakilan buruh untuk memperjuangkan hak mereka dalam dialog. Kedua hal tersebut diakomodasi supaya terjadi keterbukaan dalam komunikasi hak buruh. Pada sisi lain, komunikasi antara buruh, negara, dan pasar, juga termediasi oleh opini publik yang sayangnya seringkali mencibir efek samping dari protes buruh daripada fokus pada isu perjuangannya. Mulai dari sampah seusai demonstrasi, konsumsi buruh yang berlebihan, hingga kecemburuan kelas menengah, adalah sisi lain hak buruh. Media massa pun seringkali sangat netral terhadap perjuangan buruh namun menjadi sangat negatif mengenai dampak samping hal tersebut. Maka, hak buruh menunjukkan kompleksitas dialog antara komunikasi pemahaman dan konsumsi buruh. Dengan metode penelitian kualitatif, komunikasi, konsumsi, dan opini publik dianalisis dalam kompleksitas hak buruh terkait persoalan keberagaman perspektif. Kesimpulannya, pemahaman tentang hak buruh adalah terbuka karena kompleksitas komunikasi yang selalu dimaknai dan diinterpretasi dalam lingkaran konsumsi. Kata Kunci hak buruh, komunikasi, konsumsi, opini publik, serikat buruh   Labor is such important factor in growing and making prosper and  equal economic consumption. Labor is not just second kind of people because they are both producers and consumers. In Orde Baru, Hubungan Industrial Pancasila (HIP) was meant to bridge labor communication, but it still not effective until today. Labor union also is stated as delegation to struggle for the rights. Both things were accomodated to open labor communication. Besides, communications among labor, state, and labor are mediated through public opinion which says bad things on side effects of labor protests. Trash after protests, excessive labor consumption, until middle-class jealousy are other sides of labor rights. Mass media could be so neutral in labor protests but be so negative on the side effects. Therefore, labor rights shows complex dialogues between communication and consumption. This article uses qualitative method to analyze spectrum of labor right perspectives. In conclusion, hospitality is shown in labor right interpretation because it is how meanings come through circle of consumprtions. Keywords communication, consumption, labor rights, labor union, public opinion
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA ANTARA PEDAGANG LOKAL DENGAN WISATAWAN ASING DI PANTAI SANUR Astina, Made Arya; Ketut, Ketut
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Komunikasi, Budaya dan Media
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.72 KB)

Abstract

Interaksi antara pedagang dengan para wisatawan asing menarik untuk diteliti. Para pedagang yang umumnya berlatar belakang budaya Bali dan sebagian besar berlatar belakang pendidikan dasar ini setiap harinya melakukan komunikasi dengan para wisatawan yang memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana pola komunikasi lintas budaya pedagang lokal dengan wisatawan asing dalam berkomunikasi di pantai Sanur? (2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pedagang lokal dengan wisatawan asing dalam berkomunikasi di pantai Sanur? Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pantai Sanur, yang meliputi daerah Semawang, Sindu, dan Padang Galak. Adapun informan penelitian ditentukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini dipaparkan konsep pola Komunikasi, proses adaptasi lintas budaya, komunikasi interpersonal, perilaku dalam komunikasi, konsep komunikasi lintas budaya Model komunikasi lintas budaya dari para pedagang lokal dengan para wisatawan asing bahwa para pedagang menggunakan komunikasi dengan bahasa non-verbal seperti misalnya lambaian tangan, jabatan tangan, senyuman dan tatapan mata. Pedagang lokal juga menggunakan bahasa verbal yaitu dengan menggunakan kalimat bahasa Inggris yang pendek dan tanpa memperhatikan pola bahasa Inggris yang benar. Beberapa hal yang menjadi pendukung komunikasi lintas budaya antara pedagang dengan wisatawan asing adalah faktor budaya pedagang di pantai Sanur yang memiliki karakter terbuka dan ramah terhadap orang asing. Faktor lainnya adalah faktor kebutuhan ekonomi yang mengharuskan para pedagang berusaha berkomunikasi dengan para pendatang. Sedangkan yang dianggap sebagai faktor penghambat adalah minimnya penguasaaan bahasa Inggris yang baik dan benar. Serta kurangnya pemahaman akan perlunya pelayanan prima terhadap para wisatawan. Kata Kunci: Budaya, Komunikasi
ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI TEPAT GUNA PADA BISNIS TRANSPORTASI OJEK ONLINE (Studi pada Bisnis Gojek dan Grab Bike dalam Penggunaan Teknologi Komuniasi Tepat Guna untuk Mengembangkan Bisnis Transportasi) Anindhita, Wiratri; Arisanty, Melisa; Rahmawati, Devie
Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Komunikasi, Budaya dan Media
Publisher : Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.954 KB)

Abstract

Perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat memberikan perubahan sosial masyarakat. Banyak bisnis mulai bermunculan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi tersebut, salah satunya adalah kemunculan bisnis penyedia layanan jasa transportasi Ojek Online. Adanya Ojek Online ternyata memberikan solusi dan menjawab berbagai kekhawatiran masyarakat akan layanan transportasi umum. Kemacetan ibukota dan ketakutan masyarakat dengan keamanan transportasi umum sudah dijawab dengan kehadiran Ojek Online yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya.   Kehadiran Ojek Online yang menerapkan teknologi komunikasi tepat guna di saat masyarakat membutuhkan sarana transportasi aman dan bisa menjadi solusi saat macet merupakan fokus penelitian yang dianggap perlu dikonstruksikan dalam penelitian ini. Terlebih lagi, dengan penggabungan layanan transportasi dengan kecanggihan teknologi Internet sehingga masyarakat lebih mudah melakukan pemesanan, mengetahui rate biaya transportasi, lokasi tujuan dan identifikasi driver yang merupakan suatu bentuk inovasi baru dalam dunia bisnis transportasi. Dengan menggunakan teori Difusi Inovasi dan pendekatan penelitian kualitatif yang heuristik terhadap 2 (dua) penyedia layanan transportasi Ojek Online terbesar di Indonesia yaitu Grab Bike dan PT Gojek Indonesia, maka didapatkan hasil penelitian secara mendalam, menyeluruh dan komprehensif tentang perkembangan teknologi komunikasi tepat guna. Hasil penelitian ini nantinya akan memberikan kontribusi dan sumbangan konsep terutama dalam penerapan inovasi berupa teknologi komunikasi tepat guna yang dapat memberikan perubahan pada sistem sosial masyarakat. Keyword : Ojek Online, Teknologi Komunikasi Tepat Guna, Difusi Inovasi, Perubahan Sistem Sosial