cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner
ISSN : 25409492     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner merupakan media elektronik yang digunakan sebagai wadah penyebaran hasil-hasil penelitian dari skripsi/tugas akhir mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala yang ditulis bersama dengan dosen pembimbingnya. Naskah/artikel yang diterbitkan telah melewati proses review oleh 2 orang reviewer dan penyunting JIMVET. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner untuk saat ini menerbitkan naskah ilmiah mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Dokter Hewan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner terbit dengan satu volume dan empat nomor dalam setahun (Fabruari, Mei, Agustus, dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 23 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER" : 23 Documents clear
Pengaruh Ketamin-Xylazin Terhadap Onset dan Sedasi Kucing Lokal yang Diovariohisterekomi ( KETAMINE-XYLAZINE EFFECT FOR ONSET AND SEDATION ON OVARYHISTERECTOMY LOCAL CAT (FELIS DOMESTICA) Meutia Chairunisa Yusuf
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.215 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9438

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama onset dan sedasi dari kombinasi Ketamin-Xylazin terhadap kucing lokal (Felis domesticus) yang di ovariohisterktomi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Penelitian ini menggunakan 7 ekor kucing lokal yang sebelumnya dipuasakan terlebih dahulu selama 4-6 jam. Kemudian diberikan premedikasi  yaitu Atropin Sulfat lalu diberikan kombinasi anastesi Ketamin-Xylazin dan dilakukan Ovarioisterektomi. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata onset dari kombinasi Ketamin-Xylazin terhadap 7 kucing adalah 60±10,58 detik dan rata-rata sedasi adalah 72,28±3,95 menit. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan rata-rata onset dan sedasi kucing yang diberikan anastesi Ketamin-Xylazin dalam pembedahan Ovariohisterektomi adalah 60±10,58 detik untuk onset dan 72,28±3,95 untuk sedasi.ABSTRACT            This research has done to know the onset and sedation span from combination of ketamine-xylazine on ovaryhisterectomy local cat (Felis domesticus). The method in this research is an experimental method. 7 local cats has been fasting for 4-6 hours before the research started. Then pre medication was given with atropin sulphate and anesthesia combination of Ketamine-Xylazine then ovaryhisterectomy will be done. The result of this research shows the average onset from combination of ketamine-xylazine of the 7 cats is 60±10,58 second and the average for sedation is 72,28±3,95 minutes. Thus, this research can be concluded the average cat onset and sedation from ketamine-xylazine for ovaryhisterectomy is 60±10,58 for onset and 72,28±3,95 for sedation. 
PEMERIKSAAN CEMARAN FORMALIN DAN MIKROBA PADA BAKSO YANG DIJUAL DI BEBERAPA PEDAGANG DI KABUPATEN BIREUEN (The Examination of Formalin and Microbial Contents on Meatballs of Several Traders in Bireuen District) M Niza Ariq Irvanda; Teuku Reza Ferasyi; Razali Razali
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.591 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9260

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendeteksi kandungan formalin dan cemaran mikroba pada bakso yang dijual di beberapa pedagang di Kabupaten Bireuen.  Sampel yang digunakan yaitu bakso daging yang berasal dari 25 pedagang bakso yang dijual di 17 kecamatan di Kabupaten Bireuen. Pada tiap pedagang diambil secara acak sejumlah 3 butir bakso sebagai sampel. Pemeriksaan formalin dilakukan dengan menggunakan reagen Fenilhidrazin 0,5%, Sodium Nitroprusit 5%, dan NaOH 10%. Hasil positif yang diamati pada pemeriksaan formalin ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna kehijauan. Pemeriksaan cemaran mikroba dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil pemeriksaan formalin menunjukkan bahwa terdapat 5 pedagang (20%) yang baksonya terindikasi positif mengandung formalin. Selanjutnya hasil pemeriksaan cemaran mikroba menunjukkan bahwa sebanyak 24 pedagang yang sampel baksonya mengandung mikroba melebihi SNI. Pada 1 pedagang lainnya kandungan mikroba pada bakso di bawah ambang batas SNI. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 pedagang (16%) yang baksonya tercemar formalin sekaligus mengandung mikroba melebihi SNI. Hanya 1 pedagang (4%) yang mengandung formalin dan cemaran mikroba di bawah ambang batas SNI. Sisanya 20 pedagang (80%) yang baksonya ditemukan cemaran mikroba di atas SNI, dan tidak menggunakan formalin. ABSTRACTThis study was aimed to detect the content of formalin and microbial contamination on meatballs of several traders in Bireuen District. The sample used were meatballs from 25 meatballs traders that were sold in 17 sub-districts in Bireuen District. Each trader randomly selected 3 meatballs as samples. Formaldehyde examination was performed using 0.5% phenyllhydrazine reagent, 5% Sodium Nitroprusites, and 10% NaOH. The positive results observed in the formalin examination were characterized by the color change of the solution to a greenish color. Microbial contamination is done by Total Plate Count (TPC) method. The data obtained were analyzed descriptively and presented in tabular form. The results of formalin examination showed that there were 5 traders (20%) whose positive indications contained formaldehyde. Furthermore, the results of microbial contamination examination showed that as many as 24 traders whose samples contained microbes exceeding SNI. In 1 other trader the microbial content of meatballs is below the SNI threshold. Based on the results of the study it can be concluded that there are 4 traders (16%) whose form is contaminated with formalin while containing microbes exceeding SNI. Only 1 trader (4%) contained formaldehyde and microbial contamination below the SNI threshold. The remaining 20 traders (80%) were found to have microbial contamination above SNI, and did not use formalin.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU-PARU BABI HUTAN (Sus scrofa) YANG TERINFEKSI PARASIT INTERNAL DI KAWASAN LHOKNGA ACEH BESAR Raudia Tuzzahra; Muttaqien Bakri; Ummu Balqis
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.731 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9412

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologi paru-paru babi hutan (Sus scrofa) yang terinfeksi parasit internal. Sampel penelitian menggunakan 3 ekor babi hutan yang terinfeksi parasit internal. Pemeriksaan darah dilakukan dengan uji ulas darah tipis.  feses  dengan metode natif dan paru-paru secara patologi anatomi dan histopatologi. Dimulai dari fiksasi, dehidrasi dengan alkohol bertingkat, clearing, infiltrasi, blok dan dipotong dengan ketebalan 5 µm dan diwarnai dengan Haematoksilin Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan pada babi pertama terinfeksi Anaplasma marginale pada gambaran patologi anatomi terlihat paru berwarna merah tua, permukaan lobus licin dan tidak kusam, pada bagian ujung lobus paru runcing, konsistensi lunak dan tidak di temukan hiperemi, sedangkan gambaran histopatologi terlihat adanya infiltrasi sel radang daerah lumen pembuluh darah, kongesti, hiperemi, hemoragi, edema dan emfisema. Pada babi kedua terinfeksi Strongyloides ransomi pada gambaran patologi anatomi paru berwarna merah muda dan di temukan hiperemi pada lobus dekster akibat luka tembak, sedangkan gambaran histopatologi terlihat adanya infiltrasi sel radang daerah lumen pembuluh darah dan daerah septa intra alveolaris, hiperemi dan emfisema. Dan pada babi ketiga tidak terinfeksi parasit internal pada gambaran patologi anatomi paru berwarna merah muda dan di temukan hiperemi pada lobus sinister akibat luka tembak, sedangkan gambaran histopatologi terlihat adanya infiltrasi sel radang pada jaringan paru dan bronkus, emfisema, udema, hiperemi, kongesti, hemoragi, jaringan ikat dan fibrin. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa,  dari ke tiga babi hutan terdapat satu ekor yang positif Anaplasma marginale. satu ekor yang positif Strongyloides ransomi dan satu ekor tidak terinfeksi parasit internal. This study aims to determine the histopathological features of the lungs of wild boar (Sus scrofa) infected with internal parasites. The study sample used 3 wild boar infected with internal parasites. Blood tests are carried out with a thin blood test. Feces with native and lung methods in anatomical and histopathological pathology. Starting from fixation, dehydration with multilevel alcohol, clearing, infiltration, block and cut with a thickness of 5 µm and stained with Haematoxilin Eosin (HE). The results showed that the first pig infected with Anaplasma marginale on anatomical pathology showed a dark red lung, lobe surface was slippery and not dull, at the end of lung lobe was  sharp, soft consistency and no hyperemia, in a histopathological showed regional inflammatory cell infiltration lumen of blood vessels, congestion, hyperemia, hemorrhage, edema and emphysema. The second pig was infected with rationomic Strongyloides on anatomical pathology showed a pink lung  and hyperemia in dexterous lobe was observed due to gunshot wounds, while histopathological features revealed inflammatory cell infiltration of the lumen of the arteries and intra-alveolar septa, hyperemia and emphysema. And the third pig was not infected with internal parasites on pink lung anatomical pathology picture and found hyperemia in the sinister lobe due to gunshot wounds, while the histopathological picture showed inflammatory cell infiltration in lung and bronchial tissue, emphysema, udema, hyperemia, congestion, hemorrhage, connective tissue and fibrin. The results of this study concluded that, from the three wild boar there was one positive of Anaplasma marginale. one positive of ransomic Strongyloides and one uninfected with internal parasite.
PENGARUH LAMA PEMBERIAN KOMBINASI PAKAN FERMENTASI DENGAN VITAMIN E DAN MULTI ENZIM TERHADAP KADAR HORMON TESTOSTERON AYAM ARAB (Gallus turcicus) Rori Setiadi; Dasrul Darni; Mulyadi Adam
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.65 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9222

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama pemberian kombinasi pakan fermentasi dengan vitamin E dan multi enzim pencernaan pada ransum standar meningkat terhadap kadar testosteron ayam arab. Hewan coba dalam penelitian ini adalah 20 ekor ayam arab. Tahapan pertama adalah pembuatan pakan fermentasi yang berasal dari ampas tahu, dedak, jagung dan bungkil kedelai dengan menggunakan Aspergilus niger. Adaptasi dilakukan selama 2 minggu dan diberikan pakan sesuai perlakuan dan air minum. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimet laboratorium yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan pengambilan sampel darah yaitu pakan komersial (P0) 2 minggu setelah pemberian  pakan fermentasi 20 % (P1), 4 minggu setelah pemberian  pakan fermentasi 20 % (P2), 6 minggu setelah pemberian  pakan fermentasi 20 %  (P3). Masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 5 kali. Pemeriksaan kadar testosteron  menggunakan kit testosteron dengan metode ELISA. Data hasil penelitian kadar testosteron dianalisis dengan menggunakan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji Duncant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh lama pemberian kombinasi pakan fermentasi dengan vitamin E dan multi enzim pencernaan pada ransum standar berpengaruh nyata terhadap kadar testosteron ayam arab memiliki (P0,05). Uji lanjut duncant  perlakuan P0 berbeda dengan  P2 dan P3 tetapi tidak berbeda dengan P1, P1 berbeda dengan P3 tetapi tidak berbeda dengan P2 dan  P2 tidak berbeda dengan P3. Disimpulkan bahwa lama pemberian kombinasi pakan fermentasi dengan vitamin E dan multi enzim pencernaan pada ransum standar berpengaruh nyata terhadap kadar testosteron ayam arab. Kata kunci: ayam arab, fermentasi, multi enzim pencernaan, vitamin E dan testoteron ABSTRAKThis study aims to determine the duration of a combination of fermented feed with vitamin E and multi digestive enzymes in the standard ration effect on testosterone levels arab chicken. Animals in this study were 20 chickens arab male. The first stage is the manufacture of fermented feed derived from pulp, bran, corn and soybean meal by using Aspergillus niger.Adaptation is done for 2 weeks and given appropriate feed and water. This research was a laboratory experiment using a completely randomized design (CRD) with 4 treatments blood samples that commercial feed (P0) 2 weeks after administration of fermented feed 20% (P1), 4 weeks after administration of fermented feed 20% (P2), 6 weeks after the feeding fermentation 20% (P3). Each treatment was repeated 5 times.The data of testosterone level were analyzed using the analysis of variance followed by Duncant test. The results showed that the effect of duration of a combination of fermented feed with vitamin E and multi digestive enzymes in the standard ration effect on testosterone levels arab chicken had a significant effect (P 0.05). Further duncant test on treatment P1 and P2 are not significantly different (P 0.05) and highly significant with P0 (P 0.05). P3 treatment had highly significant effect with P0 (P 0.05).It can be concluded that the duration of giving the combination of fermented feed with vitamin E and multi digestive enzymes in the standard ration has an effect on testosterone levels of arab chicken.Keywords: arab chiken, fermentation, multi enzyme digestion, vitamin E and testosterone
distribusi dan prevalensi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang di budidayakan di Karamba jala apung danau maninjau provinsi sumatera barat) Winda Ayuliza Putri
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.557 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9321

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis ektoparasit pada ikan nila di Karamba Jala Apung Danau Maninjau Provinsi Sumatera Barat. Sampel menggunakan ikan nila sebanyak 50 ekor. Ikan yang digunakan berukuran panjang antara 10-15 cm. Sampel diambil di Karamba Jala Apung Danau Maninjau. Data Hasil penelitian ditabulasikan menurut predileksi parasit yang ditemukan pada tubuh ikan, kemudian dihitung prevalensinya menggunakan rumus prevalensi menurut Kabata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektoparasit yang ditemukan pada ikan nila yang dibudidayakan di Karamba Jala Apung Danau Maninjau yaitu Gyrodactylus sp., Dactylogirus sp., dan Trichdina sp. Dactylogirus sp. Ditemukan pada insang dengan tingkat prevalensi 70%, kemudian Trichodina sp.sebesar 66% ditemukan pada sirip dan kulit. Demikian juga Gyrodactylus sp. sebesar 38% ditemukan pada sirip dan kulit ikan nila.  ABSTRACTThis study aims to identify the types of ectoparasites in tilapia in Karamba Jala Apung Lake Maninjau West Sumatra Province. The sample used 50 tilapia fish. Fish used are between 10-15 cm long. samples taken in Karamba Jala Apung Lake Maninjau. The results of the study were tabulated according to the predilection of parasites found in fish bodies, then the prevalence was calculated using the prevalence formula according to Kabata. The result of the Study show that ectoparasites found in tilapia that were cultivated in Karamba Jala Apung Lake Maninjau were Gyrdactylus sp., Dactylogirus sp., And Trichdina sp. Dactylogirus sp. found in gills with a prevalence rate of 70%, then Trichodina sp. 66% found in fins and skin. Likewise Gyrodactylus sp. as much as 38% found in fins and skin of tilapia. 
STUDI KASUS NEMATODA DAN GAMBARA HISTOPATOLOGIS PADA USUS HALUS BABI HUTAN DI KAWASAN LHOKNGA ACEH BESAR (CASE STUDY NEMATHOD AND HISTOPATHOLOGICAL OF BOAR INTESTINE IN LHOKNGA ACEH BESAR) Leni Zahara; Muttaqien Muttaqien; Azhar Azhar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.998 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9336

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologi usus halus babi hutan yang terinfeksi parasit  nematoda. Sampel penelitian menggunakan 3 ekor babi hutan yang terinfeksi parasit internal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode uji natif untuk pemeriksaan feses. Perubahan patologi anatomis usus halus babi hutan diamati terlebih dahulu, sebelum organ tersebut dibuat preparat histopatologi. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 2 ekor babi hutan positif pada pemeriksaan feses. Hasil pemeriksaan patologi anatomis usus halus babi hutan terlihat berwarna merah, ditemukan adanya nodule pada usus halus babi hutan yang positif terinfeksi parasit nematoda. Pemeriksaan histopatologi usus halus terlihat sebagian kelenjar intestinal mulai terbentuknya ruang subepitel, membrana basalis pada sebagian kelenjar tampak tidak utuh, infiltrasi sel radang, sebagian besar membran basalis kelenjar intestinal telah mengalami kerusakan, mengalami infiltrasi sel radang. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pada babi2 postif terinfeksi Strongyloides ransomi yang menyebabkan sebagian kelenjar intestinal mulai terbentuknya ruang subepitel dan membrana basalis sebagian tampak tidak utuh, sedangkan pada babi3 positif terinfeksi Ascaris suum yang hanya terjadi infiltrasi sel radang pada gambaran histopatologi usus halus.This study aims to determine the histopathological features of small intestine of wild boar infected with nematode parasites. The study sample used 3 wild boar infected with nematode parasites. This research was conducted using the native methods. Master for faecal examination. Changes in the anatomical pathology of wild boar small intestine were first observed, before the organ was made histopathological preparations. The results obtained were analyzed descriptively. The results showed that 2 wild pigs were positive for faecal examination. The results of the examination of the anatomical pathology of the wild boar small intestine appeared red, found nodules in the small intestine of wild boar that were positively infected with nematode parasites. Histopathological examination of the small intestine shows part of the intestinal gland starting from the formation of subepithelial space, membrana basalis in part of the gland does not appear intact, infiltration of inflammatory cells, most of the intestinal gland basement membrane has been damaged, infiltration of inflammatory cells. The results of this study concluded that, on positive B2 infected with ransomic Strongyloides which caused part of the intestinal gland to form the subepithelial space and the basement membrane was partially intact, whereas in B3 was positively infected with Ascaris suum which only infiltrated inflammation in the small intestine histopathology. 
Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus pada Ambing Kambing Peranakan Etawa (PE) Midali Khairunnisa
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.579 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9331

Abstract

ABSTRAK             Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Staphylococcus aureus dari ambing kambing Peternakan Etawa (PE). Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada bulan Maret 2018. Sampel yang digunakan berasal dari 5 ekor kambing PE, sampel diambil menggunakan swab steril, kemudian ditanam pada media Manitol Salt Agar (MSA) yang diinkubasi selama 24 jam, selanjutnya identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram, uji hemolisa, uji katalase dan uji gula-gula (manitol dan glukosa). Hasil penelitian pada pewarnaan Gram menunjukkan 5 sampel positif dengan karakteristik bakteri berbentuk kokus berwarana ungu. Pada uji hemolisa 4 sampel menunjukan hasil γ-hemolisis dan 1 sampel α-hemolisis. Pada uji katalase 5 sampel menunjukan hasil positif, pada uji gula-gula (manitol dan glukosa) menunjukan 5 sampel positif. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian diketahui Staphylococcus aureus dapat diisolasi dan diidentifikasi dari ambing kambing PE.    Abstract The purpose of this research was to isolate and identify Staphylococcus aureus from goat udder of PE. This research held in Microbiology Laboratorium of Veterenary Medicine Faculty of Syiah Kuala University in Banda Aceh on March 2018. Sample ussed were 5 goat udders of PE, sample obtained using steril swab, after that acquired swab planted on Nutrient Broth (NB) and incubated for 23 hours. Growing isolate then moved into Manitol Salt Agar (MSA) and incubated for 24 hours, then identificated the bacteri using Gram stain. Hemolisa test showed 4 samples γ-hemolisis and 1 sample α-hemolisis. Catalase test and Sugar test (manitol and glucose). Gram stain showed 5 samples resulted as positive results with characterized by the the form of bacteria as purple cocci shaped. Catalyses test of samples showed 5 positive results, the sugar test (manitol and glukosa) showed 5 positive. It can be conclude from the results of this research that 5 showed Staphylococcus aureus can be isolated and identified of udder goat of PE. 
GAMBARAN HISTOPATOLOGI LIDAH BABI HUTAN YANG TERINFEKSI ENDOPARASIT DI KAWASAN LHOKNGA ACEH BESAR Roza Dea Silvina; Muttaqien Muttaqien; Ummu Balqis
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.871 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9409

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologi lidah babi hutan yang terinfeksi endoparasit. Sampel pemeriksaan menggunakan tiga ekor babi hutan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan metode uji natif untuk pemeriksaan feses, metode ulas darah tipis dengan pewarnaan Giemsa untuk pemeriksaan darah dan pemeriksaan patologi anatomis serta perubahan histopatologi. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan dua ekor babi hutan positif terinfeksi Strongyloides ransomi dan Ascaris suum pada pemeriksaan feses, sedangkan satu ekor babi hutan positif terinfeksi Anaplasma marginale pada pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan patologi anatomis lidah babi hutan terlihat berwarna merah gelap pada babi pertama dan babi ketiga serta bewarna pucat pada babi kedua, serat otot lidah yang besar, konsistensinya padat dan tidak ditemukan adanya kista/benjolan pada ketiga lidah babi hutan yang positif terinfeksi endoparasit. Hasil pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya inflamasi akut pada taste bud, degenerasi hialin pada otot lidah, dan hiperplasia pada otot disekitar papilla dan lamina propria, serta adanya kista Sarcocystis miescheriana pada lidah babi hutan yang terinfeksi Strongyloides ransomi dan Ascaris suum. Dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan histopatologi pada lidah babi hutan yang terinfeksi oleh endoparasit.This study aims to determine the histopathological description of wild boar's tongue that infected with endoparasites. The examination sample used three wild boar. This check is performed using the native test method for faecal examination, thin blood pressure method with Giemsa staining for blood tests and examination of anatomical pathology and changes histopathology. The results obtained were analyzed descriptively. The result showed that two wild boar had been positive infected with Strongyloides ransomi, Ascaris suum on faecal examination, while one wild boar is positive infected with Anaplasma marginale on blood tests. The result of anatomical pathology of wild boar tongue looks dark red on first and the third wild boar and pale colored on the second pig, the tongue muscle fiber large, consistency is solid and no cysts/lumps are found positive  result on all three wild boar’s tongue that infected with endoparasites. The result histopathology that found acute inflammation on the taste bud, hyaline degeneration in the tongue muscles, and hyperplasia in the muscles around the papilla and lamina propria, and the presence of Sarcocystis miescheriana cysts on the infected boar's tongue Strongyloides Ransomi and Ascaris suum. It can be concluded there is histopathological changes in the tongue of wild boar that infected by endoparasites.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT MASSETER DAN FEMORALIS BABI HUTAN YANG TERINFEKSI ENDOPARASIT DI KAWASAN LHOKNGA ACEH BESAR (Histopatological of Masseter Muscle and Femoralis Muscle Wild Boar Infected by Endoparasites in Lhoknga Aceh Besar) Nurul Fitria; Muttaqien Muttaqien; Ummu Balqis
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.646 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9338

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologi otot masseter dan otot femoralis dari tiga ekor babi hutan yang terinfeksi endoparasit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode natif untuk pemeriksaan feses, ulas darah tipis dengan pewarnaan Giemsa untuk pemeriksaan darah dan pemeriksaan patologi anatomis dan histopatologi dengan menggunakan metode Kiernan. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan babi pertama terinfeksi oleh Anaplasma marginale, pada pemeriksaan feses menunjukkan babi kedua terinfeksi Strongyloides ransomi dan babi ketiga terinfeksi oleh Ascaris suum. Hasil pengamatan patologi anatomis otot masseter dan otot femoralis babi pertama dan ketiga terlihat berwarna merah kehitaman, serat otot padat, konsistensinya elastis dan tidak ditemukan adanya kista parasit, sedangkan pada otot femoralis babi kedua terlihat berwarna putih-kekuningan yang disebabkan oleh faktor umur yang masih muda. Hasil pemeriksaan pengamatan histopatologi pada babi yang terinfeksi oleh Anaplasma marginale ditemukan adanya kista Sarcocystis spp. pada otot femoralis yang menyebabkan kerusakan jaringan berupa atropi dan vakuolisasi serat otot, hipertropi pembuluh darah dan degenerasi hialin jaringan ikat endomisium. Pada babi yang terinfeksi oleh Strongyloides ransomi dan Ascaris suum terjadi infiltrasi sel radang dan serat otot mengalami nekrosis. Dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan histopatologi pada otot masseter dan femoralis babi hutan yang terinfeksi endoparasit berupa kerusakan jaringan, nekrosis serat otot dan infiltrasi sel radang. This study aims to determine the histopathology masseter muscles and femoralis muscles of three wild boars infected endoparasites. This study was conducted using native test for feces examination, test of blood with paints Giemza for blood examination and anatomical pathology and histopathology with Kiernan method. The results were analyzed descriptively. The results of blood test showed in the first pig was positive infected by Anaplasma marginale, while the feces examination showed in the second pig was positive infected by Strongyloides ransomi and the third pig was positive infected by Ascaris suum. The result of anatomical pathology of masseter muscle and femoralis muscle first pig and third pig were seen in blackish red, solid muscle fiber, elastic consistency and not found parasites cysts, while femoralis muscle second pig was seen yellowish-white caused by young age factor. The results of histopathology the wild by Anaplasma marginale discovered Sarcocystis spp. cysts in femoralis muscle which causes damaged tissue as atrophy and vacuolization of muscle fibers, hipertropy blood artery and hyaline degeneration of endomisium connective tissue. The wild boar infected by Strongyloides ransomi dan Ascaris suum were infiltration of inflammatory cells and muscle fibers have necrotic. In conclusion, there was a histopathology change of masseter and femoralis mucles wild boar infected by endoparasites as damaged tissue, muscle fibers necrotic and infiltration of inflammatory cells.
PENGARUH KETAMIN – XYLAZIN TERHADAP PENINGKATAN FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS PADA KUCING LOKAL (Felis domestica) YANG DIOVARIOHISTEREKTOMI Yunita Arieski
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 4 (2018): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.627 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i4.9318

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah frekuensi jantung dan nafas pada kucing lokal (Felis domestica) yang diovariohisterektomi dengan menggunakan anastesi ketamin-xylazin. Penelitian ini menggunakan 7 ekor kucing. Masing-masing kucing diinjeksikan premedikasi atropin sulfat dengan dosis 0,05 mg/kg BB, ketamin dengan dosis 10 mg/kg BB dan xylazin dengan dosis 1 mg/kg BB. Kemudian diamati frekuensi nafas dan denyut jantung pada masing-masing kucing tersebut setiap 5 menit sejak stadium I (Analgesia) sampai stadium III (Pembedahan). Frekuensi denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop. Kedua variabel dihitung frekuensinya setiap 5 menit. Untuk menghitung frekuensi napasnya dilakukan pengamatan pada saat respirasi (mengamati dan menghitung jumlah respirasi dari pergerakan otot perut dan dada). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata (± SD) frekuensi jantung berturut-turut dari stadium I, II, dan III yaitu, stadium I 106 ± 27,03, stadium II 139,44 ± 8,95, dan stadium III 161,22 ± 26,94, sedangkan rata-rata frekuensi nafas berturut-turut yaitu, stadium I 22,85 ± 5,84, stadium II  29,28 ± 2,05 dan stadium III 35,8 ± 1,46. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan frekuensi jantung dan nafas kucing lokal (Felis domestica) yang diovariohisterektomi pada setiap stadium.

Page 2 of 3 | Total Record : 23